UTS IPI-smt 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

TUGAS PERTEMUAN MINGGU KE – 7 ILMU PENDIDIKAN ISLAM


NAMA : SEGER ERYANTO
NIM : 2281131488
KELAS : A30
PRODI : PJJ PAI
TOPIK : UJIAN TENGAH SEMESTER (UAS)
PERINTAH : Membaca artikel, membuat resume artikel, menyertakan linknya.
Tema Tentang :

1. MAKNA PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH, TA’LIM, DAN TA’DIB).

Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian.
Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur‟an dan
Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan
kata (kalimah) yang memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada
tiga istilah yang digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya
tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki aksentuasi
dan implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing istilah tersebut.

1. Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah secara bahasa merupakan kata


yang berasal tiga (3) akar kata, yakni, pertama raba – yarbu, yang berarti bertambah
atau bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, surat Al-Rum, ayat 39.
Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang berarti menjadi dasar, dan yang ketiga,
rabba-yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga
dan memelihara. Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur‟an, surat Al-Isra, ayat 24.
Sementara, menurut Naquib Al-Attas, kata tarbiyah mengandung konotasi mengasuh,
menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, menumbuhkan
(membentuk) dan juga menjadikannya lebih matang. Dengan demikian, maka yang
dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh, membina, mengembangkan,
memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu objek. Bahkan dalam hal ini, Imam
Baidawi memperjelas makna Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi al Ashli bima’na al-
Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi syai’an fa syay’an (Al-Rabb asal
katanya bermakna Tarbiyah, yakni menyampaikan atau mengantarkan sesuatu
menuju ke arah kesempurnaan sedikti demi sedikit).

2. Al-Ta‟lim

Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam, istilah
Ta’lim diartikan dengan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir
untuk melakukan pembinaan pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab
dan penanaman amanah. Batasan pengertian ini dipahami lebih luas cakupannya
dibandingkan dengan istilah Al-Tarbiyah, terutama dalam konteks sequency (cakupan
dan wilayah) subjek atau objek didiknya. Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy,
ta’lim diartikan dengan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-
aspek tertentu saja. Al-Ta’lim merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah alaqliyah, yang
hanya mencakup domain kognitif saja dan tidak menyentuh aspek (domain) afektif
dan psikomotorik.

3. Al-Ta‟dib

Kata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba, yang berarti pengenalan
dan pengakuan yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa,
sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Kekuasaan dan
Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini
didasarkan pada Hadits Rasulullah SAW. yang mengatakan “addabani rabbi fa
ahsana ta’dibi” (Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik
pendidikanku). Kata Ta’dib ini menurut Naquib Al-Attas merupakan istilah yang lebih
mendekati pemahaman ilm. Atau dengan kata lain Ta’dib dipahami sebagai istilah
pendidikan yang lebih mengarah pada proses pembelajaran, pengetahuan dan
pengasuhan. Oleh karenanya, Naquib beranggapan bahwa penggunaan istilah Ta’dib
lebih proporsional ketimbang istilah Tarbiyah untuk menyebut istilah Pendidikan
Islam.

Adapun Pendidikan Islam (Al Tarbiyah Al Islamiyah) menurut Muhammad Athiyah Al


Abrasyi adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan
bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus
perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun
tulisan.

Menuurut Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari
ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas
dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi
hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan
berbahagia di dunia dan akhirat.

Zakiyah Daradjat menyebutkan, Pendidikan Islam merupakan proses pembentukan


kepribadian manusia sebagai muslim.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada
manusia yang mencakup jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran dan
dogma agama (Islam) agar terbentuk kepribadian yang utama menurut aturan Islam
dalam kehidupannya sehingga kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti.

Sementara yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang
membahas dan memuat teori tentang pendidikan Islam. Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu
merupakan pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empirik dan dilakukan
dengan cara riset (penelitian). Maka yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan
yang diperoleh manusia atas dasar riset, bersifat empiris dan dapat dilakukan dengan
menggunakan indera dan akal.

Ilmu Pendidikan Islam secara teoritikal merupakan pengetahuan yang membahas


tentang teori-toeri pendidikan yang berdasarkan atas Islam, yang oleh karenanya
pembahasan yang dimuat dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah teori-teori yang terkait
dengan pendidikan dalam perspektif Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

Ruang lingkup bahasan Ilmu Pendidikan Islam adalah masalah-masalah pendidikan


atas dasar ajaran Islam yang mencakup aspek tujuan, pendidik, anak didik, bahan,
metode, kurikulum, alat, evaluasi dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pendidikan Islam.

Fungsi pendidikan Islam adalah:

1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat


kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis
besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan dan melatih tenaga-
tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial
dan ekonomi.

Sumber Link :
http://wahdi.lec.uinjkt.ac.id/subject/filsafat-dan-ilmu-pendidikan
2. DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam pada hakekatnya merupakan aktivitas pendidikan yang


diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk
mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam di
Indonesia dapat terwujud menjadi beberapa bentuk seperti pondok pesantren,
madrasah, pelajaran agama Islam di sekolah, pendidikan Islam dalam
keluarga, dan masyarakat baik yang bersifat formal maupun non formal.

Dasar (Arab : Asas, Inggris : Foudation) secara bahasa berarti alas, fundamen,
pokok atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan). Dasar menurut
Ramayulius, adalah landasan untuk berdirinya sesuatu.

Dasar ilmu pendidikan Islam didasarkan pada falsafah hidup umat Islam dan
tidak didasarkan pada falsafah hidup suatu negara, tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu. Secara hirarkis, ajaran itu bersumber dari alqur‟an, sunnah, dan
ra‟yu (hasil pikir manusia).

Dasar-dasar Pendidikan Islam yaitu dasar pokok, dasar tambahan, dan dasar
operasional. Dasar pokok adalah alqur‟an dan as-sunnah, dasar tambahan
berupa perkataan dan perbuatan serta sikap para Sahabat, ijtihad, maslahah
mursalah, dan „urf. Sedangkan dasar operasional meliputi dasar historis,
sosial, ekonomi, politik, psikologis, dan fisikologis.

Sumber link :
http://pendidikanislamyes.wordpress.com/2014/05/08/dasar-dasar-pendidikan-
islam

3. KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Kurikulum merupakan suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan


untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan
memerlukan sebuah konsep yang berfungsi menjadi alat yang selalu bisa
dirubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum memiliki arti sebagai
sesuatu yang hidup dan berlaku dalam jangka waktu tertentu dan perlu
perubahan agar sesuai dengan pekembangan zaman.

Dalam kesimpulan Yudi Candra dkk., bahwa pengertian kurikulum tidak


hanya sebatas bidang studi yang termuat di dalamnya maupun kegiatan
belajar mengajarnya saja, akan tetapi mencakup segala sesuatu yang
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik yang
sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.

Adapun komponen kurikulum meliputi : (1) Tujuan kurikulum (tujuan yang


ingin dicapai sekolah secara keseluruhan dan tujuan setiap bidang studi), (2)
Isi kurikulum (materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan
pendidikan), (3) Media (sarana dan prasarana), (4) Strategi (metode yang
digunakan dalam pembelajaran serta teknik mengajar yang digunakan), (5)
Proses pembelajaran, (6) Evaluasi.

Kurikulum pendidikan Islam mempunyai fungsi yang lebih khusus yaitu


sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik, menyiapkan mereka
untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi guna mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, mengembangkan wawasan intelektual dan
keterampilan jasmani, pencerahan keimanan, spiritual, moral, dan akhlak
mulia yang seimbang.

Adapun karakteristik kurikulum pendidikan Islam di antaranya :


1. Harus sesuai dengan fitrah manusia
2. Disusun diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu
terwujudnya manusia berkepribadian muslim
3. Harus memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, seperti
usia, lingkungan, kebutuhan, jenis kelamin
4. Harus mempertimbangkan kebutuhan umat Islam secara kolektif
5. Struktur dan organisasi kurikulum tidak bertentangan dan harus
mengarah pada pola hidup yang Islami
6. Kurikulum yang sealistik, artinya sesuai dengan situasi dan kondisi
7. Harus bersifat komprehensif (mencakup seluruh aspek pengembangan
jasmani, akal, dan rohani)
Dibangun atas prinsip kontinuitas (saling berkesinambungan) secara vertikal
dan horisontal.

Sumber link :
http://dx.doi.org/10.22373/jm.v10i1.4720

4. METODE PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di


dalamnya terkandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan,
sarana prasarana, lingkungan, administrasi, dan sebagainya yang antara satu
dengan lainnya saling berkaitan dan membentuk satu sistem yang terpadu.

Dalam proses pendidikan Islam, metode memiliki kedudukan yang sangat


signifikan untuk mencapai tujuan. Sebuah adigum mengatakan bahwa “al-
thariqat ahamm min al-maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi).
Oleh karenba itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi
pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak
tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Pemilihan
metode juga harus benar dan tepat sesuai dengan karakter dan sifat materi
yang akan disajikan, sehingga tidak akan menjadi penghalang kelancaran
jalannya proses belajar mengajar.

Secara etimologi, kata metode berasal dari kata metha dan hodos. Metha
berarti melalui atau melewati, hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan
al-thariqoh (jalan), manhaj (sistem), dan washilah (perantara atau mediator).

Menurut Muhammad Noor Syam, metode merupakan :


a. Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapaiu suatu tujuan;
b. Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu;
c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Ahmad Tafsir menyebutkan, metode pendidikan adalah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Sementara, Abdul Munir Mulkan
mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentranformasikan isi atau bahan
pendidikan kepada anak didik. Jadi, metode pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam,
sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Metode pendidikan yang berkembang secara umum seperti metode ceramah,


tanya jawab, diskusi, sosio drama, bermain peran, pemberian tugas, resitasi,
dan sebagainya.
Al-Syaibaniy memaparkan beberapa metode pendidikan di antaranya :
a. Metode pengambilan kesimpulan atau induktif.
b. Metode perbandingan
c. Metode kuliah
d. Metode dialog dan perbincangan
e. Metode lingkaran
f. Metode riwayat
g. Metode mendengar
h. Metode membaca
i. Metode imla‟
j. Metode hafalan
k. Metode pamahaman
l. Metode lawatan

Abdurrahman Shaleh Abduh mengemukakan metode pendidikan yaitu :


a. Metode cerita dan ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode tanmya jawab dan dialog
d. Metode perumpamaan atau metafora
e. Metode hukuman dan ganjaran

Abdurrahman an-Nahlawi menyebutkan metode pendidikan seperti :


a. Metode hiwar (percakapan)
b. Metode kisah Qur‟ani dan Nabawi
c. Metode amtsal (perumpamaan)
d. Metode keteladanan
e. Metode pembiasaan
f. Metode ibroh dan mau‟idzoh
g. Metode targhib dan tarhib

Sumber link :
http://core.ac.uk/download/pdf/327227722.pdf

5. EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Evaluasi berarti menilai. Dalam bahasa Arab disebut imtihan yaitu ujian, dan
khotaman berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Sedangkan evaluasi
dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri.
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting
dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evalusi
tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga
memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena
itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses
belajar mengajar untuk membuat keputusan. Evaluasi meliputi semua aspek
pembelajaran, baik kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan rasa dan
sikap atau prilaku (afektif), serta kemampuan keterampilan (psikomotorik).
Pada aspek kognitif evaluasi dimaksudkan sebagai seberapa jauh kemampuan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Ini menyangkut kemampuan anak didik untuk
mengetahui, memahami, menganalisis subyek pembelajaran yang diberikan
oleh guru.

Sedangkan aspek afektif menyangkut kemampuan anak didik untuk


menerima, berpartisipasi, menilai, mengorganisasi serta membentuk pola
hidup. Aspek psikomotorik menyangkut kemampuan anak didik untuk
melakukan persepsi, melakukan gerakan terbimbing, melakukan gerakan
terbiasa, hingga yang kompleks serta melakukan penyesuaian pola dan
mengembangkan kreativitas.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai


ajaran Islam bersumber pada alquran dan sunnah serta dala pemikiran para
ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Dalam pendidikan Islam
evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang
harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses
pendidikan Islam dan proses pembelajaran.

Jadi evaluasi pendidikan Islam merupakan kegiatan penilaian terhadap


tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental psikologis dan
spiritual relegius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang
menjadi tolak ukur adalah al-qur‟an dan al-hadits.

Sumber link :
http://www.academia.edu/35167777/Makalah_Evaluasi_dalam_Pendidikan_Islam

Anda mungkin juga menyukai