Hukum adat di Indonesia memiliki corak religius-magis, komunal, demokrasi, dan konkret. Hukum adat masih berlaku menurut UUD 1945 dan berbagai undang-undang. Sumber-sumber hukum adat antara lain adat istiadat, kebudayaan, pepatah, dan penelitian tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
222 tayangan12 halaman
Hukum adat di Indonesia memiliki corak religius-magis, komunal, demokrasi, dan konkret. Hukum adat masih berlaku menurut UUD 1945 dan berbagai undang-undang. Sumber-sumber hukum adat antara lain adat istiadat, kebudayaan, pepatah, dan penelitian tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Hukum adat di Indonesia memiliki corak religius-magis, komunal, demokrasi, dan konkret. Hukum adat masih berlaku menurut UUD 1945 dan berbagai undang-undang. Sumber-sumber hukum adat antara lain adat istiadat, kebudayaan, pepatah, dan penelitian tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Hukum adat di Indonesia memiliki corak religius-magis, komunal, demokrasi, dan konkret. Hukum adat masih berlaku menurut UUD 1945 dan berbagai undang-undang. Sumber-sumber hukum adat antara lain adat istiadat, kebudayaan, pepatah, dan penelitian tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12
HUKUM ADAT
CORAK, DASAR BERLAKUNYA HUKUM ADAT DAN
SUMBER-SUMBER HUKUM ADAT Corak-Corak Hukum Adat Indonesia
Hukum adat kita mempunyai corak-corak tertentu :
1. Bercorak Relegiues-Magis : Menurut kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap-tiap masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram bahagia dan lain-lain. Tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib serta tidak ada pemisahan antara berbagai macam lapangan kehidupan, seperti kehidupan manusia, alam, arwah-arwah nenek moyang dan kehidupan makluk-makluk lainnya. Adanya pemujaan-pemujaan khususnya terhadap arwah-arwah nenek moyang sebagai pelindung adat- istiadat yang diperlukan bagi kebahagiaan masyarakat.
Setiap kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama
seperti membuka tanah, membangun rumah, menanam dan peristiwa-pristiwa penting lainnya selalu diadakan upacara-upacara relegieus yang bertujuan agar maksud dan tujuan mendapat berkah serta tidak ada halangan dan selalu berhasil dengan baik. Arti Relegieus Magis adalah : • Bersifat kesatuan batin • Ada kesatuan dunia lahir dan dunia gaib • Ada hubungan dengan arwah-arwah nenek moyang dan makluk-maklukhalus lainnya. • Percaya adanya kekuatan gaib • Pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang setiap kegiatan selalu diadakan upacara-upacara relegieus • Percaya roh-roh halus, hantu-hantu yang menempati alam semesta seperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, batu dan lain sebagainya. • Percaya adanya kekuatan sakti • Adanya beberapa pantangan-pantangan. 2. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan : Artinya bahwa kehidupan manusia selalu dilihat dalam wujud kelompok, sebagai satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup sendiri, manusia adalah makluk sosial, kepentingan bersama lebih diutamakan dari kepentingan perseorangan. Secara singkat arti Komunal adalah : • Manusia terikat pada nilai kemasyarakatan tidak bebas dari segala perbuatannya dan Kepentingan bersama lebih diutamakan • Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya • Hak subyektif berfungsi sosial • Bersifat gotong royong, Sopan santun Saling hormat menghormati 3. Bercorak Demokrasi : Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan- pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan sebagai sistem pemerintahan. Contoh adanya musyawarah di Balai Desa, setiap tindakan pamong desa berdasarkan hasil musyawarah dan lain sebagainya. 4. Bercorak Kontan : Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada saat yang bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan secara serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam pergaulan bermasyarakat.
5. Bercorak Konkrit : Artinya adanya tanda yang
kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau keinginan dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan benda-benda yang berwujud. Tidak ada janji yang dibayar dengan janji, semuanya harus disertai tindakan nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya. Dasar Hukum Sah Berlakunya Hukum Adat Aturan Peralihan UUD 1945 Pasal II, yang berbunyi : “Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.
Dalam UUDS 1950 Pasal 104 disebutkan bahwa
“Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan- alasannya dan dalam perkara hukuman menyebut aturan-aturan Undang-Undang dan aturan adat yang dijadikan dasar hukuman itu. Tetapi UUDS 1950 ini pelaksanaannya belum ada, maka kembali ke Aturan Peralihan UUD 1945. Dalam Pasal 131 ayat 2 sub b. I.S. menyebutkan : Bahwa bagi golongan hukum Indonesia asli dan Timur asing berlaku hukum adat mereka, tetapi bila kepentingan sosial mereka membutuhkannya, maka pembuat Undang-Undang dapat menentukan bagi mereka : 1. Hukum Eropa 2. Hukum Eropa yang telah diubah 3. Hukum bagi beberapa golongan bersama dan 4. Hukum baru yaitu hukum yang merupakan sintese antara adat dan hukum mereka yaitu hukum Eropa. Pasal 131 ayat (6) menyebutkan Bahwa bila terjadi perselisihan sebelum terjadi kodifikasi maka yang berlaku adalah hukum adat mereka, dengan syarat bila berhubungan dengan Eropa maka yang berlaku adalah hukum Eropa.
UU No. 19 tahun 1964 pasal 23 ayat (1)
Bahwa segala putusan pengadilan selain harus memuat dasar-dasar dan alasan-alasan putusan itu juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. UU No. 19 tahun 1964 ini direvisi menjadi UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman karena dalam UU No. 19 tersebut tersirat adanya campur tangan presiden yang terlalu besar dalam kekuasaan yudikatif.
Dalam Bagian Penjelasan Umum UU No. 14 tahun 1970
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukum yang tidak tertulis itu adalah hukum adat.
Dalam UU No. 14 tahun 1970 Pasal 27 (1) ditegaskan
bahwa hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat. Sumber-sumber hukum adat adalah : 1. Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat 2. Kebudayaan tradisionil rakyat 3. Ugeran/ Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli 4. Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat 5. Pepatah adat 6. Yurisprudensi adat 7. Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan-ketentuan hukum yang hidup. 8. Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan Raja-Raja. 9. Doktrin tentang hukum adat 10. Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat Nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku dalam masyarakat.