Askep Luka Kotor
Askep Luka Kotor
Askep Luka Kotor
PEMBIMBING :
Ns DIENA JULIANA, S.Kep
PETA KONSEP
SISTEM
INTEGUMEN
ASKEP LUKA
KONSEP LUKA
AKOTOR
SISTEM INTEGUMEN
A. ANATOMI SISTEM INTEGUMEN
1.ANATOMI
Menurut Syaifuddin (2006) Kulit manusia tersusun
atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan
subkutis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu
sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung
epidermis.
1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit
manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-
600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain
EPIDERMIS TERDIRI DARI :
1. STRATUM KORNEUM
2. STRATUM LUCIDUM
3. STRATUM GRANULOSUM
4. STRATUM SPINOSUM
5. STRATUM BASAL/GERMINATIVUM
Gambar 1 : Gambaran Mikroskopis (bagian epidermis)
2. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki
ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri
atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum
papilare dan stratum reticular.
120
100
Epiderm
80 is
Dermis
60
40
20
0
Punggung Paha Perut Lengan Tlp Tangan Tumit
FISIOLOGI
•Sedangkan Walf dkk (1979) dalam (Agustina, ....) mengatakan luka adalah istilah
cedera atau trauma. Cedera pada jaringan dapat terjadi karena bermacam-macam
sebab seperti tekanan pada tubuh atau kekerasan, suhu yang amat sangat (panas atau
dingin); zat-zat kimia, reaksi atau luka mungkin terbuka atau tertutup. Luka mungkin
karena kecelakaan atau disengaja.
•Luka adalah ”Rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari intenal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu” (Lazarus,
1994) dalam (Agustina, .....)
•Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatifnsebelum pembedahan. Hal ini
mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan
dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami
perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry.
2005)
EFEK YANG MUNCUL SAAT TERJADI LUKA :
– Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (Ligasi)
– Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh
cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
– Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
– Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
– Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
– Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal
luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
– Luka Bakar (Combustio)
Kultur Luka
Apabila perawat mendeteksi adanya drainase purulen,
maka perawat perlu mengumpulkan spesimen untuk
kultur. Perawat tidak boleh mengumpulkan sampel kultur
yang berasal dari drainase lama. Bakteri normal yang ada
pada kulit dapat tumbuh dalam eksudat dan bakteri
tersebut mungkin bukan merupakan penyebab infeksi
luka yang sebenarnya. Perawat terlebih dahulu
membersihkan luka dengan salin normal untuk
membuang flora kulit. Organisme tumbuh pada
permukaan luka yang terpapar udara, sedangkan
organisme anaerob cenderung tumbuh di dalam tubuh.
Perawat menggunakan metode pengumpulan spesimen
yang berbeda untuk setiap jenis organisme.
Untuk mengumpulkan spesimen aerob, perawat
menggunakan swab steril yang berasal dari tabung kultur.
Apabila tepi luka terpisah, perawat secara perlahan dan
hati-hati memasukkan ujung swab kedalam luka untuk
mengumpulkan sekresi bagian dalam. Setelah
mengumpulkan spesimen, perawat memasukkan kembali
swab ke dalam tabung kultur, menutup tabung, dan
menghancurkan ampul bagiaqn dalam yang mengandung
medium untuk pertumbuhan organisme. Medium
tersebut harus dalam keadaan lembab dan menutupi
ujung swab. Kemudian perawat segera mengirimkan
spesimen yang telah sdi beri label ke laboratorium untuk
memeriksa kultur bakteri kuantutatif dan bukan untuk
memeriksa kultur swab ( AHCRP, 1994)
Apabila drainase yang bersal dari
rongga tubuh bagian dalam mengeluarkan
bau busuk, terdapat kemungkunan
tumbuhnya organisme anaerob. Perawat
menggunakan ujung spuit steril untuk
mengaspirasi drainase luka bagian dalam.
Setelah perawat memasang jarum steril
pada spuit, kelurkan udara dari spuit dan
jarum, dan berikan gabus pada ujung jarum
untuk mencegah udara masuk.
Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami
untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses
penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan
perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi
area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga
kebersihan membantu untuk meningkatkan
penyembuhan jaringan ( potter perry, 2005)
–Prinsip Penyembuhan Luka
•Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka
menurut Taylor (1997) Dalam ( Agustina, .....) yaitu:
• Metode sekunder paling sering pada luka kronis, tetapi bagian tepi tidak bisa
merapat antara satu sama lain. Potensi peradangannya di tingkatkan karena ketidak
mampuan untuk bagian tepi merapat, sehingga meninggalkan suatu area yang
terbuka untuk bakteri masuk, tergantung dari seberapa banyak jaringan yang rusak.
Metode penyembuhan luka yang terakhir yaitu, metode tersier, dengan
penyembuhan luka yang tidak tertutup biasanya 3 samapi 5 hari untuk terjadinya
suatu peradangan atau infeksi, edema. Selama waktu ini luka di air nuntuk
memindahkan eksudat dan bekas peninggalan selular pada luka.ketika resiko edema
dan peradangan atau infeksi utama.
• Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
luka (Particia gonce morton, 2005)
–Status Imunologi
–Kadar gula darah (impaired white cell function)
–Hidrasi (slows metabolism)
–Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
–Nyeri (causes vasoconstriction)
–Corticosteroids (depress immune function)
–Usia
–Nutrisi
Nutrient Function Results of deficience
• Luka terinfeksi
• Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan
mempercepat penyembuhan luka
• Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
• Wound culture – systemic antibiotics
• Kontrol eksudat dan bau
• Ganti balutan tiap hari
• Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel
(0,75%), carbon dressings, silver dressings
• Evaluasi dan Monitoring Luka
• Potential masalah
• Komunikasi yang adekuat
• Continuity of care
• Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain
yang timbul
• Harus bersifat faktual, tidak subjektif
• Wound assessment charts
SEKIAN YANG DAPAT KAMI SAJIKAN
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK SESAMA