Ilmu Penyakit Saraf Rev

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 76

Dr.

Muhamad Ibnu S
TIM UKMPPD FK MALAHAYATI
SKDI Neurologi
• Kejang demam 4A
• Ensefalopati hipertensi 3B
• Meningitis 3B
• Bells’ palsy 4A
• Ensefalitis 3B • Meniere's disease 3A
• Malaria serebral 3B • Vertigo (Benign paroxysmal positional vertigo)
• Tetanus 4A 4A
• Tetanus neonatorum 3B • Demensia 3A
• Parkinson 3A
• HIV AIDS tanpa komplikasi 4A
• Kejang 3B
• AIDS dengan komplikasi 3A • Epilepsi 3A
• Poliomielitis 3B • Status epileptikus 3B
• Rabies 3B • Complete spinal transaction 3B
• Spondilitis TB 3A • Neurogenic bladder 3A
• Ensefalopati 3B • Acute medulla compression 3B
• Koma 3B • Radicular syndrome 3A
• Hernia nucleus pulposus (HNP) 3A
• Tension headache 4A • Reffered pain 3A
• Migren 4A • Nyeri neuropatik 3A
• Neuralgia trigeminal 3A • Carpal tunnel syndrome 3A
• Cluster headache 3A • Tarsal tunnel syndrome 3A
• TIA 3B • Neuropati 3A
• Infark serebral 3B • Peroneal palsy 3A
• Guillain Barre syndrome 3B
• Hematom intraserebral 3B
• Miastenia gravis 3B
• Perdarahan subarakhnoid 3B • Amnesia pascatrauma 3A
Kejang demam
• KDS • KDK
– Kejang demam yang – Kejang demam dengan
berlangsung singkat, salah satu ciri berikut ini:
kurang dari 15 menit, dan – 1. Kejang lama > 15 menit
umumnya akan berhenti 2. Kejang fokal atau parsial
sendiri. Kejang berbentuk satu sisi, atau kejang
umum tonik dan atau umum didahului kejang
klonik, tanpa gerakan fokal. parsial
Kejang tidak berulang – 3. Berulang atau lebih dari
dalam waktu 24 jam. 1 kali dalam 24 jam
Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam
• Px. Penunjang • EEG
– darah perifer, elektrolit dan – Tidak dapat memprediksi
gula darahsegera berulangnya kejang, atau
• LCSevaluasi kearah memperkirakan kemungkinan
meningitis kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam
– 1. Bayi kurang dari 12 bulan
sangat dianjurkan dilakukan • X-rays
– 2. Bayi antara 12-18 bulan – Foto X-ray kepala dan
dianjurkan pencitraan seperti computed
– 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance
imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti: 1.
Kelainan neurologik fokal
yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS EPILEPTIKUS
Diazepam
Di Rumah 5-10mg/rekt 0-10 mnt
max 2x j arak 5 menit

Monitor
Di Rumah Sakit Jalan napas, Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io 10-20 mnt Tanda vital
O2, sirkulasi (kec 2mg/mnt, max dosis 20mg)
EKG
Gula darah
BILA BELUM TERPASANG CAIRAN IV
BOLEH REkTAL 1X
Elektrolit serum
Fenitoin (Na, K, Ca, Mg, Cl)
20mg/kg/iv
KEJANG (-) 20-30 mnt Analisa Gas Darah
5 – 7 mg/kg/hari IV (10mg/1ml NS), 50mg/men
Koreksi kelainan
12 j am kemudian Max 1g
Pulse oxymetri
Tambahkan
5-10mg/kg/iv
KEJANG (-)
4 – 5 mg/kg/hari IV
12 j am kemudian Fenobarbital 30-60 mnt
20mg/kg/iv
Tambahkan (rate : 30 mg/min; max 1g)
5-10mg/kg/iv
ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanj ut infus 0,02-0,4 mg/kg/j am 5 – 8 mg/kg/iv
Penatalaksanaan
• Pengobatan
– Intermitten (saat demam): parasetamol dan diazepam
– Rumatan (setiap hari): fenobarbital atau asam valproat.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis,
dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
• Profilaksis rumatan
– Kelainan neurologis nyata : palsi serebral
– Kejang > 15 menit
– Kejang fokal
– Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan
Epilepsi – Klasifikasi (ILAE)
• Kejang parsial • Petit mal  absance (lena),
– Parsial sederhana bengong, kemudian biasa lagi
– Parsial kompleks – Umum  <18 tahun, serangan
– Parsial generalisata sekunder mendadak, sering berkedip
cepat
• Kejang umum – Atipikal  sampai dewasa,
– Absance/lena/petit mal serangan mulai dan berakhir
– Tonik klonik/grand mal perlahan
– Tonik • Grand mal  kehilangan
– Klonik kesadaran, kejang2, keluar liur
– Myoklonik • Mioklonus  kedutan
– Atonik (kontraksi-relaksasi) otot
– Spasme infantil sesaat yang terjadi mendadak
• Unclassified • Tonik  peningkatan tonus
otot-otot ekstensor secara
mendadak
Status Epileptikus
• Keywords:
– keluhan kejang berulang
sejak satu jam yang lalu
• Kejang berulang >30
menit dan tidak sadarkan
diri secara penuh di
antara episode kejang
disebut sebagai status
epileptikus.
• Jawaban: Status
epileptikus
Antikonvulsan
• Pada anak-anak dengan epilepsi,
pengehntian sebaiknya dilakukan
secara bertahap setelah 2 tahun
bebas dari bangkitan kejang.
Sedangkan pada orang dewasa
penghentian membutuhkan waktu
lebih lama yakni sekitar 5 tahun.
Menigoensefalitis TB
• Keywords
– S: kejang dan tidak sadarkan diri, 3 hari ini demam tinggi, kejang
seluruh tubuh 10 menit, kaku kuduk (+),
– O: CSF: xantochrome, glukosa rendah, protein meningkat
• Temuan LCS berwarna xantochrome khas ditemukan pada
meningitis TB. Meningitis TB lebih tepat disebut sebagai
meningoensefalitis TB karena kuman TB menginfeksi
parenkim otak dan meningen. Infeksi meningen
menyebabkan muncul gejala perangsangan meningeal
(kaku kuduk) dan infeksi parenkim otak menyebabkan
penurunan kesadaran. Oleh karena itu pada meningitis TB
sering ditemukan penurunan kesadaran pasien.
• Jawaban: Meningoensefalitis TB
Meningitis TB – Gejala Klinis,
Patogenesis, Tatalaksana
• Gejala klinis dibagi menjadi 3
stadium
– Stadium I: demam, sakit perut,
mual, muntah, apatis dan iritabel,
kelainan neurologis belum ada
– Stadium II: tidak sadar, sopor,
paresis, TRM (+), refleks abdomen
hilang, klonus (+), saraf yang biasa
terkena adalah N III, IV, VI, VII.
– Stadium III: koma, pupil tidak
bereaksi, spasme klonik
ekstremitas, napas tidak teratur,
demam tinggi, hidrosefalus
• Tatalaksana
– Terapi suportif: IVFD, nutrisi,
antipiretik, antikonsulvan
– Manitol 1 g/kgBB/x q6-8h
– OAT + KS
Diagnosis Diferensial Infeksi SSP

Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati


bakterial

Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/foka Umum Umum Umum Umum


l

Penurunan Somnolen- Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen


kesadaran sopor sopor

Paresis +/- +/- ++/- - -

Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat


kesadaran

Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP


diidentifikas
i

Terapi Simpt/antivi Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit


ral primer
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP
Bact.men Viral men TBC men Encephaliti Encephalop
s athy

Tekanan  Normal/   

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein  Normal/  Normal Normal

Glukosa  Normal  Normal Normal

Gram Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


/Rapid T.
Tetanus
• Keywords
– S: kaku pada leher dan
punggung, riwayat luka
terkena cangkul 2 hr yll
– O: trismus (+), kaku leher
(+)
• Diagnosis pasien ini
adalah tetanus. Kuman
tetanus sering ditemukan
di tanah. Trismus
merupakan tanda khas
pada tetanus.
• Jawaban: C. Tetanus
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
• Bila luka: • Gejala tetanus:
– Sudah booster tetanus <5 – Kaku otot dan kejang otot,
tahun, tidak perlu vaksinasi akibat TOKSIN
lanjut – Gejala mulai muncul dari hari
– Belum booster dalam waktu 5 ke-2 setelah infeksi, paling
tahun terakhir, segera diberikan sering trismus, RR + HR
vaksinasi TT meningkat
– Belum pernah vaksinasi atau • Tata laksana:
tidak lengkap  suntikan ATS – Antibakteri  metronidazole
dan suntikan pertama dari 4x500 selama 10 hari
vaksinasi TT
– Mengikat toksin bebas 
tetanus immune globulin 3000-
6000 u IM
– Simtomatis  diazepam
– Profilaksis  tetanus toxoid
(penyakit tetanus tidak
membuat imun)
Tetanus – Patogenesis,
Patofisologi
• C.tetani menghasilkan 2 toxin: • Spasme:
tetanolysin dan tetanospasmin  – Otot napas & laring: asfiksia &
tetanospasmin (heavy chain) sianosis
akan terikat pada motor neuron – Otot uretral: retensio urin
presinaps dan membuat pori u/ – M.mastikatoris: trismus
masuknya light chain ke dalam – M.erector trunki: kuduk kaku,
neuron  bermigrasi aksonal epistotonus
retrogade ke medspin ant. horn – M.rectus abdominis: perut papan
light chain (Zn dependent – M.fasialis: risus sardonikus
protease) akan memotong – Ekstremitas inferior: ekstensi,
synaptobrevin sehingga vesikel lengan kaku, tangan mengepal
berisi GABA dan glisin tidak dapat
dilepaskan  loss of inhibitory
action on motor & autonomic
neurons  spasme &
hiperaktivitas otonom
Profilaksis Tetanus
Motor Systems Disorders
Jaras Desenden
• Cedera pada medula spinalis akan
menyebabkan lesi upper motor neuron pada
saraf di bawah tingkat lesi
• Upper motor neuron: spastisitas, hiperrefleks,
hipertonia
• Lower motor neuron: flasiditas, hiporefleks,
hipotoni, fasikulasi
Cephalgia
Gejala Klinis Tatalaksana
• Tension headache  Nyeri seperti • Tension headache
tertekan dan diikat di bagian frontal – Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC),
dan oksipital aspirin, dan parasetamol
• Migraine  nyeri berdenyut dan – Preventif: antidepresan trisiklik
unilateral di daerah frontotemporal dan (amitriptilin atau nortriptilin)
okular • Migraine headache
• Cluster headache  nyeri berat seperti – Akut: triptan dan ergot
ditusuk, mata seperti didorong keluar
yang unilateral di daerah orbital dan – Kronik: asam valproat
temporal • Cluster headache
• Neuralgia trigeminal  nyeri di wajah – Akut: triptan atau ergot dengan
yang berat seperti ditusuk, mengikuti metoclopramide
distibusi sensoris nervus kranialis V – Preventif: Calcium channel blockers
• Arteritis kranial  nyeri yang • Neuralgia trigeminal
terlokalisasi di daerah arteri temporalis, – Carbamazepine
terdapat nyeri tekan
• Arteritis kranial
– Prednison
Tension headache Migraine headache Cluster headache
Kualitas Ditekan/diikat Berdenyut Menusuk
Intensitas Ringan atau sedang Sedang atau berat Berat sekali
Lokasi Bilateral Unilateral Unilateral
Memberat dengan aktivitas Tidak Ya Tidak
Mual Ada/tidak Ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Ada Tidak ada
Fotofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Fonofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Aura Tidak ada Ada (common)/tidak (classic) Tidak ada
Lakrimasi, injeksi konjungtiva,
Gejala penyerta rinorea, dan perspirasi wajah
yang ipsilateral
Migrain – Patogenesis, Klasifikasi
Klasifikasi
Patogenesis
• Classic Migraine (with aura)
• Teori “spreading depresion” pada • Common Migraine (without aura)
aliran darah otak dimana pada
awalnya terjadi vasokontriksi • Aura biasanya muncul 30 menit
(dimulai dari daerah oksipital  sebelum serangan, dapat berupa
muncul aura) dan berakhir kilatan cahaya, kerlap-kerlip atau
dengan vasodilatasi (di seluruh skotoma sentral
bagian otak  nyeri kepala)
Migrain
• Keywords:
– Nyeri kepala sebelah kanan
– Didahului dengan mual, muntah, dan
disertai mata berkunang-kunang
• Migrain adalah sakit kepala
berdenyut, biasanya unilateral, dapat
disertai dengan aura, mual, muntah,
fonofobia dan fotofobia
• Lebih sering ditemukan pada wanita
karena dipengaruhi faktor hormonal
• Faktor presipitasi:
– Makanan mengandung tyramine (keju),
daging (hot dog, bacon), cokelat
mengandung phenylthylamine)
– Puasa, Emosi, Menstruasi, Obat
– Pajanan cahaya terang
• Migraine headache
Neurologi - TTH
• Keywords
– S: nyeri kepala, tertekan
dan diikat, pada dahi dan
belakang kepala
• Diagnosis pada pasien ini
adalah TTH. Terjadi akibat
kontraksi otot leher dan
kepala. Tidak
berhubungan dengan
mual, muntah dan
gangguan visual.
• Jawaban: Tension
headache
Meniere Disease
• Keywords
– S: pusing berputar, berdenging di telinga,
pendengaran menurun
• Trias gejala yang dapat ditemukan pada Meniere
disease
– Vertigo
– Tinitus
– Tuli sensorineural yang fluktuatif
• Meniere disease disebabkan oleh hidrops
endolimfe.
• Meniere disease
BPPV
• Keywords
– S: pusing, mual (+), keluhan
memberat dengan gerakan kepala,
tinitus (-)
– O: nistagmus horisontal ke kanan
• Pasien ini mengalami vertigo
perifer (nistagmus horisontal ke
kanan). Vertigo perifer yang
dipengaruhi oleh gerakan kepala
adalah BPPV.
• Bagaimana membedakan BPPV
dengan neuritis vestibularis?
– BPPV  nistagmus rotasional ke
arah telinga yang sakit
– Neuritis vestibular  nistagmus
horizontal ke arah telinga sehat
• BPPV
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas
Neuritis vestibuler Stroke batang otak
BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Penyebab Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral
Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal
Penyakit Meniere, Labirinitis Supuratif
& Neuritis Vestibularis
PENYAKIT MENIERE LABIRINITIS SUPURATIF
Peningkatan tekanan dalam sistem Komplikasi meningitis atau otitis media
endolimfatik telinga dalam
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda Gangguan keseimbangan dan gangguan
• Gangguan pendengaran pendengaran
• Vertigo
• Tinnitus Penunjang
• Telinga terasa penuh MRI dengan kontras (baku emas)

Tata laksana NEURITIS VESTIBULARIS


• Saat serangan: diazepam Serangan vertigo mendadak tanpa
• Setelah itu: diuretik (HCT) + steroid pencetus, tapi pendengaran normal.

Tata laksana
Prednison
Ischemic Stroke, Hemorrhagic Stroke &
Stroke in Evolution
• Ischemic stroke
– Ada infark akibat trombus atau emboli, jadi gejala umumnya lebih dari 72 jam
– Tata laksana:
• Trombolitik dengan alteplase (rt-PA)  risiko perdarahan, jadi tidak bisa pada semua
pasien
• Aspirin
• Trombolisis mekanis
• Hemorrhagic stroke
– Ditandai dengan mual muntah, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran
– Prognosis lebih buruk daripada stroke iskemik
– Tata laksana
• Antikonvulsan, antihipertensif, dan diuretik osmotik
• Bedah (evakuasi hematoma)
• Stroke in evolution
– Bukan diagnosis, tapi sebuah episode dalam stroke iskemik saat gejala
perlahan-lahan memberat mencapai maksimal
TIA & RIND
• Transient ischemic attack (TIA)
– Defisit neurologis akut sementara akibat iskemia serebral fokal, tanpa
terjadi infark
– Umumnya gejala menghilang dalam 24 jam (tapi risiko stroke
meningkat)
– Diagnosis:
• Singkirkan diagnosis banding  periksa GDS, kimia darah, koagulasi, dan DPL
• Tetap lakukan CT/MRI dan pencitraan vaskular (Doppler karotis, angiografi)
– Tata laksana:
• TIA non-kardioembolik: aspirin, aspirin + dipiridamol, atau clopidogrel
• TIA kardioembolik (mis. AF): warfarin
• Reversible ischemic neurologic deficit (RIND)
– Gejala berlanjut lebih dari 24 jam, tapi menghilang dalam 72 jam
– Selain itu, dianggap sama dengan TIA
Transient Ischemic Attack (TIA)
• Keywords
– S: lemah seluruh tubuh kanan tiba-tiba
– O: dalam 6 jam defisit neurologis membaik
• TIA adalah defisit neurologis yang kembali
normal dalam waktu 24 jam. RIND (Reversible
Ischemic Neurological Deficit) adalah defisit
neurologis yang kembali normal dalam waktu
>24 jam atau berhari-hari.
• Transient Ischemic Attack
Stroke Hemoragik
• Keywords • Iskemik atau perdarahan?
– S: penurunan kesadaran, lemah
sebagian tubuh yang timbul – Iskemik  hipodens.
mendadak,
– O: muka mencong ke kanan, Perdarahan  hiperdens
hemiparesis sinistra, TD tinggi, CT scan • Vestibulobasilar atau karotis?
hiperdens di ganglia basalis kanan
• Pada kasus ini diagnosis adalah stroke – Stroke vestibular  gejalanya
hemoragik karena didapatkan gejala vertigo, dan pada CT akan
defisit neurologis yang timbul
mendadak, TD tinggi dan gambaran hipo/hiperdens di fossa
hiperdens pada CT-scan. posterior
• Ganglia basalis diperdarahi oleh
sistem karotis. Topis pasien ini – Ganglia basalis kanan
terletak pada sisi kanan otak karena diperdarahi oleh arteri
defisit neurologis terdapat di sebelah cerebri media kanan, yaitu
kiri (traktus kortikospinal)
• Stroke perdarahan intraserebral cabang dari arteri karotis
sistem karotis kanan interna kanan
Subarachnoid Hemorrhage, Stroke
Intraventrikular & Traktus Piramidalis
• Subarachnoid hemorrhage
– Umumnya karena ruptur
aneurisma atau AVM
– Manifestasi klasik: nyeri kepala
berat mendadak disertai tanda-
tanda iritasi meningeal
– Pemeriksaan: CT  hiperdens di
ruang-ruang subarachnoid (mis.
cisterna suprasellar, fissura Sylvii)
– Tatalaksana:
• beta-blocker IV (jika MAP >130
mmHg), karena tidak meningkatkan
TIK
• bedah untuk mencegah perdarahan
ulang
• Stroke intraventrikular
– Gejala mirip dengan stroke
pendarahan, tapi morbiditas dan
modalitas lebih tinggi
– Pemeriksaan: CT  hiperdens
dalam ventrikel
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas
Neuritis vestibuler Stroke batang otak
BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Penyebab Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral
Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal
BPPV & Bell’s Palsy
BPPV BELL PALSY
vertigo akibat posisi tertentu, paralisis unilateral otot wajah
biasanya disertai nistagmus.
Tata laksana
PF • Prednison
Manuver Dix-Hallpike 
nistagmus rotatoris dengan
latensi dan durasi terbatas

Tata laksana
• Reposisi kanalith (Manuver
Epley)
Bell’s Palsy

• Keywords:
– keluhan mulut mencong ke kanan dan mata kiri tidak dapat ditutup
– diketahui naik motor dari Jakarta-Bandung menggunakan helm non full face
– Status neurologis: plika nasolabialis kiri (-), lagolftalmus kiri
• Pada kasus ini ditemukan paresis NVII perifer. Kemungkinan penyebab adalah Bell’s
Palsy. Bell’s palsy sering dikaitkan dengan pajanan angin berlebih pada wajah. Pada
NVII terjadi inflamasi. Penyebab lainnya adalah reaktivasi virus herpes.
• Bell’s Palsy dapat sembuh sendiri tetapi memerlukan waktu berbulan-bulan. Bila
etiologi akibat virus herpes maka diterapi dengan asiklovir. Tata laksana Bell’s Palsy
idiopatik adalah kortikosteroid.
• Jawaban: Kortikosteroid, vitamin B6, fisioterapi
Parkinson
• Keywords
– keluhan sering lupa sejak 2
minggu SMRS
– Pada pemeriksaan fisis
didapatkan masked face, pill
rolling tremor
– Pada sediaan histopatologi
dtemukan Lewy’s Body
• Pasien mengalami gejala Parkinson.
Gejala klinis Parkinson adalah
Tremor, Rigidity,
Akinesia/Bradikinesia & Postural
instability (disingkat TRAP). Hal ini
terjadi karena degenerasi neuron
dopaminergik di substansia nigra
sehingga pada orang dengan
Parkinson terjadi defisiensi
dopamin
Parkinsonisme
• Gejala dan tanda-tanda pada pasien ini adalah khan untuk Parkinsonism. Pada
Parkinson, beberapa gejala yang khas antara lain (biasa disingkat dengan TRAP) :
• a. Tremor, ciri khas dari tremor tersebut adalah terlihat jelas pada saat istirahat
dan meningkat pada saat timbul stress emosional. Umumnya tremor dimulai pada
lengan dan tungkai, berupa gerakan ritmis fleksi-ekstensi dari jari, tangan, atau kaki.
Pada pasien ini, gerakan tremor tersebut digambarkan dengan tangan kiri yang
terlihat bergetar-getar seperti orang menghitung-hitung uang.
• b. Rigiditas, merupakan resistensi terhadap gerakan. Otot-otot terus menerus
berkontraksi secara bersamaan sehingga penderita merasa kaku dan lemah.
• c. Akinesia/hipokinesia, merupakan perlambatan pada gerakan volunter atau
gerakan spontan seperti mengayunkan tangan ketika berjalan.
• d. Postural insability, yaitu cara berjalan dan postur yang abnormal (abnormal gait
dan posture). Pada pasien ini terlihat dari cara berjalannya yang kaku dan langkahnya
yang kecil-kecil.
• Ciri khas lainnya adalah berkurangnya kemampuan untuk menunjukkan ekspresi
wajah. Wajah pasien relative immobile sehingga tampak seperti topeng
(masklike facies).
• Obat yang diberikan pada Parkinsonism antara lain Levodopa (sinemet), yang di
dalam tubuh akan diubah menjadi dopamine. Hai ini sesuai dengan pathogenesis
Parkinsonism, yaitu karena mendegenerasi neuron-neuron yang menghasilkan
dopamine sehingga mengganggu keseimbangan dopaminergic inhibition dan
cholinergic excitation.
Dementia Alzheimer, Tremor Esensial, Dementia
with Lewy Bodies & Parkinson Disease
• Dementia Alzheimer • Tremor esensial
– Anamnesis khas: Memory loss – Tremor bilateral pada lengan dan
progresif lambat, kemudian diikuti tangan yang jelas terlihat dan
gangguan-gangguan kognitif persisten
lainnya (afasia, apraksia, agnosia, – Tata laksana: propanolol atau
dan/gangguan fungsi eksekutif) primidon
– Pemeriksaan penunjang untuk • Dementia with Lewy bodies
menyingkirkan diagnosis banding
• DPL dan vit. B-12 (penyakit – Demensia disertai gejala motorik
hematologik), enzim hati (hepatik), Parkinson, halusinasi visual, serta
TSH (tiroid), RPR untuk sifilis fluktuasi kesadaran
• CT atau MRI (stroke, tumor). Pada – Tata laksana: inhibitor
Alzheimer akan terlihat gambaran asetilkolinesterase
atrofi difus.
– Tata laksana • Penyakit Parkinson
• Inhibitor kolinesterase: donepezil, – Dua dari tiga tanda ini: resting
rivostigmine tremor, rigiditas, bradikinesia
• antagonis NMDA: memantin – Tata laksana: levodopa/carbidopa
Demensia
• Sering lupa  gangguan kognitif tanpa penurunan kesadaran 
dementia
– Sebenarnya, gangguan kognitif baru dapat disebut dementia jika
menyebabkan penurunan fungsi sehari-hari yang signifikan
– Gangguan kognitif < 6 bulan  delirium
– Dementia < 65 tahun  early onset
– Pada dementia, kesadaran compos mentis
• CT scan: infark multipel  dementia vaskular
• Anamnesis khas: gangguan kognitif akut/subakut setelah sebuah
serangan neurologis akut yang semakin hari semakin memberat
• Konfirmasi etiologi vaskular dengan CT atau MRI
• Tata laksana:
– Antiplatelet (aspirin)  mencegah stroke
– Pentoxifylinne  meningkatkan aliran darah ke otak
Demensia
• Keywords
– S: keluhan sering lupa, riwayat jatuh (-), kesemutan anggota
badan sebelah kanan
– O: CT infart multipel
• Demensia adalah gangguan fungsi kognitif (> 6 bulan) tanpa
disertai penurunan kesadaran
– Demensia Alzheimer (50-60%): bertahap, progresif, fungsi
memori buruk, tidak mampu mengingat hal baru, reseptor Ach
di otak berkurang jumlahnya
– Demensia vaskular: akibat gangguan suplai darah, fungsi
eksekutif lebih buruk
– Demensia lainnya (jarang): Pick Disease, Creutzfeldt-Jacob,
Huntington, Parkinson, HIV dan trauma kepala
• Pada CT Scan multiple infarct dan terdapat riwayat neuropati 
demensia vaskular tipe multi-infarct
• Jawaban: Demensia vaskuler
Amnesia
• Anterograde Amnesia adalah ketidakmampuan otak dalam
mentransfer ingatan jangka pendek ke dalam ingatan jangka
panjang. Misalnya, seseorang mampu mengingat sesuatu di masa
lampau, namun ia tidak mampu mengingat kejadian yang baru
beberapa menit sebelumnya terjadi. Biasanya, pengidap penyakit
ini akan melupakan hal-hal yang dilakukannya sebelum tidur. Jadi ia
harus mengulangi kegiatannya ketika ia terbangun.
• Retrograde Amnesia adalah ketidakmampuan otak dalam
mengingat kejadian masa lalu dalam kurun waktu tertentu.
Amnesia jenis ini umumnya berhubungan dengan gegar otak atau
kondisi akut seperti stroke atau perdarahan otak, yang mana
penderitanya tidak bisa mengingat hal-hal yang terjadi sebelum
terjadinya kecelakaan.
• Berdasarkan penyebab dan beratnya cidera, amnesia retrograde
tidak mampu mengingat hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan atau informasi lainnya jauh sebelum terjadinya
kecelakaan
Delirium
• Keywords • Delirium HIV
– S: tampak bingung dan mecabut – Pada pasien HIV, hati-hati dalam
selang infus mencari etiologi delirium. Terapi
– O: pasien HIV (+) dengan olanzapine haloperidol,
jangan benzodiazepine.
• Delirium adalah gangguan
kesadaran yang disertai gangguan • Dementia HIV
kognitif. Pasien ini mengalami – Tata laksana dengan ARV
delirium. • Ensefalitis toksoplasma
• Delirium sering terjadi pada – Gejala ensefalitis + defisit
pasien HIV, apabila: neurologis fokal, ring enhancing
lesion pada CT atau MRI kontras,
– Infeksi menyerang CNS PCR LCS (+)
– Akibat obat ARV • Meningitis kriptokokus
• Terapi: lorazepam – Gejala sama dengan meningitis,
• HIV related delirium tapi ada penurunan kesadaran dan
mual muntah (peningkatan TIK),
sementara demam dan kaku kuduk
tidak prominen
GBS – Definisi, Patogenesis, Gejala
Klinis, Tata lakasna
Guillain Barre Syndrome
• Keadaan dimana antibodi terhadap patogen tertentu
(biasanya C. jejuni) bereaksi silang terhadap mielin
sistem saraf perifer sehingga terjadi demielinisasi
• Klinis: kelemahan otot dan penurunan refleks yang
dimulai dari tungkai, menjalar ke atas. Didahului
beberapa minggu sebelumnya oleh infeksi
pernapasan atau GI, refleks tendon dalam hilang,
glove stoking phenomenon
• Komplikasigagal nafas
Pemeriksaan penunjang
• LP : Kenaikan progresif kadar protein dalam LCS dimulai
pada minggu ke-2 paralisis, tanpa atau sedikit pleositosis →
disosiasi sitoalbumin
• ENMG : terjadi demielinisasi → penurunan kecepatan hantar
saraf
Terapi
• Steroid
• Imunoglobulin
• Plasmapharesis
• Bila terjadi kegagalan respirasi dibutuhkan alat bantu
pernafasan
Paralisis Erb Duchenne
• Paralisis pd pleksus brachialis cabang superior
(C5-6)
• Terutama trauma pada saat kelahiran
• Paralisis pd m. deltoideus, biseps, brakhialis
dan brakhioradialis.
• Otot kecil tangan jarang terlibat
• Gangguan sensorik pd daerah otot deltoideus
dan sisi radial lengan bawah dan tangan
Erb Palsy
Paralisis Klumpke
Paralisis pleksus brachialis cabang inferior
Akibat lesi ex. Tumor pancoast (tumor sulkus
pulmoner)
Daerah yg terlibat : otot-otot kecil tangan,
seperti otot fleksor tangan
Lesi Pleksus Lumbosakralis
Pleksus Lumbalis Pleksus Sakralis
N. femoralis (L2,3,4) N. iskiadikus (L4-S3)
N. obturator (L2,3,4) setinggi fosa poplitea
N. iliohipogastrikus & akan membagi menjadi
ilioinguinalis (L1) n. peroneus & n. tibialis
N. genitofemoralis N. gluteus supor
(L1,2) (L4,5,S1)
N. kutaneus femoralis N. gluteus infor (L5,S1-2)
lateralis (L2,3)
Lesi pada pleksus Lumbalis akan menimbulkan
gejala :
• Nyeri pada daerah panggul yg menjalar hingga sisi depan
paha
• Kelemahan pd otot kuadriseps femoris, iliopsoas dan
aduktor sendi panggul
• Penurunan/hilangnya refleks patella
• Gangguan sensibilitas pd daerah lateral, anterior medial
paha yg dapat menjalar sampai sisi medial tungkai bawah
Lesi pada pleksus sakralis :
Nyeri panggul yg menjalar ke paha belakang
sampai sisi posterior dan lateral tungkai
bawah
Kelemahan otot ekstensor & abduktor sendi
panggul, hamstring & otot yg disarafi n. tibialis
& peroneus
Penurunan atau hilangnya refleks achilles
Gangguan sensibilitas pd belakang paha,
posterolateral tungkai bawah & kaki
Mononeuropati

Neuropati jebakan (Entrapment)


Akibat gesekan jaringan lunak yang berdekatan dengan tendo
yang membentuk terowongan. Penyempitan terowongan yang
dilintasi saraf → simptom
Sindroma terowongan
kubital → n. ulnaris
N. ulnaris di daerah siku melalui sulkus di belakang
epikondilus medialis kmd berjalan di antara kaput
humeral & kaput ulnaris m. fleksor karpi ulnaris. Sela
diantara 2 kaput disebut terowongan kubital
Nyeri diantara jari ke-4 dan 5
Gangguan motorik : kelemahan m. fleksor karpi
ulnaris & m.fleksor digitorum profundus →
kelemahan fleksi pergelangan tangan, jari manis &
kelingking (Claw hand)
Tx : NSAID & injeksi steroid lokal
Sindroma Terowongan
Karpal → N. Medianus
• Rasa nyeri dan kesemutan pada pergelangan
tangan, telapak tangan dan jari 1,2,3.
• Pd keadaan berat nyeri menjalar ke lengan
atas dan atrofi tenar
• Dx : tes provokasi (tes Tinel & Phalen), ENMG
• Tx : NSAID, inj lokal, operasi
Sindroma Terowongan
Karpal → N. Medianus

• Tes Tinel : perkusi ringan pada n. medianus di


pergelangan tangan → nyeri atau kesemutan
yg menjalar ke jari 1,2,3.

• Tes Phalen : ekstensi atau fleksi maksimal


pada pergelangan tangan selama 60 detik →
nyeri atau kesemutan pada kawasan n.
medianus
Spiralis Groove Syndrome
→ N. Radialis
N. Radialis di pertengahan lengan atas berjalan pada
sulkus spiralis humeri → rawan terjadi kompresi; pd
fraktur atau akibat berlama2 menyandarkan lengan
pada kursi (Saturday night palsy)
Drop hand : tidak mampu dorsofleksi pergelangan
tangan, ekstensi sendi metakarpofalangeal & abduksi
ibu jari ke radial
Hipestesi pada lengan bawah dan dorsum falang
I,II,III
Lesi N.Peroneus
• Mononeuropati nervus
Peroneus sering
disebabkan krn trauma
pada kaput fibula
• Gejala : drop foot,
parestesia lateral
tungkai bawah
Lesi N. Tibialis
• Tarsal Tunnel Syndrome
• Penebalan pada
retinakulum sehingga
menekan n. tibialis
posterior
• Gejala : gangguan
sensorik yang melibatkan
telapak kaki
Myastenia Gravis & Poliomielitis
• Myastenia gravis • Poliomielitis
– Terbentuknya autoantibodi terhadap
reseptor asetilkolin nikotinik di NMJ
– Infeksi virus polio
otot rangka (fekal-oral) yang
– Kelemahan otot yang dimulai dari menghancurkan sel
palpebra (ptosis), menyebar ke wajah, neuron di kornu
lengan, badan, dan akhirnya tungkai.
Kelemahan bertambah berat dengan
anterior medula spinalis
aktivitas, membaik dengan istirahat. – Klinis: demam yang
– Lab: tes antibodi anti-reseptor diikuti oleh kelemahan
asetilkolin otot akut yang berat,
– Tata laksana:
umumnya asimetris
• Kasus ringan: inhibitor
cholinesterase (co/ – Tata laksana: tidak ada
pyridostigmine) tata laksana definitif.
• Kasus sedang: kortikosteroid Yang penting adalah
• Kasus berat: azathioprine pencegahan (vaksinasi)
Trauma Kepala
• Keywords:
– Pasien membuka mata bila
dirangsang nyeri (E2)
– Pasien hanya terdengar
merintih (V2)
– Ketika dicubit pasien dapat
memegang tangan pemeriksa
(M5)
• CGS pada pasien ini adalah 9.
• Klasifikasi cedera kepala (GCS)
– Ringan: 13-15
– Sedang: 9-12
– Berat: <8
EDH vs. SDH
EDH SDH

• Robeknya a.meningia media • Robeknya vena (bridging vein) (sering


pada alkoholik dan orang tua)
(75% berhubungan dengan
• Penurunan kesadaran berjalan
trauma kranial) lambat
• Interval lusid: tidak sadar  • CT scan: hiperdens konkaf (bulan
sadar  tidak sadar sabit)
• Prognosis EDH lebih baik daripada
• CT scan: hiperdens konveks SDH, karena pada EDH jaringan otak
• Komplikasi: herniasi umumnya tidak terganggu
• Tata laksana: intubasi, elevasi • Tata laksana: oksigenasi adekuat, sedatif
(kalau TIK meningkat), manitol (kalau ada
kepala, manitol (jika MAP > 90 herniasi), hiperventilasi ringan,
mmHg + TIK meningkat), antikonvulsan (mencegah kejang)  rujuk
hiperventilasi (bila TIK tidak bedah
terkontrol), fenitoin (mencegah
kejang)  setelah itu rujuk bedah
EDH vs. SDH (2)
• Lucid interval  periode sadar antara dua
periode tidak sadar, khas pada EDH. CT Scan
 bikonveks
• SDH – ada lateralisasi, pada CT scan
gamparan Sabit (ingat SDH ingat Sabit)
• ICH – ada lateralisasi, pada CT scan hiperdens
• SAH – nyeri kepala yang paling hebat, mual
muntah, fotofobia. CT scan gambaran
hiperdens menggantikan CSF
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Basis Lokasi Fraktur Gejala Klinis
Cranii

Fosa Anterior os.frontal, Ekimosis periorbita/racoon eyes


os.etmoidalis, Anosmia
os.sfenoid Rhinorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
(lesser wings)

Fosa Media os.sfenoid, Battle sign


os.temporalis Otorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
Hemotimpanum
Paresis N.VII dan N.VIII
Karotid-carvernous fistula

Fosa Posterior os.oksipital, Hematoma


os.parietal Battle sign
Hipertensi ensefalopati
• adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai
akibat kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba
yang ditandai dengan perubahan-perubahan
neurologis mendadak, atau sakit kepala hebat,
gangguan kesadaran, mual, muntah, rasa
mengantuk dan bingung bila tidak segera
diobati terjadi kejang dan koma.
• Prinsip tatalaksanakrisis hipertensi

Anda mungkin juga menyukai