MAKALAH BAHASA INDONESIA PAI K3
MAKALAH BAHASA INDONESIA PAI K3
MAKALAH BAHASA INDONESIA PAI K3
Disusun oleh:
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya serta usaha yang penulis lakukan sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Pada makalah ini penulis membahas mengenai “Jenis atau Kelas
Kata”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik yang membangun
selalu penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelas Kata......................................................................... 2
2.2 Pembagian Kelas Kata Menurut Para Ahli........................................ 2
2.2.1 Slametmuljana (1957)................................................................. 2
2.2.2 Anton M. Moeliono (1967) ......................................................... 2
2.2.3 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia............................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa
unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan
berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli
bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang
satu dengan yang lain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan sudut pandang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya.
Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu
akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan
membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam pengelasan kata
tersebut serta pembagian-bagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Rumpun Verbal
Rumpun verbal ialah rumpun kata yang diingkari oleh kata tidak
dalam suatu konstruksi endosentrik yang beratribut. Rumpun ini dapat
dibedakan menjadi:
a) rumpun verbal transitif ialah rumpun verbal yang secara potensial
dapat mendahului obyek nominal dalam konstruksi objektif,
misal: bawa buku itu, tulis surat itu.
b) rumpun verbal taktransitif ialah rumpun verbal yang tidak
berkonstruksi dengan sebuah obyek, tetapi dapat disertai oleh
atribut, misalnya: terbang, jauh, tertawa sangat keras.
c) rumpun verbal ajektif ialah rumpun verbal yang dapat didahului
oleh partikel penunjuk derajat seperti amat dan sangat dalam amat
miskin, sangat miskin.
3. Rumpun Partikel
Rumpun ini keanggotaannya terbatas. Di samping itu biasanya
tidak diperluas lagi bentuknya oleh imbuhan dan tidak dapat dijadikan
bentuk alas (bentuk dasar) untuk suatu konstruksi morfologik yang
lebih lanjut. Menurut kedudukannya dalam kalimat, rumpun dapat
dibedakan menjadi lima anak rumpun.
a) Preposisi yang pada umumnya mendahului nominal dan tidak
terarah terdapat pada akhir kalimat, yang dapat digolongkan lagi
menjadi tiga golongan yakni: (1) preposisi direktif, misalnya: di,
ke, dari, pada, (2) preposisi agentif yaitu oleh, dan (3) preposisi
penunjuk orang, misalnya: para, si, sang.
b) Konjungsi yang pada umumnya tidak terdapat pada akhir kalimat
dan tidak selalu diikuti oleh nominal, yang dipat dibedakan lagi
menjadi. tiga golongan yaitu: (1) konjungsi setara, misalnya: dan,
tetapi, namun, atau, (2)konjungsi taksetara, misalnya: sambil,
seraya, demi, dan (3) konjungsi korelatif, misalnya: kian…kian,
makin…makin, baik…maupun, walau…sekalipun.
c) Penunjuk kecaraan atau modalita yang distribusinya lebih luas
daripada preposisi dan konjugasi. Ada di antaranya yang berbentuk
klitika. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi sepuluh yaitu: (a)
pengingkaran, misalnya: bukan, tidak, (b) penegasan,
misalnya:bahva, toh, lah, pun, (c) pertanyaan, misalnya: adakah ,
apakah, (d) pelarangan, misalnya: jangan, jangan sampai, (e)
pengharapan, misalnya: semoga, mudah-mudahan, (f) permintaan,
misalnya: silakan, sudila,. (g) penujuan, misalnya: agar, supaya, (h)
penguluran, misalnya: meski, biar, (i) pensyaratan, misalnya: jika
jikalau, dan (j) penyangsian, misalnya: jangan-jangan, gerangan,
entah.
d) Penunjuk segi atau aspek yang biasanya tidak terdapat pada akhir
kalimat dan pada umumnya mendahului verbal. Kelompok ini
dapat dibedakan menjadi: (1) segi komplektif, misalnya: telah,
sudah, (2) segi duratif, misalnya: sedang, tengah, dan (3) segi
berantisipasi, misalnya akar.
e) Penunjuk derajat yang berdistribusi preverbal atau purnaverbal dan
kadang-kadang terdapat pada akhir kalimat, misalnya: amat, sangat,
agak, sekali, benar.
2.2.3 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Kata dapat digolongkan berdasarkan ciri-cirinya. Berdasarkan
maknanya kata dapat digolongkan menjadi dua yaitu kata penuh dan kata
penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang memiliki makna
leksikal. Kata tugas adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal dan
hanya memiliki makna gramatikal. Kata penuh meliputi verba, adjektiva,
adverbia, nomina, pronomina, dan numeralia. Kata tugas meliputi
preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan partikel penegas.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), kata
digolongkan menjadi verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina,
numeralia, dan kata tugas.
1. Verba
Verba sering disebut juga kata kerja. Ciri-ciri verba:
a. Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
Misalnya:
- Kakek tidur.
- Ibu tidak menulis novel.
b. Mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan
yang bukan sifat atau kualitas.
c. Tidak diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Misalnya
verba mati dan suka tidak dapat menjadi *termati atau *tersuka.
d. Pada umumnya tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan makna kesangatan seperti agak, sangat,
dan sekali karena tidak ada bentuk *agak belajar, *sangat
tidur, *duduk sekali meskipun ada bentuk seperti sangat
berbahaya, agak membanggakan, dan mengharapkan sekali.
2. Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva sering disebut juga kata keadaan. Ciri-ciri adjektiva:
a. Adjektiva memberikan makna kualitas atau keanggotaan dalam
suatu golongan. Misalnya pohon tinggi, rumah besar, dan
baju merah.
b. Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial
(keterangan) kalimat yang dapat mengacu ke suatu keadaan.
Misalnya: Ibu sedang sakit.
c. Adjektiva memiliki kemungkinan untuk menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya
dengan menambahkah kata sangat, agak, lebih, atau paling di depan
adjektiva tersebut.
Misalnya: sangat besar, agak senang, lebih kecil, paling merah.
3. Adverbia
Dalam tataran frasa, adverbia merupakan kata yang menerangkan
verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran
klausa, adverbia merupakan kata yang menerangkan fungsi-fungsi
sintaksis dalam klausa itu. Dalam tataran kalimat, adverbia
menerangkan seluruh kalimat. Adverbia sering disebut juga kata
keterangan.
Contoh:
- Sangat marah (menerangkan kata marah)
- Aku mau makan nasi saja. (menerangkan fungsi objek
yaitu nasi)
- Anaknya sudah lima (menerangkan fungsi predikat
yaitu lima)
- Tampaknya ia serius. (menerangkan kalimat)
4. Nomina
Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada
manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
Misalnya dosen, tikus, kursi, bahasa. Dari segi sintaksisnya, nomina
mempunyai ciri-ciri:
a. Menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Misalnya, ayah membelikan adik buku.
b. Dapat diingkarkan dengan kata bukan seperti bukan buku, bukan
rumah, dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak karena tidak
ada bentuk *tidak buku, *tidak rumah, dsb.
c. Umumnya diikuti adjektiva, baik secara langsung maupun
diantarai kata yang. Misalnya gadis cantik, gadis yang cantik.
5. Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain.
Misalnya:
- Kakakku sangat rajin. Ia selalu juara kelas. (pronomina ia mengacu
pada kata kakakku)
- Rumah itu mewah. Lantainya dari marmer. (pronomina -
nya mengacupada rumah)
6. Numeralia
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada dua macam
numeralia dalam bahasa Indonesia yaitu numeralia pokok/kardinal yang
dapat memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” seperti satu, dua,
seratus, sejuta, dsb., dan numeralia tingkat/ordinal yang dapat memberi
jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?” seperti ketiga, kelima puluh,
keseribu, dsb.
7. Kata Tugas
Kata tugas merupakan kelas kata yang hanya memiliki makna
gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal. Kata tugas baru
bermakna apabila dirangkai dengan kelas kata lain. Misalnya di rumah,
aku dan kau, setelah kita makan, dll. Kata tugas tidak dapat menjadi
dasar pembentukan kata lain. Misalnya, nomina tani dapat diturunkan
menjadi kata bertani, petani, pertanian, dsb. Namun kata
tugas dari tidak dapat menjadi *mendarikan (me[N]-kan + dari),
*pendari (pe[N]- + dari), dsb.
b. Konjungtor
Konjungtor atau kata hubung atau kata sambung adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan kebahasaan yang sederajat: kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Misalnya:
- Aku dan kau
- Kenaikan harga serta kemiskinan rakyat
- Ayah tidur tetapi ibu memasak.
- Ketika ayah tidur, ibu sedang memasak.
c. Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Sebenarnya, tanpa interjeksi perasaan pembicara
sudah dapat diungkapkan dengan kalimat yang utuh. Namun,
keberadaan interjeksi akan memperkuat rasa hati tersebut. Misalnya
untuk mengungkapkan betapa indahnya sebuah pemandangan, orang
tidak hanya akan berkata, “Indah sekali pemandangan ini”, tetapi
orang biasa menggunakan interjeksi amboi sehingga menjadi,
“Amboi, indah sekali pemandangan ini.” Dengan kata amboi di atas
orang tidak hanya mengungkapkan fakta akan keindahan
pemandangan tetapi juga rasa hatinya. Contoh interjeksi misalnya
wah, sialan, ayo, nah, dsb.
d. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata tugas yang membatasi
makna nomina. Artikula memiliki tiga kelompok yaitu (1) yang
bersifat gelar seperti sang, sri, hang, dan dang, (2) yang mengacu ke
makna kelompok seperti para, (3) yang menominalkan seperti si dan
yang.
e. Partikel penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada
perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam pertikel penegas yaitu –kah, -lah, -
tah, dan pun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan
bahwa Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah
pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem
dalam bahasa. Dalam hal ini kata-kata yang mempunyai karakter, ciri, atau
kategori yang sama dimaksukkan ke dalam satu kelas atau kelompok yang
sama.
Penggolongan kelas kata antara ahli yang satu dengan ahli lain pun
berbeda. Slametmuljana kata dapat digolongkan menjadi empat regu yaitu:
(1) kata-kata yang pada hakekatnya hanya rnelakukan jabatan gatra sebutan;
(2) kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan;
(3) kata-kata pembantu regu II; dan (4) kata-kata pembantu pertalian. Anton
M. Moeliono menggolongkan kata berdasarkan kesamaan perilaku sintaktik.
Beliau menggolongkannya menjadi tiga rumpun yaitu: (1) rumpun nominal,
(2) rumpun verbal, dan (5) rumpun partikel. Wojowasito membagi kata
menjadi sembilan jenis. Gory Keraf membagi kata menjadi empat jenis, kata
benda,kerja, sifat dan tugas. M Ramlan membagi kata menjadi dua belas
jenis. Harimukti Kridalaksana membagi kata menjadi tiga belas jenis.
Sedangkan Abdul chaer membagi kata menjadi sebelas jenis.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
dan dapat menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu, saran dan kritik
dari para pembaca juga sangat dibutuhkan demi perkembangan bahasan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA