Askep Hipopituitari
Askep Hipopituitari
Askep Hipopituitari
5. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik
klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar.
6. Keluhan utama klien:
a. Pertumbuhan lambat.
b. Ukuran otot dan tulang kecil.
c. Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada
rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh,
penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.
d. Interfilitas.
e. Impotensi.
f. Libido menurun.
g. Nyeri senggama pada wanita.
Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB,
amati bentuk dan ukuran buah dada,
pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien
pria amati pula pertumbuhan rambut wajah
(jenggot dan kumis).
b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering
dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga
dikaji
data lain sebagai data penyerta seperti bila
penyebabnya
adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis
dan
adanya keluhan nyeri kepala.
8. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap
kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya.
9. Data penunjang dari hasil pemeriksaan
diagnostik seperti :
a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan
atau erosi sella tursika.
b. Pemeriksaan serta serum darah : LH dan
FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron,
kartisol, aldosteron, test stimulating yang
mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi
tiroid releasing hormone.
1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan
dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin
dan defisiensi hormon pertumbuhan.
2. Koping individu tak efektif berhubungan
dengan kronisitas kondisi penyakit.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan
perubahan penampilan tubuh.
5. Ansietas berhubungan dengan
ancaman atau perubahan status kesehatan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
menurunnya kekuatan otot.
7. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan)
berhubungan dengan menurunnya kadar
hormonal.
3 INTERVENSI
Secara umum tujuan yang diharapakan dari
perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis
adalah :
1. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif
dan harga diri yang tinggi.
2. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program
pengobatan.
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari
– hari.
4. Klien bebas dari rasa cemas.
5. Klien terhindar dari komplikasi.
1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan
dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi
Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan
Defisiensi Hormon Pertumbuhan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien
memiliki
kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang
tinggi.
Kriteria Hasil :
1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan
misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola
makan, kehadiran diri.
2. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung
jawab peran.
Intervensi :
1. Dorong individu untuk mengekspresikan
perasaan.
R/ Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat
penolakan terhadap kenyataan akan kondisi
fisik tubuh, untuk mempercepat teknik
penyembuhan / penanganan.
2. Dorong individu untuk bertanya mengenai
masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
R/ Dengan mengetahui proses perjalanan
penyakit tersebut maka klien
secara bertahap akan mulai menerima
kenyataan.
3. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari
kritik / penilaian tentang perilaku klien.
R/ Membantu untuk tiap individu untuk memahami
area dalam program sehingga salah pemahaman
tidak terjadi.
4. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan
individu yang mengalami pengalaman yang sama.
R/ Sebagai problem solving
5. Bantu staf mewaspadai dan menerima
perasaan sendiri bila merawat pasien lain.
R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan
aneh dapat mempengaruhi perawatan /
ditransmisikan pada klien, menguatkan harga
negatif / gambaran.
IMPLEMENTASI
Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan.
Mendorong klien untuk meningkatkan proses
koping terhadap orang lain.
Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan
individu yang mengalami pengalaman yang
sama.
Membantu klien dalam aktivitas perawatan
diri melibatkan juga orang lain.
Membantu klien untuk dapat terlibat dalam
aktivitas perawatan diri.
EVALUASI
S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai
melakukan kegiatan penerimaan diri misalnya :
perawatan diri.
O : Aktivitas peningkatan diri misalnya :
penampilan, kerapian, pola makan, dan lain – lain.
Kemampuan dalam penampilan perawatan diri /
tanggung jawab peran membaik, misalnya :
penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial.
A : Masalah gangguan citra tubuh berangsur –
angsur teratasi.
P : Lanjutkan intervensi hingga keadaan
membaik.
2. DX .Koping Individu Tak Efektif berhubungan
dengan Kronisitas Kondisi Penyakit.
Tujuan :
Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat
koping individu meningkat.
Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan keadaan emosional.
2. Mengidentifikasi pola koping personal
dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.
3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan
menerima dukungan melalui hubungan
keperawatan.
4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan
tindakan yang sesuai / mengubah situasi
provokatif dalam lingkungan personal.
Intervensi :
1. Kaji status koping individu yang ada.
R/ Meningkatkan proses interaksi sosial karena
klien mengalami peningkatan komunikatif.
2. Berikan dukungan jika individu berbicara.
R/ Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada
orang lain.
3. Bantu individu untuk memcahkan masalah
(problem solving).
R/ Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan
klien akan menurun dan tidak mengucil /
mengisolasikan diri dari lingkungan.
4. Instruksikan individu untuk melakukan
teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran
penatalaksanaan stress.
R/ Ketepatan penanganan dan proses
penyembuhan.
5. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi
untuk proses penyuluhan.
R/ Klien mengerti tentang penyakitnya.
IMPLEMENTASI
Mengkaji status koping individu yang ada.