Komunikasi Sel
Komunikasi Sel
Komunikasi Sel
Interaksi Sel
Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam memnentukan respon seluler
yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum dalam dogma biologi molekuler
diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk dapat menjalankan aktivitas komunikasi tersebut
sebuah sel (eukariotik) dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di membrane plasmanya.
Reseptor ini biasanya meupakan bagian structural dari protein integral yang terdapat di sela-sela
lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan sel lain dengan cara komunikasi langsung atau dengan
mengirimkan sinyal kepada sel target. Berikut macam-macam interaksi sel :
a. Komunikasi kontak langsung
Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel
tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada memberikan kontinuitas
sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut
dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel yang berdekatan. Disamping itu sel hewan
mungkin berkomunikasi melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada
permukaannya.
Reseptor Di Bagian Pemukaan Sel Meneruskan Sinyal Ekstraseluler Melalui Jalur Sinyal
Intraseluler
Reseptor transmembran ini mendeteksi sinyal di luar dan menyampaikan pesan dalam
bentuk baru, melintasi membran ke bagian dalam sel. Protein reseptor melakukan langkah
transduksi sinyal primer: ia berikatan dengan sinyal ekstraseluler dan menghasilkan sinyal
intraseluler baru sebagai respons.
Sebuah molekul yang diteruskan dimana pesan disampaikan dari satu molekul sinyal
intraseluer ke yang lainnya, masing-masing diaktifkan sampai emzim metabolik bekerja,
sitoskleton bergerak, atau gen diaktifkan atau dimatikan. Hasil akhirnya disebut respon sel.
Gambar 5. Sinyal memicu beberapa protein spesifik
Cyclic AMP adalah molekul yang larut dalam air, sehingga dapat, dalam beberapa kasus,
membawa sinyal ke seluruh sel, bepergian dari situs pada membran di mana ia disintesis untuk
berinteraksi dengan protein yang terletak di sitosol, di nukleus, atau di organel lainnya. Cyclic
AMP memberikan sebagian besar efeknya dengan mengaktifkan enzim kinase bergantung
protein cyclicAMP (PKA). Enzim ini biasanya tidak aktif dalam kompleks dengan protein lain.
Pengikatan AMP siklik memaksa perubahan konformasi yang melepaskan kinase aktif. PKA
yang teraktivasi kemudian mengkatalisis fosforilasi serin atau treonin tertentu pada protein
intraseluler tertentu, sehingga mengubah aktivitas protein. Dalam jenis sel yang berbeda, set
protein yang berbeda tersedia untuk difosforilasi, yang sebagian besar menjelaskan mengapa
efek AMP siklik bervariasi dengan jenis sel target.
Gambar 15. Pemecahan Glikogen
Pada otot rangka, misalnya, adrenalin memicu peningkatan konsentrasi intraseluler AMP
siklik, yang menyebabkan pemecahan glikogen — bentuk penyimpanan glukosa yang
terpolimerisasi. Ini dilakukan dengan mengaktifkan PKA, yang mengarah ke aktivasi enzim yang
mempromosikan pemecahan glikogen dan penghambatan suatu enzim yang mendorong sintesis
glikogen. Dengan menstimulasi pemecahan glikogen dan menghambat sintesisnya, peningkatan
AMP siklik memaksimalkan jumlah glukosa yang tersedia sebagai bahan bakar untuk aktivitas
otot yang diantisipasi.
Gambar 16. jalur termediasi siklik-AMP khas
dari membran plasma ke nukleus
Dalam kasus lain, respons AMP siklik melibatkan perubahan ekspresi gen yang
membutuhkan beberapa menit atau jam untuk berkembang. Dalam respons yang lambat ini, PKA
biasanya memfosforilasi regulator transkripsi yang kemudian mengaktifkan transkripsi gen yang
dipilih. Jadi, dalam sel endokrin di hipotalamus, peningkatan jumlah AMP siklik intraseluler
merangsang produksi somatostatin, hormon peptida yang kemudian menekan pelepasan berbagai
hormon oleh sel lain. Demikian pula, peningkatan konsentrasi AMP siklik di beberapa neuron di
otak mengontrol produksi protein yang terlibat dalam beberapa bentuk pembelajaran.
Rtk Mengaktifkan Pi 3-Kinase Untuk Menghasilkan Lokasi Dok Lipid Dalam Membran
Plasma
Banyak protein sinyal ekstraseluler yang merangsang sel-sel hewan untuk bertahan
hidup, tumbuh, dan berkembang biak bertindak melalui RTK. Ini termasuk protein sinyal milik
keluarga insulin-like growth factor (IGF). Satu jalur pensinyalan yang sangat penting yang
diaktifkan RTK untuk mendorong pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bergantung pada
enzim fosfoinositida 3-kinase (PI 3-kinase), yang memfosforilasi inositol fosfolipid dalam
membran plasma. Lipid terfosforilasi ini menjadi tempat dok untuk protein pensinyalan
intraseluler spesifik, yang berpindah dari sitosol ke membran plasma, di mana mereka dapat
saling mengaktifkan. Salah satu yang paling penting dari protein pensinyalan yang direlokasi ini
adalah serin / treonin protein kinase Akt, yang juga disebut protein kinase B, atau PKB.
Sitoskeleton adalah jejaring serat yang mengorganisasi struktur dan aktivitas dalam
sel. Fungsi skeleton yang paling gamblang adalah memberikan sokongan mekanis kepada
sel dan mempertahankan bentuknya. Hal ini sangat penting bagi sel hewan yang tidak
memiliki dinding. Kekuatan dan kelenturan sitoskeleton yang luar biasa sebagai suatu
kesatuan disebabkan oleh penyusunnya. Sitoskeleton menjadi stabil berkat keseimbangan
antara gaya-gaya berlawanan yang dikeluarkan oleh unsur-unsurnya. Seperti halnya rangka
hewan yang membantu menetapkan posisi bagian-bagian tubuh lain, sitoskeleton menjadi
tambatan bagi banyak organel dan bahkan bagi molekul-molekul enzim di sitosol. Akan
tetapi sitoskeleton lebih dinamis dibandingkan rangka hewan, karena sitoskeleton dapat
diuraikan dengan cepat disalah satu bagian sel dan dirakit kembali di lokasi yang baru
sehingga bentuk sel berubah.
Beberapa tipe motilitas (pergerakan) sel juga melibatkan sitoskeleton. Istilah
motilitas sel mencangkup perubahan lokasi sel maupun berbagai pergerakan yang lebih
terbatas oleh bagian-bagian sel. Motilitas sel umumnya membutuhkan interksi sitoskeleton
dengan protein motorik (motor protein). Banyak sekali contoh motilitas sel semacam ini.
Unsur-unsur sitoskeleton dan protein motorik bekerja sama dengan molekul membran
plasma sehingga keseluruhan sel dapat bergerak sepanjang serat di luar sel.
Sitoskeleton juga terlibat dalam regulasi aktivitas biokimiawi dalam sel sebagai
respons terhadap rangsangan mekanis. Gaya yang dikeluarkan oleh molekul ekstraselular
melalui protein permukaan sel tampaknya diteruskan ke dalam sel oleh unsur-unsur
sitoskeleton, dan gaya tersebut bahkan mungkin mencapai nukleus. Pada salah satu contoh
percobaan, para peneliti menggunakan alat mikromanipulasi untuk menarik protein-protein
membran plasma tertentu yang melekat di sitoskeleton. Suatu mikroskop video merekam
penyusunan ulang yang terjadi nyaris seketika pada nukleolus dan struktur-struktur lain
dalam nukleus. Dengan cara lain, penyampaian sinyal mekanis yang terjadi secara alami
oleh sitoskeleton dapat membantu meregulasi dan mengkoordinasi respons sel.
Mikrotubulus membentuk dan menyokong sel, serta berperan sebagai jalur yang
dapat disusuri oleh organel yang dilengkapi dengan protein motorik. Mikrotubulus
memandu vesikel sekresi dari arapatus golgi ke membran plasma. Mikrotubulus juga
memisahkan kromosom saat pembelahan sel.
b. Mikrofilamen
Mikrofilamen adalah serat tipis dengan panjang diameter 5-6 nm. Terdiri dari
protein yang disebut aktin. Banyak mikrofilamen membentuk kumpulan atau jaringan
pada berbagai tempat dalam sel. Adanya hal itu digabungkan dengan gerak sel. Bila
sel hewan membelah menjadi dua, misalnya, terbentuklah seberkas mikrofilamen dan
memisahkan kedua sel anak itu.
Mikrofilamen seperti mikrotubulus tetapi lebih lembut. Terbentuk dari
komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen
berperan dalam pergerakan sel. Berlawanan dengan peran penahan-tekanan (gaya tekan
mikrotubula), peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton adalah untuk menahan
tegangan (gaya tarik).
c. Filamen Intermediet
Filamen intermediet (intermediate filament) dinamai demikian karena memiliki
ukuran yang lebih kecil dari mikrotubulus namun lebih besar dari filament aktin.
Filament intermediate berukuran 8-12 nm, terspesialisasi untuk menahan tegangan dan
terdiri dari berbagai kelas unsur sitoskeleton. Setiap tipe filament intermediet tersusun
dari subunit molecular berbeda yang tergolong ke dalam suatu famili protein, antara
lain protein keratin.
Keratin merupakan keluarga dari skleroprotein. Keratin terbagi atas keratin tipe I
dan keratin tipe II. Keratin tipe II merupakan materi dasar penyusun rambut dan kuku,
sedangkan keratin tipe I membentuk sel epitel. Keratin monomer saling terikat dan
membentuk filamen intermediet yang liat dan tidak dapat larut. Fungsi dari keratin
adalah menyokong bagian-bagian sel dan memberikan kekuatan peregangan. Filamen
intermedia bertanggung jawab atas integritas struktural pada sel epitel.
Berbeda dengan tipe sitoskeleton lain yang komposisi dan bentuknya tetap pada
sel, filament ini bersifat tidak tetap pada sel karena kemampuannya yang seringkali
dapat diuraikan dan dirakit kembali diberbagai bagian sel. Filament intermediat
memiliki sifat yang lebih permanen. Bahkan setelah sel mati, jejaring filament
intermediat biasanya tetap bertahan, misalnya pada sel kulit mati yang penuh dengan
protein keratin. Salah satu sambungan antarsel yang disebut dengan desmosom atau
anchoring junction berfungsi seperti sekrup yang menyambungkan sel-sel juga terbuat
dari protein keratin filament intermediat. Desmosom sendiri melekatkan sel-sel otot ke
satu sama lain dalam otot, dan otot robek dapat melibatkan koyaknya desmosom.
1.3 Fungsi Komponen Sitoskeleton
a. Mikrotubulus
Peranan mikrotubulus dalam pembelahan sel
Peranan mikrotubulus dalam pembelahan mitosis yaitu mikrotubulus
akan dinukleasi pada kedua kutub sentriol yang disebut dengan spindle fibre
(serat spindle). Serat-serat spindle (Spindle Fiber) diposisikan relative satusama
lain dan berorientasi untuk memberikan sumbu yang tepat dari pembelahan sel
oleh protein motorik yaitu dynein. Pada proses pembelahan sel, protein motorik
dynein berperan dalam pembentukan spindle, menentukan sumbu pembelahan,
dan dalam pergerakan kromosom selama proses metaphase dan anaphase.
Pada akhir polimerisasi mikrotubulus, akan terjadi pertemuan lempeng
kinetokor dari suatu kromosom dengan ujung + dari mikrotubulus yang
mengalami polimerisasi pada proses metaphase. Mikrotubul yang menambat
pada kinetokor dinamakan mikrotubul kinetokor. Struktur ini menyebabkan
kromosom bergerak. Mikrotubul yang lain, mikrotubul-nonkinetokor, tersusun
radier dari kutub menuju ke ekuator sel tanpa menambat pada kromosom.
Selanjutnya pada anaphase, akan terjadi pemisahan lengan lengan kromatid
secara sempurna dan masing-masing kromatid mempunyai sentromer sehingga
betul-betul terbentuk pasangan kromosom yang masing-masing akan bergerak
menuju kearah kutub pembelahan sel (sentriol). Pergerakan ini disebabkan oleh
pemendekan pada serat spindle (spindle fibre) yang tersusun oleh mikrotubulus
yang mengalami depolimerisasi.
Pada tahap akhir anafase akan tampak bahwa kromosom telah
berkumpul atau mengelompok pada masing-masing kutub pembelahan sel dan
disamping itu membran plasma akan tampak mulai berubah sehingga sel akan
tampak lebih memanjang atau lonjong. Hal ini disebabkan karena adanya peran
protein motorik yaitu kinesin yang berperan dalam pemisahan kutub spindle
sehingga sel akan tampak memanjang/lonjong. Kinesin merupakan protein
motor yang bergerak sepanjang mikrotubul yang berperan dalam separasi
kromosom pada pembelahansel (mitosis).
Silia juga dapat berperan sebagai “antena” penerima sinyal bagi sel.
Silia yang memiliki fungsi ini umumnya nonmotil, dan hanya ada satu per sel.
(Faktanya pada hewan vertebrata, hampir semua sel tampaknya memiliki satu
silia semacam itu, yang disebut silia primer). Protein membran pada silia jenis
ini meneruskan sinyal molekular dari lingkungan sel ke interiornya, sehingga
memicu jalur-jalur persinyalan yang dapat menyebabkan perubahan aktivitas
sel. Persinyalan berbasis silia tampaknya krusial bagi fungsi otak dan
perkembangan embrio.
Walaupun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola denyut,
silia motil dan flagela memiliki kesamaan ultrastruktur, masing-masing
memiliki inti yang terdiri dari mikrotubulus yang diselubungi pelebaran
membran plasma. Sembilan doblet (kumpulan dua-dua) mikrotubulus yang
masing-masing anggota pasangan ini saling menyumbangkan sebagian
dindingnya,tersusun membentuk cincin.
Pada pusat cincin terdapat dua mikrotubulus tunggal. Susunan ini yang
disebut sebagai pola ‘9 + ’2, ditemukan pada hampir semua flagela dan silia
motil milik eukariota, rakitan mikrotubulus pada silia atau flagela ditambatkan
dalam sel oleh badan basal yang secara struktur amat mirip dengan sentriol.
Pada flagela dan silia motil, protein-protein penaut silang yang fleksibel
dan berjarak teratur di sepanjang silia atau flagela, menghubungkan doblet-
doblet luar satu sama lain dan menghubungkannya dengan kedua mikrotubulus
sentral. Setiap doblet luar juga memiliki pasangan-pasangan protein menonjol
yang berjarak teratur di sepanjang doblet dan menjulur ke doblet tetangga.
Protein tersebut adalah protein motorik besar yang disebut dinein.
Dinein, yang masing-masing terdiri dari beberapa polipeptida. Dinein
bertanggung jawab atas pergerakan melengkung organel tersebut,molekul
dinein melakukan suatu siklus pergerakan kompleks yang disebabkan oleh
perubahan bentuk protein, dengan ATP menyediakan energi untuk perubahan-
perubahan ini.
Gambar 4 Pergerakan dinein
b. Mikrofilamen
Kontraksi otot
Filamen aktin dikelompokkan menjadi dua jenis umum struktur yang
disebut bundel aktin dan jaring-jaring aktin. Kontraksi pada sel otot terjadi
akibat filamen aktin dan miosin. Sepanjang sel otot ribuan filamen aktin
disusun sejajar satu sama lain. Filamen-filamen sejajar tersebut kemudian
diselingi dengan filamen yang lebih tebal (miosin). Kontraksi sel otot terjadi
akibat filamen aktin dan miosin yang saling meluncur melewati yang lain, yang
akan memperpendek selnya.
atas protein aktin dan myosin. Fungsi dari mikrofilamen adalah dalam
pergerakan sel . dalam makhluk hidup tingkat tinggi. Pergerakan/ aliran
sitoplasma di atur oleh mikrofilamen. Jika arah mikrofilamen berubah, maka
berubah pula arah aliran sitoplasma.
Pada sel tumbuhan, interaksi aktin-miosin maupun transformasi sol-gel
akibat aktin dapat terlihat dalam aliran sitoplasmik, aliran sirkular sitoplasma
dalam sel. Pergerakan ini, yang sangat banyak dijumpai dalam sel tumbuhan
berukuran besar, mempercepat distribusi materi-materi didalam sel. Selapis
sitoplasma beredar mengelilingi sel, bergerak diatas karpet dari filamen-
filamen aktin yang paralel, motor miosin yang melekat ke organel-orgnel
dalam sitosol cair mungkin menggerakkan aliran ini melalui interaksi dengan
aktin.
Gambar 10 Aliran Sitoplasma
c. Filamen Intermediet
Filament intermediat sangat penting dalam menguatkan bentuk sel dan
menetapkan posisi organel-organel sel. Misalnya, nukleus biasanya terletak dalam
sangkar yang terbuat dari filament intermediate, sehingga nukleus tidak bergeser-geser
karena ditahan oleh cabang-cabang filament yang membentang pada sitoplasma.
Filament intermediet yang lain menyusun lamina nucleus yang melapisi bagian interior
selaput nukleus. Ketika bentuk keseluruhan sel berkorelasi dengan fungsinya, filament
intermediet menyokong bentuk tersebut. Sebagai contoh yakni neurofilamen yang ada
pada penjuluran panjang akson sel saraf yang meneruskan impuls. Neurofilamen
berfungsi untuk memberikan dukungan struktural bagi akson dan untuk mengatur
diameter akson. Neurofilamen terdiri dari rantai polipeptida atau subunit yang termasuk
ke dalam keluarga protein yang sama seperti filamen intermedia jaringan lain yakni
keratin. Dengan demikian fungsinya, filament intermediate dapat berfungsi sebagai
rangka dasar bagi seluruh sitoskeleton.
Gambar 12 Neurofilamen