PCT
PCT
PCT
TINJAUAN PUSTAKA
A. Parasetamol
Parasetamol atau asetaminophen, N-asetil-4Aminofenol (C 8H9NO2),
dengan BM 151,16 dan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C8H9NO2. Pemerian hablur atau serbuk hablur berwarna putih
tidak berbau dan rasa pahit. Kelarutan dalam 70 bagian air dan 7 bagian
etanol (95%) P dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan
dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkalihidroksida.
Khasiat dan kegunaan yaitu analgetikum, antipiretikum(Anonim, 1979).
OH
O
N
H
O O
OCH3 OCH3
OH HO
C. Farmakokinetika
Farmakokinetika mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi obat
dalam organisme terhadap waktu, dimana dan berapa cepat suatu bahan obat
di absorpsi, bagaimana obat terdistribusi dalam organisme, bagaimana enzim
organisme mengubah struktur molekul obat, dimana, bagaimana caranya dan
berapa cepat obat di eliminasi (Mutschler, 1991).
Farmakokinetika mencakup 4 proses,yakni proses absorpsi (A),distribusi
(D),metabolisme (M),dan ekskresi (E)(Setiawati et al., 2008).
1. Absorpsi
Absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat dari permukaan tubuh
atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke dalam aliran
darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe (Mutschler, 1991).
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara reversibel
meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel)
dan atau ke sel-sel jaringan.Pengiriman obat dari plasma ke interstisium
terutama tergantung pada :
a. Aliran darah.
b. Permeabilitas Kapiler.
c. Pengikatan obat-obat pada protein.
(Mycek et al., 1995).
3. Metabolisme Obat
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat di ekskresi melalui ginjal atau
empedu (Setiawati et al., 2008).
Reaksi metabolisme terdiri dari reaksi fase I dan reaksi fase II.
a. Reaksi Fase 1
Reaksi biotransformasi yang mengubah molekul obat secara oksidasi,
reduksi, atau hidrolisis (Mutschler, 1991), yang mengubah obat
menjadi lebih polar,dengan akibat menjadi inaktif,lebih aktif atau
kurang aktif (Setiawati et al., 2008).
b. Reaksi Fase II
Pada reaksi fase II terjadi penggabungan (konjugasi) molekul-molekul
obat dan juga metabolit-metabolit yang terjadi pada reaksi fase I
dengan senyawa tubuh sendiri (Mycek et al., 1995).
4. Ekskresi
Ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan
konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh, ekskresi dapat terjadi
bergantung pada sifat fisikokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan,
tekanan uap). Senyawa akan di ekskresikan melalui ginjal (dengan urin),
empedu dan usus (dengan feses), paru-paru (dengan udara ekspirasi)
(Mutschler, 1991).
D. Model Farmakokinetika
Model farmakokinetika adalah suatu hubungan matematika yang
menggambarkan perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam sistem yang di
periksa (Mutschler, 1991).
Model farmakokinetika berguna untuk :
1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma,jaringan dan urin pada berbagai
pengaturan dosis.
2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara
individual.
3. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan atau metabolit-
metabolit.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau
toksikologik.
5. Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi
(bioekivalensi).
6. Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi
absorpsi, distribusi,atau eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat.
(Shargel & Yu,1985).
E. Parameter Farmakokinetika
Parameter farmakokinetika diperoleh dari perubahan konsentrasi bahan
obat dan metabolitnya dalam cairan darah (darah,plasma,serum) dan dalam
urin terhadap waktu.
1. Tetapan (laju) invasi, atau tetapan (laju) absorpsi.
2. Volume distribusi.
3. Tetapan laju eliminasi dan waktu paruh dalam plasma.
4. Bersihan renal, ekstrarenal dan total.
5. Luas dibawah kurva kadar dalam plasma (AUC).
6. Ketersediaan Hayati.
(Mutschler, 1991).
F. Interaksi Obat
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara
bersamaan,maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan.Menurut
mekanisme kerjanya dibedakan menjadi :
1. Interaksi Farmakodinamika
Interaksi farmakodinamika hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang
saling mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu
reseptor,pada suatu organ sasaran atau pada suatu rangkaian pengaturan.
2. Interaksi Farmakokinetika
Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fase farmakokinetika obat
secara menyeluruh, juga pada absorpsi, distribusi,biotransformasi dan
eliminasi.
a. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi pada proses absorpsi dapat terjadi akibat perubahan harga pH
obat pertama.
b. Interaksi pada proses distribusi
Jika dalam darah pada saat yang sama terdapat beberapa obat,terdapat
kemungkinan persaingan terhadap tempat ikatan pada protein plasma.
c. Interaksi pada proses biotransformasi
Dengan cara yang sama seperti pada albumin plasma,mungkin terjadi
persaingan terhadap enzim yang berfungsi untuk biotransformasi
obat,khususnya sitokrom P450 dan dengan demikian mungkin terjadi
metabolisme yang diperlambat.
d. Interaksi pada proses eliminasi
Interaksi pada eliminasi melalui ginjal dapat terjadi akibat perubahan
harga pH dalam urin atau karena persaingan tempat ikatan pada sistem
transpor yang berfungsi untuk sekresi atau reabsorpsi aktif.
(Mutschler, 1991).
KCKT dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-
an.Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian
(impurities), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil),
penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan
pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir
sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit, dalam jumlah
banyak, dan dalam skala proses industri. KCKT dapat digunakan baik untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif (Gandjar & Rohman, 2007).