MAKALAH BAHASA INDONESIA PAI K3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

JENIS DAN KELAS KATA

Untuk memenuhi tugas kuliah


Bahasa Indonesia yan diampuh oleh ;
Nur Wahidah, M.Pd

Disusun oleh:

1. Muhammad Fardan Hamdani (244486208027)


2. Satrio Galih Widigdyo (244486208044)
3. Muchammad Aditya Putra Febriansyah (244486208114)
4. Mahfut Safi’i (244486208019)
5. Ramun
6. Mohammad Reffi Prayogi (244486208024)
7. Ryan Abrori (244486208040)
8. M. Faizul Adib (244486208116)
9. Muhammad Nur Khafid (244486208029)

UNIVERSITAS AL-FALAH ASSUNIYYAH KENCONG-JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya serta usaha yang penulis lakukan sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Pada makalah ini penulis membahas mengenai “Jenis atau Kelas
Kata”.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan


bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga
diselesaikanya makalah ini. Semoga bantuan dan amal baik yang mereka berikan
kepada penulis akan memperoleh pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik yang membangun
selalu penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Kencong, 2 Oktober 2024

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelas Kata......................................................................... 2
2.2 Pembagian Kelas Kata Menurut Para Ahli........................................ 2
2.2.1 Slametmuljana (1957)................................................................. 2
2.2.2 Anton M. Moeliono (1967) ......................................................... 2
2.2.3 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia............................................ 2

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan............................................................................................. 4
3.2 Saran................................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam studi linguistik atau ilmu bahasa, perbincangan ihwal kalimat
lazimnya tidak langsung dimulai dari kalimat itu sendiri. Alasannya, ilmu tata
kalimat bermula dari tataran kata. Kata dalam bahasa Indonesia yang
jumlahnya luar biasa banyak itu mustahil dapat dipelajari dengan mudah
kalau tidak dikelas-kelaskan terlebih dahulu. hasil dari pengelaskataan atau
pengelompokan kata-kata itulah yang kemudian lazim disebut dengan kelas
kata.

Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa
unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan
berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli
bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang
satu dengan yang lain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan sudut pandang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya.
Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu
akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan
membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam pengelasan kata
tersebut serta pembagian-bagiannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, timbulah masalah yanga akan kita
bahas dalam makalah ini. Masalah itu adalah “apa yang dimaksud dengan
kelas kata dan pembagian kelas kata menurut para ahli?”

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
kelas kata serta pembagian kelas kata menurut beberapa ahli.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelas Kata


Kata ialah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap
satuan bebas adalah kata (Ramlan dalam Tarigan, 2009:7). Dalam hal
ini, Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah
pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem
dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat
komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia
dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat
yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi kata.

2.2 Pembagian Kelas Kata Menurut Para Ahli


2.2.1 Slametmuljana (1957)
Slametmuljana (1957:13-198) dalam bukunya Kaidah Bahasa
Indonesia II menelaah bahasa Indonesia dengan menggunakan analisis
fungsionalistis, yaitu analisis yang menekankan kepada fungsi gramatika
dalam telaah kalimat. Slametmuljana mulai mengenalkan gatra, seperti
gatra sebutan untuk subjek, gatra pangkal untuk predikat. menggolongkan
kata ditinjau dan fungsinya dalam kalirnat. Menurutnya, kata dapat
digolongkan menjadi empat regu yaitu: (1) kata-kata yang pada
hakekatnya hanya rnelakukan jabatan gatra sebutan; (2) kata-kata yang
dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan; (3) kata-kata
pembantu regu II; dan (4) kata-kata pembantu pertalian.
1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatra
sebutan
Dalam regu satu termasuk kata keadaan dan kata kerja. Kata
keadaan, misalnya kata besar, sukar, bagus, dan sebagainya.
Contoh: Rumah itu besar dibanding rumah yang lain. Kata kerja,
misalnya kata mendayung, menangkap, diangkut. Contoh: Paman
menangkap belut disawah setiap petang.
a. Kata kerja bantu ialah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang
ditunjuk terbatas dalam lingkungannya sendiri, misalnya
kata jatuh dan menangis.
Contoh: - Adik terjatuh saat berjalan mengambil mainannya.
- Adik menangis melihat ayah pergi bekerja.
b. Kata kerja langsung ialah kata kerja yang dapat berhubungan
dengan pelaku kedua (objek) tanpa perantara kata
lain,misalnya membaca.
Contoh: - Kakak membaca buku Psikologi.
c. Kata kerja sambung ialah kata kerja yang dalam hubungannya
dengan pelaku kedua menggunakan perantara kata lain,
misalnya cinta kepada ayah.

2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra


sebutan
Yang termasuk ke dalam golongan ini ialah kata benda, kata kerja, kata
keadaan, dan kata bilangan.
a. Kata benda dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) kata benda
nyata yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasai, misalnya:
batu, orang, laut dan (2) kata benda yang tidak nyata yaitu kata
bends yang menyatakan keadaan, hal, sifat, dan sebagainya yang
dikhayalkan seolah-olah berwujud. misalnya: keindahan,
kebesaran, penghidupan.
b. Kata ganti benda dapat dibedakan menjadi: (1) kata penunjuk yakni
itu dan ini (2) kata pemisah yakni yang dan tempat (3) kata ganti
diri dan milik yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri:
(a) pertana, misalnya: aku, (b) kedua, engkau, dan (c) ketiga,
misalnya: ia; (4) kata ganti tanya, misalnya: apa, mana, berapa; dan
(5) kata ganti sesuatu, misalnya: suatu, sesuatu, apa-apa, seorang,
siapa-siapa.
c. Kata bilangan yang dapat dibedakan menjadi enam golongan,
yaitu: (1) bilangan pokok yakni bilangan yang menyatakan
banyaknya barang apa juga pun, misalnya: satu, sebelas, dua
belas (2) bilangan bantu yaitu kata yang menerangkan jenis benda
yang berfungsi membantu bilangan pokok, misalnya: batang, biji,
bilah (3) bilangan tak tentu yaitu bilangan yang menyatakan
bilangan yang ditetapkan jumlahnya, misalnya: banyak, sedikit,
beberapa (4) bilangan himpunan ialah bilangan yang menyatakan
banyaknya benda, orang dan lain-lain dalam suatu himpunan,
misalnya: ketika pada ketiga orang itu; (5) bilangan tuturan ialah
bilangan yang menyatakan bilangan yang berturut-turut,
misalnya: kedua, ketiga dan (6) bilangan pecahan,
misalnya: setengah, tiga perempat.

3. Kata pembantu regu II


Kata-kata pembantu regu II ini dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
a. Kata-kata yang menjelaskan tempat kedudukan kata benda.
yaitu: ini, itu
Contoh: - Baju ini milik Susi.
- Rumah itu akan dijual oleh pemiliknya.
b. Kata-kata yang menunjukkan kekianan, misalnya: dua, tiga.
c. Kata-kata keadaan dan kata benda yang memberikan penjelasan
kata benda tentang keadaannya dan pemiliknya,
misalnya: kaya pada orang kaya, kata saya pada bapak saya.

4. Kata-kata pembantu pertalian


Yang dimaksud dengan kata-kata pembantu pertalian ialah kata-
kata yang menjelaskan pertalian kata yang satu dengan kata yang lain,
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain atau sebagai penjelas
tambahan. Kata ini dapat dibedakan menjadi tiga macam.
a. Kata-kata yang menerangkan kata keadaan dan kata kerja,
misalnya: sekali pada elok sekali, terlalu, kerap kali, lebih baik.
Contoh: - Elok sekali bunga yang kau tanam.
- Adiknya lebih baik dalam membuat kue.
b. Kata-kata yang menghubungkan kata yang satu dengan kata yang
lain, kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, misalnya: dari,
ke, untuk, dan, oleh.
c. Kata-kata yang disisipkan dalam kalimat seakan-akan berdiri
sendiri, lepas dari ikatan kalimat, Misalnya: nah, hai, sayang, aduh.

2.2.2 Anton M. Moeliono (1967)


Anton M. Moeliono (1967:45-52) dalam tulisanya, “Suatu Reonientasi
dalam Tata Bahasa Indonesia” yang termuat dalam Bahasa dan
Kesusastran Indonesia, menggolongkan kata berdasarkan kesamaan
perilaku sintaktik. Beliau menggolongkannya menjadi tiga rumpun
yaitu: (1) rumpun nominal, (2) rumpun verbal, dan (3 rumpun partikel.
1. Rumpun Nominal
Rumpun nominal ialah rumpun yang diingkari oleh kata bukan dalam
suatu konstruksi endosentnik beratribut. Rumpun ini dapat dibedakan
menjadi dua anak rumpun yaitu:
a) rumpun nominal yang dapat didaului oleh partikel preposisi direktif
di, seperti: di rumah, di air, di kertas. Secara arbitrer, anak rumpun
ini disebut nominal tak bernyawa.
b) rumpun nomial yang didahului oleh partikel pada, seperti: pada
anak, pada ibu, pada harimau, pada tanggal, pada hari. Anak
rumpun ini secara atbitrer disebut nominal bernyawa.

2. Rumpun Verbal
Rumpun verbal ialah rumpun kata yang diingkari oleh kata tidak
dalam suatu konstruksi endosentrik yang beratribut. Rumpun ini dapat
dibedakan menjadi:
a) rumpun verbal transitif ialah rumpun verbal yang secara potensial
dapat mendahului obyek nominal dalam konstruksi objektif,
misal: bawa buku itu, tulis surat itu.
b) rumpun verbal taktransitif ialah rumpun verbal yang tidak
berkonstruksi dengan sebuah obyek, tetapi dapat disertai oleh
atribut, misalnya: terbang, jauh, tertawa sangat keras.
c) rumpun verbal ajektif ialah rumpun verbal yang dapat didahului
oleh partikel penunjuk derajat seperti amat dan sangat dalam amat
miskin, sangat miskin.
3. Rumpun Partikel
Rumpun ini keanggotaannya terbatas. Di samping itu biasanya
tidak diperluas lagi bentuknya oleh imbuhan dan tidak dapat dijadikan
bentuk alas (bentuk dasar) untuk suatu konstruksi morfologik yang
lebih lanjut. Menurut kedudukannya dalam kalimat, rumpun dapat
dibedakan menjadi lima anak rumpun.
a) Preposisi yang pada umumnya mendahului nominal dan tidak
terarah terdapat pada akhir kalimat, yang dapat digolongkan lagi
menjadi tiga golongan yakni: (1) preposisi direktif, misalnya: di,
ke, dari, pada, (2) preposisi agentif yaitu oleh, dan (3) preposisi
penunjuk orang, misalnya: para, si, sang.
b) Konjungsi yang pada umumnya tidak terdapat pada akhir kalimat
dan tidak selalu diikuti oleh nominal, yang dipat dibedakan lagi
menjadi. tiga golongan yaitu: (1) konjungsi setara, misalnya: dan,
tetapi, namun, atau, (2)konjungsi taksetara, misalnya: sambil,
seraya, demi, dan (3) konjungsi korelatif, misalnya: kian…kian,
makin…makin, baik…maupun, walau…sekalipun.
c) Penunjuk kecaraan atau modalita yang distribusinya lebih luas
daripada preposisi dan konjugasi. Ada di antaranya yang berbentuk
klitika. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi sepuluh yaitu: (a)
pengingkaran, misalnya: bukan, tidak, (b) penegasan,
misalnya:bahva, toh, lah, pun, (c) pertanyaan, misalnya: adakah ,
apakah, (d) pelarangan, misalnya: jangan, jangan sampai, (e)
pengharapan, misalnya: semoga, mudah-mudahan, (f) permintaan,
misalnya: silakan, sudila,. (g) penujuan, misalnya: agar, supaya, (h)
penguluran, misalnya: meski, biar, (i) pensyaratan, misalnya: jika
jikalau, dan (j) penyangsian, misalnya: jangan-jangan, gerangan,
entah.
d) Penunjuk segi atau aspek yang biasanya tidak terdapat pada akhir
kalimat dan pada umumnya mendahului verbal. Kelompok ini
dapat dibedakan menjadi: (1) segi komplektif, misalnya: telah,
sudah, (2) segi duratif, misalnya: sedang, tengah, dan (3) segi
berantisipasi, misalnya akar.
e) Penunjuk derajat yang berdistribusi preverbal atau purnaverbal dan
kadang-kadang terdapat pada akhir kalimat, misalnya: amat, sangat,
agak, sekali, benar.
2.2.3 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Kata dapat digolongkan berdasarkan ciri-cirinya. Berdasarkan
maknanya kata dapat digolongkan menjadi dua yaitu kata penuh dan kata
penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang memiliki makna
leksikal. Kata tugas adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal dan
hanya memiliki makna gramatikal. Kata penuh meliputi verba, adjektiva,
adverbia, nomina, pronomina, dan numeralia. Kata tugas meliputi
preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan partikel penegas.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), kata
digolongkan menjadi verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina,
numeralia, dan kata tugas.

1. Verba
Verba sering disebut juga kata kerja. Ciri-ciri verba:
a. Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
Misalnya:
- Kakek tidur.
- Ibu tidak menulis novel.
b. Mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan
yang bukan sifat atau kualitas.
c. Tidak diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Misalnya
verba mati dan suka tidak dapat menjadi *termati atau *tersuka.
d. Pada umumnya tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan makna kesangatan seperti agak, sangat,
dan sekali karena tidak ada bentuk *agak belajar, *sangat
tidur, *duduk sekali meskipun ada bentuk seperti sangat
berbahaya, agak membanggakan, dan mengharapkan sekali.

2. Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva sering disebut juga kata keadaan. Ciri-ciri adjektiva:
a. Adjektiva memberikan makna kualitas atau keanggotaan dalam
suatu golongan. Misalnya pohon tinggi, rumah besar, dan
baju merah.
b. Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial
(keterangan) kalimat yang dapat mengacu ke suatu keadaan.
Misalnya: Ibu sedang sakit.
c. Adjektiva memiliki kemungkinan untuk menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya
dengan menambahkah kata sangat, agak, lebih, atau paling di depan
adjektiva tersebut.
Misalnya: sangat besar, agak senang, lebih kecil, paling merah.

3. Adverbia
Dalam tataran frasa, adverbia merupakan kata yang menerangkan
verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran
klausa, adverbia merupakan kata yang menerangkan fungsi-fungsi
sintaksis dalam klausa itu. Dalam tataran kalimat, adverbia
menerangkan seluruh kalimat. Adverbia sering disebut juga kata
keterangan.
Contoh:
- Sangat marah (menerangkan kata marah)
- Aku mau makan nasi saja. (menerangkan fungsi objek
yaitu nasi)
- Anaknya sudah lima (menerangkan fungsi predikat
yaitu lima)
- Tampaknya ia serius. (menerangkan kalimat)

4. Nomina
Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada
manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
Misalnya dosen, tikus, kursi, bahasa. Dari segi sintaksisnya, nomina
mempunyai ciri-ciri:
a. Menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Misalnya, ayah membelikan adik buku.
b. Dapat diingkarkan dengan kata bukan seperti bukan buku, bukan
rumah, dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak karena tidak
ada bentuk *tidak buku, *tidak rumah, dsb.
c. Umumnya diikuti adjektiva, baik secara langsung maupun
diantarai kata yang. Misalnya gadis cantik, gadis yang cantik.
5. Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain.
Misalnya:
- Kakakku sangat rajin. Ia selalu juara kelas. (pronomina ia mengacu
pada kata kakakku)
- Rumah itu mewah. Lantainya dari marmer. (pronomina -
nya mengacupada rumah)

Pronomina menduduki fungsi sintaksis yang umumnya diduduki


oleh nomina seperti subjek, objek, dan—dalam macam kalimat tertentu
—juga predikat. Acuan pronomina dapat berpindah-pindah karena
bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang
menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan.
Pronomina sering disebut juga sebagai kata ganti.
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. Pronomina persona
Pronomina persona disebut juga kata ganti orang atau pronomina
yang dipakai untuk mengacu pada orang, baik diri sendiri (orang
pertama), orang yang diajak bicara (orang kedua), dan orang yang
dibicarakan (orang ketiga).
b. Pronomina penunjuk
Pronomina penunjuk terdiri dari tiga macam yaitu pronomina
penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan pronomina
penunjuk ihwal. Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu.
Pronomina penunjuk tempat ialah sini, situ, sana. Pronomina
penunjuk ihwal ialah begini, begitu, dan demikian.
c. Pronomina penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai
pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya yang ditanyakan dapat
mengenai orang (siapa), barang atau benda (apa), dan pilihan
(mana). Sebenarnya masih ada kata penanya lain meskipun bukan
pronomina yaitu kapan, bagaimana, berapa, dan mengapa.

6. Numeralia
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada dua macam
numeralia dalam bahasa Indonesia yaitu numeralia pokok/kardinal yang
dapat memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” seperti satu, dua,
seratus, sejuta, dsb., dan numeralia tingkat/ordinal yang dapat memberi
jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?” seperti ketiga, kelima puluh,
keseribu, dsb.

7. Kata Tugas
Kata tugas merupakan kelas kata yang hanya memiliki makna
gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal. Kata tugas baru
bermakna apabila dirangkai dengan kelas kata lain. Misalnya di rumah,
aku dan kau, setelah kita makan, dll. Kata tugas tidak dapat menjadi
dasar pembentukan kata lain. Misalnya, nomina tani dapat diturunkan
menjadi kata bertani, petani, pertanian, dsb. Namun kata
tugas dari tidak dapat menjadi *mendarikan (me[N]-kan + dari),
*pendari (pe[N]- + dari), dsb.

Kata tugas dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi lima


berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat.
a. Preposisi
Preposisi atau kata depan menandai hubungan makna antara
konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di
belakangnya. Misalnya, dalam frasa tidur di kamar,
preposisi di menyatakan hubungan makna keberadaan
antara tidur dan kamar. Menurut Prof. Drs. M. Ramlan, preposisi
dalam bahasa Indonesia berjumlah 115 kata. Contoh preposisi antara
lain: di, ke, dari, kepada, daripada, untuk, sebab, dsb.

b. Konjungtor

Konjungtor atau kata hubung atau kata sambung adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan kebahasaan yang sederajat: kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Misalnya:
- Aku dan kau
- Kenaikan harga serta kemiskinan rakyat
- Ayah tidur tetapi ibu memasak.
- Ketika ayah tidur, ibu sedang memasak.

c. Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Sebenarnya, tanpa interjeksi perasaan pembicara
sudah dapat diungkapkan dengan kalimat yang utuh. Namun,
keberadaan interjeksi akan memperkuat rasa hati tersebut. Misalnya
untuk mengungkapkan betapa indahnya sebuah pemandangan, orang
tidak hanya akan berkata, “Indah sekali pemandangan ini”, tetapi
orang biasa menggunakan interjeksi amboi sehingga menjadi,
“Amboi, indah sekali pemandangan ini.” Dengan kata amboi di atas
orang tidak hanya mengungkapkan fakta akan keindahan
pemandangan tetapi juga rasa hatinya. Contoh interjeksi misalnya
wah, sialan, ayo, nah, dsb.

d. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata tugas yang membatasi
makna nomina. Artikula memiliki tiga kelompok yaitu (1) yang
bersifat gelar seperti sang, sri, hang, dan dang, (2) yang mengacu ke
makna kelompok seperti para, (3) yang menominalkan seperti si dan
yang.

e. Partikel penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada
perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam pertikel penegas yaitu –kah, -lah, -
tah, dan pun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan
bahwa Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah
pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem
dalam bahasa. Dalam hal ini kata-kata yang mempunyai karakter, ciri, atau
kategori yang sama dimaksukkan ke dalam satu kelas atau kelompok yang
sama.
Penggolongan kelas kata antara ahli yang satu dengan ahli lain pun
berbeda. Slametmuljana kata dapat digolongkan menjadi empat regu yaitu:
(1) kata-kata yang pada hakekatnya hanya rnelakukan jabatan gatra sebutan;
(2) kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan;
(3) kata-kata pembantu regu II; dan (4) kata-kata pembantu pertalian. Anton
M. Moeliono menggolongkan kata berdasarkan kesamaan perilaku sintaktik.
Beliau menggolongkannya menjadi tiga rumpun yaitu: (1) rumpun nominal,
(2) rumpun verbal, dan (5) rumpun partikel. Wojowasito membagi kata
menjadi sembilan jenis. Gory Keraf membagi kata menjadi empat jenis, kata
benda,kerja, sifat dan tugas. M Ramlan membagi kata menjadi dua belas
jenis. Harimukti Kridalaksana membagi kata menjadi tiga belas jenis.
Sedangkan Abdul chaer membagi kata menjadi sebelas jenis.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
dan dapat menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu, saran dan kritik
dari para pembaca juga sangat dibutuhkan demi perkembangan bahasan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:


PT Rineka Cipta, hal. 63-104. Cet. 1

Departemen Pendidikan Nasional (2008).Kamus Luhur Bahasa Indonesia. Jakarta:


PT Gramedia Referensi Utama. Hal 970. Cet. Pertama Edisi IV

Iskak, Ahmad, dkk (2008).Bahasa Indonesia.Jakarta:Penerbit Erlangga.Hal 134

Kridalaksana, Harimurti (2004).Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT


Gramedia Referensi Utama. Hal 5-6. Cet.4

Lingga, Hotben (2006). Advance English Grammar for TOEFL Preparation.


Jakarta:Puspa Swara. Hal 2-6

Widjono; Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Grasindo, 2007, hal. 131. Cet. 2

Anda mungkin juga menyukai