Hakikat Pendidika1
Hakikat Pendidika1
Hakikat Pendidika1
HAKIKAT PENDIDIKAN
(Abd Gani)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kehidupan
manusia. Pendidikan Islam dengan berbagai macam corak yang berorientasi
untuk memberikan bekal kepada manusia sebagai peserta didik, untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya
pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka
merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar
peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada
kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis), akan tetapi kebahagiaan hidup
di dunia juga bisa diraih.
Dalam kenyataannya, di dunia Islam telah muncul berbagai macam isu
yang dipecahkan dan dicari jalan penyelesaiannya. Krisis yang terburuk dalam
hal pendidikan Islam. Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan
pembaharuan (modernisasi) dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait
dengan kehidupan umat Islam. Pada persoalan kurikulum keilmuan misalnya,
selama ini pendidikan Islam masih sering hanya dimaknai secara parsial dan
tidak integral sehingga peran pendidikan Islam di era global sering
dipertanyakan. Masih terdapat pemahaman dikotomis keilmuan dalam
pendidikan Islam. Dan sering kali Pendidikan Islam hanya dipahami sebagai
pemindahan pengetahuan (knowledge) dan nilai-nilai (values) ajaran Islam
yang tertuang dalam teks-teks agama, sedangkan ilmu-ilmu sosial (social
sciences) dan ilmu-ilmu alam (nature sciences) dianggap pengetahuan yang
umum (sekular). Padahal Islam tidak pernah men-dikotomi-kan antara ilmu-
ilmu agama dan umum. Semua ilmu dalam Islam dianggap penting asalkan
berguna bagi kemaslahatan umat manusia.
Bertolak dari problematika tersebut di atas, Islam dikenal mempunyai dua
sistem pendidikan yang berbeda proses dan tujuannya. Pertama, sistem
pendidikan tradisional yang hanya sebatas mengajarkan pengetahuan klasik
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dan kurang peduli terhadap peradaban teknologi modern, dan ini sering
diwarnai oleh corak pemikiran Timur Tengah. Kedua, sistem pendidikan
modern yang diimpor dari Barat yang kurang memperdulikan keilmuan Islam
klasik. Bentuk ekstrim dari sistem yang kedua ini berupa universitas modern
yang sepenuhnya sekular. Oleh karena itu, pendekatannya bersifat non-
agamis. Para alumninya sering tidak menyadari warisan ilmu klasik dari
tradisi itu mereka sendiri.
Dalam khasanah dan discourse pendidikan dalam Islam terdapat sejumlah
istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dan pengajaran
seperti, Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib, Tahdzib, Tabyin, dan Tadris. Secara umum,
dalam menggali suatu istilah, banyak kalangan ulama atau intelektual muslim
memulainya dengan pembahasan kata yang menyangkut hubungan derivasi
dan makna aslinya. Untuk itu biasanya dilakukan penelusuran dan eksplorasi
terhadap teks-teks yang dianggap memliki otoritas dari segi bahasa saja.
Istilah Arab yang telah umum dipakai untuk pendidikan adalah Tarbiyah.
Para penulis kontemporer dari kalangan muslim arab kebanyakan
menggunakan istilah Tarbiyah untuk istilah pendidikan. Tidak sedikit buku
yang dikarang untuk menjelaskan teori-teori pendidikan Islam dengan
menggunakan judul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah. Nama kementerian di
beberapa Negara Arab yang mengurusi bidang pendidikan, juga disebut
Wizarat At-Tarbiyah. Di Indonesia, IAIN di salah satu jurusan di Fakultas
Tarbiyah juga mencoba untuk mencetak guru-guru agama. Melihat kenyataan
ini berarti telah Nampak pengaruh istilah Tarbiyah di perguruan Tinggi Islam
di Indonesia.
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Pendidikan Islam Dalam Perspektif Tarbiyah, Taklim,dan
Takdib
Hakikat pendidikan islam dapat dikembangkan dari makna
tarbiyah, taklim, dan takdib dalam islam. Tiga kata itulah yang
mewakili bagaimana hakikat pendidikan dalam islam.
a. Pengertian kata ‘tarbiyah’
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Istilah tarbiyah berasal dari kata raba, rabiya dan rabba. Kata
raba-yarbu, dengan arti nama-yannmu artinya: bertambah; tumbuh
menjadi besar. Kata rabiya-yarba dengan wazan khafia-yakhfa
artinnya naik, menjadi besar/dewasa, tumbuh berkembang. Kata
rabba- yarubbu, dengan arti aslahahu (memperbaikinya).1 Menurut
al- Ashfahani dalam Mu`jam Alfaz Alquran bahwa asal kata al-
rabb iahlah tarbiyah yaitu menumbuhkan sesuatu sedikit demi
sedikit sampai batas kesempurnaan.2
b. Pengertian kata “taklim”
Secara bahasa (etimologi), ta’lim merupakan bentuk masdar
dari kata ‘allama- yu’allimu - ta’liman yang berarti pengajaran.
Dalam al quran, kata ta’lim muncul dalam berbagai surat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi) kata ta’lim adalah
merujuk kepada pengajaran yang bersifat pemberian atau
penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.3
Istilah lain yang juga digunakan dalam pendidikan islam
adalah kata taklim. Dalam sejarah pendidikan islam, terma
mu`allim telah digunakan untuk istilah pendidik. Menurut konsep
pendidikan islam, kata taklim lebih luas jangkauannya dan lebih
umum daripada kata tarbiyah4.
c. Pengertian kata “takdib”
Secara bahasa ta`dib dari kata addaba-yuaddibu yang artinya
adab. Al-Attas dalam bukunya ”Konsep Pendidikan Dalam Islam”
memberikan pendefinisian tentang Ta’dib dengan pendapatnya,
Pendidikan dalam kenyataanya adalah Ta’dib karena adab,
sebagaimana didefinisikan disini, sudah mencakup”ilmu dan amal”
sekaligus.
Nabi Muhammad SAW beliau bersabda: ”Tuhanku telah
mendidikku, dan dengan demikian menjadikan pendidikanku yang
terbaik”. Mashdar 'Addaba yakni Ta’dib yang telah diterjemahkan
1
Maragustam, filsafat pendidikan islam,(yogyakarta: kurnia kalam semesta)hlm 15
2
Ibid hlm 16
3
http://arisutomotulungagung.blogspot.com/2017/03/tarbiyah-talim-dan-tadib.html
4
Ibid hlm 19
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
5
M.Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Islam, (ttp;.tnp.,t.t.), hal.38.
6
Ibid, hal 44-45
7
Ibid, hal-50
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 2 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), 111
9
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),
185.
10
Hereditas adalah totalitas sifat-sifat karakteristik yang dibawa atau dipindahkan dari
orang tua ke anak keturunannya.
11
Netty Hastati dkk., Islam dan Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
174-175.
12
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), 59.
13
Netty Hastati dkk,. Islam, 175
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
14
H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 89.
15
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme
John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), 28.
16
Juhaya S. Praja, Aliran- Aliran Filsafat dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997), 71
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
17
Lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian terdiri dari 5 aspek
yaitu, geografis, sosiologis, cultural dan psikologis.
18
Netty Hartati dkk., Islam, 172.
19
Ngalim Purwanto, Ilmu, 59.
20
Netty Hartati dkk., Islam, 172
21
H.M. Arifin, Ilmu, 94.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
2) Perbedaannya:
Karena adanya perbedaan konsep fitrah dan teori tabula rasa,
maka peranan pendidik dalam pendidikan Islam lebih terbatas
dibandingkan dengan peranan pendidik aliran empirisme dalam
membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didik (peserta
didik) tersebut.22 Masih dalam kerangka teori fitrah dan tabula rasa,
keduanya sama-sama berarti bersih. Namun fitrah berarti bersih
dan suci serta ada potensi tauhid. Sedangkan tabula rasa berarti
bersih saja (tidak suci) dan tidak punya potensi tauhid.
h. Konvergensi
Konvergensi berasal dari kata converge yang berarti “bertemu,
berpadu”. Terhadap pertentangan dua aliran diatas, maka William
Stern berusaha mengambil langkah yang lebih moderat. Menurutnya
perkembangan manusia itu bergerak secara konvergen antara nativisme
atau keturunan dan empirisme atau lingkungannya, termasuk
pendidikan.23
Jadi, konvergensi adalah suatu aliran yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dan perpaduan
antara faktor hereditas dan lingkungan. Menurut aliran ini hereditas
tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan
dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan
membina kepribadian yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas.
Penentuan kepribadian seseoang ditentukan oleh kerja yang integral
antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal
(lingkungan pendidikan).24 Keduanya berproses secara konvergen
tanpa bisa dipisahkan.
22
Muis Sad Iman, Pendidikan, 28
23
http://www.reformasi- institute.com/index
24
Netty Hartati dkk., Islam, 178.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
i. Tokoh-tokoh Konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William Stern (1871-1938) dan Alfred
Adler.25 Itulah tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh dalam aliran
konvergensi.
1) Persamaannya:
Keduanya mengakui pentingnya faktor endogen dan eksogen
dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta didik.
2) Perbedaannya:
Dalam Islam kemana kepribadian itu harus dibentuk dan
dikembangkan sudah jelas yaitu ma’rifatullah dan bertakwa kepada
Allah sedang dalam pendidikan konvergensi yang berdasarkan
antroposentris pembentukan dan pengembangan kepribadian
diarahkan untuk mencapai kedewasaan dan kesejahteraan hidup di
dunia.26
Selain meyakini bahwa faktor internal (bawaan) dan eksternal
(lingkungan) sangat berpengaruh dalam pendidikan, yaitu
pembentukan kepribadian muslim yang berkualitas. Dalam Islam
yang terpenting adanya hidayah dari Allah sebagai penentu
keberhasilan dalam pendidikan.
Dengan pengertian pendidikan islam tidak hanya terbatas pada
menumbuhkan, mengembangkan, memilihara, memimpin dan menjaga
potensi-potensi peserta didik pada masa anak-anak tetapi juga sampai
dewasa bahkan sampai akhir kehidupan manusia itu sendiri. Proses
pendidikan tidak hanya terbatas pada pendidikan informal (keluarga)
tetapi juga pendidikan formal seperti sekolah dan pendidikan
nonformal, seperti kursus-kursus, media, pelatihan, bahkan perjalanan
hidup manuasia adalah pendidikan.
Proses pendidikan islam tidak hanya terbatas pada pendidikan yang
bersifat materi seperti jasmani tetapi juga pendidikan immateri, seperti
akal, hati, rasa dan pritualitas keagamaannya. Dan ini sejalan dengan
pengertian pendidikan yang terdapat dalam UU Sisdiknas nomor 20
25
Sumadi Suryabrata, Psikologi, 189.
26
Muis Sad Iman, Pendidikan, 28.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk
mewuujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
C. KESIMPULAN
Pengertian pendidikan islam tidak terlepas pada kata dan makna dari
tarbiyah, taklim dan takdib, karena tiga hal ini saling terhubung dalam
proses pendidikan, yang artinya menumbuh kembangkan potensi peserta
didik dengan pemberian pengetahuan dan ketrampilan supaya peserta
didik tersebut faham akan dirinya dan penciptanya. hakikat pendidikan
islam ialah suatu proses pendidikan yang dialami didunia ini untuk
mengambil hikma dan pembelajaran dari pristiwa tersebut. Pendidikan non
islam (nativisme, empirisme dan konvergensi) dalam prosesnya tidak
melibatkan campur tangan tuhan didalam nya.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB II
HAKIKAT MANUSIA, DAN MASYARAKAT
(Afisgo Pratama)
A. PENDAHULUAN
Struktur ide pendidikan dalam Islam ialah manusia dan masyarakat yang
menjadi salah satu ide pendidikan. Berbicara soal manusia tentu tidak pernah
ada habisnya. Jika ada seseorang merasa tuntas telah membicarakan soal
manusia berarti sama saja dengan memperkecil makna dan kandungan
kapabilitas memahami persoalan tentang manusia itu sendiri. Hakikat manusia
tidak akan pernah ditangkap secara utuh dan pasti, karena banyaknya dimensi
dan misteri yang dikandungnya. Maka setiap kali seseorang selesai memahami
dari satu dimensi tentang manusia, maka muncul pula dimensi lainnya yang
belum ia bahas27.
Manusia dalam pendidikan menempati posisi sentral, karena manusia
selain dipandang sebagai subjek, bisa dilihat sebagai objek pendidikan itu
sendiri (Imam Barnadib. 1988). Sebagai subjek, adalah manusia sebagai
pelaku dalam dunia pendidikan. Selain itu juga manusia menentukan corak
dan arah pendidikan, khususnya manusia dewasa bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pendidikan dan secara moral berkewajiban atas
perkembangan pribadi peserta didik. Sedangkan sebagai objek, adalah
manusia sebagai pokok tujuan dalam pendidikan. Manusia menjadi fokus
perhatian segala teori dan praktik pendidikan. Konsep pendidikan harus
mengandalkan pemahaman mengenai siapa manusia itu sebenarnya28.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Karena dia adalah makhluk sosial
yang selalu tergantung kepada orang lain. Disamping manusia bergantung
kepada manusia lain, juga karakteristik manusia itu ialah berkemampuan
menyesuaikan diri (adaptability) dengan kondisi lingkungan yang dia hadapi.
Kemampuan menyesuaikan diri itu dapat dilakukan manusia karena ia diberi
kemampuan berpikir (kognitif), merasa (afektif), dan melakukan
(psikomotorik). Ummah (masyarakat) adalah kumpulan manusia yang saling
27
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Manghadapi
Arus Global, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2016. hlm. 60.
28
Ibid., hlm. 61.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
berinteraksi bersama yang diikat oleh sesuatu (keyakinan atau agama, warisan
budaya, lingkungan sosial, keluarga, politik, tanah air, perasaan, cita-cita dan
lain-lain) dalam rangka mencapai tujuan hidup.29
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat manusia dalam Islam
Tuhan menciptakan manusia terdiri dari unsur ruh (jiwa, roh,
ruhNInyawa) dan jasad. Ruhani, dan jasad, adalah dua unsur yang tidak
dapat dipisah satu sama lain dan keduanya merupakan satu kesatuan dan
saling menyempurnakan dalam pembentukan manusia30.
Asal usul manusia terbagi menjadi dua yakni (1) Adam sebagai nenek
moyang manusia dan (2) manusia pada umumnya sebagai keturunan
Adam. Penyebutan asal usul penciptaan Adam beragam dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an memakai istilah tin, turab, salsal seperti fakhkar, dan salsal
yang berasal dari hama’ masnun.
a) Kata Tin.
Kata tin antara lain terdapat pada QS. Al-Mu’minun (23):12.31
َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِم ْن ُس اَل َلٍة ِم ْن ِط يٍن
Arinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah”.
Pada umumnya para musfassir mengartikan kata tin dengan saripati
tanah lumur atau tanah liat. Menurut Ibnu Katsir (1966), Ahmad
Musthofa (1974), Jamal (1952), dan Magjunah (1969) bahwa kata tin
berarti bahan penciptaan adam dari komponen saripati tanah liat.
29
Ibid., hlm. 82.
30
Ibid., hlm. 62
31
Tafsir web, surat al-muminun ayat 12, dikutip dari https://tafsirweb.com/5904-surat-al-
muminun-ayat-12.html, html, pada selasa,tanggal 19 febuari 2019, pukul 19.20 WIB.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
b) Kata Turab.
Kata turab antara lain terdapat pada QS. Al-Kahf (18):3732.
َقاَل َلُه َص اِح ُبُه َو ُهَو ُيَح اِو ُر ُه َأَكَفْر َت ِباَّلِذ ي َخ َلَقَك ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُنْطَفٍة ُثَّم َس َّواَك َر ُجًل
Artinya: “Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia
bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia
menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”.
Menurut Nazwar Syamsu (1983) bahwa semua ayat yang mengandung
kata turab berarti saripati tanah. Muhammad Jawwad membagi asal usul
penciptaan manusia menjadi dua yakni (1) langsung dari saripati tanah
tanpa perantara yakni Adam dan (2) tidak langsung dari tanah seperti
menciptakan Bani Adam berasal dari nutfah (mani) dan darah, yang
keduanya berasal dari berbagai macam makanan.
c) Salsal seperti fakhkar yang berasal dari hama’ masnum.
Kata salsal terdapat ada QS. Al-Rahman (55): 1433.
َخ َلَق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َص ْلَص اٍل َك اْلَفَّخ اِر
Artinya: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”.
Menurut Fachrur Razy (tth), dimaksud dengan salsal ialah tanah
kering yang bersuara dan belum dimasak. Jika salsal sudah dimasak
jadilah dia (fakhkhar) sebagai komponen penciptaan Adam. Sedangkan
kata salsal yang berasal dari hama’ masnun, menurut al-Maraghi (1974)
ialah tanah kering, keras, bersuara, yang dapat diukir, warna hitam yang
dapat diubah-ubah, yang dituangkan dalam cetakan agar menjadi kering.
Seperti barang-barang permata yang dicairkan dan dituangkan dalam
cetakan.
d) Peniupan ruh.
32
Tafsir web, surat al-kahfi ayat 37, dikutip dari https://tafsirweb.com/4863-surat-al-kahfi-
ayat-37.html, html, pada selasa, tanggal 19 februari 2019, pukul 19.55 WIB.
33
Tafsir web, surat alr-rahman ayat 14, dikutip dari https://tafsirweb.com/10362-surat-ar-
rahman-ayat-14.html, html, pada selasa, tanggal 19 februari 2019, pukul 20.17 WIB.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
34
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Manghadapi Arus
Global, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2016. hlm. 62-64.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
35
Ibid., hlm. 67-69.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-
lain.
Potensi-potensi manusia yang telah disebutkan sebenarnya akan cukup
untuk menggambarkan bagaimana kompleksitas potensi manusia itu. Hal
itu tergambar pada QS. At-Tin (95):4. Allah menciptakan manusia dalam
bentuk yang paling baik, baik dari segi potensi materi seperti fisiknya
maupun potensi immateri seperti daya roh, akal, hati, fitrah. Yang dengan
potensi-potensi tersebut, manusia bisa membedakan yang benar dari yang
salah, yang baik dari yang jelek, menimba ilmu pengetahuan, mewujudkan
cia-citanya, dan mengelola alam semesta ini36.
36
Ibid., hlm. 70-79.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
yang dasar, inseting, perasaan, dengan pikiran, kemauan dan fantasi. Budi
inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang
bermakna dengan alam sekitranya dengan jalan memberi penilaian
terhadap obyek dan kejadian.
Kemampuan menyesuaikan diri itu dapat dilakukan manusia karena ia
diberi kemampuan berfikir (kognitif). Merasa (afektif), dan melakukan
( psikomotorik). Untuk itu manusia disebut makhluk sosial karena, (1)
Ketergantungannya kepada manusia lain, (2) berkemampuan
menyesuaikan diri, (3) berkemampuan berfikir, merasa, dan melakukan,
dan (4) berkebutuhan mengembangkan dan menyempurnakan dirinya
dengan bantuan orang lain. Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian
masyarkat. Menurut Plato tidak membedakan antara pengertian Negara
dan masyarakat. Negara adalah kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan.
Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Sedangkan menurut Comte
memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu
pandangan tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agriget
(gerombolan) individu-individu (Loren Bagus, 2000).
Al-Quran membahas tentang masyarakat dalam beberapa istilah,
diantaranya menggunakan istilah ummah, qaum, qabilah, sya’b, tha’ifah
atau jama’ah. Namun dari sekian banyak istilah yang digunakan al-Quran
lebih banyak menggunakan istilah ummah. Al-Quran menyebut kata
ummah sebanyak 51 kali. Sedangkan kata umam sebanyak 31 kali.
Menurut Ali Syari’ati (1989) makna genetik ummah memiliki
keunggulan.
Setelah membandingkan dengan istilah qaum, qabilah, sya’b, tha’ifah,
jama’ah dan lain-lain, ia berkesimpulan bahwa ummah memiliki
keunggulan muatan makna, yakni bermakna kemanusiaan yang dinamis,
bukan entitas beku atau statis. Ummah menurutnya berasal dari kata amma
artinya bermaksud (qashda) dan berniat keras (‘azama). Pengertian ini
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
memuat tiga makna yaitu ”gerakan”, ”tujuan” dan “ketetapan hati yang
besar”.
Menurut Jhon Perince (1971) bahwa kata ummata berarti penduduk,
bangsa, ras, kelompok, ketentuan, istilah tertentu, waktu dan agama
tertentu. Muhammad Ismail Ibrahim mengartikan dengan “kelompok
manusia, muallim, seseorang yang baik pada semua seginya, agama dan
waktu (1968).
Dari berbagai pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa ummah
(masyarakat) adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi bersama
yang diikat oleh sesuatu (keyakinan atau agama), warisan budaya,
lingkungan sosial, keluarga, polotik, tanah air, perasaan, cita-cita dan lain-
lain) dalam rangka mencapai tujuan hidup37.
b. Ciri-ciri masyarakat ideal dalam Al-Qur’an
1) Adanya ide kesatuan dalam terma ummah. Ummah adalah komunitas
agamawi secara menyeluruh dan totalitas. Ide ini antara lain terdapat
pada QS. Al-Baqarah (2):213; Al-Maidah (5):48; Yunus (10):19; Huud
(11):21; An- Nahl (16):93; Al-Anbiyaa’ (21):92; dan Asy Syuraa
(42):8. Tuhan menciptakan manusia sebagai masyarakat yang satu yang
terikat sebagian dengan sebagian lainya. Manusia tidak bisa hidup
kecuali bermasyarkat yang saling membantu antara sebagian dengan
bagian lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2) Dalam bermasyarakat (ummah) membutuhkan pemimpin atau uswatun
hasanah atau pedoman dan petunjuk, yang dijadikan model dalam
merealisasikan kewajiban moral religiusnya dan untuk menciptakan
tatanan dunia yang etis, adil dan egalitarian. Untuk menjadi pemimpin
(imam) masyarakat haruslah melalui pendidikan dan pengalaman, dan
sedangkan imam berupa pedoman atau kitab haruslah datangnya dari
suatu yang tidak punya kepentingan yakni Allah SWT. Kata ummah
yang berarti pemimpin ini dapat ditemui dalam Al-Quran Q.S. Al-
37
Ibid., hlm. 82-84.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
38
Ibid., hlm. 84-86.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
ini orang (manusia) yang hanya akan menumpahkan darah serta merusaknya?
”Allah menjawab: Aku lebih tahu dari apa yang tidak kau ketahui”. Setelah Adam
di jadikan sebagai manusia Allah mengajarkan semua nama-nama barang (Q.S.
Al-Baqarah 30-31). Asal usul manusia terbagi kepada dua yakni (1) Adam
sebagai nenek moyang manusia dan (2) manusia pada umumnya sebagai
keturunan Adam. Penyebutan asal usul penciptaan Adam beragam dalam
Alquran. Alquran memakai istilah fin, turab,
salsal seperti fakhkhar, dan salsal yang berasal dari hama masnun.
Al-Qur’an membahas tentang masyarakat dalam beberapa istilah, diantaranya
menggunakan istilah ummah, qaum, qabilah, sya’b, tha’ifah atau jama’ah.
Namun dari sekian banyak istilah yang digunakan Al-Qur’an lebih banyak
menggunakan istilah ummah. Al-Qur’an menyebut kata ummah sebanyak 51 kali.
Sedangkan kata umam sebanyak 31 kali. Menurut Ali Syari’ati (1989) makna
genetik ummah memiliki keunggulan. Setelah membandingkan dengan
istilah qaum, qabilah, sya’b, tha’ifah, jama’ah dan lain-lain, ia berkesimpulan
bahwa ummah memiliki keunggulan muatan makna, yakni bermakna
kemanusiaan yang dinamis, bukan entitas beku atau statis. Ummah menurutnya
berasal dari kata amma artinya bermaksud (qashda) dan berniat keras (‘azama).
Pengertian ini memuat tiga makna: ”gerakan”, ”tujuan” dan “ketetapan hati yang
besar”39.
39
PI UII, hakikat manusia dan masyarakat, dikutip dari
http://piuii17.blogspot.com/2018/09/hakikat-manusia-dan-masyarakat.html, html, pada selasa tanggal
19 februari 2019.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB III
HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
(Ammar Yusuf)
A. PENDAHULUAN
40
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2011) hlm. 29. Lihat juga
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009) hlm.107. Al-Rasyidin
dan Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), Suparlan Suhartono,
Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta : Ar-Ruz Media, 2007), dan Bertrand Russel, Sejarah Filasafat
Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004)
41
Ibid., hlm. 31-32
42
Secara kuantitas, jumlah umat Islam di seluruh dunia saat ini adalah sekitar 1,5 milyar jiwa
dan menjadi agama dengan pengikut terbanyak kedua setelah Kristiani (secara umum) dengan jumlah
jemaat sekitar 2 milyar jiwa. Lihat Youval Noah Harari, Homo Deus, (Jakarta : Pustaka Alvabet,
2018) hlm. 201
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
43
Agus Purwanto mencoba menafsirkan beberapa ayat kauniyah dengan mengklasifikasikan
ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta, salah satu diantaranya ialah Q.S. an-Naml ayat 18.
Dalam tafsirannya yang menggunakan pendekatan tekstual (sharaf) dan saintifik (observing), Agus
menjelaskan bahwa pesan tersirat yang terdapat pada ayat tersebut adalah kelompok semut memiliki
beberapa kelebihan yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia, diantaranya menggunakan konsep
matriarki (karena dipimpin oleh Ratu), memiliki kemampuan navigasi yang baik, menjalankan konsep
pertanian, kerja kolektif, dsb. Lebih jelas lihat Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta,(Bandung : Mizan,
2015) hlm. 210-212
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
"Wahai Abu Zar, keluarmu dari rumah pada pagi hari untuk
mempelajari satu ayat dari kitab Allah, itu lebih baik dari pada
engkau mengerjakan sholat seratus rakaat”. (HR.Ibnu Majah)
Selain beberapa hadits di atas, masih banyak lagi hadits yang
mengungkapkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Tidak hanya
perkataan, bahkan berbagai tindakan Muhammad SAW sendiripun
merupakan salah satu contoh dari penguasaan tentang ilmu seperti
pengetahuan sejarah, politik, kepemimpinan, antologi (sastra), sosial,
bahkan saintifik.44
Berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an dan Hadits yang telah
disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki pandangan
yang serius terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki
keutamaan yang tidak hanya berguna bagi kehidupan di dunia, tetapi
juga bagi kehidupan di akhirat.
44
Pada masa sekarang, banyak sekali interpretasi dari berbagai ritual keagamaan yang
dilakukan oleh umat Islam seperti Puasa, Sholat, dan haji dengan menggunakan pendekatan saintifik
seperti psikologi, sosial, bahkan pendekatan biokimia.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
c. Akal (Rasio)
Manusia merupakan ciptaan Allah yang ditugaskan untuk
mengemban dua amanah yakni sebagai wakil Allah di bumi (khalifah
fi al-ardh) dan sebagai hamba Allah (abdillah). Sebagai wakil Allah,
48
Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) hlm.
43-48
49
Agus Purwanto, Ayat… hlm.
50
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009) hlm.121
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
51
Zubaedi, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 7
52
Danusiri, Epistemologi…. Hlm. 46-48
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
53
Ibid., hlm. 45
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB IV
HUBUNGAN ANTARA HEREDITAS, LINGKUNGAN DAN KEBEBASAN
(Anas Ahmad Rahman)
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan sebuah jalan hidup yang ada atas keridhoan Allah
SWT. Sehingga dengan ridho dari sang pencipta semesta inilah yang membuat
ia sempurna. Karena ia berasal dari yang maha sempurna. Pendidikan Islam
pada hakikatnya bertujuan untuk mencetak generasi manusia yang sadar akan
perannya sebagai Khalifah di bumi, dan perannya sebagai hamba Allah yang
semestinya mampu memegangi nilai-nilai agama dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam dalam kehidupannya (beribadah). Adapun komponen pendidikan
ialah adanya pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, metode, dan lain-
lain.54 Dalam hal ini pembahasan tentang pendidik maupun peserta didik
mengarah pada pembahasan tentang konsep manusia.
Pada dasarnya manusia itu terlahir dalam keadaan fitrah atau suci.
Manusia diciptakan Allah dengan bermacam-macam perbedaan, yang
disebabkan karena perbedaan hereditas (keturunan) dari masing-masing orang
tua. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain,
lingkungan sekitar dan tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan
lingkungan sebagai sarana untuk mengembangkan dirinya. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan mempunyai peranan yang
sangat penting. Manusia mempunyai kebebasan dalam melakukan segala hal,
namun kebebasan itu haruslah kebebasan yang bertanggungjawab dan tidak
54
Arif Ridha, “Kebebasan Dalam Pendidikan Islam”, (e-journal stitahlussunnah abstract),
hlm. 61.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Hereditas, Lingkungan, dan Kebebasan Manusia
a. Hakikat Hereditas
Menurut Morris L. Bigge (1982) bahwa sifat dasar/bawaan dasar
moral adalah baik, jelek, atau netral sedangkan hubungan manusia
dengan lingkungannya bersifat aktif, pasif, dan interaktif. Dari konsep
ini berlanjut dengan lahirnya hukum empirisme, nativisme, dan
konvergensi.56
1) Teori (hukum) Empirisme
Teori empirisme ini mengatakan bahwa perkembangan dan
pembentukan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor
lingkungan, termasuk pendidikan. Sebagai pelopor empirisme
ialah John Locke (1632-1704) yang dikenal dengan teori
“tabularasa” atau empirisme. Menurut teori tabularasa, bahwa tiap
individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang
memberi corak atau tulisan dalam kertas putih tersebut. Bagi John
Locke pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang
menentukan pribadi seesorang.
2) Teori (hukum) Nativisme
Teori ini dipelopori oleh Athur Schopenhauer (1788-1860)
mengatakan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh
55
Diyah Puspitasari, “Hakikat Hereditas, Lingkungan Dan Kebebasan Manusia”, E-Learning
56
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukkan Karakter Menghadapi Arus
Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 2014), hlm. 100-101.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
57
Ibid, .hal. 101-102.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
tertentu dari sumber aslinya, seperti dari ayah dan menyalin sifat lain
dari sang ibu.58
Prinsip-prinsip hereditas seperti ditulis oleh Ki RBS. Fudyartanto
(2002) ada empat, yakni prinsip reproduksi, prinsip konformitas,
prinsip variasi, dan prinsip filial.
1) Prinsip Reproduksi
Hereditas yang diturunkan kepada anak oleh orangtuanya
menurut prisip ini adalah berbeda satu dengan yang lain. Bakat
yang diperoleh anak berasal dari belajar bukan dari sel-sel benih
yang diturunkan oleh kedua orangtuanya.
2) Prinsip Konformitas
Berdasarkan prinsip konformitas setiap jenis atau golongan
(spesies) akan menghasilkan jenisnya sendiri bukan jenis yang
lain. Contohnya jenis manusia pasti akan menghasilkan jenis
manusia bukan yang lain.
3) Prinsip Variasi
Prinsip ini memberikan landasan berpikir bahwa sel-sel benih
(germsel) berisi banyak determinan yang mempunyai mekanisme
percampuran atau perpaduan sehingga menghasilkan perbedaan-
perbedaan individual.
4) Prinsip Regresi Filial
Prinsip regresi filial adalah bahwa sifat-sifat dari orangtuanya
akan menghasilkan keturunan dengan kecenderungan pada sifat
rata-rata pada umumnya.59
58
Ibid., hlm. 102.
59
Ibid., hlm. 102-104.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
60
Purwa Atmaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013),
hal. 87.
61
Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011),
hal. 64-65.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
62
Ibid., hlm. 65-66.
63
Ibid., hlm. 21-22.
64
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan
Interdisipliner, Cet. IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 83
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
67
Anisa Intan Permatasari, analisis filosofis tentang hereditas, lingkungan dan kebebasan
manusia dan hidayah Tuhan dalam persfektif filsafat pendidikan Islam.
http://piuii17.blogspot.com/2018/09/analisis-filosofis-tentang-hereditas.html, diakses pada 18 Februari
2019 pukul 14.00
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
c. Sosio kultural
Secara sosio-kultural berarti lingkungan mencakup segala stimulasi
interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atau
68
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus
Global, (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2014), hal. 107.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
karya orang lain, pola hidup keluarga, pendidikan, tradisi, dan ilmu-ilmu
sosial.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan
fisik adalah lingkungan alam, seperti keadaan geografis, iklim, kondisi
ekologi dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah
lingkungan yang berupa manusia manusia yang ada disekitar individu, yang
berinteraksi dengan mereka, seperti orangtuanya, saudara-saudaranya,
tetangganya dan lain-lain.
Agama Islam adalah agama yang menaruh perhatian penting terhadap
faktor heriditas. Hal tersebut ditunjukan dengan beberapa hadis Nabi yang
mengindikasikan pentingnya seseorang dalam memilih pasangan karena
akan berdampak pada keturunan yang akan dilahirkan. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: Jauhilah kalian rumput yang hijau. Para sahabat
bertanya: Apakah yang dimaksud dengan rumput hijau itu ya Rasulullah?
Beliau menjawab: yaitu wanita yang sangat cantik, yang tumbuh
(berkembang) di tempat yang tidak baik (HR. Daruquthni.). Tentu tujuan
pemilihan jodoh tidak sekedar memperhatikan sisi kecantikan atau
ketampanannya namun juga memperhatikan heriditas dan kualitas
agamanya.69
Akan tetapi faktor heriditas tidak berjalan secara otomatis, karena
dengan adanya kehendak kebebasan manusia, akan mampu mengalahkan
pengaruh faktor al-warisah dan lingkungan atas pertolongan Allah. Allah
telah menggariskan bahwasanya dalam diri manusia terdapat dua
kecenderungan arah yaitu kearah perbuatan fasiq (menyimpang dari
peraturan) dan kearah ketaqwaan (mentaati peraturan dan perintah). Dengan
demikian manusia memiliki kemungkinan untuk mendidik diri dan orang
lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai kehendak Allah SWT
melalui berbagai metode ikhtiarnya. Disini terlihat bahwa manusia memiliki
69
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 156.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
lain merupakan hasil dari interaksi antara tabiat, kehendak dan kemauan
bebasnya dan faktor lingkungannya.70
C. Kesimpulan
Berbagai ahli pendidikan, psikologi, biologi, sampai saat ini masih
memperdebatkan mengenai faktor yang paling mempengaruhi dalam
perkembangan manusia, yaitu heriditas dan lingkungan. Beberapa
mengganggap heriditas adalah yang paling unggul, sedangkan yang lain
berpendapat bahwa pendidikan dalam arti lingkungan mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Pada akhirnya sebuah aliran muncul untuk menengahi
kedua pertentangan tersebut, yaitu aliran konvergensi. Aliran konvergensi
berupaya memadukan kedua faktor tersebut dalam perkembangan manusia,
terutama dalam pembentukan kepribadian maupun potensi. Potensi dasar
sesungguhnya merupakan fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir,
dan setelah itu lingkungan yang berperan menumbuhkembangkan potensi
tersebut secara maksimal. Sehingga keduanya tidak dapat saling dipisahkan
demi mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan kedua hal tersebut, Allah
pada hakikatnya memberikan kebebasan bagi manusia untuk “memilih” dan
“berusaha”, tidak selalu hanya bergantung pada pembawaan, karena tanpa
usaha, maka heriditas tersebut juga sama saja tidak dapat maksimal
berkembang. Bentuk kebebasan tersebut dijamin oleh Allah melalui firman-
Nya, namun tetap dibatasi oleh takdir Allah sebagai penentu hasil dari usaha
yang dilakukan. Maka benar jika ada sebuah ungkapan “Orang baik tidak
selamanya baik, begitupun orang yang buruk tidak selamanya buruk”.
Disinilah letak keadilan Allah pada seluruh makhluknya.
70
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter
Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2014), hlm.
110.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB V
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI PENDIDIK
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgent dalam sebuah
masyarakat, terutama Bangsa dan Negara. Tanpa adanya pendidikan maka
tidak akan ada progress dalam kehidupan dan semua bersifat stagnan. Tanpa
adanya pendidikan juga akan membuat suatu negara semakin ketinggalan dari
negara – negara lain. Permasalahan – permasaalahan yang ada pun tidak akan
dapat terselesaikan.
Dalam pendidikan haruslah ada tujuan yang ingin dicapai, atau dengan
kata lain harus ada kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik
agar pendidikan tersebut berarah dan memiliki arti. Tujuan pendidikan yang
dirumuskan pun haruslah didasarkan pada tujuan masyarakat, atau dengan kata
lain tujuan pendidikan dirumuskan dengan berdasar pada Falsafah negara dan
Ideologi Bangsa. Karena jika tidak ada kesinambungan diantaranya, maka akan
terjadi kesenjangan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Hubungan antara Tujuan
Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Nasional, Kompetensi, Falsafah Negara
dan Keyakinan Bangsa. untuk mengetahui keterkaitan dari masing- masing hal
tersebut.
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Tujuan Pendidikan
a. Tujuan pendidikan Islam
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud,
atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut
Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah
suatu usaha atau kegiatan selesai. 71 Tujuan pendidikan adalah suatu
71
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 133
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
72
Noeng Muhadjir, ilmu pendidikan dan perubahan sosial: teori pendidikan pelaku sosial kreatif,
Yogyakarta; Rake Sarasin,2000
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.73
Tujuan insidental merupakan peristiwa tertentu yang direncanakan,
akan tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tingkat
tertentu. Dilihat dari pendekatan sistem instruksional tertentu,
pendidikan Islam bisa dibagi dalam beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut:
1) Tujuan instruksional khusus (TIK), diarahkan pada setiap bidang
studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh peserta didik.
2) Tujuan instruksional umum (TIU), diarahkan pada penguasaan atau
pengalaman suatu bidang studi secara umum atau garis besarnya
sebagai suatu kebulatan.
3) Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-
garis besar program pengajaran di tiap institusi pendidikan.
4) Tujuan institusional, adalah tujuan yang ingin dicapai menurut
program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan
tertentu secara bulat seperti tujuan institusional SLTP/ SLTA.
5) Tujuan Umum Pendidikan atau Tujuan Pendidikan Nasional,
adalah cita- cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui
proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem
formal (sekolah), sistem nonformal (nonklasikal dan nonkurikuler),
maupun sistem informal (yang tidak terkait oleh formalitas
program, waktu, ruang dan materi).
Tujuan akhir dari pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
realisasi dari cita- cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi
bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat.74
Tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam
sedunia di Islamabad tahun 1980, adalah pendidikan harus
merealisasikan cita- cita (idealitas) islami yang mencakup
pengembangan kepribadian muslim yang bersifat
73
Lihat Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan penjelasannya, Cet. I
(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm. 12
74
M. Arifin, ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) hlm. 27-28
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
75
The 2nd Conference on Muslim Education, International Seminar on Islamic Concepts and
Curricula, Recommendation, 15-20, March 1980, Islamabad.
76
Zakiyah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. Ibid,. 29
77
Saiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), hlm. 33
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
78
Saefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: CV. Alfabeta, 2009) hlm. 44
79
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
hlm.26
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
83
Ibid., hlm. 167
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
84
Kirdi dipoyudo, Pancasila Arti dan Pelaksanaanya (Jakarta: Yayasan Proklamasi CSIS, 1984)
hlm. 11-12
85
Ibid., hlm. 91
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
86
Kaelani, Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia (Yogyakarta: Paramadina),
hlm. 55-56
87
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Disekolah (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2002)
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
88
Abdul mujib;jusuf mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam,kencana prenada
media,Jakarta,2006,hal.87.,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
89
Ibid. Hal 88
90
Ahmad ludjito, pemikiran al-Ghozali tentang pendidikan,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998,
hal.63.
91
Sama’un bakry,Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam,pustaka bani
quraisy,Bandung,2005,hal.47.,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
92
Hasan Basri, Filafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 57-70
93
Abdul mujib;jusuf mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam,kencana prenada
media,Jakarta,2006,hal.88
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
97
Ibid. Hal. 95-96
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB VI
HAKIKAT, ASAS-ASAS, KOMPONEN, PRINSIP-PRINSIP, DAN
ORIENTASI KURIKULUM DALAM ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
(Aris Setiawan)
A. PENDAHULUAN
Berbicara tentang kurikulum adalah berbicara tentang kontens dan
struktur keilmuan dalam pendidikan.Kurikulum sebagai komponen utama
harus mendapat aksentuasi yang mendalam bagi setiap pengembang dan
praktisi di setiap satuan pendidikan.Kurikulum pendidikan Islam, seperti
yang diinginkan para pakar dan ahli pendidikan Islam, harus dibangun dari
formulasi pemahaman terhadap wahyu ilahiyah dan realitas empirik yang
mewadahinya (kauniyah). Kurikulum pendidikan Islam memiliki misi
untuk menjabarkan pesan kitab suci dan sunnah Nabi agar dapat
membenahi kualitas hidup manusia ke arah lebih baik. Suatu misi (risalah)
kemanusiaan yang sangat mulia dalam rangka membentuk sikap mental
lulusan yang berperadaban dan menjunjung tinggi nilai insani.Sesuai
dengan konteks Indonesia, pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh
budaya, ideologi dan cara keberagamaan yang kuat. Oleh karenanya,
kurikulum pendidikan Islam diformat yang mampu menyentuh sesuatu
yang substansial seperti yang dikehendaki oleh nilai-nilai budaya, ideologi
dan tingkat keberagamaan yang terdapat dalam bangsa ini.Kontekstualisasi
kurikulum pendidikan Islam diharapkan memberikan kontribusi yang
positif terhadap prilaku peserta didik, terutama pembetukan budi pekerti,
kesadaran spiritualitas keagamaan, serta kematangan intelektual dan
profesional. Perbicangan kita tentang kurikulum dalam pendidikan islam
akan mengandung : pentingnya kurikulum ini bagi masyarakat atau negara
dan bagi ibu-bapak, kanak-kanak dan pelajar-pelajar sendiri, konsep
kurikulum pada pendidikan modern dan pendidikan Islam, ciri-ciri umum
bagi kurikulum dalam pendidikan Islam 98, Hakikat Kurikulum, Asas-asas
Kurikulum dalam Islam, Komponen Kurikulum (tujuan, isi/materi, metode
dan evaluasi), Prinsip-prinsip kurikulum dalam Islam, Orientasi
Kurikulum dalam Islam Dan lain-lain.
98 1
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani, Filsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979, hlm. 475.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
99 2
Ibid., hlm 478.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
100 3
Lias Hasibuan, Kurukulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press,
2010, hlm. 38-40.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
103 6
Oemar amalik, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 28.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.105
a. Orientasi Pelastirian Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai
yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang
tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut
dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk
norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum
selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu
untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.
b. Orientasi Kebutuhan Sosial
Orientasi yang kedua ini memberi implikasi pada pemberian
kontribusi positif pendidikan pada kehidupan sosial bermasyarakat.
Untuk mewujudkan hal ini, harus dirumuskan pola pengaturan
kehidupan sosial yang dapat dijadikan pedoman bagi pendidikan
Islam.
c. Orientasi Pada Tenaga Kerjaan
Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme
jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya
makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis
lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara layak,
dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan
kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat
menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena
dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah
perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan
kerja.
105 8
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), hlm. 135.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB VII
ANALISIS FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN
ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
(Brotoseno)
A. PENDAHULUAN
Tolok ukur keberhasilan pendidikan terletak pada tahap implementasi,
dimana implementasi lebih mengarah pada aktivitas yang lebih praktis yang di
dalamnya terdapat perilaku untuk mengeksekusi dan mengarahkan.
Keberhasilan proses implementasi akan mendapat pengaruh dari berbagai
unsur baik itu unsur pendukung maupun penghambat serta adanya unsur
lingkungan, baik fisik maupun sosial budaya.106 Implementasi pendidikan di
Indonesia memang cenderung kompleks karena setiap daerah di Indonesia
memiliki tingkat kemajuan masyarakat yang cukup beragam dimana
keberagaman tersebut salah satunya dipengaruhi oleh sistem sosial yang
dikonstruksi oleh masyarakat di masing-masing wilayah tersebut sehingga
memunculkan kearifan lokal.
Kearifan lokal apabila dikaitkan dengan konteks pendidikan dan tujuan
yang akan dicapai, maka memiliki korelasi terhadap kurikulum dan
pengembangannya. Kurikulum adalah salah satu indikator penting bagi
pembaharuan pendidikan. Kurikulum dengan segala tujuan yang ditetapkan
tentu telah mengalami proses perencanaan yang matang, implementasi yang
baik serta evaluasi yang terarah. Oleh karena itu, pada tataran implementasi
kurikulum di Indonesia dengan adanya keberagaman yang ada tentu sangat
menarik jika kita mau mempelajari tentang kurikulum apabila dilihat dari
beragam aspek, salah satunya adalah pada aspek pengembangan kurikulum
pada pendidikan Islam. Pendidikan Islam memainkan peran penting dalam hal
ini karena Islam sebagai agama mayoritas telah mendapatkan posisi yang
sangat kuat dalam bidang apapun termasuk pendidikan. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai analisis filosofis pengembangan kurikulum
pendidikan Islam dalam perspektif filsafat pendidikan Islam.
106
Yoyon Bahtiar Irianto. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo,
2011). Hlm 41.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. PEMBAHASAN
1. Kurikulum Pendidikan Islam
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
menjelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.107 Kurikulum dapat dipandang sebagai
suatu program pendidikan yang kegiatannya telah melalui proses
perencanaan dan dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai sejumlah
tujuan-tujuan pendidikan tertentu.108 Kurikulum adalah suatu program
rancangan pendidikan yang memiliki isi dari sejumlah mata pelajaran
disertai program kegiatan yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu yang di kemas dalam
kegiatan kurikulum (intra curricular), kegiatan penyertaan kurikulum (co-
curriculum) dan luar kegiatan kurikulum (ekstrakurikuler). 109 Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
pendidikan yang memiliki berbagai komponen dan dikemas sedemikian
rupa dalam bentuk kegiatan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan untuk tujuan pendidikan tertentu.
Bentuk kurikulum bermacam-macam diantaranya adalah separate
subject curriculum, correlated curriculum, integrated curriculum dan
activity curriculum.
a. Separated- subject curriculum adalah setiap materi pelajaran memiliki
eksistensi sendiri dengan perangkat pengetahuan yang benar-benar
terpisah dari materi dan pengetahuan yang lain. Penganut kurikulum ini
tidak merasa mementingkan dalam mengadakan hubungan apapun antar
berbagai mata pelajaran. Antara satu dengan yang lainnya adalah
terpisah.
107
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
108
Zakiah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Hlm. 122.
109
Maragustam. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global. (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016). Hlm. 236.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
110
Ibid., hlm. 236-237.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
111
Kompri. Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015). Hlm 141-142.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
113
Abdullah Aly. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011). Hlm 43-60.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
117
Zakiah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Hlm. 123-125.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
118
Kompri. Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015). Hlm 153-156.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
kebutuhan peserta didik serta alam sekitar baik fisik maupun sosial
budaya; kelima, pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi minat
maupun bakatnya; keenam, menerima perkembangan dan perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat; ketujuh, keterkaitan
antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman dan aktivitas yang
terkandung dalam kurikulum.
An-Nahlawi (dalam Maragustam, 2018) menyatakan bahwa prinsip-
prinsip atau ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah: pertama, selaras
dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya,
menjaganya dari penyimpangan dan menyelamatkannya; kedua, diarahkan
untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat beribadah
kepada Allah SWT. Merealisasikan berbagai aspek tujuan tak lengkap
seperti: aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun intelektual. Hal ini
dimaksudkan berfungsi dalam meluruskan dan mengarahkan pola hidup
yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan asasi pendidikan;
ketiga, adanya pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya
memperhatikan periodisasi perkembangan peserta didik dan perbedaan
individu serta karateristik masing-masing; keempat, dalam berbagai
pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, ada baiknya kurikulum
memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masayarakat, sambil tetap
bertopang pada jiwa dan cita ideal islaminya; kelima, secara keseluruhan
struktur dan oragnisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak bertentangan
dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya yaitu terarah
pada pola kehidupan islami; keenam, hendaknya kurikulum realistis,
artinya adalah bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat di negara yang akan
melaksanakannya; ketujuh, ada baiknya metode pendidikan dalam
kurikulum itu bersifat luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai
kondisi dan situasi setempat, mengingat pada faktor perbedaan individual
yang mengangkat bakat, minat serta kemampuan peserta didik untuk
mengungkap, mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan;
kedelapan, hendaknya kurikulum efektif, maksudnya adalah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
VIII
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
A. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk terbaik yang diciptakan Allah di alam ini.
Struktur manusia terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah
(psikologis). Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang.
Manusia merupakan makhluk Allah yang “spesial”. Disebut spesial karena
manusia diciptakan dengan sempurna (Q.S. At-Tiin: 4) dan dilengkapi
dengan potensi-potensi lain yang menjadikannya sebagai Abdullah sekaligus
Kholifatullah fil Ardh. Keseluruhan potensi tersebut digunakan untuk
membantu tugas-tugas manusia dan kemanusiaannya.
Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifah atau pemimpin (Q.S. al-
Baqarah: 30) dan Abdullah atau hamba (Q.S. al-Dzariyat:56) di muka bumi
karenanya ia dibekali oleh Allah dengan berbagai bekal yang menjadi
modalnya dalam menjalankan tugas tersebut. Dibalik keutamaan manusia
di tersebut, Allah memperingati manusia dengan kekurangannya, beberapa
kekurangan tersebut Allah gambarkan dalam berbagai ayat, bahwa manusia
diciptakan pada saat pertama kalinya adalah dari tanah, tempat
menginjakkan kaki dan setelahnya (keturunannya) adalah dari air yang hina
(Q.S. Shad: 7-8).
Dari ayat di atas digambarkan bahwa, walaupun manusia diciptakan
untuk menjadi “pengganti” Allah di muka Bumi dan menjadi abdi nya
Allah, tetapi hal tersebut tidak menjadikan manusia terlepas dari
kekurangan. Manusia adalah makhluk yang lemah (Q.S. an-Nisa: 28).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki tujuan penciptaan yang tinggi dan di ciptakan dengan keadaan
yang lemah lagi tak berdaya.
Untuk menopang tugasanya tersebut, manusia dibekali dengan
perbekalan, atau yang kita kenal dengan potensi. Setidaknya terdapat tiga
potensi utama manusia yakni hati, akal dan jasad. Dengan hati manusia
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal.
Kemuliaan manusia ini disediakan agar manusia dapat menjalankan tugas
ibadah dan khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya agar tidak
termasuk dalam golongan yang dimurkai Allah dan digambarkan sebagai
lebih buruk dari pada binatang (Q.S. Al-A’raf: 179).122
Untuk mencapai tujuan tersebut, kita tidak saja perlu untuk mengenal
siapa pencipta kita, melainkan perlu juga mengenal siapa diri kita (manusia)
dengan berbagai aspeknya dalam rangka memantapkan keimanan kepada
Allah SWT. Dalam kaitannya dengan pendidikan ayat-ayat di atas
menggambarkan bahwa betapa pentingnya peran manusia dalam kehidupan
di dunia ini, dan hal tersebut tidak serta-merta “matang” dan siap dipakai,
tapi perlu untuk dibekali dengan bekal yang semestinya. Manusia memiliki
potensi, dan dengan pendidikan, potensi manusia tersebut dalam
dioptimalkan secara optimal, sehingga akan menjadikan danusia memiliki
kemampuan untuk mengemban tugas dan fungsinya di muka bumi.
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Fitrah Dalam Islam
1) Pengertian Fitrah
Kata “fitrah” berasal dari kata (fi’il) fathara yang berarti
“menjadikan”. Secara etimologis fitrah berarti: kejadian, sifat semula jadi,
potensi dasar, kesucian. Di dalam “munjid” ditemukan bahwa fitrah
mempunyai arti yaitu sifat yang menyifasi segala yang ada pada saat
selesai diciptakan.
Banyak yang memahami bahwa fitrah manusia adalah kejadiannya
sejak semula atau bawaan sejak lahirnya. Dalam Al-Qur’an kata fitrah
dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 20 kali, 14 di antaranya
dalam konteks uraian tentang bumi atau langit. Sisanya dalam konteks
penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah
122
Hamdhan Djainudin “Hakikat Sumber Daya Fitrah Manusia Dalam Pendidikan Islam Dan
Pengembangannya”, diakses dari http://hamdhanali.blogspot.com/2017/03/hakikat-sumber-daya-
fitrah-manusia.html , pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 16.40 WIB.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia ditemukan satu
kali.123
Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan fitrah dalam surah Ar
Rum:30, Firman Allah SWT:
َفَأِقۡم َو ۡج َهَك ِللِّديِن َحِنيٗف ۚا ِفۡط َر َت ٱِهَّلل ٱَّلِتي َفَطَر ٱلَّن اَس َع َلۡي َه ۚا اَل َتۡب ِد يَل ِلَخ ۡل ِق ٱِۚهَّلل َٰذ ِل َك ٱلِّديُن
٣٠ ٱۡل َقِّيُم َو َٰل ِكَّن َأۡك َثَر ٱلَّناِس اَل َيۡع َلُم وَن
30. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa fitrah di gambarkan dengan agama
yang lurus, dalam artian semua manusia lahir hakikatnya telah beragama,
atau dengan kata lain Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah (manusia)
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka
tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Dengan
demikian, fitrah pada hakekatnya adalah agama atau pada hadis di atas di
sebut sebagai tauhid, namun demikian, lingkungan tempat
berkembangnya menjadikan fitrah semula yang berupa tauhid menjadi
berubah-ubah.
Secara umum, para pemikir muslim cenderung memaknainya
sebagai potensi manusia untuk beragama (tauhid ila Allah). Fitrah
diartikan sebagai kemampuan dasar untuk berkembang dalam pola dasar
keislaman (fitrah islamiah) karena faktor kelemahan diri manusia sebagai
ciptaan tuhan yang berkecenderungan asli untuk berserah diri kepada
kekuatan-Nya.124
2) Pengembangan fitrah
Setiap usaha pengembangan fitrah itu harus dilakukan secara sadar,
berencana dan sistematis. Secara eksplsit dapat dipahami dari firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an:
123
Dikutip dari https://www.risalahislam.com/2014/07/pengertian-fitrah.html, diakses
pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 16.00 WIB.
124
M. Arifin. Filasafat Pendidkan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Hal. 160
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
125
Siti Fauziah, 2017, “Konsep Fitrah Dan Bedanya Nativisme, Empirisme Dan
Konvergensi”, Jurnal Filsafat Dan Teologi Islam Vol.8 No.1, Januari-Juni, Banten: State
University of Islamic Sultan Maulana Hasanuddin, hal.94.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Artinya: “Bacalah, dan Tuhan-Mu yang Maha Mulia yang mengajar kamu
dengan kalam (pena); dia mengajar manusia dengan sesuatu yang tidak ia
ketahui”.
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui
belajar, niscaya tidak akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan
bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia
akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang
diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti
luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca
segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah. Fitrah sebagai faktor pembawa
sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar dirinya,
bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya
pengaruh dari lingkungan itu. Sedang lingkungan itu sendiri juga dapat
diubah bila tidak favorable (tidak menyenangkan karena tidak sesuai
dengan cita-cita manusia). Dari interpretasi tentang fitrah di atas dapat
disimpulkan bahwa meskipun fitrah itu dapat dipengruhi oleh lingkungan,
namun kondisi fitrah tersebut tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar.
Potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi
atau responsi (jawaban) terhadap pengaruh tersebut.
Jika kita mempercayai paham John Lock sebagai dalil bahwa jiwa
anak sejak lahir berada dalam keadaan suci bersih bagaikan meja lilin
(tabula rasa) yang secara pasif menerima pengaruh dari lingkungan
eksternal, berarti kita tidak menghargai banih-benih potensial manusia
yang dapat dikembang-tumbuhkan melalui pengaruh pendidikan. Sikap
demikian akan membawa pikiran kita ke arah paham Empirisme dalam
pendidikan yaitu paham yang memandang bahwa pengaruh lingkungan
eksternal termasuk pendidikan merupakan satu-satunya pembentuk dan
penentu perkembangan hidup manusia.
4. Perspektif Islam Terhadap Aliran Konvergensi
Konsepsi Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa setiap manusia
diberi kecenderungan nafsu untuk menjadikannya kafir yang ingkar
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
126
Ade Warisko, “Perspektif Islam Terhadap Aliran Empirisme, Nativisme, dan
Konvergensi”, http://adewarisko.blogspot.com/2011/07/perspektif-islam-terhadap-aliran.html,
diakses pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 16.19 WIB
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
lebih dari pada itu, terdapat unsur yang lebih kuasa, atau adikuasa yang
dapat mengatur apa saja keluar dari kebiasaannya. Jika kembali pada
faham nativisme, maka akan kita dapati ketiadaan ruang Tuhan di
dalamnya, yang menjadikan orientasi perkembangan individu haya sebatas
empiris, tetapi dalam islam, terdapat untuk transendental (hidup setelah
mati) yang menjadikan orientasi perkembangan manusia tidak hanya
diperuntukkan kepada kehidupan dunia, tetapi kehidupan akhirat juga.
6. Konsep Aliran Pendidikan Islam dalam Perspektif Fitrah
Maragustam mengutip pendapat Yasien Mohamed dalam bukunya
Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan
Islam) menyatakan bahwa bawaan dasar (fitrah) manusia dan proses
perkembangannya dapat dikelompokan menjadi empat aliran yaitu (1)
pandangan fatalis-pasif yang diwakili oleh Ibn Mubarak (wafat 181 H),
Syekh Abdur Kadir Jailani (wafat 561 H) dan Al-Azhari, (2) pandangan
netral-pasif yang diwakili oleh Ibn Abd Barr (wafat 362 H), (3) pandangan
positif-aktif yang diwakili oleh Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah
(klasik), Muhammad Ali al-Shobuni, Mufti Muhammad Syafi’I, Ismail
Raji al-Faruqi, Muhammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer) dan (4)
pandangan dualis-aktif yang diwakili oleh Sayyid Qutub dan Ali Shari’ati.
Pertama, yang berpandangan fatalis-pasif, mempercayai bahwa
setiap individu, melalui ketetapan Allah adalah baik atau jahat secara asal,
baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai
dengan rencana Tuhan. Faktor-faktor eksternal tidak begitu berpengaruh
terhadap penentuan nasib karena setiap individu terikat dengan ketetapan
yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah. Implikasi dari pandangan ini
bahwa faktor internal dan esternal termasuk lingkungan dan pendidikan
adalah pasif dalam pembentukan kepribadian. Karena nasib seseorang
apakah bahagia atau celaka, cerdas agtau botoh, belajar atau tidak telah
ditentukan lebih dahulu sebelu dia lahir ke dunia yang dikenal dengan
ilmu azali Allah SWT. Menurut Jailani bahwa seorang pendosa akan
masuk surga jika hal itu menjadi nasibnya (given) yang telah ditentukan
Allah sebelum ia lahir. Al Azahari mengemukakan bahwa sifat dasar yang
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
tidak berubah dari fitrah berkaitan dengan nasib seseorang untuk masuk
surga atau masuk neraka, kebahagiaan atau penderitaan. 127 Jika
digambarkan adalah sebagai berikut:
Allah SWT
Menentukan:
Kehendak Perbuatan
Manusia Manusia
Kedua, pandangan netral pasif yakni anak lahir dalam keadaan suci, utuh
dan sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa
kesadaran akan iman atau kufur, baik atau jahat, baik atau jahat. Ini sama
dengan teori “tabularasa” dari John Lock. Manusia lahir seperti kertas
putih tanpa ada suatu goresan apapun. Pengetahuan manusia berbagai hal
termasuk kebaikan, keburukan, benar-salah, baik buruk dan indah tidak
indah dan lain-lain diperolehnya dari polesan lingkungan termasuk
pendidikan. Prinsipnya adalah bahwa mana yang lebih dominan dan
intensif mempengaruhi manusia (peserta didik), hal itulah yang
membentuk kepribadiannya, apakah ia cerdas atau bodoh, kreatif atau
jumud, dan lain sebagainya.128 Pandangan ini mengambil argument dari
Q.S. An-Nahl [16] : 78, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dengan keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia
mengaruniakankepadamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur. Menurut pandangan netral, kebaikan yang akan mengarah pada
iman atau keburukan yang akan mengarah pada kufur itu hanya akan
berwujud ketika anak tersebut telah mencapai pada kedewasaan. Karena
127
Maragustam Siregar, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter
Menghadapi Arus Global, Yogyakarta, Kurnia Kalam Semesta, 2016, hal.125.
128
Maragustam Siregar, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter,
Yogyakarta, Pascasarjana FITK UIN Sunan Kalijaga, 2019, hal.130.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
129
Ibid, hal 132-133.
130
Ibid, hal.134.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Lingkungan alam
dan Sosial
Dualis-
Aktif
Pendidikan, social
media(sosmed) dll
mengetahui nilai baik dan buruk, dan lain sebagainya. Merujuk kepada
makna manusia yang ditunjukkan oleh Allah dalam al-Quran, secara teknis
upaya pengembangan fitrah manusia dapat dilakukan dengan cara
memformat interaksi pendidikan yang proporsional dan ideal. Dalam hal
ini setidaknya ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
Pertama, pendekatan perkata. Ketika Allah menggunakan terma al-
basyar dalam menunjuk manusia sebagai makhluk biologis, maka interaksi
pendidikan yang ditawarkan harus pula mampu menyentuh perkembangan
potensi biologis (fisik) peserta didik. Ketika Allah menggunakan terma al-
insan, maka interaksi pendidikan harus pula mampu mengembangkan
aspek fisik dan psikis peserta didik. Demikian pula ketika Allah
menggunakan terma al-nas, maka interaksi pendidikan harus pula mampu
menyentuh aspek kehidupan sosial peserta didik. Ketiga terma tersebut
harus diformulasikan secara integral dan harmonis dalam setiap interaksi
pendidikan yang ditawarkan.
Kedua, pendekatan makna substansial. Ketika Allah menunjuk ketiga
terma tersebut dalam memaknai manusia, Allah SWT secara implisit telah
melakukan serangkaian interaksi edukatif pada manusia secara
proporsional. Allah telah memberikan kelebihan pada manusia dengan
berbagai potensinya yang bersifat dinamis, di samping berbagai
kelemahan dan keterbatasan manusia dalam menjalankan kehidupannya di
muka bumi. Dengan berbagai potensi tersebut, manusia lebih unggul dan
sempurna sesuai dengan tujuan penciptaannya, dibanding dengan makhluk
Allah yang lain. Di sisi lain, manusia bisa juga menjadi makhluk yang
paling hina, tatkala seluruh potensi tersebut tak mampu diaktualkan dan
diarahkan secara maksimal, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam
posisi ini, Allah telah memberikan kebebasan pada manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal.
Hanya saja, jika mereka ingin tetap dalam keridhaan-Nya, maka mereka
dituntut untuk mempergunakan seluruh potensinya tersebut sesuai dengan
batas-batas kapasitas kebebasan yang diberikan padanya. Untuk itu, Allah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB IX
PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS DAN CINTA TANAH AIR
(NASONALISME)
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
(Dewi Aisa)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan karakter yang merupakan satu dari sekian banyak
paradigma pendidikan di Indonesia, kini semakin ramai dibahas sejak
dicanangkannya gerakan pendidikan karakter. Wacana ini menjadi hangat
dan banyak tulisan-tulisan atau artikel bahkan buku yang membahas
tentang pendidikan karakter yang diharapkan dapat menjadi suatu praktek
pendidikan yang bisa mengupayakan adanya perubahan dalam masyarakat
yang lebih baik. Kemunculan pendidikan karakter sebagaimana paradigma
pendidikan lain, dilatarbelakangi oleh konstruksi filosofis yang berdiri di
belakangnya.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003)
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, jelaslah
bahwa pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan
Tinggi harus diselenggarakan secara sistematis untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta
didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan
berakhlak serta berinteraksi dengan masyarakat.
Lembaga pendidikan sebagai tempat pembentukan karakter peserta
didik dituntut untuk meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaannya.
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang,
yakni meningkatnya kenakalan remaja dimasyarakat mulai dari tawuran,
pengeroyokan, pencurian, perampokan dan tindak asusila. Fenomena
tersebut telah pada taraf yang meresahkan. Oleh karena itu lembaga
pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Karakter (Akhlak)
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaaq, berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq(pencipta),
makhluq (yang diciptakan), dan khaliq (penciptaan). Dari persamaan
layta diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (pencipta) dengan
perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku
seorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai
akhlak yang hakiki jika tindakan dan perilaku tersebut di dasarkan
kepada kehendak Tuhan, sehingga akhlak tidak merupakan norma yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT., namun juga
dengan alam semesta sekalipun.0
Pendidikan karakter merupakan suatu keharusan sebagai upaya
membangun karakter bangsa. Secara bahasa karakter ialah tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang daripada yang lain. Secara istilah karakter adalah sifat utama
yang terukir dan menyatu dalam pikiran, perasaan, keyakinan, dan
perilaku seseorang yang membedakannya dengan orang lain, sedangkan
pendidikan karakter ialah usaha mengukir dan mempraktikan nilai-nilai
0
Abd Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), hlm. 42.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Maragustam, Filsafat pendidikan Islam menuju pembentukan karakter (Pascasarjana
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2018), hlm. 248.
0
Ibid.
0
Ibid., hlm. 266.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Maragustam Siregar, “Mengukir Manusia Berkarakter Kuat-Positif Dalam
Menghadapi Budaya Arus Global (Perspektif Filsafat Pendidikan Islam),”
dikutip dari https://maragustamsiregar.wordpress.com/2014/02/25/mengukir-manusia-
berkarakter-kuat-positif-dalam-menghadapi-budaya-arus-global-perspektif-filsafat-
pendidikan-islam/ diakses pada hari selasa, tanggal 26 Februari 2019 pukul, 15.00 WIB.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Afid Burhanuddin, “Sumber-Sumber Pendidikan Karakter”, dikutip dari
Https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/sumber-sumber-pendidikan-karakter-3/ pada
hari Selasa, 26 Februari 2019 pukul, 23.30 WIB.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Kesimpulan tentang pendidikan karakter berbasis filsafat pendidikan
Islam dapat disimpulkan bahwa Hakikat pendidikan karakter ialah
mengukir dan mempatrikan nilai-nilai ke dalam diri peserta didik melalui
pendidikan, endapan pengalaman, pembiasaan, aturan, dan rekayasa
lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai intrinsik yang sudah ada dalam
diri sehingga menjadi landasan dalam berpikir, bersikap dan perilaku
secara sadar dan bebas.
Filosofi dalam pendidikan karakter berbasis filsafat pendidikan Islam
memandang bahwa sifat dasar moral manusia ialah positif-aktif atau
dualis-aktif, bukan fatalis-pasif atau netral-pasif. Roh manusia telah
dicelup (shibgah) dengan celupan beragama samawi (tauhid) pra
ekstensialnya (pada zaman azali) yang dikenal dengan fitrah munazzalah
yang sifat dasarnya baik-aktif. Kemudian diberi fitrah khalqiyah pada
waktu bersatu antara fisik dan roh dalam kandungan ibu, yakni berupa
potensi-potensi yang dapat menerima kebaikan dan kejahatan dan bersifat
aktif terhadap pengaruh luar.
Minimal ada sebelas nilai karakter yang harus ditanamkan dalam
pendidikan Islam yang sumber nilai sentralnya ialah spiritualitas
keagamaan (ma’rifatullah). Dari ma’rifatullah ini akan memancarkan nilai-
nilai baik lainnya. Strategi pembentukan karakter dalam pendidikan
ditempuh melalui enam rukun strategi yakni (a) habituasi dan
pembudayaan, (b) moral knowing, (c) moral feeling and loving, (d) moral
acting, (e) moral model atau keteladanan dan (f) tobat.
Merubah dan membentuk karakter itu dimulai dari dalam diri sendiri
dan keluarga (QS. Ar Ra‟d: 11 dan at-Tahrim: 6). Merubah nasib itu
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
(nasib itu berubah tergantung pada karakter) mulai dari dalam diri. Dalam
diri itu ialah pikiran atau mindset (pola pikir). Terbentuknya pikiran
seseorang dipengaruhi oleh sumber eksternal berupa orangtua, keluarga,
masyarakat, sekolah, teman, media massa, internet dan lain-lain. Pikiran
itu kemudian membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat. Selanjutnya
bisa ditambahkan sikap baru yang positif atau negative. Akal
menggabungkan sikap baru dengan data-data sebelumnya sehingga proses
pembentukan pikiran semakin kuat dan mendalam. Jadi ketika kita sudah
memahami makna karakter dan nasionalisme serta mananamkan nilai
karakteristik karakter itu sendiri tentungnya semua itu akan menjadi
sumber tumbuhnya karakter nasinalisme pada diri kita.
BAB X
A. PENDAHULUAN
Mendiskusikan pendidikan Islam tanpa menyebut nama al-Ghazali tentu
tidaklah lengkap. Dia adalah seorang ulama besar, ilmuwan, dan pemikir
yang produktif menelurkan karya-karya ilmiah dalam berbagai bidang, seperti
teologi, filsafat, tasawuf, akhlak, pendidikan, dan lainnya. Al-Ghazali
bergumul langsung dengan pendidikan melalui karyanya Ihya’ ‘Ulum al-Din
dan Ayyuha al-Walad.0 Kedua karya besar ini ditulis setelah al-Ghazali
sembuh dari krisis spiritual/kejiwaan yang dialaminya sebelum 448 H.
Pengalaman spritiual itu berpengaruh kuat pada pemikiran al-Ghazali yang
lebih mengedepankan “pembersihan jiwa dari noda-noda akhlak dan sifat
tercela. Sebab, ilmu itu merupakan bentuk ibadah hati, shalatnya nurani, dan
pendekatan jiwa menuju Allah Swt.”
Buah pengalaman spiritual al-Ghazali tercermin pula dalam dua hal
utama yang ia kemukakan sebagai tujuan akhir dari pendidikan, yaitu
tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada
Allah dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan
akhirat.0 Berdasarkan pencermatan terhadap pemikiran al-Ghazali tersebut,
tidak salah jika kemudian para sarjana dan ilmuwan menempatkan sang
hujjatul Islam ini sebagai representasi dari tokoh konservatif religius dalam
bidang pemikiran pendidikan Islam. Pemikiran pendidikan al-Ghazali dapat
diungkap dari berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek
tujuan pendidikan, kurikulum, kode etik guru/pendidik dan peserta didik, dan
metode pengajaran.
Melacak dan memahami pemikiran tokoh tidak bisa lepas dari kondisi
sosiokultural dan psikologis yang melingkupi tokoh tersebut. Pun terhadap
pemikiran al-Ghazali, untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai
pemikirannya, menelisik kondisi sosiokultural dan psikologis al-Ghazali
merupakan keniscayaan. Untuk itulah dalam makalah ini, sebelum
0
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Mulia, 2011), hlm. 250
0
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Madiun:
Jaya Star Nine, 2013), hlm. 14
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), hlm. 27
0
Ibid., hlm. 31-32
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 34-39
0
Ibid., hlm. 43-51
0
Ibid., hlm. 52-53
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Madiun:
Jaya Star Nine, 2013), hlm. 5-6
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
5) Asas al-Qiyas
e. Lain-lain (Dihimpun dan diterbitkan oleh Dar al-kutub al-ilmiyah,
Beirut, 2011)
1) Al-Hikmah fi makhluqot Allah Azza wa jalla
2) Ma’arij al-Salikin
3) Raudlah al-Tholibin wa Umdah Al-Salikin
4) Qowaid al-Aqoid fi Tauhid
5) Khulashah Al-Tashanif fi Al-Tasawuf
6) Minhaj Al-Arifin
7) Al-Risalah Al-laduniyah
8) Faishal al-Tafriqoh
9) Ayyuha Al-Walad
10) Risalah Al-Thair
11) Al-Risalah al-Wa’diyah
12) Al-Madlnun bihi ‘Ala Ghairi Ahlihi
13) Al-Ajwibah Al-Ghazaliyah fi al-Masail al-Ukhrawiyah
14) Bidayah Al-Hidayah
15) Al-Adab fi Al-din
16) Al-Qawaid Al-‘Asyroh
17) Al-Kasf al-Tabyin fi Urwah al-Kholq ajmain
18) Sirr Al-Alamin wa kasf ma fi al-Daraini
19) Al-Munqidz min Al-Dalal
20) Qonun Al-Ta’wil
21) Al-Hadits Al-Qudsiyah
22) Al-Durrah Al-Fakhirah fi Kasyfi Ulum Akhiroh.0
4. Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan
Al-Ghazali menulis masalah pendidikan dalam sejumlah karyanya, di
antaranya dalam Fatihah al-‘Ulum, Ayyuha al-Walad, dan Ihya’ ‘Ulum
ad-Din. Dalam Ihya’ ‘Ulum ad-Din al-Ghazali memulai tulisannya dengan
uraian tentang keutamaan ilmu dan pendidikan, lalu memberi predikat
yang tinggi kepada ilmuwan dan para ulama dengan dikuatkan oleh firman
0
Abdurrahman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 109-112
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Allah, pengakuan Nabi dan Rasul, kata-kata pujangga, ahli hikmah, dan
ahli pikir. Al-Ghazali begitu banyak mengungkapkan ketinggian derajat
dan kedudukan para ulama yang sering diulang dalam berbagai kitabnya. 0
Dalam kitab Ihya Ulum ad-Din misalnya, ia memaparkan sebagai berikut :
“Makhluk yang paling mulia dibumi adalah jenis manusia, dan
bagian yang paling mulia diantara substansi manusia itu adalah
hatinya. Sedangkan guru adalah berusaha menyempurnakan,
meningkatkan, menyucikan dan membimbing hati mendekatkan diri
kepada Alloh SWT. Oleh karena itu, mengajarkan ilmu pengetahuan
dari satu segi termasuk ibadah kepada Alloh SWT. Dan dari segi
lain termasuk tugas manusia sebagai khilafah Alloh di bumi.
Dikatan khalifah Alloh karena Alloh telah membuka hati seseorang
alim dengan ilmu, yang justru ilmu itu menjadi identitasnya. Oleh
karena itu, bagaikan bendahara bagi personalia-personalia di
dalam khazanah Tuhan”
Pembicaraan al-Ghazali mengenai pendidikan yang terdapat dalam
Ihya’ berkisar pada tiga hal pokok.
a. Penjelasan tentang keutamaan ilmu pengetahuan.
b. Pengklasifikasian ilmu yang termasuk dalam program kurikuler.
c. Kode etik bagi pendidik dan peserta didik.
Pemikiran pendidikan al-Ghazali dapat diketahui dari berbagai aspek
berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, materi
pendidikan, kurikulum, kode etik guru/pendidik dan peserta didik, dan
metode pengajaran berikut ini.
a. Tujuan Pendidikan
Rumusan tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan rumusan
filsafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Seseorang
baru bisa merumuskan suatu tujuan kegiatan, jika ia memahami secara
benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan tujuan pendidikan ini
selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode, guru, dan
lainya yang berkaitan dengan pendidikan. Dari hasil studi pemikiran
0
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Mulia, 2011), hlm.
244-245
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang ingin
dicapai melalui proses pendidikan yaitu ada dua: Pertama, tercapainya
kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada
Allah. Kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan
dunia dan akhirat.0
Tujuan ini tampak bernuansa religius dan moral, namun tidak
mengabaikan masalah duniawi. Al-Ghazali berpandangan bahwa
kebahagiaan dunia akhirat merupakan hal yang paling esensi bagi
manusia. Kebahagiaan dunia dan akhirat memiliki nilai universal,
abadi, dan lebih hakiki. Kesempurnaan insani di dunia dan akhirat,
dalam pandangan al-Ghazali, hanya dapat dicapai dengan menguasai
sifat keutamaan melalui jalur ilmu. Keutamaan itulah yang akan
membuat manusia bahagia di dunia dan di akhirat.
b. Kurikulum
Imam Ghazali pernah berkomentar tentang konsep kurikulum
pendidikan, bahwa mata pelajaran yang harus di sampaikan kepada
anak didik didasarkan kepada dua pendekatan, antara lain:
1) Pendekatan Agama
Menurut Imam Ghazali bahwa mata pelajaran yang utama dan
harus terdapat dalam kurikulum pendidikan adalah ilmu Agama.
Seperti al-Qur’an dan al-Hadits, ilmu fiqh, ilmu tafsir dan lain
sebagainya.
2) Pendekatan Pragmatis
Maksud dari pendekatan di sini adalah bahwa setiap ilmu yang
memiliki dampak positif, baik kepada peserta didik maupun kepada
masyarakat, maka pelajaran tersebut harus ada dalam kurikulum
pendidikan, seperti ilmu kedoteran, ilmu matematika dal lain
sebagainya.0
Klasifikasi ilmu tersebut sepertinya Imam Ghazali ingin
mengatakan bahwa pada dasarnya ilmu terbagi kepada dua macam
0
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Madiun:
Jaya Star Nine, 2013), hlm. 14
0
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Mulia, 2011), hlm. 252
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
yaitu: pertama. Disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh setiap individu
ummat Islam. Ilmu inilah yang masuk dalam katagori fardhu ‘Ain..
Karenanya tidak ada pilihan lain kecuali disiplin ilmu ini harus
dimasukan kedalam kurikulum pendidikan. Kedua. Disiplin ilmu yang
tidak menuntut kepada setiap individu untuk menguasainya, tetapi
cukup diwakili oleh beberapa ummat Islam saja. Disiplin ilmu inilah
yang disebut dengan istilah fardhu kifayah. Karenanya jika ada
sebagian ummat Islam telah memilikinya maka sudah terwakili.
Dalam kesempatan lain, al-Ghazali pernah menawarkan konsep
kurikulum yang dikaitkan kepada ilmu pengetahuan. Dalam
pandangan beliau bahwa ilmu terbagi kepada tiga bagian besar, antara
lain:
1) Ilmu yang terkutuk, yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfa’atnya,
baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum
dan ilmu ramalan. Menurut pandangan Imam Ghazali bahwa
ilmu-ilmu tersebut adalah tercela dan sesat, karena dapat
mendatangkan ke madharatan, baik bagi pemiliknya maupun bagi
orang lain.
2) Ilmu yang terpuji, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan per
ibadahan dan segala macamnya, seperti ilmu kebersihan atau
bersuci, ilmu yang mendatangkan kemaslahatan bagi pemiliknya
maupun kepada orang lain.
3) Ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu, namun tercela jika
dipelajari secara mendalam. Karena jika dipelajari secara
mendalam maka akan menyebabkan kekacawan, kemadharatan
bahkan menjadikan kafir bagi pemiliknya, seperti ilmu filsafat.0
Dengan demikian, pada intinya al-Ghazali berkesimpulan bahwa
ilmu yang paling utama adalah ilmu agama dan semua ilmu yang
berhubungan dengannya. Karenanya ilmu Agama harus terdapat
didalam kurikulum pendidikan.
0
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Madiun:
Jaya Star Nine, 2013), hlm. 21-22
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Mulia, 2011), hlm.
247-248
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abdurrahman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 116-119
0
Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Madiun:
Jaya Star Nine, 2013), hlm. 24
0
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Mulia, 2011), hlm. 252
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Al-Ghazali adalah sosok pemikir konservatif religius. Salah satunya
tercermin dalam tujuan pendidikan yang diungkapkannya, yaitu tercapainya
kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan
kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesempurnaan insani di dunia dan akhirat ini hanya dapat dicapai dengan
menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu.
Lebih inti lagi, al-Ghazal menyimpulkan bahwa sentral dari
pendidikan adalah hati sebab hati merupakan esensi dari manusia.
Menurutnya, substansi manusia bukanlah terletak pada unsur-unsur yang ada
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dibahas salah satu tokoh dalam pemikiranya tentang pendidikan islam yaitu Al
Farabi (Religius-Rasional) dan relevansinya dengan dunia modern saat ini.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Al Farabi
Nama lengkap Al Farabi adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad
bin Tarkhan al-Farabi. Sebutan Al Farabi tersebut diambil dari nama sebuah
desa tempat dia dilahirkan. Al Farabi dilahirkan di daerah Farab di Turkistan
pada tahun 870 M/257 H dan meninggal di Aleppo pada tahun 950 M/337 H. 0
Kadang-kadang ia mendapat sebutan orang turki sebab ayahnya yang orang
Iran menikah dengan orang Turki. Kepribadian Al Farabi seja kecil adalah
seorang yang tekun dan rajin belajar. Dalam berolah kata, tutur bahasa, ia
mempunyai kecakapan yang bagus. Penguasaan terhadap bahasa Iran,
Turkestan, dan Kurdistan sangat ia pahami.0
Untuk memulai karir dalam pengetahuannya, ia hijrah dari negerinya ke
kota Baghdad yang pada saat itu disebut sebagai kota ilmu pengetahuan. Al
Farabi belajar di Baghdad kurang lebih selama dua puluh tahun. Dia belajar
tata bahasa pada Ibnu Surah dan belajar ilmu mantiq (logika) pada Abu Bisyr
Matta Ibn Yunus. Dari Baghdad Al Farabi pindah ke Harran sebagai salah
satu pusat kebudayaan Yunani pada saat itu, dan berguru dengan Yohana Ibn
Hailan namun tak lama kemudian kembali ke Baghdad untuk mendalami
filsafat dan kemudian memperoleh gelar Guru Kedua, maksudnya adalah ia
menjadi orang pertama yang memasukan ilmu logika kedalam kebudayaan
arab. Hal ini rupanya sama seperti yang dialami oleh Aristoteles sebagai Guru
Pertama, ia adalah orang pertama yang menemukan ilmu logika.0
Pada tahun 330 H/945 M, ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan
Saif Ad Daulah al Hamdani, sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Sultan
tersebut memberikannya kedudukan yang tinggi sebagai ulama istana dengan
tunjangan yang besar. Namun Al Farabi hanya mengambil empat dirham saja
sehari untuk kebutuhan hidupnya. Ia memilih untuk hidup sederhana (zuhud)
0
M. M Syarif, Para Filosof Muslim (Bandung, MIZAN, 1985), hlm. 55.
0
Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 126.
0
Ibid.,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dan tidak tertarik dengan kekayaan. Sisa dari tunjangan yang harusnya ia
dapatkan di bagikan pada kaum fakir miskin yang ada di Aleppo. Di tempat
tersebut Al Farabi bertemu dengan para sasrtawan, penyair, ahli bahasa, ahli
fiqih, dan kaum cendekiawan lainnya.
Al Farabi menguasai berbagai disiplin ilmu, keadaan ini memungkinkan
karena didukung oleh ketekunan dan kerajinannya serta ketajaman otaknya.
Pada pihak lain pada masa itu belum ada pemilahan dalam buku-uku antara
sains dan filsafat. Oleh sebab itu membaca satu buku akan bersentuhan secara
langsung kedua ilmu tersebut. Berdasar dari karya tulisnya, al Farabi
menguasai matematika, kimia, astronomi, musik, ilmu alam, logika, filsafat,
bahasa dan lain-lain.
2. Karya-karya Al Farabi
karya Al Farbi bila dibandingkan dengan karya muridnya seperti Ibn Sina
masih kalah dalam jumlahnya. Dengan modal karangannya yang pendek
berbentuk risalah dan sedikit sekali jenis karangannya yang berupa buku
besar dan mendalam dala pembicaraanya. Sebagian karangan Al Farabi masih
diketemukan di perpustakaan sehingga dunia islam dapat mengenang dan
mengabadikan namanya. Ciri khas yang ada dalam karangannya ialah
memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan terhadap karya Aristoteles,
Iskandar Al Fraudismy, dan Plotinus.
Sebagai contoh ulasan Al Farabi terhadap karya Aristoteles adalah
masalah Burhan (dalil), Ibarat (Keterangan), Khitabah (cara pidato), Al Jadal
(argumentasi/berdebat), Qiyas (analogi), Mantiq (logika), adapun ulasan al
Farabi terhadap karya Plotinus adalah kitab Al Majesti fi Ihnil Falaq, juga
terhadap karya Aiskandar al Fraudismy tentang Maqolah Fin Nafsi. Karya-
karya nyata dari Al Fabi adalah:0
a. Al Jami’u Baina Ra’yai Al Hakimain Afalatoni Al Hahiy Wa Aristho-
tails (pertemuan pendapat antara Plato dan Aristoteles)
b. Tahsilu As Sa’adah (mencari kebahagiaan)
c. As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintah)
d. Fususu al Taram (hakikat kebenaran)
0
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Pustaka Setia, 2009), hlm. 83-84.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid.,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
3. Pemikiran
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan al-farabi adalah
termasuk salah satu ulama muslim yang menganut aliran religius rasional (al
Mażhab al diniy al ‘aqlāniy). Aliran ini sekalipun mempunyai kecenderungan
kuat terhadap nuansa keagamaan tetapi tidak sekuat aliran religius konservatif.
Maksudnya adalah aliran Religius-Rasional terkesan memiliki cakupan kajian
ilmu yang lebih luas, sedangkan aliran Religius-Konservatif memiliki cakupan
terma ilmu dalam Al Quran dan Hadis yang lebih sempit. Di samping itu, aliran
ini memadukan antara sudut pandang keagamaan dengan sudut pandang
kefilsafatan dalam menjabarkan konsep ilmu, sehingga kelompok ini
berpendapat bahwa pengetahuan itu semuanya muktasabah (hasil perolehan dari
aktivitas belajar) dan yang menjadi modal utamanya adalah indra. 0 Jadi, aliran
Religius-Rasional berpandangan bahwa konsep pendidikan Islam itu dibangun
utamanya dari nilai-nilai kebajikan filsafat, terutama yang berkaitan tentang
tujuan pendidikan maupun apa saja ilmu yang perlu dipelajari, dan alat untuk
memperoleh ilmu itu adalah dengan indra.
Berangkat dari aliran Religius-Rasional yang dianutnya, berikut ini berbagai
pemikiran Al Farabi tentang konsep pendidikan Islam:
a. Tujuan Pendidikan
Menurut Al Farabi, pendidikan adalah media untuk mendapatkan
serangkaian nilai, pengetahuan, dan keterampilan praktis bagi individu dalam
periode dan budaya tertentu. Adapun tujuan akhirnya yaitu membimbing
individu untuk menuju kesempurnaan. Sebab, manusia diciptakan untuk
mencapai kesempurnaan. Sementara, kesempurnaan tertinggi adalah
kebahagiaan. Menurutnya, manusia yang sempurna adalah mereka yang telah
mengetahui kebajikan secara teoretis dan menjalankannya dalam praktik
sehari-hari.0
Pendidikan menurut Al Farabi harus menggabungkan antara kemampuan
teoritis dan belajar yang diaplikasikan dengan tindakan praktis.
0
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam (Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus
Global), (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2012), hlm. 160.
0
Agung Setiawan, “Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran)”, dalam Jurnal Tarbawiyah (Jurnal Ilmiah Pendidikan), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Metro Lampung, Vol. 13, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 65.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 65-66.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Metode pendidikan kedua ini dapat dilakukan melalui pidato. Dengan metode
ini, jelas Al-Farabi, guru berpidato untuk menerangkan mata pelajaran yang
diajarkannya, seperti mengajarkan teori-teori tentang kebajikan dalam
masyarakat.0 Perbedaan kedua metode tersebut adalah metode persuasif tidak
menuntut adanya bukti-bukti yang mendukung, sedangkan metode
demonstratif harus ada bukti-bukti yang mendukung dari materi yang
diajarkan.
Selain itu, Al-Farabi juga mengadopsi metode filsuf Yunani yaitu Plato. Ia
menggunakan metode dialog atau perdebatan. Ia menekankan pula
pentingnya diskusi dan dialog dalam pengajaran. Dalam konteks ini,
ia memperkenalkan dua hal baru, yaitu argumen dan wacana. Metode
wacana dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
ilmiah tentang suatu hal. kemudian, orang-orang akan didorong untuk
memecahkan masalah ilmiah tersebut. Sedangkan, metode argumen
digunakan untuk memenangkan debat atas lawan bicara. Bahkan,
metode ini juga bertujuan agar lawan bicara memercayai gagasan yang
sebelumnya mereka tolak. Al-Farabi mengungkapkan, metode argumen
cocok untuk mengajar orang-orang yang keras kepala. Al Farabi menuliskan
semua metode pengajarannya dalam buku yang berjudul Al Alfadz.0
Jika dibuat tabel maka konsep pendidikan menurut Al Farabi adalah
sebagai berikut:
No Aspek Konsep Pendidikan
Al Farabi
1. Tujuan Membimbing individu untuk menuju
Pendidikan kesempurnaan
2. Ilmu diklasifikasikan secara terperinci namun
tetap terpadu berdasarkan tiga pengelompokan
Kurikulum utama ilmu : metafisik, matematik, dan ilmu-ilmu
alam
3. Pendidik & Seorang pendidik dan peserta didik tidak boleh
lepas dari kehidupan masyarakat karena
0
Ibid., hlm. 68.
0
Ibid.,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Peserta Didik
0
Zubaedi, Isu-isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selektika
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 48.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 51.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XII
PEMIKIRAN IBNU MISKAWAIHI TENTANG PENDIDIKAN DAN
RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN
(Farid Lutfi Bachtiar)
A. PENDAHULUAN
Nabi Muhammad SAW diutus di muka bumi membawa misi pokok
untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi
Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang besar dan agung yang
ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama,
yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan
aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk
menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia
yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk lainnya, karena
manusia diberikan sebuah anugerah terbesar berupa akal pikiran, sehingga
proses belajar mengajar merupakanusaha manusia dalam masyarakat yang
berbudaya, dan dengan akal pikiran yang ia miliki akan mengetahui segala
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
hakikat permasalahan dan sekaligus dapat membedakan mana yang baik dan
buruk.
Dapat disimpulkan bahwa datangnya Islam membawa misi yang
sangat penting yaitu memperbaiki dan menyempurnakan akhlak
manusia. Akhlaqul karimah yang diajarkan dalam Islam merupakan orientasi
yang harus dipegang oleh setiap muslim.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Ibnu Maskawaih
Nama lengkap Ibnu Maskawaih ialah Ahmad bin Muhammad bin
Ya’kub bin Miskawaih, Abu Ali, seorang pengkaji dan sejarawan.
Berasal dari Ray, menetap di isfahan dan meninggal dunia di kota ini
pada tahun 421 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1031 Masehi.
Menekuni bidang kimia, filsafat dan logika untuk masa yang cukup lama.
Kemudian menonjol dalam bidang sastra, sejarah dan kepengarangan.
Pengaruhnya sangat besar sekali di Ray.
Dikenal digelari Al-Khazin karena sebagai “guru ketiga” setelah
Aristoteles dan Al-Farabi. Sebutan namanya yang lebih masyhur adalah
Miskawaih, Ibnu Miskawaih atau Ibnu Maskawaih. Ibnu Maskawaih
adalah filsuf muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam.
Beliau di kenal sebagai “Bapak Etika Muslim” dan “Bapak Psikologi
Pendidikan Muslim”. Walaupun sebenarnya ia juga seorang sejarawan,
tabib, ilmuwan, dan sastrawan. Setelah menjelajah berbagai ilmu
pengetahuan, akhirnya ia memusatkan perhatiannya pada kajian sejarah
dan etika0.
2. Karya-Karya Ibnu Maskawaih
Pada masa Ibnu Miskawaih, filsafat dan sains warisan Yunani
tumbuh subur sehingga wajar jika karya-karya Ibn Maskawaih
dipengaruhi oleh para filsuf Yunani Klasik. Misalnya karya yang
menyangkut filsafat manusia, jiwa dan etika. Ibn Maskawaih banyak
merujuk pada karya-karya Galen, Phytagoras, Scocrates, terutama Plato
0
Azhar Basyir, Ahmad., 1983,Miskawaih: Riwayat Hidup dan Pemikiran Filsafatnya,
Yogyakarta: Nur Cahaya.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
a. Filsafat Jiwa
Menurut Ibn Maskawaihi, Jiwa yang terdapat pada diri manusia
yang merupakan substansi yang tidak dapat diindra, terdiri atas jiwa
rasional (an-natiqoh), apetitif (asy-syahu’iyah) dan syahwat (al-
bahimiyah) dengan dayanya masing-masing.
b. Filsafat Akhlak
Akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas secara spontan. Ada beberapa hal pokok dalam
filsafat akhlak Ibn maskawaih diantaranya :
1) Kebaikan dan Kebahagiaan
2) Keutamaan (fadhilah)
3) Keadilan (al-adalah)
4) Cinta dan persahabatan (al-mahabbah wa as-sadaqah).
c. Filsafat Manusia
Dalam karyanya Tahzib Ibn Miskawaih menjelaskan bahwa
manusia terdiri dari jasmani dan rohani dengan mengakui adanya potensi
atau kemampuan dasar yang tabi’i.
Ibn Miskawaih membagi manusia menjadi 4 tingkatan, sejalan
dengan kemampuan akalnya, yakni :
1. manusia tingkat hewan, yakni manusia yang tidak mempunyai
peradaban,
2. manusia indriawi yaitu manusia yang sudah mampu memahami dan
membedakan sesuatu tetapi mereka masih terkungkung oleh
kemampuan indrawinya,
3. manusia intelektual yakni manusia yang telah dirupaya dengan akalnya
menemukan keutamaan atau fadilah dengan segala kemampuan0,
4. manusia filsuf ialah tingkatan paling tinggi bagi manusia karena
manusia yang paling sempurna kemanusiaannya yakni mereka benar
0
___________., 2010, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falsafah
Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dan tepat cara berpikirnya dan manusia yang baik yakni manusia yang
mampu melakukan tindakan yang tepat0.
4. Pemikiran Ibn Miskawaih tentang pendidikan
a. Akhlak menurut Ibnu Miskawaih
Pemikiran Ibnu Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah
satu yang mendasari konsepnya dalam bidang pendidikan. Ibnu
Miskawaih cenderung berpendapat bahwa keutamaan akhlak secara
umum diartikan sebagai posisi tengah antara ekstrim kelebihan dan
ekstrim kekurangan masing-masing jiwa manusia. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa jiwa manusia ada tiga yaitu jiwa nafsu
(al-bahimmiyah), jiwa berani (al-Ghadabiyyah) dan jiwa berpikir (an-
nathiqah). Ketiga keutamaan akhlak tersebut merupakan pokok atau
induk akhlak yang mulia. Akhlak-akhlak mulia lainnya seperti jujur,
ikhlas, kasih sayang, hemat, dan sebagainya merupakan cabang dari
ketiga induk ahklak tersebut. Dalam menguraikan sikap tengah dalam
bentuk akhlak tersebut, Ibnu Miskawaih tidak membawa satu ayat pun
dari al-Qur’an dan tidak pula membawa dalil dari hadits akan tetapi
spirit doktrin ajaran tengah ini sejalan dengan ajaran islam. Ukuran
akhlak tengah selalu mengalami perubahan menurut perubahan
ekstrim kekurangan dan ekstrim kelebihan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa doktrin jalan tengah
ternyata tidak hanya memiliki nuansa dinamis tetapi juga flexibel.
Oleh karena itu, doktrin tersebut dapat terus menerus berlaku sesuai
dengan tantangan zamannya tanpa menghilangkan pokok keutamaan
akhlak0.
2. Dasar Pendidikan
Ada beberapa komponen pendidikan Islam yakni tujuan, metode,
pendidik dan peserta didik yang merupakan satu kesatuan utuh yang
0
Madjidi, Busyairi.,1997,Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, Yogyakarta: Al-Amin Press.
0
Maragustam., 2010, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter
Mengahadapi Arus Global, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
2) Memanusiakan manusia
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa tugas pendidikan adalah
menundukkan manusia sesuai dengan substansinya sebagai makhluk yang
termulia. Selain itu, pendidikan bertugas mengangkat manusia dari tingkat
terendah pada tingkat tinggi.
3) Sosialisasi individu
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa kebajikan
dan malakah manusia sangat banyak jumlahnya, dan seorang individu
tidak dapat mencapainya sendirian. Sejumlah individu harus bersatu untuk
mencapai kebahagiaan bersama sehingga satu sama lainrya saling
menyempumakan. Masing-masing individu menjadikan dirinya seperti
satu tubuh yang saling menunjang.
6. Materi pendidikan
Ibnu Miskawaih tidak menjelaskan dengan tegas materi apa yang
harus diajarkan kepada peserta didik. Akan tetapi, dapat dipahami bahwa
ia menekankan materi pendidikan itu haruslah bermanfaat bagi terciptanya
akhlak mulia dan menjadikan manusia sesuai dengan substansi serta
esensinya.
Mengenai urutan yang harus diajarkan pada peserta didik, yang
pertama sekali adalah kewajiban-kewajiban syariat, sehingga peserta didik
terbiasa. Kemudian,materi yang berhubungan dengan akhlak
sehinggaakhlak dan kualitas terpuji merasuk dalam dirinya, dan terbiasa
dengan perkataan yang benar dan argumentasi yang
tepat.Kemudian,meningkat setahap demi setahap pada materi ilmu lainnya
sehingga subjek didik mencapai tingkat kesempurnaan
7. Metode dan media pendidikan
1) Metode alami (tab'iy)
Setiap individu mempunyai perbedaan dengan individu lainnya,
termasuk tahapan perkembangannya. Oleh karena itu, pelaksanaan
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
akhlaknya, jika baik, maka akan kuat bangsa itu, dan jika rusak maka
hancurlah bangsa itu”.
Selain dari pada hal di atas, globalisasi pun menjadi tantangan
tersendiri bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam dewasa ini.
Globalisasi telah menyebarkan arus informasi yang begitu banyak dan
beragam. Dan arus informasi tersebut tidak hanya berupa pengetahuan tetapi
juga berbagai nilai, dan nilai-nilai yang sepintas lalu terasa baru dan asing.
Apakah nilai-nilai itu bersifat positif atau negatif tergantung pada nilai-nilai
budaya dan tradisi yang telah berlaku didalam masyarakat. Dan yang lebih
penting lagi pengaruh globalisasi adalah pengaruh nilai-nilai seperti
materialisme, konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan, dan narkoba
yang dapat merusak moral masyarakat. Oleh, karena itu kita haruslah bersikap
selektif dan memfilter nilai-nilai dan menanamkan nilai-nilai (akhlak) pada
peserta didik agar dapat mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan
globalisasi yang mereka hadapi dan alami.
Dari dua metode yang ditawarkan oleh Ibnu Miskawaih yaitu melalui
pembiasaan dan pelatihan secara kontinue dalam rangka penanaman nilai-nilai
(akhlak) serta peneladanan dan peniruan dari orang yang ada di sekitarnya.
Dapat dilihat perlu adanya upaya dari para pendidik baik orang tua maupun
guru-guru yang patut dijadikan panutan bagi peserta didiknya. Karena peran
yang mulai itulah agama menempatkan orang tua sebagai manusia yang harus
di taati setelah Allah SWT dan rasulnya. Selain orang tua yang memiliki peran
yang sangat urgen, guru juga tidak kalah penting peranannya sebagai wakil
dari orang tuanya0.
Dari situ guru di tuntut untuk profesional di bidangnya selain itu juga ia
harus memiliki kasih sayang sebagaimana yang dimiliki oleh para orang tua.
Oleh sebab itu, seorang guru diharapkan tidak hanya melakukan transfer of
knowledge tetapi harus melakukan transformasi keilmuan dan kependidikan
0
Suharto, Toto., 2013, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XIII
(Fatihatul Muthmainah)
A. PENDAHULUAN
Pada dinasti Abbasiyah lahirlah seorang filosuf terkemuka yang
membahas tentang penggunaan hukuman dengan tangan sebagai salah satu bentuk
alat pendidikan dalam kitab Risala0. Selain sebagai seorang filsuf besar, Ibnu Sina
0
Tedd. D. Beavers, Arabic Contributions to Educational Thougth (Paradigma Filsafat
Pendidikan Islam Kontribusi Filosof Muslim), ed. by Imam. Terj. Deny Hamdani Yahya, Cet. 1
(Jakarta: Riora Cipta, 2001). Hlm 12
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
juga menjadi dokter ahli, pendidik (tokoh pendidikan), dan psikolog 0. Seorang
cendikiawan muslim yang membagi filsafat menjadi 2 bagian; filsafat teoritis dan
filsafat praktis sebagai pelengkap. Tanpa memandang perbedaan yang ada, karena
filsafat adalah pencarian pengetahuan dan kepuasan jiwa atas apa yang
diperolehnya. Ibnu Sina mengemukakan bahwa kesatuan spiritual atau kondisi
intelektual dengan usaha keduniawian sebagai kontak atau rangkaian peristiwa 0.
Ibnu Sina menjadi pengagum logika, sebagaimana pengakuannya bahwa dia
senang mengejar logika. Ia memiliki pandangan bahwa ada 3 cara dalam
membuktikan sesuatu. Pertama, dengan silogisme. Kedua, dengan induksi dan
cakupannya. Ketiga, adalah analogi dan cakupannya0.
Logika yang digunakan Ibnu Sina sebagai upaya dalam mengungkap ilmu
pengetahuan menjadikan Ibnu Sina seorang psikolog yang mampu memahami
kondisi kejiwaan manusia yang dikemas dalam 4 macam dalil adanya jiwa 0.
Namun pada masa globalisasi sekarang ini, perkembangan ada pada segala macam
aspek teknologi mempengaruhi kejiwaan seseorang, yang ironisnya melanda
sektor pendidikan modern yang salah dalam memahami hakikat jiwa dan fitrah
0
Muhammad ’Athiyah Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha (Pokok-
Pokok Pikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan), ed. by Syamsuddin Asyrafi dkk, Cet. 2 (-: Isa Al-
Babi Al-Halabi Wa Syirkah, 1994). Hlm 9
0
Tedd. D. Beavers, Arabic Contributions to Educational Thougth... hlm 48
0
Ibid 55
0
Imron Mustofa, ‘Konsep Kebenaran Ibnu Sina’, Kalimah, 15.No. 1 (2017), 4–5
<https://www.researchgate.net/publication/317253206_Konsep_Kebenaran_Ibnu_Sina>.
0
Abdullah Nur, ‘Ibnu Sina: Pemikiran Fisafatnya Tentang Al-Fayd, Al-Nafs, Al-
Nubuwwah, Dan Al-Wujûd’, HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 6.1 (2009), 105
<https://doi.org/10.24239/jsi.v6i1.123.105-116>.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
manusia, keadaan menjadi tidak terkontrol ketika karakter dan kejiwaan peserta
didik yang kurang baik, mengakibatkan degradasi moral dan akhlak.
B. PEMBAHASAN
Biografi Ibnu Sina
0
Alwizar, ‘Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali’, Jurnal Potensia, 14.1 (2015), 129–49
<https://doi.org/10.21927/literasi.2016.7(2).136-152>.
0
Muhammad ’Athiyah Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha (Pokok-
Pokok Pikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan), ed. by Syamsuddin Asyrafi dkk, Cet. 2 (-: Isa Al-
Babi Al-Halabi Wa Syirkah, 1994). hlm. 2
0
Ibrahim Madkour, Fi Al-Falsafah Al-Islamiyyah: Manhaj Wa Tarbiqub Al-Juz’ Al-Sani
(Aliran Dan Teori Filsafat Islam), ed. by Zarkasyi A. Salam. Terj. Yudia Wahyudi Asmin, Cet. 1
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Hlm 124.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Upaya Ibnu Sina dalam membagi filsafat menjadikan daya berpikir Ibnu
Sina mempunyai dua aspek yaitu aspek teoritis dan praktis. Hal yang teoritis dapat
berkembang pada tingkat akal intelek. Ilmu pengetahuan merupakan penemuan
penting yang berkaitan antar alam semesta. Yaitu adanya lima faktor internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya pengumpulan kembali, memperkirakan,
menggambarkan, membayangkan, dan berpikir dengan akal sehat. Ibnu Sina
mendasarkan teori akalnya pada teori Aristoteles tentang penggerak ruang 0. Bagi
Ibnu Sina, setiap sesuatu mempunyai sebab. Karena sebab sesuatu menunjukkan
keberadaannya, dan sebab gerakan tidak sama dengan sebab wujud. Sedangkan
sebab wujud memberikan eksistensinya, dan sebab gerakan. Menurutnya setiap
kemungkinan pasti memiliki sebab keberadaannya, tetapi sebab-sebab itu tidak
terbatas jumlahnya. Sebab pertama, yang menerima eksistensi bukan dari sebab
sebelumnya, ada dalam dirinya tidak hanya menjadi suatu kemungkinan, tetapi
merupakan wujud yang penting0.
Studi Ibnu Sina mengenai wujud ini dalam pengertian bersekutunya antara
tiap-tiap sesuatu tanpa menjadi (meleburkan) jenis secara keseluruhan adalah
didasarkan pada dua perbedaan asasi yang menonjol pada setiap studinya. Setelah
menetapkan adanya pembedaan asasi, ia menguatkan suatu anggapan bahwa
wujud sesuatu itu ditambahkan kepada hakekat materinya, jika wujud memberi
tiap-tiap dzat atau materi sesuatu hakekat kenyataan, dan atas dasar ini, maka ia
adalah asli. Sedang materi sesuatu (itu sendiri) bukanlah sebagai hakekat batasan
wujud yang lebih banyak diambil oleh akal. Wujud lebih dahulu dari hakekat
materi,dengan menambahkan bahwa wujud segala sesuatu, bukanlah bentuk
wujud yang terpisah dengan totalitas. Karena tiap-tiap wujud satu derajat nur
(cahaya), adalah wujud semata-mata. Sedang satu kesatuan wujud itu, tak sama
(nilai) tingginya, yang tersembunyi di belakang tabir banyaknya hakekat-hakekat
materi dan bentuk-bentuk khusus bagi wujud itu sendiri0.
0
Tedd. D. Beavers, Arabic Contributions to Educational Thougth... hlm 59-60
0
Ibid hlm 60-61
0
Sayyed Husein. Nasr, Tsalatsah Hukama Muslim (Tiga Pemikir Islam Ibnu Sina,
Suhrawardi, Ibnu Arabi), ed. by MG. Terj. Ahmad Mujahid Said, Cet. 1 (Bandung: Risalah
Bandung, 1986). Hlm 23-24
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Filsafat yang digagas Ibnu Sina secara totalitas adalah pembagian hakekat
materi dan wujud, diantaranya wujud mumtani’ (terlarang), mumkin (boleh), dan
wajib. selain daripada itu Ibnu Sina juga membahas tentang hubungan antara tiap-
tiap hakekat dan serta masing-masing wujudnya dalam filsafatnya. Sebagai contoh
apabila seseorang merenungkan suatu hakekat materi dalam pikirannya, ternyata
untuk penerimaan wujud menjadi sesuatu yang tidak mungkin atau dengan makna
lain mustahil, maka disinilah letak mumtani’. Lain halnya jika adanya hakekat
materi yang seimbang, tentu wujudnya menjadi antara ada dan tidak, disinilah
letak mumkin. Namun jika hakekat suatu materi tidak dapat lepas dari wujudnya,
dan tidak adanya itu merupakan kemustahilan maka inilah wajib.
0
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, Dan Kalbu
Memanusiakan Manusia, Cet. 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). Hlm 46-47.
0
Sayyed Husein. Nasr, Tsalatsah Hukama Muslim... hlm 25-26
0
Ibid hlm 38-39
0
Al-Abrasyi. Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha... hlm 12-35
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
oleh Ibnu Sina ini sesuai dengan kebutuhan era sekarang, bahkan di sekolah-
sekolah unggulan saat ini masih banyak yang mengusung model pendidikan
seperti yang diaplikasikan oleh Ibn Sina, mulai dari tujuan pendidikannya
sampai kriteria seorang guru yang diharapkan dalam pendidikan Islam. Dengan
demikian, konsep yang diimplementasikan oleh Ibn Sina benar-benar
mengupayakan peningkatan mutu pendidikan Islam0.
c. Menurut penulis
Hemat penulis metode yang diterakan Ibn Sina menjadi tawaran menarik
untuk diterapkan di Indonesia. Dominasi pendidikan akhlak yang digadang dan
mempertimbangkan psikologis anak menjadi titik fokus yang penting. Meski
demikian dewasa ini dalam pendidikan Indonesia berganti-gantinya kurikulum
juga pastinya sudah menyesuaikan dengan ke-Bhineka-an yang dimiliki Indonesia
yang tidak bisa diterapkan di Indonesia jika harus berlandaskan ajaran Islam.
Indonesia dengan kemajemukannya terdiri atas beberapa suku, ras, dan agama
yang berbeda.
C. KESIMPULAN
Konsep pemikiran Ibn Sina tentang pendidikan adalah pendidikan yang
berupaya untuk membentuk insan kamil (manusia sempurna) meski rasionalis
namun tetap mengedepankan wahyu sebagai sumber hukum. Sebagaimana
disebutkan dalam tujuh substansi pokok pemikiran pendidikan Ibnu Sina yang
dikutip dari buku Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi. Relevansi pemikiran Ibnu
Sina tentang pendidikan dengan dunia modern dalam lingkup Indonesia sesuai
dengan landasan negara baik pancasila maupun UUD 1945 dan beberapa
peraturan (undang-undang) terkait sebagai pendukung bagi pelaksanaan
pendidikan di dunia modern, yaitu pendidikan yang menyentuh setiap aspek
kehidupan peserta didik.
BAB XIV
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM IBNU KHALDUN
(PRAGMATIS – INSTRUMENTAL)
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
A. PENDAHULUAN
Pendidikan lebih daripada sekadar pengajaran; yang terakhir ini kan dapat
dikatakan sebagai proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan
demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pem-talit bentukan "tukang-tukang"
atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit,
karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis0.
Secara rinci, menurut Tobroni tujuan PAI dapat dijabarkan dalam dua
perspektif, yaitu perspektif pembentukan manusia (individu) ideal dalam arti
biologis, psikologis, dan spiritualitas. Selanjutnya adalah perspektif pembentukan
masyarakat (makhluk sosial) ideal dalam arti sebagai warga negara atau
kemasyarakatan." Dari kedua perspektif tersebut, sesungguhnya Pendidikan Islam
hendaknya bisa membentuk manusia yang punya kemantapan akidah, kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak (etika), keluasan ilmu, dan kematangan profesional.
Inilah yang disebut sebagai gambaran manusia ideal (waladun saleh) yaitu
memiliki integritas dan keutuhan (insan kamil).0
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abdul Rahman Abu Zayd Waliyuddin Ibn
Khaldun Al-Maliki Al-Khadrami. Lahir pada 733H/1332M di Naisabur, dan
meninggal dunia pada 808H/1404M dalam usia 74 tahun0.
Sebuah ciri khas yang melatarbelakangi kehidupan Ibn Khaldun adalah ia
berasal dari keluarga politis, intelektual,dan aristokrat. Suatu latar belakang
kehidupan yang jarang dijumpai orang. Keluargpanys sebelum menyeberang ke
Afrika, adalah para pemimpin politik di Moorish, Spanyol, selama beberapa abad.
0
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi danModerenisasi di Tengah....(Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group,2012), hlm. 4
0
Rifqi Amin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015),
hlm.144
0
Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
hlm. 123
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Dalam keluarga elit semacam inilah ia dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1332 di
Tunisia.
Latar belakang keluarga dan saat ia dilahirkan serta menjalani hidupnya
nampaknya merupakan faktor yang menentukan dalanm erkemban intelektual ke
dalam dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang ditandai oleh jatuh
bangunnya dinasti dinasti Islam, terutama dinasti ikirannya. Keluarganya telah
mewariskan tradisi ilmu sosialnya serta filsafatnya Sebagaimana para pemikir
Islam lainnya, pendidikan masa kecil nya berlangsung secara tradisional. Artinys,
ia harus belajar membaca al-Qur an, hadits, fiqih, sastra, dan nahu sharaf dengan
sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu. Pada umur 20 tahun ia telah bekerja
sebaga sekretaris Sultan Fez di Maroko0.
Selanjutnya pada tahun 1.362 Ibn Khaldun menyeberang ke spanyol dan
bekerja pada raja Granada. Di Granada ia menjadi utusan raja untuk berunding
dengan Pedro, raja Granada, raja Castila, sedangkan di Sevilla, karena
kecakapannya yang luar biasa, ia ditawari bekerja oleh penguasa Kristen itu.
Sebagai imbalannya, tanah-tanah bekas milik keluarganya dikembalikan kepada
Ibn Khaldun. Tetapi Khaldun memilih tawaran yang sama dari raja Granada.
Kesanalah ia memboyong keluarganya dari Afrika.
Khaldun tidak lama di Granada. Kecakapan dan prestasinya yang
diperlihatkan selama itu telah menimbulkan iri hati Perdana Menteri. Itulah
sebabnya ia kembali menyeberangi Gibraltar untuk kembali ke Afrika, kemudian
ia diangkat menjadi perdana menteri oleh Sultan Aljazair, Bongi Namun, antara
tahun 1.362-1.375 bukanlah masa tenang dalam kehidupan Khaldun. Pada masa-
masa itu pergolakan-pergolalk an politik yang sering ditandai dengan
pembunuhan dan penumbang tuan, kesetiaan dan tem- pulan an pat mengembara
ke Maroko dan Spanyol, hidup dengan kabilah-kabi mn lah Badui di Aljazair, dan
beberapa kali memimpin pasukan tentara d dalam medan pertempuran.
Ketenangan hidup baru ia jumpai setelah melepaskan semua jabatan
resminya. Dan pada waktu itulah ia menciptakan karyanya yang monumental,
yaitu Muqaddimah dan kitab Sejarah Alam Semesta. Setelah itu ia kembali ke
Tunisia. Namun, oleh karena ia menghadapi masalah yang sama seperti yang
0
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 171
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dialami di Granada, maka ia memutuskan diri untuk naik haji. Dan pada tahun
1.382 ia pergi ke Iskandariah. Tetapi dalam perjalanan hajinya ia singgah di
Mesir. Raja dan rakyat Mesir yang cukup mengenal reputasi Khaldun lah yang
telah menyebabkan ia tidak melanjutkan perjalanan hajinya. Didaerah ini ia
ditawari jabatan guru kemudian ketua mahkamah agung di bawah pemerintahan
dinasti Mamluk0.
2. Karya Tulis
Ibn Khaldun telah mewariskan beberapa karya tulis selain dari bukunya
yang berjudul al-Kitab al-Tbar. Tulisan tersebut tidak disebutkan dalam
otobiografinya, barangkali untuk maksud bahwa Ibn Khaldun memandang dirinya
sendiri sebagai sejarawan yang pertama dan utama, dan hendak dikenal sebagai
penulis al-Kitab al-Ibar. Dari sumber lain kita dapat mengetahui bahwa ada
beberapa karya tulis lain khususnya yang disusun selama ia tinggal di Afrika
Utara dan Andalusia. Bukunya yang pertama adalah Lubabu al-Muhassal, sebuah
buku tentang penjelasan ilmu kalam dari Fakhr al-Din al-Razi, yang ia tulis ketika
usia 19 tahun di bawah pengawasan gurunya al-Abili di Tunisia. Karya tulis
tentang tasawuf yang berjudul Sifa' al-Saril disusun sekitar tahun 1371 M di Fez
Maroko. Sementara itu, di istana Muhammad V, Sultan Granada, Ibn Khaldun
menyusun kitab tentang logika, 'allaqa li al-Sultan.
Kitab al-'Ibar yang judul lengkapnya adalah Kitäbu l-ibaar wa Diwaanu I-
Mubtada' wa I-Habar fi tarikhi l-arab wa l-Barbar wa man Asarahum min Dawi
Ash-Sha'n I-Akbar merupakan karya tulis utama Ibn Khaldun yang pada mualanya
dipahami sebagai scjarah Barbar. Lantas, fokus kajiannya diperluas menjadi
bentuk akhir yang meliputi antropologi untuk bisa disebut sebagai "sejarah
universal" Buku tersebut dibagi dalam tujuh bab, bagian pertamanya adalah buku
Mukaddimah yang kemudian bisa dijadikan sebagai sebuah buku tersendiri. Bab
dua sampai lima mencakup sejarah manusia sampai pada zaman kehidupan ibn
Khaldun. Bab enam dan tujuh mencakup sejarah masyarakat Barbar dan Maghrib,
di mana bab iní masih bermanfaat bagi sejarawan saat ini mengingat mereka
mendasarkan pada pengetahuan pribadi Ibn Khaldun tentang Barbar.
0
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 172-173
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
hlm 127-129
0
Ibid.. hlm. 133
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
yang berbeda. Hubungan antara metod dan materi adalah saling memerlukan
antara satu sama lain sewaktu melakukan proses pengajaran. Ini karena metode
akan membantu materi ilmu tersebut agar dapat disampaikan dengan baik0.
Ibnu Khaldun adalah satu-satunya tokoh dari aliran pragmatis-instrumen.
Berikut adalah pandanga Ibnu Khaldun terhadap konsep pendidikan Islam jika
dilihat dari berbagai sudut pandang.
a. Tujuan pendidikan
Ketahuilah, perbendaharaan ilmu manusia adalah jiwa manusia sendiri.
Di dalamnya Allah telah menciptakan persepsi, yang bermanfaat baginya
untuk berpikir dan, lalu, untuk memperoleh hasi pengetahuan yang ilmiah.
Pertama-tama dimulai dengan proses (tashawwur) terhadap realitas-realitas
dan kemudian dilanjutkan dengan penegasan atau negasi penyangkalan,
atribut-atribut esensial rentetan realitas, baik langsung maupun melalui sesuatu
perantara.
Kemampuan manusia berpikir pun akhirnya melahirkan situasi
problematik yang ia coba memecahkannya secara afirmatif atau negatif.
Apabila suatu gambaran ilmiah telah tegak di dalam pikiran melalui berbagai
usaha ini, maka ia harus dikomunikasikan kepada orang lain, melalui
pengajaran atau diskusi, mengasah pikiran dengan mencoba menunjukkan
kebenarannya0. Atas dasar pemikiran tersebut, maka tujuan pendidikan
menurut Ibn Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan
kemampuannya berfikir. Dengan kemampuan tersebut, manusia akan dapat
meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh lebih banyak warisan
pengetahuan pada saat belajar.
0
Ibid
0
Thoha Ahmadie, Terjemahan Muqaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta : Tim Pustaka Firdaus, 2000),
hlm.742
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Pada tahap ini, guru menyajikan kepada peserta didik hal-hal pokok,
problem-problem prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab
dari suatu disiplin atau aspek keterampilan. Keterangan- keterangan
diberikan secara global (ijmak) dengan memerhatikan potensi intelek (aql,
intellectual potentiality) dan kesiapan (isti dad) peserta didik untuk
menangkap apa yang diajarkan kepadanya. Apabila dengan jalan itu
seluruh pembahasan pokok telah dikuasai, maka dia telah memperoleh
suatu malakah dalam cabang ilmu yang dipelajarinya, meskipun barulah
sebagai malakah yang belum lengkap, masih bersifat parsial (juz'iyyat wa
da'ifah, unapproximate and weak). Hasil keseluruhannya ialah bahwa
malakahnya itu telah menjadi bekal awal (entry behavior) untuk
menyiapkan dia agar memahami pembahasan pokok itu secara
keseluruhan dengan segala seluk beluknya. Ibn Khaldun menyebut
langkah ini sebagai tahap penyajian global (ijmal).
2) Tahap Pengembangan (al-syarh wa al-bayan)
Guru menyajikan dan melatihkan lagi pengetahuan atau keterampilan
dalam pokok bahasan itu kepada peserta didik dalam taraf yang lebih
tinggi. Kali ini guru tidak boleh puas dengan cara global (ijmal) saja, tetapi
dia harus menyertakan ulasan tentang berbagai aspek yang menjadi
kontradiksi di dalamnya. Disertakan pula ragam pandangan (teori) yang
terdapat pada materi tersebut. Pada tahap ini pembahasan keseluruhannya
sekali lagi diliput hingga makalah peserta didik menjadi lebih
disempurnakan. Tahap kedua ini disebut gembangan (al-syarh wa al-
bayan), sebab di sini materi pelajaran lebih dikonkretkan pula dengan
berbagai contoh (termasuk peragaan) dan perbandingan-perhandingan
seperlunya0.
3) Tahap Penyimpulan (takhallis)
Pada tahap ini guru menyajikan lagi pokok bahasan yang telah mendalam
dan rinci dalam konteks yang menyeluruh sambil memperdalam aspek-
aspeknya dan menajamkan pemahamannya Semua masalah yang
0
Terdapat juga pada buku Terjemahan Muqaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta : Tim Pustaka Firdaus,
2000), hlm. 752
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dipandang urgen dan sulit serta kabur harus dituntaskan Pada tahap pem
Pencapaian malakah peserta didik akan lebih sempuma.
Proses belajar berakhir setelah tiga tahap penstrukturan paikan, namun
yang terakhir ini dilakukan secara lebih ungkasan ini memungkinkan hal ulangan
yang berkali-kali itu tidak dibutuhkan0.
c. Kurikulum
Ibn Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok-pokok
bahasannya bagi peserta didik. Ia menyusun kukikulum yang sesuai sebagai salah
satu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Ketahulah bahwa ilmu pengetahuan yang dikenal umat manusia terdiri dari
dua jenis. Pertama, ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faedah yang
sebenarnya dari ilmu itu sendiri, seperti ilmu-ilmu agama, syar'iyyat (tafsir, hadits,
fiqih, dan ilmu kalam), ilmu-ilmu alam (thabi'iyyat) dan sebagian dari filsafat
yang berhubungan dengan ketuhanan, metafisika (ilahiyyat).0
Yang kedua, ilmu-ilmu yang merupakan alat untuk mempelajari golongan
ilmu pengetahuan jenis yang pertama itu. Ke dalamnya termasuk ilmu bahasa
Arab, ilmu hitung, dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama, serta
ilmu logika yang membantu untuk mempeajari filsafat. Kadang-kadang logika
juga dipergunakan oleh para sarjana yang datang kemudian untuk mempelajari
ilmu kalam dan ushul fiqih0.
d. Metode Mengajar
Metode mengajar menurut Ibnu Khaldun harus berjalan sesuai dengan
tahapan perkembangan akal manusia. Akal berkembang dimulai dengan mengerti
tentang masalah-masalah yang paling sederhana dan mudah, kemudian meningkat
mengerti tentang masalah yang agak kompleks, kemudian lebih kompleks.
Metode mengajar yang disampaikan oleh Ibn Khaldun yaitu seperti yang
dilakukan oleh orang Maghribi yaitu dengan tidak mencampur adukkan pelajaran
Al-Quran dengan pelajaran-pelajaran lainnya di dalam kelas-kelas majelis
0
Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
hlm. 140-141
0
Thoha Ahmadie, Terjemahan Muqaddimah Ibnu Khaldun (Jakarta : Tim Pustaka Firdaus, 2000),
hlm.757
0
Ibid
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XV
PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. Pembahasan
1. Sekilas tentang fazlur rahman
Fazlur rahman lahir di India Britania, di satu daerah yang kini menjadi
bagian di Pakistan, pada 21 September 1919 dan meninggal di Chicago, pada
26 juli 1988. Ketika wafat, beliau adalah Harold H. Swift Distinguished
Service Professor of Islamic Thought di Departement of Near Eastern
Languages and Civilizations, University of Chicago, tempatnya bekerja sejak
1969. Pada 1983, Rahman dianugerahi Giorgio Levi Della Vida Medal in
Islamic Studies atas karyanya di bidang agama, filsafat, dan hukum Islam.0
Setelah mendalami kajian-kajian keislaman tradisional secara formal
maupunn informal dimasa mudanya, beliau melanjutkan studi ke Universitas
Punjab di Lahore hingga mendapatkan gelar M.A. dalam bahasa Arab pada
tahun 1942. Selepas lulus, beliau bekerja di sana sebagai peneliti selama tiga
tahun dan disanalah beliau mulai mengambangkan beberapa aspek khas dari
pemikirannya kemudian.
Masa itu adalah masa yang genting dan penuh guncangan dalam
sejarah sub-kontinen India mengingat Liga Muslim India terus mendesak
pemerintah colonial Britania untuk membentuk Negara Muslim terpisah di
India. Pada 1946 setahun sebelum pemisahan dan pembentukan Pakistan,
Rahman meninggalkan India Britania untuk melanjutkan studinya di Inggris.
Pada 1949, beliau memperoleh gelar D.Phil. dari Oxford University atas
disertasinya mengenai ahli kedokteran dan filusuf abad ke-11, ibn sina atau
yang dikenal dibarat sebagai Avicenna.0
Sejak kecil sampai umur belasan tahun, selain mengenyam
pendidikan formal, Fazlur Rahman juga menimba banyak ilmu tradisional
dari ayahnya. Ayahnya adalah seorang kyai yang mengajar di madrasah
tradisional paling bergengsi di anak benua indo-pakistan. 0 Menurut Fazlur
Rahman sendiri, beliau dilahirkan dalam keluarga muslim yang amat
religious. Ketika menginjak usia yang kesepuluh, ia sudah bisa membaca Al-
Quran diluar kepala. Beliau juga menerima hadis dan ilmu syariah lainnya.
0
Fazlur Rahman. 1997. Islam. Tentang pengarang ix
0
Ibid.
0
Taufik Adnan Amal, islam dan tantangan modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, penerbit Mizan Bandung,1996, hal 79-80.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid. hal 34
0
Gunawan Ikhtiono, konsep pendidikan nondikotomi dalam perspektif Fazlur Rahman,
hal,40.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Artinya selain mempelajari ilmu agama sebagai dasar hidup (way of live) juga
mempelajari ilmu pengetahuan umum.
Sumber nilai yang menjadi dasar pendidikan itu adalah Al-Qur’an dan
Hadist serta hasil ijtihad, Al-Qur’an memberikan nilai yang sangat tinggi
kepada ilmu. Al-Qur’an dengan tegas berpandangan bahwa semakin banyak
ilmu yang dimiliki seseorang, akan semakin bertambah pula iman dan
komitmennya terhadap islam. Dan secara mutlak tidak ada pandangan lain
mengenai hubungan antara ilmu dan iman yang bisa diseumberkan dari Al-
Qur’an.0
Menurut Fazlur Rahman juga, bahwa sumber segala pengetahuan yang
dinyatakan al-Qur’an ada tiga yakni alam fisik, alam pikiran manusia (al-
anfus), dan sejarah ummat manusia.0 Selanjutnya, beliau mengemukakan
bahwa terdapat tiga karakteristik mendasar dari pengetahuan manusia,
pertama, pengetahuan tersebut berakar dalam observasi dan eksperimentasi.
Kedua, pengetahuan itu pada hakikatnya selalu berkembang dan dinamis.
Ketiga, pengetahuan merupakan sesuatu keseluruhan organis.0
b. Fungsi Pendidikan Menurut Fazlur Rahman
Fungsi pendidikan islam sesungguhnya sangat berkaitan dengan fungsi
ajaran islam itu sendiri dalam rangka kehidupan baik secara individu maupun
masyarakat. Pendidikan islam berupaya menyadarkan manusia akan
kedudukan dan fungsinya yang akan berperan sebagai khalifah Allah di
permukaan bumi, menyadarkan kedudukan dan fungsi manusia dalam rangka
tanggung jawab kemasyarakat, menyadarkan manusia terhadap pencipta alam
dan mendorongannya untuk beribadah kepada-Nya dalam mengaktualisasikan
fitrahnya, serta menyadarkan manusia dalam rangka mengambil manfaat
dalam mewujudkan kesejahteraan di dunia sebagai sarana kebahagiaan hidup
diakherat.0
Fungsi pengembangan potensi, fungsi ini mencerminkan bahwa
pendidikan sebagai pengembangan segenap potensi manusia dalam
0
Fazlur Rahman. Islam dan Modernitas, op.cit. hal,525
0
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, hal, 133.
0
Ibid, hal, 133.
0
Abd Rahman Abdullah. 2002. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, rekontruksi
pemikiran dalam tinjauan filsafat pendidikan Islam. Penerbit UII Press jgjakarta. Hal. 57.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Gunawan Ikhtiono, konsep pendidikan nondikotomi dalam perspektif Fazlur Rahman,
hal, 52.
0
Ibid. Hal. 53.
0
Gunawan Ikhtiono, konsep pendidikan nondikotomi dalam perspektif Fazlur Rahman,
hal, 65.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Fazlur Rahman. ISLAM DAN MODERNITAS tentang transformasi intelektual, 1982.
Hal 53.
0
Ibid. hal 54.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Fazlur Rahman. Islam Dan Modernitas tentang transformasi intelektual, 1982. Hal 54.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Walaupun tidak ada karya yang menyeluruh ataupun sekedar memadai saja
tentang sejarah pendidikan islam yang ditulis dalam bahasa barat (buku
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia memang bagus dan informative, tapi
bagaimanapun juga, ia ditulis dalam bahasa Indonesia), Pemerintahan
Indonesia selama beberapa tahun ini melancarkan program kajian ilmiah
tentang pendidikan Islam di Indonesia dimana kemetrian pendidikan dan
kementrian agama kedua-duanya terlibat, namun sedemikian jauh sedikit sekali
yang diketahui mengenai usaha ini diluar sana.0
Sebagaimana halnya Pakistan dan Turki, dan hampir dalam waktu yang
bersamaan, Indonesia terpaksa memulai langkah baru dala pendidikan Islam
dala jalur-jalur modern. Kejeniusan Turki dalam berorganisasi telah
menghasilkan struktur eksternal yang sangat bagus bagi pendidikan Isla; di
Pakistan, walaupun banyak usaha telah dilakukan, namun perkembangan
kehidupan intelektual Islam telah terhambat oleh beberapa faktor, sementara di
Indonesia, walaupun Islam telah mengalami banyak sekali kesulitan dilapangan
politik, namun usaha-usaha pendidikannya Nampak lebih berhasil.0
6. Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman di dunia Modern
Sebagaimana kita ketahui, segala sesuatu itu akan berubah. Demikian juga
dalam dunia pendidikan. System pendidikan yang telah lama tidak mungkin
digunakan disaat ini, meskipun tidak secara keseluruhan. Hal ini perlu
diantisipasi terlebih dahulu atas perubahan tersebut, jika tidak maka akan sulit
menafsirkan kearah mana perubahan itu dibawa. Dan tanpa pedoman atau
acuan untuk mendasarnya, perubahan tersebut akan kehilangan tujuan.
Karena proses pendidikan adalah bagian dari perubahan sosial. Oleh sebab
itu juga pendekatan pendidikan perlu di ubah dari pendidikan politik dan teknis
pendidikan kepada pendekatan yang menyeluruh mengenai hakikat pendidikan
sebagai bagian dari perubahan masyarakt dan bangsa. Kehidupan sosial
berubah dengan pesat karena proses globalisasi, demoktarisasi, dan kemajuan
ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya teknologi informasi.
0
Fazlur Rahman. Islam Dan Moderintas tentang transformasi intelektual, 1982. Hal.
150.
0
Ibid. Hal 151
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Gunawan Ikhtiono, konsep pendidikan nondikotomi dalam perspektif Fazlur Rahman,
hal, 115.
0
Ibid, hal, 115.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XVI
PEMIKIRAN NAQUIB AL-ATTAS (RELIGIUS-RASIONAL)
TENTANG PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA DENGAN
DUNIA MODERN
(Mari Maharani)
A. PENDAHULUAN
0
Gunawan Ikhtiono, konsep pendidikan nondikotomi dalam perspektif Fazlur Rahman,
hal, 119.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Dampak era globalisasi pada saat ini telah menimbulkan efek yang
cukup luarbiasa bagi dunia pendidikan islam. Satu sisi ia bisa menjadi
sebuah peluang dan sebaliknya bahkan bisa menjadi sebuah ancaman bagi
dunia pendidikan islam. Menjadi peluang, karena kemunculan teknologi,
sebagai indikasi globalisasi memudahkan manusia untuk mengakses
berbagai informasi dan menjadi sarana para ilmuwan muslim untuk
menyebarkan produk-produk keilmuan mereka. Menjadi ancaman, karena
dapat mempengaruhi tatanan kehidupan, hilangnya nilai-nilai tradisi dan
kearifan lokal, lunturnya adat istiadat dan sebagainya yang pada gilirannya
akan dapat meruntuhkan peradaban islam dan hal itu mencakup berbagai
sektor diantaranya sektor pendidikan.
Hal inilah yang akhirnya membuat para pemikir muslim
merumuskan kembali format pendidikan islam guna melakukan kembali
upaya pembaharuan pendidikan islam. Diantara para tokoh pemikir
muslim yang ikut merumuskan hal tersebut adalah Syed Muhammad
Naquib al-Attas. Beliau termasuk tokoh pemikir muslim kontemporer
yang memiliki concern tinggi terhadap kemunduran peradaban umat islam
dan memiliki konsep pendidikan yang fundamental. Sosok dan
pemikirannya yang menarik patut untuk ditelaah. Berangkat dari
kegelisahan al-Attas tentang terjadinya degradasi dalam pendidikan islam
yang disebabkan oleh modernasi, akhirnya membuat dirinya merumuskan
kembali format pendidikan islam. Berawal dari gagasan tentang islamisasi
ilmu pengetahuan, yang mengalir kedalam wilayah filosofis pendidikan
islam sampai kepada perumus perangkat-perangkatnya membuat sosoknya
berbeda dengan para pemikir yang lain.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi
Menurut Daud (1998: 45-46) yang dikutip oleh Albar Adetary
Hasibuan, Al-Attas mempunyai nama lengkap yaitu Syed Muhammad
Nauqib ibn Ali ibn Abdullah ibn Muhsin Al-Attas, lahir pada tanggal 5
September 1931 di Bogor, Jawa Barat. Nama ibu al-Attas adalah Syarifah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Albar Adetary Hasibuan, Filsafat Pendidikan Islam (Tinjauan Pemikiran Al-Attas dan
Relevansiya dengan Pendidikan di Indonesia), (Malang: UIN-Maliki Press, 2015), hlm. 1.
0
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-
Attas, (Bandung: Mizan, 2003), Cet. I, hlm. 46.
0
Ibid., hlm. 46.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar
Bagir (Bandung: Mizan, 1992), hlm 65-66.
0
Ibid., hlm. 69-70.
0
Ibid., hlm. 72-73.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Albar Adetary Hasibuan, Filsafat Pendidikan Islam (Tinjauan Pemikiran Al-Attas dan
Relevansiya dengan Pendidikan di Indonesia), (Malang: UIN-Maliki Press, 2015), hlm. 54.
0
Ibid., hlm. 56-57.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 63-65.
0
Ibid., hlm. 65-66.
0
Ibid., hlm. 68.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
1) Kurikulum
Sesuai dengan kategori ilmu yang dibuat oleh al-Attas,
universitas Islam harus berisikan ilmu-ilmu fardhu ‘ain dan
ilmu-ilmu fardhu kifayah. Ilmu-ilmu yang masuk ke dalam
fardhu ‘ain mencakup: kitab suci al-Qur’an: pembacaannya
dan interprestasinya (tafsir dan ta’wil), sunnah, syari’at (fiqih
dan hukum), teologi (ilmu kalam), metafisika Islam (psikologi,
kosmologi dan ontologi) dan ilmu Bahasa.0 Ilmu-ilmu fardhu
kifayah tidak diwajibkan kepada seorang muslim secara
individual untuk mempelajarinya, tetapi seluruh masyarakat
muslim akan bertanggung jawab bila tidak ada seorang pun
yang mempelajarinya. Ilmu-ilmu yang tercakup pada fardhu
kifayah adalah: ilmu Kemanusiaan, ilmu Alam, ilmu Terapan,
ilmu Teknologi, perbandingan Agama, kebudayaan Barat, ilmu
Linguistik, dan sejarah Islam.
Kedua ilmu tersebut, baik fardhu ‘ain maupun fardhu
kifayah tidak bersifat statis. Ia akan terus berkembang sesuai
dengan kemampuan intelektual, spiritual seseorang, serta
keadaan masyarakatnya. Muatan kurikulum tersebut harus
dipelajari oleh manusia sejak akil baligh bahkan sepanjang
hayat. Dalam sistem pendidikan Islam, ilmu-ilmu fardhu ‘ain
diajarkan tidak hanya pada pendidikan dasar saja. Tetapi harus
terus berlanjut sampai pendidikan tingkat menengah dan
universitas. Dikarenakan universitas adalah tingkat pendidikan
paling tinggi, maka perumusan kandungan dan ruang
lingkupnya harus lebih didahulukan pada tingkat ini sebelum
diproyeksikan ke tingkat yang lebih bawah. Sebab, universitas
menjadi model bagi pendidikan di bawahnya.
2) Metode
Diantara metode yang digunakan oleh al-Attas dalam
pendidikan Islam adalah metode tauhid, metode metafora dan
0
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-
Attas, (Bandung: Mizan, 2003), Cet. I, hlm. 274.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Tidak ada jalan lain untuk dapat merubah keadaan tersebut, kecuali
kembali kepada pembenahan sistem pendidikan yang lebih
memperhatikan esensi (hakikat) penciptaan manusia di bumi sebagai
khalifah Allah. Oleh karena itu dalam pendidikan Islam tidak dikenal
adanya istilah akliyah tanpa mengikut sertakan syar’iyah. Tidak hanya
mengembangkan aspek kognitif kecuali afektif dan psikomotorik juga
diikut sertakan.
Usaha perpaduan sistem yang secara integral itulah yang
mengantarkan manusia pada penguasaan ilmu-ilmu agama serta juga
ilmu umum, tanpa menjadi tenggelam pada arus sekuler Barat yang
dapat membunuh aqidah umat Islam, dalam hal ini Al-Furuqi
menjelaskan.
“Perpaduan kedua sistim ini haruslah merupakan kesempatan
yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistim
yang antara lain tidak menandainya buku-buku pegangan yang
telah usang dan guru-guru yang tak berpengalaman didalam sistim
yang tradisional, dan peniruan metode-metode dan ideal-ideal
Barat sekuler didalam sistim yang sekuler.”
Terhadap tantangan-tantangan yang sedang dihadapi dunia
pendidikan Islam dewasa ini, ternyata konsep pendidikan yang digagas
Al-Attas adalah berusaha untuk menjawabnya. Al-Attas muncul pada
era yang telah mengalami kemajuan zaman modern (canggih) yang nota
bene seluruh aspek kehidupan telah berhubungan dan tersentuh oleh
teknologi dan sains.
Melalui padangan filosofisnya, Al-Attas telah berhasil
mendiagnosa penyebab kemunduran umat Islam di zaman ini. Persfektif
yang menyatakan bahwa hancurnya umat Islam bukan disebabkan
karena kemunduran dibidang ekonomi, politik dan sebagainya. Namun
persoalan yang lebih fundamental adalah kehancuran pada tingkatan
metafisis, dimana umat Islam telah mengalami yang namanya
corruption of knowledge ( koropsi ilmu pengetahuan), keadaan inilah
yang menyebabkan umat Islam kehilangan sebuah pijakan pada tradisi
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XVII
PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG PENDIDIKAN DAN
RELEVANSINYA DENGAN DUNIA PENDIDIKAN KONTEMPORER
A. Latar belakang
Dalam sejarah Islam, mulanya berkembang pemikiran rasional tetapi
kemudian berkembang pemikiran tradisioanal. Pemikiran rasional berkembang
pada zaman klasik Islam. pemikiran rasional ini di pengaruhi oleh
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Harun Nasution
Harun Nasution adalah seorang teolog islam modern yang bercorak
pemikiran rasional. Dengan corak pemikiran teologinya yang demikian itu,
Harun Nasution dikenal pula sebagai ilmuan yang banyak mengemukakan
gagasan-gagasan dan pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang
umumnya dianut Umat Islam di Indonesia. Beliau dilahirkan di
Pematangsianar, daerah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, pada hari selasa, 25
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
ibadah haji dan sekaligus belajar pengetahuan agama Islam di Tanah Suci itu.
Upaya ini dilakukan karena menurut orang tuanya, pengetahuan umum yang
diperoleh Harun Nasution dari sekolah Belanda sudah cukup. Selanjutnya ia
harus mendalami Islam di Mekkah agar lebih lurus pemikirannya. Kemudian
Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al Azhar pada tahun 1940.
Di Mesir, dia mulai mendalami Islam pada Fakultas Ushuluddin, Universitas
Al-Azhar, di Kairo. Pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American
University of Cairo. Harun Nasution sangat tertarik dengan negeri mesir
karena negeri itu sudah berkembang dengan pesat dan hasilnya tampak nyata
dengan munculnya tokoh-tokoh penting Indonesia seperti Muhammad Yunus,
Mukhtar Yahya, Bustami A. Ghani. Pada tahun 1962, Harun Nasution pergi
ke McGill. Di Kanada Harun nasution menemukan apa yang diinginkannya
dan memperoleh pandangan islam yang luas. Harun nasution belajar islam di
McGill tidak seperti di Al-Azhar Mesir.
Di McGill, Harun Nasution banyak kesempatan belajar islam baik itu
kesempatan ekonomi mau pun kesempatan waktu. Di McGill, Harun
Nasution dengan mudah membeli buku karangan orang Pakistan maupun
Orientalis. Setelah kuliah dua setengah tahun di McGill, harun nasution
mendapat gelar MA, dengan tesisnya mengenai islam di Indonesia. Setelah
beliau selesai memperolreh MA, Harun Nasution melanjutkan studinya dua
setengah lagi guna memperoleh gelar Ph.D. gelar itu diperolehnya pada tahun
1968 setelah beliau menyelesaikan disertasi nya yang berjudul “posisi akal
dalam pemikiran teologi Muhammad Abduh”.
oleh para ulama atau pakar terdahulu tetap ada kekurangannya dan selalu
dipengaruhi oleh kecendrungan ilmu pengetahuan, situasi sosial, dan lain
sebagainya. Paham-aham tersebut mungkin masih banyak yang relevan dan
masih dapat digunakan, tetapi mungkin banyak yang tidak sesuai lagi.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat juga berarti mengubah
keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan al-
Sunnah. Hal ini dilakukan, karena terjadi kesenjangan antara yang
dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Sebagai
contoh al-Qur’an mendorong umat agar menguasai pengetahuan modern serta
teknologi secara seimbang, hidup bersatu rukun dan damai, bersikap dinamis,
mencintai kebersihan dan lain sebagainya. Namun kenyataan umat
menunjukkan keadaan yang berbeda, sebagian besar umat islam hanya
menguasai pengetahuan agama sedangkan ilmu pengetahuan modern tidak
dikusainya, hidup dalam situasi dan kondisi pertentangan dan peperangan,
bersikap dictator, kuranh menghargai waktu dan lain sebagainya.
Sikapdanpandangan hidup umat yang tidak sejalan dengan al-Qur’an dan al-
Sunnah,harus di perbarui dengan jalan kembali kepada dua sumber ajaran
Islam yang utama itu. Dengan demikian, maka pembaharuan dalam Islam
mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar
sejalan dengan peunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah.
Menurut Harun, Pembaharuan dalam Islam baru terjadi pada abad
modern yaitu dimulai pada abad ke – 18 M, dan pada masa itu dunia Timur
yang banyak di dominasi Barat. Berbarengan dengan bidang politik dan
ekonomi, umat Islam pada umumnya masih mengalami degradasi, wajar saja
jika kebudayaan barat lebih dominan dan banyak menguasai mereka di segala
sektor kehidupan.0
Dengan adanya persinggungan dengan kebudayaan Barat itulah,
memotivasi tokoh Islam tergerak melakukan reformasi terhadap ajaran agama
mereka. Mulanya dalam soal sosial, ekonomi, politik dan pertahanan tetapi
kemudian merebak ke bidang agama, begitulah yang terjadi di Mesir, Turki
0
Muhammad Husnol Hidayat, Harunnasution Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Tadris
Volume 10 nomor 1 Juni 2015. Hal. 29
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
ibid
0
Muhammad Husnol Hidayat, Harunnasution Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Tadris
Volume 10 nomor 1 Juni 2015. Hal. 31
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
ibid
0
Ibid, hal.32
0
ibid
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Qur’an dan Hadits haus ditinjau ulang setiap zaman untuk dilihat secara kritis
apakah pemikiran itu masih cocok atau sudah tertinggal.
Sejalan dengan itu maka Islam modernis menghendaki agar pintu ijtihad
tetap terbuka, dan umat Islam yang memiliki kemampuan dan kepribadian
yang baik agar tidak ragu-ragu untuk berijtihad bagi kepentingan umat Islam.
Dengan cara demikianlah ajaran Islam tetap relevan sepanjang zaman.
Banyaknya persoalan yang dihadapi, dan bersamaan dengan itu kurangnya
orang yang ahli dan mempunyai waktu luang, menyebbkan kajian yang
terbatas tadi kurang efektif. Keinginan untuk melihat persoalan secara
komperhensif seakan terhalang oleh kemampuan dan waktu. Agaknya di
sinilah kesempatan Harun Nasution muncul lebih kurang 25 tahun sesudah
Indonesia merdeka. Namun perlu segera ditambahkan pada pemikiran
terdahulu itu pengaruhnya pada masyarakat besar sekali. Masyarakat bagai
terbawa dalam perubahan pemikiran.0
Dalam rangka rujukan kepada paham-paham klasik, pengaruh Harun
Nasution paada murid-muridnya tampak besar. Padahal ia sendiri, sejauh yang
dapat diamati, tidak mengharaapkan para muridnya menjadi sekedar duplikat
dari dirinya, tetapi ia mengharapkan agar muridnya mandiri, dan bisa pula
memberi kontribusi yang besar bagi perkembangan masa depan.
Sebagai kajian akademis, pemikirannya lebih tercurah pada IAIN serta
cendikiawan dan calon cendikiawan dari perguruan tinggi lain terutama di
IAIN. Usaha-usaha studi Islam yang sistematis dan ilmiah yang berkembang
diakalangan perguruan tinggi Islam di Indonesia, sebagian besaar harus
merujuk kepada pemikiran Harun Nasution.
Ketakutannya menyebarkan gagasan-gagasannya melalui pengajaran dan
ceramah-ceramahnya di IAIN bukan saja memberikan dasar-dasar tradisi
ilmiah di dalam studi Islam, tetapi sekaligus menetralisir warna atau pola pikir
kecendrungan-kecendrungan pemikir Islam yang bersifat apologetic, pudarnya
dikotomi modernism tradisionalisme di dalam pemikiran Islam, terutama
diakalangan IAIN Jakarta adalah salah satu sumbangan konkrit dari kehadiran
sosok diri dan pikiran-pikiran Harun Nasution.0
0
Ibid hal 33
0
Ibid
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid. hal 34
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
ibid
0
ibid
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
buku orang lain, dicek kebenarannya, sikap yang demikian ini mengimbas
kepada kita ketika mengajar kepada mahasiswa.0
Jika kita melihat bahwa sosok Harun melalui tulisan-tulisannya adalah
seorang yang rasional dan ini kelihatan dari setiap tulisan-tulisannya maka tak
heran tentunya bila kemudian ia sangat mengidolakan Mu’taziah ketimbang
Asy’ariyah maka dari itu Harun Nasution mendapatkan julukan Neo
Mu’tazilah.
4. Relevansi/Implikasi pemikiran pendidikan Prof. Dr. Harun Nasution di
era modern.
Relevansi adalah kecocokan atau saling keterkaitan. Harun Nasution
adalah salah satu tokoh pembaharu yang pemikirannya masih dipakai hingga
sekarang ini. Salah satunya adalah perubahan mind set IAIN. IAIN sebagai
lembaga pendidikan tinggi Islam dulunya adalah perguruan tinggi yang
pemikirannya masih tradisional, sistem belajarnya juga masih tradisional. Pada
mulanya perkuliahan IAIN mengacu pada metode Al-Azhar dengan titik berat
penekanan pada mazhab Syafi’i.
Setelah perkuliahan ini berjalan belasan tahun, kemudian dipertanyakan
mengapa lulusan IAIN berwawasan sempit, tidak berfikiran rasional dan pada
umunya hanya berorientasi akhirat. Buku Harun Nasution yang berjudul Islam
ditinjau dari berbagai aspeknya menjadi buku wajib pengantar Ilmu agama.
Dari sanalah akhirnya pemikiran IAIN sedikit demi sedikit mengalami
perubahan menjadi lebih terbuka dan rasional.
Didalam bukunya ini ia menjabarkan apa dan bagaimana agama itu, apa
definisi Islam dalam pengertian yang sebenarnya. Lalu mengklasifikasikan
ajaran-ajaran Islam kedalam beberapa aspek ibadah, latihan spiritual, moral,
aspek sejarah dan kebudayaan, aspek politik, aspek perkembangan lembaga-
lembaga kemasyarakatan, aspek hukum, aspek teologi, aspek filsafat, aspek
mistisme dan aspek pembaharuan dalam Islam. semua dijelaskan melalui
pendekatan sejarah sejak awal tumbuhnya Islam hingga zaman modern.
Menurut Harun Nasution umat Islam khususnya lingkungan IAIN, harus
berani mempertanyakan tradisis pemikiran Islam yang selama ini dianggap
0
Muhammad Husnol Hidayat, Harunnasution Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Tadris
Volume 10 nomor 1 Juni 2015. Hal. 35
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Harun Nasution adalah sosok ilmuan Muslim yang sangat berwibawa dan
disegani oleh kalangan intelektual muslim, baik dalam maupun luar negeri, dan
sekaligus menjadi sumber timbulnya berbagai masalah yang menimbulkan
perdebatan setiap kali orang mendengar namanya, yang terbayang adalah bahwa
ia seorang mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki
keahlian dalam bidang teologi dan filsafat yang bersifat rasional.
Dengan corak pemikiran teologinya yang demikian itu, Harun Nasution
dikenal pula sebagai ilmuan yang banyak mengemukakan gagasan dan pemikiran
yang berbeda dengan pemikiran yang umumnya dianut umat Islam Indonesia.
Melalui berbagai karya tulis yang dihasilkannya, Harun Nasution tidak hanya
0
Rajibullah. Pemikiran Harun Nasution Tentang Pendidikan dan Relevansinya Dengan Dunia
Pendidikan _____Kontemporer dikutip dari http://piuii17.blogspot.com/2018/09/pemikiran-harun-
nasution-tentang.html?m=1 pada Jum’at 22 Maret 2019, pukul 20 :25 WIB
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XIX
PEMIKIRAN WAHID HASYIM ( RELIGIUS – RASIONAL –
PRAGMATIS ) TENTANG PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA
DENGAN PENDIDIKAN KONTEMPORER
(Nisa Rafiatun)
0
Maragustam Siregar. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter..
( Yogyakarta : FITK UIN Sunan Kalijaga, 2018 ). Hlm. 237
0
Ibid., Pemikiran Wahid Hasyim... Hlm. 15 - 16
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., Pemikiran Wahid Hasyim... Hlm. 17
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XIX
(Nurul Hafidah)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses transfer ilmu yang dalam prakteknya
memerlukan suatu alat ataupun media secara metode untuk menyampaikan
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
pesan ataupun nilai-nilai Islam. Sehingga hadirnya media dan berbagai metode
di sini akan sangat membantu dalam proses pelaksanaan pendidikan. Dewasa
ini telah banyak pakar pendidikan yang telah memunculkan teori-teori
pendidikan dengan sudut pandang masing-masing salah satunya ialah
Abdurrahman an-nahlawi pemikiran beliau tentang pendidikan Islam
merupakan wujud kepeduliannya terhadap dunia pendidikan terutama terhadap
anak-anak tertuang terhadap karya beliau yakni kitab Usul al-Tarbiyah al-
Islamiyyah wa Asalibuha fi al-bayti wa’I Madrasah wa’I Mujtama.
Dalam kitab tersebut membahsa tentang bagaimana pendidikan itu
seharusnya di lakukan dalam rumah sekolah dan masyarakat. Meliputi teori
pendidikan, tujuan media, dan metode pendidikan yang telah digunakan. Lebih
dari itu pemikiran beliau tentang pendidikan Islam yaitu mengenai bagaimana
mengenalkan pendidikan yang mampu menggambarkan bahwa pendidikan itu
tidak hanya sekedar transfer ilmu tetapi juga untuk menginternalisasikan nilai-
nilai pendidikan Islam dalam cara atau metode pendidikan yang dapat
menyentuh perasaan anak. Selain itu muncul berbagai problematikan
pendidikan yang disebabkan karena semakin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai media pendidikan juga mampu mempengaruhi psikologi
anak didik.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Abdurrahman An-Nahlawi
Kehidupan Abdurrahman an Nahlawi masih sangat langka
dijumpai, tidak banyak ditemukan karya tulis, buku, maupun artikel dalam
berbagai media yang mengulas secara detail tentang pemikiran an Nahlawi
dan biografinya. Karena itu, studi tentang seputar kehidupannya sangat
miskin. Abdurrahman an Nahlawi mempunyai nama lengkap Abd al
Rahman Abd al Karim Uthman Muhammad al Arqaswasi al Nahlawi. ia
dilahirkan pada tanggal 7 Safar 1396 H / 1876 M di sebuah daerah
bernama Nahlawa kota Madinah, Saudi Arabia. Abd Karim Uthman
adalah nama ayahnya yang mendidik dan membesarkannya. Ayahnya
adalah seorang yang taat ibadah dan taat beragama Islam sehingga selalu
memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Asalibuha , alih bahasa
Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam: Dalam Keluarga, Sekolah,
dan Masyarakat, Cet 1 (Bandung: Diponegoro, 1989). hlm 30
0
Ibid… hlm 32
0
Abdurrahman An Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha Fil Baiti wal
Madrasati wal Mujtama’, alih bahasa Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, Cet. 2 (Jakarta: Gemma Insani Press, 1995), hlm. 21
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
1) Dasar-dasar Ideal
a) Manusia Menurut Pandangan Islam
Dalam menjelaskan tentang manusia an-Nahlawi
menggambarkan tentang penciptaan manusia, menurutnya
hakikat manusia bersumber dari dua asal. Pertama: Ashlul
Ba’id (asal yang jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah,
kemudian Allah sempurnakan dengan meniupkannya ruh.
Kedua: Ashlul Qorib yaitu penciptaan manuia dari nuthfa0.
Kemudian beliau menjelaskan posisi manusia antara lain: 1)
manusia merupakan makhluk yang di muliakan, jadi manusia
dilarang menghinakan dirinya. 2) manusia makhluk istimewa
dan terpilih karena dianugerahkan Allah kemampuan
membedakan kebaiakan dan kejahatan atau kedurhakaan dari
ketakwaan. 3) manusia merupakan makhluk yang dapat
dididik, karena Allah membekali manusia dengan kemampuan
belajar dan pengetahuan.4) manusia mempunyai tanggung
jawab untuk menerapkan syariat dan perwujudan
penghambaan.0
b) Alam Semesta Menurut Pandangan Islam
Menurut Islam alam semesta diciptakan dan difungsikan
untuk menggerakan emosi dan perasaan manusia terhadap
keagungan sang khaliq, kekerdilan manusia dihadapan-Nya ,
dan pentingnya ketundukan kepada-Nya.artinya, alam semesta
dipandang sebagai dalil Qot’I yang menunjukan keesaan dan
ketuhanan Allah.0
c) Kehidupan Menurut Pandangan Islam
Kehidupan menurut pandangan Islam merupakan suuatu
ajang percobaan dan ujian dari Allah untuk manusia. Sifat
dunia tidak kekal dan hanya gambaran kesenangan yang
sementara, yaitu sebagai sarana lintasan manusia untuk
0
Ibid…hlm 38
0
Ibid… hlm 40-44
0
Ibid… hlm 46
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… hlm 54-61
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… hlm 62-67
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… 69-72
0
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 58
0
Ibid, Prinsip-prinsip dan metoda… hlm 161
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid, … hlm 162
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid, Pendidikan Islam di Rumah… hlm 176-183
0
Ibid, Pendidikan Islam di Rumah… hlm 170
0
Ibid, Prinsip-prinsip dan metoda… hlm 239
0
Ibid… hlm 240
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… hlm 241
0
Ibid… hlm. 242
0
Ibid… hlm. 243
0
Ibid… hlm. 244
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… hlm. 246
0
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam
(Surabaya: elKAF, 2006), hlm 135
0
Ibid, Pendidikan Islam di Rumah… hlm 193
0
Ibid, Prinsip-prinsip dan metoda… hlm 273
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid… hlm. 274
0
Ibid… hlm. 275
0
Ibid… hlm. 276
0
Ibid… hlm. 277
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/metode, diakses pada tanggal 28 Februari 2019
pukul 15:39
0
Ibid, Prinsip-prinsip dan metoda… hlm 284
0
Ibid… hlm 331
0
Ibid… hlm 351
0
Ibid… hlm 367
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
azab Allah, sehingga targhib dan tarhib ini langsung atau tak
langsung mengundang anak untuk merealisasikannya dengan
amal dan perbuatan.0
3. Relevansi Pendidikan Abdurrahman an-Nahlawi dengan Pendidikan
Modern
Pada era sekarang ini, yang disebut era global, setidaknya perlu
adanya diterapkan pemikiran Abdurrahman An-Nahlawi tentang
pendidikan, untuk perbaikan moralitas bangsa, menjadi masyarakat yang
berkarakter. Pemikiran-pemikiran beliau mempunyai relevansi dengan
konsep pendidikan saat ini.
An-Nahlawi menyaratkan bahwa pendidikan menuntut terjadinya
progam berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan
pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa
anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainya. Hal ini sesuai
dengan UU sisdiknas 2003 bab VI tentang jalur, jenjang dan Jenis
pendidikan,pasal 14.0 Kurikulum yang menurut pandangan an-Nahlawi,
sesuai dengan standar nasional pendidikan pada negara ini, dan
rancangannya mempunyai relevansi dengan UU sisdiknas bab X pasal 36
ayat 1-30.
Seorang pendidik harus memiliki syarat-syarat tertentu yang
mengisyaratkan sebuah kompetensi guru yang sesuai dengan PP no. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 28 ayat 1-3 0 yakni:
Pedagogis, Profesional, Sosial, Kepribadian, Kepemimpinan
C. KESIMPULAN
Abdurrahman an Nahlawi mempunyai nama lengkap Abdurrahman
Abdulkarim Utsman Muhammad al Arqaswasi an Nahlawi. Beliau dilahirkan
di sebuah daerah bernama Nahlawa kota Madinah, Saudi Arabia, pada tanggal
7 Safar 1396 H / 1876 M. Beliau dibesarkan pada keluarga yang islami jadi
wajar jika pemikiran-pemikirannya lebih bersyifat religius.
Abdurrahman an-Nahlawi menaruh berhatian yang sangat besar terhadap
pendidikan, hal ini dibuktikan pada karyanya yang banyak diterbitkan adalah
berisi tentang pendidikan. Dari pemikiran-pemikiran beliau adalah tujuan
pendidikan itu merupakan tujuan diciptakannya manusia itu sendiri yaitu
beribadah kepada Allah. Untuk menyusun suatu materi pendidikan hendaknya
memperhatikan tiga asas pokok yaitu asas ideal, asas ‘ubudiyyah, dan asas
tasyri’i, serta yang harus menjadi sumbernya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.\
An-Nahlawi menawarkan metode-metode yang variatif yang bersumber
dari al-Qur’an, dan beliau juga menyaratkan bahwa pendidikan harus dilakukan
secara berjenjang. Selain itu an-Nahlawi memberikan persyaratan yang sangat
ketat bagi seorang pendidik dan dalam pembuatan kurikulum pendidikan. An-
nahlawi menekankan bahwa pendidikan merupakan tugas atau tanggung jawab
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
bagi kita semua, bukan hanya tanggung jawab instituatau lembaga pendidikan
semata.
BAB XX
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ABDULLAH NASHIH ULWAN (RELIGIUS-
RASIONAL) DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODEREN
(Rahmad Sholikhin)
A. PENDAHULUAN
Manusia dalam pendidikan, menempati posisi sentral, karena di
samping dipandang sebagai subjek, manusia juga dipanang sebagai objek
pendidikan itu sendiri. Sebagai subjek manusia menentukan corak dan
arah pendidikan. Pendidikan diadakan adalah untuk manusia, maka wajar
kalau manusialah yang merekayasa pendidikan itu untuk kemaslahatan
dirinya dan kemanfaatan peradaban. Manusia punya potensi-potensi dan
daya untuk dikembangkan, dipelihara dan diberdayakan, yang seterusnya
menjadi makhluk yang berkepribadian dan berkarakter. Seangkan manusia
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Maragustam.2018.FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENUJU PEMBENTUKAN
KARAKTER.Yogyakarta:Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan(FTIK) Universitas
Islam Negri (UIN) Suan Kalijaga..., hlm 9
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid,.. hlm 56
0
Ibid,.. hlm 59
0
Ibid,.. hlm 62
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid,.. hlm 142
0
Ibid,..hlm 143
0
Ibid,. . hlm 169
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid,..c. hlm 170
0
Ulwan,Adullah Nashih.1990 “Tarbiyatul Aulad fil Islam”nterj Khailullah Ahmas
Masjkur Hakim , Pendidikan Anak menurut islam, mengembangkan kepribadian anak.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,.. hlm
1
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ulwan,Adullah Nashih.1990 “Tarbiyatul Aulad fil Islam”nterj Khailullah Ahmas
Masjkur Hakim , Pendidikan Anak menurut islam,Pendidikan Sosial anak.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,.. hlm 1
0
Ibid,.. hlm 1
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Abdullah Nashih Ulwan adalah sosok pemikir pendidikan yang
menganggap bahwa pendidikan tidak hanya sebatas memberikan
pengetahuan saja, namun pendidikan harus mampu membawa objek
pendidikan mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara baik.
Pendidikan harus berfokus pada semua aspek kehidupan, teruatama aspek
keimanan.
Abdullah Nasih Ulwan memberikan landasan untuk melaksanakan
pendidikan yang memperhatikan kmponen pendidikan yaitu peserta didik,
pendidik, metode pendidikan, materi pendidikan, hambatan pendidikan,
dan tanggung jawab seorang pendidik. Abdullah Nashih Ulwan
memberikan perhatian besar pada tanggung jawab seorang pendidik.
Pendidik harus bertanggung jawab mengenai pendidikan Iman, pendidikan
moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan psikis, dan
pendidikan sosial.
Pendidikan di era moderen saat ini harus mempu menjadi kontrol
dan menjadi landasan untuk mengarungi berkembangnya keadaan dunia.
Pemikiran pendidikan Abdullah Nashih Ulwan menurut penulis sangatlah
lengkap. Pendidikan dimulai dari anak baru lahir, bahkan mulai dari
perkawinan. Pendidikan tidak hanya melulu soal ilmu pengetahuan namun
juga masalah pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik,
pendidikan sosial, dan bahkan pendidikan psikis.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXI
PEMIKIRAN PENDIDIKAN AHMAD DAHLAN (RELIGIUS-
RASIONAL) DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN
(Ummi Khabibah)
A. PENDAHULUAN
Pada awal abad ke-20 dunia pendidikan Islam masih ditandai
dengan adanya sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan
agama dan pendidikan umum. Disatu sisi terdapat madrasah yang hanya
mengajarkan pendidikan agama tetapi tidak mengajarkan pendidikan
umum, sedangkan keberadaan sekolah hanya mengajarkan pendidikan
umum tanpa mengajarkan pendidikan agama. Pendidikan agama pada
masa itu juga belum mempunyai tujuan jelas, terlebih jika disambungkan
dengan perkembangan masyarakat umat Islam pada masa itu. Umat Islam
dianggap berada pada masa kemunduran dikarenakan pendidikan Islam
yang masih bersifat tradisioanal.0
Sejarah mencatat, masyarakat Islam di tanah Jawa pada permulaan
abad ke-20 dapat dikatakan gelap, pengap, dan tidak cukup memuaskan.
Hal ini disebabkan pemerintah Hindia Belanda menghalangi
perkembangan agama Islam, ditambah keadaan jiwa masyarakata Islam di
Indonesia jauh dari yang diinginkan Islam. Umat Islam di Tanah Jawa
sebelum tahun 1900 dapat dikatakan mengalami kemunduran secara
spiritual. Pada saat itu umat Islam dilanda arus “formalism0” tanpa
menyadari dan menghayati yang terkandung dalam ajaran agama. Umat
Islam pada masa itu hanya mengetahui cara melakukan upacara ibadah,
tidak mengerti tentang kewajiban agama dan bahkan tidak memahami
0
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh pembaharu pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 98
0
Formalism adalah doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk yang
bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain, sumber dari Wikipedia
https://id.wikipedia.org/wiki/Formalisme_(seni) yang diakses pada Hari Minggu, 24 Maret 2019,
jam 19.00 WIB
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
ajaran agama yang sebenarnya. Sehingga umat Islam pada masa itu dapat
dikatakan sebagai Islam keturunan.0
Hal ini didasari karena pada masa penyebaran agama Islam di
Pulau Jawa para wali songo menggunakan pendekatan kebudayaan, dan
ajaran agama yang diajarkan belum sampai pada pemahaman dan makna
yang terkandung dalam Al Qur’an, sehingga banyak masyarakat Islam
pada masa itu yang hanya mengetahui upacara beribadah tanpa
mengetahui maksud dan tujuannya. Para pembaharu menilai penghayatan
Islam pada masa itu seperti beku, ada pengaruh yang membesarkan hati.
Formalism dalam agama hanya memperlihatkan pengalaman beragama
tanpa mengetahui makna didalamnya, sehingga tidak mengherankan jika
Islam pada masa itu dipengaruhi oleh berbagai bentuk kehidupan yang
mungkin tidak berasal dari agama Islam sendiri. Alam animisme masih
kuat dilingkungan Islam seperti menjadikan ayat Al Qur’an sebagai jimat,
sebagai kitap keramat yang harus dipuja-puja. Padahal seharusnya Al
Qur’an dibaca dan dipahami maksud dari ayat per ayat.0
K.H Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh pembaharu pendidikan
Islam di Indonesia yang berupaya menjawab permasalahan umat. Salah
satu pembaharuan Ahmad Dahlan adalah memasukan pendidikan umum
kedalam kurikulum madrasah, dan memasukan pendidikan agama kedalam
lembaga pendidikan umum. Ahmad Dahlan terkenal revolusioner berkat
konsep-konsep pendidikan yang ditawarkannya. Selain itu Ahmad Dahlan
juga berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan gagasan pendidikan
modern yang didirikannya dan masih menunjukan eksistensinya secara
fungsional.0Konsep pemikiranya dalam dunia pendidikan mampu
membuat perubahan yang sangat berati dalam sejarah pendidikan Islam di
Indonesia, untuk itulah perlu adanya pembahasan mendalam mengenai
konsep pemikiran Ahmad Dahlan tentang dunia pendidikan.
B. PEMBAHASAN
0
Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaharu: Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan,
(Jogjakarta : Jogja Bangkit Publisher, 2010), hal. 35
0
Ibid, hal. 36-37
0
Fuadi Ahmad, Pemikiran KH Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan dan Implementasinya
di SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta Tahun 2014/2015, Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 16,
No.2, Desember 2015, (Surakarta : Program Pascasarjana Universita Muhammadiyah Solo, 2015)
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh …, hal. 98
0
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.
203
0
Wikipedia Ahmad Dahlan diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan
pada Hari Selasa, 26 Maret 2019, Jam 11.33 WIB
0
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh …, hal. 98
0
Ibid, hal. 47
0
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharu … hal. 98
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Amin dan Sayid Bakri Satock, dan belajar ilmu pengobatan dan racun
binatang pada Syech Hasan. R. Ng Sosra Scegondo, R Wedana
Dwijoseno, Syech M Yamin Jambek Bukittinggi juga merupakan guru
beliau.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di madrasah dan
pesantren di Yogyakarta, Ahmad Dahlan berangkat ke Makkah untuk
pertama kali pada tahun 1890. Kurang lebih selama setahun beliau
belajar disana, yang menjadi guru beliau salah satunya adalah seorang
pembaharu dari Minang Kabau Sumatra Barat yaitu Syaikh Ahmad
Khatib. Kemudian tiga tahun kemudian tahun 1893 kedua kalinya
Ahmad Dahlan berkunjung ke Makkah. Kali ini dalam waktu yang
lebih lama, disinilah diyakini pemikiran Ahmad Dahlan berkembang
dan mulai mengenal pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh,
Jamaludin Al Afgani, dan Rasyid Ridho.0
Sepulang dari Makkah Ahmad Dahlan menikah dengan Siti
Walidah0 yang merupakan sepupunya sendiri. Dari pernikahannya
denga Siti Walidah Ahmad Dahlan mendapatkan enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
dan Siti Zaharah. Selain itu Ahmad Dahlan pernah juga menikahi Nyai
Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik
Kiai Munawir Krapyak. Selain anak dari Siti Walidah Ahmad Dahlan
juga mempunyai anak dari Nyai Aisyah yang merupakan adik
Adjengan Penghulu, Cianjur yang bernama Dandanah, ia juga pernah
menikah dengan Nyai Yasin dari pakualaman, Yogyakarta.
Abuddin Nata menuliskan jika Ahmad Dahlan lebih dikenal
sebagai pelaku dibanding pemikir, hal ini disebabkan karena beliau
menyampaikan pemikiran dan gagasannya melalui lisan dan karya
nyata. Pada usia yang masih sanggat muda beliau membuat heboh
dengan menggambar tanda shaff sholat di Masjid Agung menggunakan
kapur. Tujuannya memberi tahukan arah kiblat yang benar dalam
0
Ibid, hal. 99
0
Siti Walidah atau lebih dikenal Nyai Dahlan merupakan salah satu pahlawan nasional
pendiri organisasi Aisyiyah, sumber dari Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaharu: Rekam
Jejak KH Ahmad Dahlan, (Jogjakarta : Jogja Bangkit Publisher, 2010) hal, 55
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
masjid, hal ini berdasarkan pemikirannya bahwa arah kiblat yang lurus
menghadap barat itu salah karena Makkah berada di sebelah barat agak
ke utara dari Indonesia, maka menurut beliau hal ini harus di betulkan.
Penghulu kepala yang bertugas menjaga masjid agung segera
menyuruh untuk membersihkan tanda shaff yang ditulis Ahmad
Dahlan.0 Setelah kejadian tersebut akhirnya Ahmad Dahlan mendirikan
langgar pribadi yang dibangun menghadap kiblat tepat, akan tetapi
langar tersebut terbakar, kemudian ia membangun lagi yang persis
menghadap kebarat dengan lantainya digaris sesuai dengan arah kiblat
yang benar.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ahmad Dahlan berdagang
kain, sehingga ia sering berpergian dan mengadakan hubungan dagang
dengan pedagang lain, termasuk para pedagang Arab. Selain
berdagang Ahmad Dahlan juga mengisi pengajian pada kelompok
murid guru pribumi di Yogyakarta. Dalam proses berdagangnya inilah
Ahmad Dahlan menyampaikan gagasan dan melakukan dakwah dari
mulut ke mulut. Ahmad Dahlan pernah mencoba mendirikan madrasah
dengan bahasa pengantar bahasa arab namun usaha ini gagal. 0
Dikarenakan minat masyarakat yang masih minim pada masa itu, akan
tetapi hal ini tidak membuat Ahmad Dahlan menyerah hingga pada
tahun 1911 keinginan Ahmad Dahlan mendirikan sekolah dapat
terwujud dengan kegigihan perjuangannya sekolah ini dapat dikatakan
sebagai sekolah Islam swasta pertama yang memenuhi persyaratan
untuk mendapat subsidi pemerintah.0
2. Pemikiran Ahmad Dahlan (religius-rasional)
KH Ahmad Dahlan berfikir untuk merubah pola pikir masyarakat
Islam dan menyelamatkan umat Islam adalah melalui pendidikan.
Karena pendidikan dianggap menjadi skala prioritas dalam proses
pembangunan umat. Melalui pendidikan hendaknya umat dapat dididik
supaya lebih kritis, cerdas dan memiliki kemampuan analisis yang
0
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan…, hal. 203-204
0
Ibid, hal. 204-205
0
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharu … hal.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid,
0
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh pembaharu, hal. 99
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid,
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXII
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ABDUL FATTAH JALAL (RELIGIUS-
RASIONALIS) DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN
A. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari pendidikan Islam adalah terbentuknya pribadi yang
beriman bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia. Untuk mencapai hal tersebut,
para pemikir pendidikan Islam terus berijtihad merumuskan konsep atau sistem
pendidikan yang mampu mengakomodir kebutuhan dan tujuan pendidikan Islam
secara utuh dan sempurna. Tak jarang para pemikir pendidikan Islam beradu
gagasan atau berselisih pendapat dalam menyampaikan konsep yang menurutnya
terbaik untuk pendidikan Islam. Diskusi dan debat yang terjadi di kalangan
pemikir pendidikan Islam merupakan hal yang sangat positif bagi generasi
setelahnya. Dengan lahirnya berbagai konsep tentang pendidikan Islam, maka
akan membantu kita untuk menemukan konsep yang paling tepat dan paling
dibutuhkan sesuai zaman, atau setidaknya menjadi acuan dan referensi pemikir
Islam setelahnya guna menyempurnakan konsep dan sistem pendidikan Islam itu
sendiri.
Salah satu pemikir pendidikan Islam yang perlu kita ketahui adalah Abdul
Fattah Jalal. Beliau merupakan salah satu pemikir pendidikan Islam yang
menawarkan konsep pendidikan Islam dengan Istilah Ta’lim. Dan tulisan ini
dibuat untuk membahas lebih lanjut terkait dengan konsep yang beliau tawarkan
tentang pendidikan pendidikan.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Abdul Fattah Jalal
Sampai saat ini, penyusun mengalami hambatan untuk mencari
informasi tentang tokoh ini terlebih sejarah kehidupannya. Penyusun
mengalami kesulitan untuk menemukan karyanya dan siapakah beliau
sebenarnya. Penyusun mencoba untuk mencari karyanya yang asli yakni
Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam di perpustakaan maupun di internet
tetapi belum ditemukan, penyusun hanya menemukan satu-satu sumber
primer yaitu buku terjemahan dari Minal Ushululit Tarbawiyah Fil Islam
dengan judul Azaz-azaz Pendidikan Islam yang diterbitkan pada tahun 1988.
Dan buku inilah yang banyak menjadi rujukan dan dikutip ke dalam tesis
maupun disertasi yang membahas pendidikan Islam. Dari buku ini, diketahui
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
bahwa Abdul Fattah Jalal adalah pemikir pendidikan Islam dari Mesir, yang
karyanya dengan judul di atas diterbitkan pada tahun 1977.
2. Pemikiran Pendidikan Abdul Fattah Jalal
a. Definisi Tarbiyah dan Ta’lim dalam Islam
1) Istilah Tarbiyah
Tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari bentuk fi‟il madhi
(kata kerja) rabba yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata
rabb yang berarti nama Allah. Dalam Al-Qur’an tidak ditemui secara
langsung istilah tarbiyah. Menurut Ahmad Tafsir Tarbiyah merupakan
arti dari kata pendidikan yang bersal dari tiga kata, yakni: rabba-yarbu
yang bertambah, tumbuh; rabbiya-yarbaa berarti menjadi besar; dan
rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, menjaga, memelihara.0
Selain dari pengertian di atas, asal kata tarbiyah bisa kita
temukan di dalam al Qur’an salah satunya di dalam Q.S Al Isra’ ayat
24 dan Q.S Ay Syu’ara ayat 18.
َو ُقل َّرِّب اْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياِني َصِغ يرًا
Dan ucapkanlah, wahai Tuhan ku, kasihanilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua mendidik aku waktu kecil.
َقاَل َأَلْم ُنَر ِّبَك ِفيَنا َوِليدًا َو َلِبْثَت ِفيَنا ِم ْن ُع ُم ِرَك ِسِنيَن
Fir`aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama kami beberapa tahun dari umurmu.
Dari dua ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa tarbiyah adalah
proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama kehidupan
manusia atau dengan kata lain masa bayi dan anak-anak. Dan kata
tarbiyah pada ayat pertama menunjukkan bahwa pendidikan pada fase
pertama itu adalah tanggung jawab orang tua. Kedua orang tua
bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian anak. Sebagaimana
di ayat kedua, yang menerangkan bahwa Fir’aun telah mendidik dan
0
Muhammad Ridwan, “Konsep Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’lim dalam Al Qur’an”, Nazhruna:
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1 No. 1 Maret 2018, hlm. 42
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
merawat Musa saat kecil dan tidak membunuhnya seperti bayi laki-
laki yang lainnya.0 Dari keterangan dua ayat di atas, maka tarbiyah
adalah istilah yang paling cocok digunakan untuk mendidik atau
memelihara manusia di waktu kecil saja.
2) Istilah Ta’lim
Menurut konsep pedagogik Islam, kata Ta’lim lebih luas
jangkauannya dibanding dengan tarbiyah. Islam memandang proses
ta’lim lebih universal dibanding proses tarbiyah. Ta’lim merupakan
suatu proses yang terus menerus diusahakan manusia semenjak
dilahirkan.0 Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia dilahirkan dalam
keadaan tidak tahu apa-apa namun Allah telah melengkapi manusia
dengan akal, hati dan panca indranya sehingga fungsi-fungsi bisa
dikembangkan seoptimal mungkin. Pengembangan fungsi-fungsi
tersebut merupakan tanggung jawab kedua orang tua ketika masa anak-
anak. Setelah dewasa maka ia harus mandiri untuk lebih
mengoptimalkan dan mengembangkan potensi dari fungsi-fungsi yang
dimilikinya itu.
Ta’lim menurut Mahmud Yunus yang dikutip oleh Ridwan, secara
bahasa berasal dari kata allama-yuallimu-ta’liiman yang artinya
pengajaran, pendidikan. Dan hal diatas juga selaras dengan kata
alama-ya’lamu yang berarti mengeja, memberi tanda. Dan kata alima-
ya’lamu yang artinya mengetahui sesuatu, mengerti atau memberi
tanda. 0
Ta’lim tidak hanya berhenti pada pencapaian pengetahuan
semata, akan tetapi ta’lim juga mencakup keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman yang baik.
karena jangkaunya yang lebih luas, maka ta’lim harus mampu
menjangkau semua aspek perkembangan manusia baik dari aspek
kognisi, psikomotorik dan afeksi. Sebagaimana Rasul diutus ke bumi
0
Abdul Fattah Jalal, Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam, alih bahasa Herry Noer Ali,
Azaz-azaz Pendidikan Islam, Cet. 1 (Bandung: cv. Diponegoro, 1988), hlm 28-29
0
Ibid., hlm. 27-33
0
Muhammad Ridwan, “Konsep Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’lim dalam Al Qur’an”, Nazhruna:
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1 No. 1 Maret 2018, hlm. 44
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحوا ِفي اْلَم َج اِلِس َفاْفَس ُحوا َيْفَس ِح ُهَّللا َلُك ْم َو ِإَذ ا ِقيَل انُشُز وا َفانُشُز وا
َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم نُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َر َج اٍت َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.0
Selain Istimewa, Ilmu merupakan kata yang memiliki karismatik.
Ia mengandung segala kemaslahatan manusia. Bahkan dengan ilmu
mereka (manusia) lebih utama daripada Malaikat, dan dengan ilmu pula
0
Abdul Fattah Jalal, Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam, alih bahasa Herry Noer Ali,
Azaz-azaz Pendidikan Islam, Cet. 1 (Bandung: cv. Diponegoro, 1988), hlm 27
0
Al Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abdul Fattah Jalal, Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam, alih bahasa Herry Noer Ali,
Azaz-azaz Pendidikan Islam, Cet. 1 (Bandung: cv. Diponegoro, 1988), hlm. 143-144
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 119-124
0
Mihtahur Rohman, “Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial
Kultural”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 9 No. 1 2009, hlm. 25
0
Dwiyan Desi, Analisis Filosufis Tentang Pemikiran Al-Ghazali (Konservatif-Religius)
Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Kekinian, Program Pascasarjana
Magister Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2019, hlm.,9
0
Abdul Fattah Jalal, Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam, alih bahasa Herry Noer Ali,
Azaz-azaz Pendidikan Islam, Cet. 1 (Bandung: cv. Diponegoro, 1988), hlm 169-175
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 177
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Undang-undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 Tahun 2003
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXIII
PEMIKIRAN PENDIDIKAN A. MUKTI ALI DAN RELEVANSINYA
DENGAN DUNIA MODERN
(Wina Rohmaniyah)
A. PENDAHULUAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
B. PEMBAHASAN
1. Biografi A. Mukti Ali
Abdul Mukti Ali lahir di Cepu, Blora, Jawa Tengah pada tanggal 23
Agustus 1923 dan meninggal dunia pada tanggal 5 mei 2004. 0 A. Mukti Ali
memiliki nama kecil Boedjono. Ayahmya bernama H. Abu Ali, merupakan
0
Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,
cet.2, 2013), hlm. 224
0
http: //wikipedia.org: Mukti Ali, di akses pada 18 maret 2019
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
UGM dan UMY dan beberapa perguruan tinggi lain. Mukti Ali juga pernah
menjadi anggota Pengurus angkatan ’45.0
2. Pemikiran Pendidikan A. Mukti Ali
Dari perjalanan panjang hidupnya dari desa Cepu, pendidikan di sekolah
Hindia Belanda, kemudian di pesantren hingga pendidikan Barat, dari tokoh-
tokoh Kyai nusantara, hingga pemikir Barat Mukti Ali mengintegrasi semua
ilmu yang ia dapat dan memiliki pendapat bahwa belajar Islam, atau agama
apapun, mestinya diarahkan pada usaha bagaimana sebuah tradisi keagamaan
itu bisa menjawab masalah-masalah masyarakat modern. Ia menegaskan
perlunya menafsirkan ulang khazanah pemikiran Islam dalam konteks
modernitas.
Menurut Mukti Ali, agama berfungsi sebagai :0
a. Faktor motivatif, yaitu factor yang mendorong, mendasari, melandasi, cita-
cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya.
b. Faktor kreatif, yakni mendorong manusia bukan hanya untuk melakukan
kerja produktif saja melainkan juga kerja kreatif dan inovatif.
c. Faktor sublimatif, yaitu factor yang mengkuduskan segala kegiatan
manusia, bukannya yang bersifat keagamaan saja melainkan juga bersifat
keduniaan.
d. Faktor integratif, yang memadukan segenap aktivitas manusia baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupan.
Gagasan dan pemikiran Mukti Ali selain masalah dialog dan penciptaan
kerukunan umat beragama serta pembersihan citra kementrian agama sebagai
alat perjuangan politik golongan Islam tertentu, serta membentuk Majelis
Ulama Indonesia pada akhir tahun 1975, Mukti Ali juga memiliki gagasan,
pemikiran dan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan
Islam. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakannya sebagai berikut; 0
a. Kebijakan tentang pembenahan lembaga pendidikan Islam.
0
Ibid,hlm.107-108
0
Achmad Baiquni, dkk, 70…..hlm.101-102
0
Abudin Nata, Pemikiran …., hlm.352
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
sarjana yang masa belajarnya 9 bulan. Ini merupakan cikal bakal program
Pasca Sarjana IAIN.0
3. Ciri-Ciri Dunia Global/Modern
Globalisation is the process by which the world is becoming increasingly
interconnected as result of massively increased trade and cultural exchange
( Globalisasi adalah proses dimana dunia menjadi semakin terhubung sebagai
akibat dari meningkatnya perdagangan secara massif serta terjadinya
pertukaran budaya ). A.G. Mc Grew memberikan penjelasan bahwa proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan, dan kegiatan di belahan dunia yang satu
dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.0
Ciri-ciri gobalisasi:0
a. Terjadi pelebaran aktivitas social, politik, dan ekonomi di pelosok
wilayah, regional dan benua.
b. Peningkatan dan keterhubungan aliran perdagangan, investasi, keuangan,
serta migrasi, dan pertukaran budaya.
c. Terjadi percepatan interaksi dan komunikasi secara mendunia dengan
terciptanya system transportasi maju, sehingga mempercepat pertukaran
serta difusi ide, barang-barang, informasi, modal dan juga masyarakat.
d. Masalah domestic dan masalah global menjadi semakin berhubungan
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas dapat kita fahami bahwa dengan
semakin cepat nya pergerakan budaya, ekonomi dan lain sebagainya, sudah
pasti mempengaruhi dunia pendidikan yang sudah barang tentu harus
dikembangkan berdasar kebutuhan global. Namun disisi lain, globalisasi ini
memunculkan kondisi insekuritas, maksudnya akan terjadi gejolak baik di
dalam suatu negara ataupun antar negara baik dalam hal budaya, politik,
ekonomi dll. Sehingga dalam keadaan demikian membutuhkan adanya gerakan
revitalisasi agama. Revitalisasi agama hanya bisa dilakukan melalui pendidikan
yang baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
0
Achmad Baiquni,dkk.,70… hlm. 31
0
https://learniseasy.com,Globalisasi: pengertian,ciri-ciri dan dampak, diakses pada tanggal 20
maret 2019
0
Ibid
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Achmad Baiquni, dkk., 70… hlm.64
0
Harry Santosa., Fitrah Based Education, ( Depok: Yayasan Cahaya Mutiara Timur, cet.5,
2017), hlm. 112
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas tentang Mukti Ali dapat diambil kesimpulan ;
1. Dari segi riwayat hidup, Mukti Ali adalah seorang ulama yang intelek
selain menguasai ilmu keislaman klasik juga menguasai ilmu modern
2. Dari segi pemikiran pendidikannya, Mukti Ali sangat memperhatikan
nasib madrasah, pesantren dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi
3. Dari segi perjalanan karirnya, Mukti Ali merupakan teknokrat yang peduli
dengan kemajuan bangsa
4. Dalam keberagaman, Mukti Ali memiliki gagasan dan pemikiran toleransi
antar ummat beragama
5. Hidupnya penuh dengan ilmu dan karya
6. Pemikirannya masih relevan di era modern dan perlu dikembangkan
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXIV
PEMIKIRAN PENDIDIKAN MUHAMMAD ATHIYAH AL ABRASYI
DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN
(Yusmashfiyah)
A. PENDAHULUAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
muslim yang mengerti tentang Islam dan berperilaku Islam juga. Yang
menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlaq yang
mulia, membiasakan mereka berpegang teguh pada moral yang tinggi dan
menghindari hal-hal yang tercela, berpikir rohaniyah dan insaniyah, dan
menggunakan waktu untuk mempelajari ilmu dunia dan agama.
Karena itulah tulisan ini ingin mengupas analisis filosofis pemikiran
M. Athiyah Al-Abrasyi tentang pendidikan dan relevansinya dengan dunia
modern. Sebagai upaya untuk mengambil kebaikan dari hasil pemikiran
beliau. Karena pemikiran pendidikan yang beliau kemukakan selama ini
sangat relevan dengan pendidikan di era modern saat ini.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Muhammad. Athiyah Al-Abrasyi
Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan
yang hidup pada masa pemerintahan Jamal Abd. Nasr yang memerintah
Mesir pada tahun 1954-1970 yang kemudian digantikan oleh presiden
Anwar Sadat. Karena itulah Muhammad Athiyah Al- Abrasyi termasuk
seorang pakar intelektual Muslim dibidang Pendidikan Islam Modern. 0
Beliau adalah satu dari sederetan nama yang tidak boleh dilupakan oleh
para cendekiawan Arab dan muslim. Karena pemikiran Pendidikan
beliau yang sangat kritis terkait dengan fenomena -fenomena
masyarakat yang beraneka ragam.
Beliau memperoleh gelar diploma dari Universitas Darul Ulum
tahun 1921, Dar al-‘Ulum inilah sebagai salah satu sarana kependidikan
sekaligus menjadi seorang ahli dibidang pendidikan disana.0 Di tempat
itu pula Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengabdikan dirinya sebagai
seorang tenaga pengajar dan terakhir beliau menjabat sebagai guru besar
di Dar al-‘Ulum dan Kairo University. Selain itu kemampuan bahasanya
tidak hanya berbahasa Arab saja yang ia kuasai, tetapi ia juga menguasai
beberapa bahasa, seperti bahasa Inggris, Ibrani, dan Suryani.0
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik sampai Modern), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 192.
0
Ibid,hlm.192
0
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran pendidikan Islam ( Gagasan-Gagasan Besar
Para Ilmuwan Muslim), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hlm. 564.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid, hlm. 564.
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik sampai Modern), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 191.
0
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran pendidikan Islam ( Gagasan-Gagasan Besar
Para Ilmuwan Muslim), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hlm. 565.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
25. Abtaluna al-Fadaiyun fi Sina wa Bur sa’id (tt.p: Dar Nahd ah Misr bi
al-Fujalah, tt).
26. Qisas ‘Ilmiyah Maksatah li Atfal, (tt.p: Dar Nahd ah Misr bi al-
Fujalah, tt).
27. Al-Maktabah az-Zarqa’Li Atfal, (tt.p: Dar Nahd al Misr bi al-
Fujalah, tt).
28. Qisas Diniyyah Li Atfal: qiss ah al-Mustak Saw, (tt.P: Dar Nahd
Misr bi al-Fujalah, tt).
29. Qisas Diniyyah Li Atfal: Qiss ah Umar bin al-Khattab: 3 Juz (tt.p:
Dar Nahd Misr bi al-Fujalah, tt).
30. Silsilah al-‘Uz-Ama’: Khalid bin al-Walid, (Kairo: al-Anglo al-
Misriyah bi Syairi Muhammad Fardi, tt).
31. Silsilah al-‘Uz.ama’: Salah ad-Don al-Ayyubi, ( Kairo: al-Anglo al-
Misriyah bi Syairi Muhammad Fardi, tt).
32. Muhammad Farid, (Kairo:al-Anglo al-Misriyah bi Syairi
Muhammad Fardi, tt).
33. Kutub Madrasah Mutanawwiyah, (Kairo: Dar al-Ma’arif
[Musbiru],tt).
34. Maktabah Atfal ad-Diniyyah; Qisas min Hayan A’zam ar-Rasul, 30
Kitab (tt.p: Dar Nahd Misr bi al-Fujulah, tt).0
Dari sekian banyak bukunya itu, karya yang berjudul: Al-Tarbiyah
al-Islamiyah diterbitkan oleh Dar al-Qaumiyah Li al-Taba’at wa an-
Nasyr, atau national Printing and Publication House, Cairo pada tanggal
28 Juli 1964. Dan sekitar 13 karya tulis dari 52 karya tulisnya secara
langsung berkaitan dengan tarbiyah Islamiyah atau Pendidikan
Islam.0Karena itulah beliau dikenal sebagai seorang pemikir,
cendekiawan dan intelektual muslim yang focus pada ilmu pendidikan
Islam, di mana karya-karyanya banyak dipakai sebagai rujukan.
2. Pemikiran Pendidikan
0
Ibid, hlm. 565-566.
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern), (Kota Depok: PT. Rajagrafindo Persada), hlm. 192.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.112
0
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran pendidikan Islam ( Gagasan-Gagasan Besar
Para Ilmuwan Muslim), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hlm. 570.
0
Ibid, hlm. 571
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Langgulung telah membagi lima (5) azas yang menjadi sasaran tujuan
pendidikan Islam, antara lain:0
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia, bahwa inti
pendidikan Islam adalah mampu mencapai akhlak yang sempurna
(akhlakul karimah) sehingga menjadi insan kamil. Selain itu ia (akhlak)
menjadi ruh dari pendidikan atau Ruh Al-Tarbiyah. Sehingga Pendidikan
akhlak sebagai kebutuhan dari kekuatan jasmani, akal,ilmu,budi pekerti,
perasaan dan kepribadian yang terikat menjadi satu kesatuan manusia
yang utuh dengan begitu ia sebagai at-tarbiyah Kamilah atau pendidikan
yang sempurna.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat yang balance, ia tidak
bisa dipisah-pisahkan. Keduanya haruslah seimbang, tidak bisa
memandang yang satu lebih penting dari yang lainnya. Karena itulah
seperti sebuah ungkapan ;” Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan
engkau akan hidup selama-lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu
seakan-akan kamu akan mati besuk”. Disini pentingnya untuk tidak
dualisme atau dikotomian ilmu antara ilmu agama dan sains karena
keduanya sama penting dan harus diintegrasikan secara integralkan.
Sebagaimana pendapat
3. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
kemanfaatan atau tujuan vokasional dan professional. Disini Muhammad
Athiyah Al-Abrasy menekankan kembali bahwa Pendidikan Islam
memperhatikan segi-segi agama, moral, kejiwaan dalam pendidikan dan
pengajaran,0 namun tidak meremehkan segi kemanfaatannya (melahirkan
manusia sebagai khalifah) dalam menentukan kurikulum sekolah, tujuan
ini tidak boleh dilupakan. Selain itu juga ia mempunyai tujuan social,
menitikberatkan pada perkembangan karakter manusia yang unik, yang
diharapkan mampu membawa perubahan dan kemajuan.
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern), (Kota Depok: PT. Rajagrafindo Persada), hlm. 207.
0
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran pendidikan Islam ( Gagasan-Gagasan Besar
Para Ilmuwan Muslim), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hlm. 577.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran pendidikan Islam ( Gagasan-Gagasan Besar
Para Ilmuwan Muslim), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hlm. 580-583.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 581-582.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
yang harus senantiasa diperhatikan oleh setiap peserta didik sebagai dasar
etika yang harus dimiliki oleh peserta didik, adalah sebagai berikut:
a) Sebelum belajar, harus membersihkan diri dari segala sifat yang
buruk karena belajar adalah juga ibadah.
b) Belajar dengan maksud mengisi jiwa dan rasa fadlilah,
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c) Bersedia menuntut ilmu walaupun sampai meninggalkan keluarga
dan tanah air.
d) Menekuni ilmu sampai selesai artinya jangan terlalu sering
berganti guru, jika berganti juga harus dipikir matang-matang terlebih
dahulu.
e) Hendaknya ia memulyakan guru dan menghormatinya karena
Allah dan berupaya menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
f) Jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya dan jangan mulai
berbicara kecuali sudah ada izinnya.
g) Jangan menipu guru
h) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar
i) Saling mencintai dan berjiwa persaudaraan antara sesama murid
j) Memberi salam kepada guru dan jangan mengatakan hal yang tidak
sopan pada guru
k) Tekun belajar, mengulanginya baik waktu senja ataupun menjelang
subuh0
l) Bertekad untuk belajar hingga akhir usia, dan jangan pernah
meremehkan suatu cabang ilmu, tapi anggaplah semua ilmu itu
bermanfaat.0
3. Relevansi Pemikiran Pendidikan Menurut Muhammad Athiyah Al-
Abrasy dengan Zaman Modern
Di abad modern yang serba canggih dengan kemajuan teknologi dan
arus globalisasi, sedikit banyak melahirkan permasalahan kehidupan
manusia semakin rumit dan memerlukan pemecahan yang tepat dan cepat,
tak terkecuali dengan permasalahan pendidikan dari masa kemasa selalu tak
0
Ibid., hlm. 582.
0
Ibid., hlm. 582-583
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
pernah habis untuk dikupas dan dicari jalan keluarnya. Di sinilah diperlukan
sebuah dekonstruksi pendidikan yang bisa menjawab sebuah kegelisahan
masyarakat. Salah satunya adalah dengan menganalisis kembali relevansi
pemikiran pendidikan menurut Muhammad Athiyah Al Abrasy dengan
kondisi zaman modern ini.
Seperti yang diulas diatas bahwa pemikiran Muhammad Athiyah al-
Abrasyi terhadap pendidikan Islam sangat memperhatikan perbedaan-
perbedaan individual antar anak-anak dan juga pentingnya pendidikan
moral/akhlak sebagai pilar tujuan akhir pendidikan Islam, seperti yang
diungkap Maragustam bahwa, di zaman modern seseorang yang tidak
mempunyai karakter yang baik maka ia akan dikendalikan dengan
kehidupan materialistic dan hedonistic.0 Karena itulah pendidikan karakter
dalam pendidikan Islam harus dilaksanakan secara menyeluruh baik dalam
pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, pendidikan formal maupun
pendidikan informal. Disini pendidikan Islam menjadi sebuah jembatan
dialetika, antara realitas dan normativitas agama.
Dan yang menarik dari beberapa pemikiran Muhammad athiyah Al-
abrasy yang sangat relevan dengan zaman modern adalah bahwa pendidikan
Islam merupakan pendidikan yang Ideal. Karena di dalamnya mengandung
proses demokratisasi ,pembebasan, dialogis dan memberikan peluang yang
besar terhadap penggunaan akal dan besarnya perhatian terhadap arah dan
kecendrungan potensi bawaan manusia, dimana ilmu diajarkan karena ia
mengandung kelezatan-kelezatan rohaniah untuk dapat disampaikan kepada
hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji.
Bagi Muhammad Athiyah al-Abrasy pendidikan, sebaiknya meliputi
“book centered oriented” memandang Al Qur’an sebagai Kitab pegangan
umat Islam untuk acuan pendidikan, “child centered oriented”, dan “social
demand”bahwa pendidikan memperhatikan tuntutan masyarakat.0 Yang itu
semua menurut penulis secara ideologi pendidikannya hampir mirip dengan
ideologi Liberalisme pendidikan yang mana ciri umumnya adalah individu
0
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter,
( Yogyakarta: Pascasarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN, 2018), hlm. 246.
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern), (Kota Depok: PT. Rajagrafindo Persada), hlm. 204.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
William F. O’neil, alih Bahasa Omi Intan Naomi, Judul Terjemahan Ideologi-
Ideologi Pendidikan, Cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 500.
0
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern), (Kota Depok: PT. Rajagrafindo Persada), hlm. 204.
0
William F. O’neil, alih Bahasa Omi Intan Naomi, Judul Terjemahan Ideologi-
Ideologi Pendidikan, Cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 506.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang
hidup pada masa pemerintahan Jamal Abd. Nasr yang memerintah Mesir
pada tahun 1954-1970. Sebagai salah seorang dari sekian banyak ilmuwan
muslim yang sangat produktif mencetuskan gagasan dan ide menuju
perbaikan dan peningkatan kualitas umat Islam pada era sekarang ini dengan
menawarkan konsep-konsep dasar bagi pendidikan Islam yang merupakan
hasil dari sari pati dari nilai ajaran al-Qur’an dan al-Hadits yang digalinya.
Pemikiran pendidikan Islam menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi
pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam
pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan
tulisan. Pendidikan Islam tidak hanya berhenti pada tataran teori tetapi
menyeimbangkan pengetahuan/ilmu yang dimilikinya dengan tingkah laku
sehari-harinya.
Bagi Muhammad Athiyah Al-Abrasy pendidikan, sebaiknya meliputi
“book centered oriented” memandang Al Qur’an sebagai Kitab pegangan
umat Islam untuk acuan pendidikan, “child centered oriented”, dan “social
demand”bahwa pendidikan memperhatikan tuntutan masyarakat. Karena
didalamnya mengandung proses demokratisasi, pembebasan, dialogis dan
memberikan peluang yang besar terhadap penggunaan akal dan besarnya
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXV
(Zulfa Mustaqimah S)
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu berkah yang amat besar yang diberikan Allah
kepada manusia. Hanya manusialah yang ditakdirkan mendapatkan pendidikan.
Pendidikan Islam menunjukkan pada pengertian tentang model pendidikan yang
bercorak Islam. Oleh karena itu, pada prinsipnya, konsepsi-konsepsi tentang
pendidikan Islam selalu berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. Meskipun
terkadang para ahli dalam merumuskan konsep pendidikan Islam memunculkan
pendapat para tokoh pendidikan Islam yang otoritatif dan juga tokoh pemikir
Barat, akan tetapi mereka tetap mengacu pada tawaran Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara pendapat-pendapat tokoh tersebut (Islam dan Barat), hanya sebagai
jalan untuk menjelaskan keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Hadits tentang
masalah-masalah kependidikan tadi.
Selain contoh di atas, Quraish Shihab melalui karyanya yang berjudul
“Membumikan Al-Qur’an” mencoba menyoroti aspek-aspek kehidupan manusia
dengan tinjauan Al-Qur’an, termasuk di dalamnya tentang masalah-masalah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
pendidikan. Dalam bukunya tersebut, yang secara khusus dapat dilacak pada
halaman 172-179 beliau menggulirkan konsep pendidikan Islam dalam Al-
Qur’an. Dalam karyanya tersebut, beliau membahas aspek-aspek pendidikan
Islam yang meliputi : tujuan pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, sifat
pendidikan Islam, dan materi pendidikan Islam. Dalam menguraikan tentang
konsep pendidikan Islam atau konsep pendidikan perspektif Al-Qur’an beliau
mengatakan bahwa Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan
memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara individu
maupun kelompok. 0
Dari ulasan di atas maka dapat diketahui bahwa dalam pendidikan terdapat
konsep dan teori untuk melaksanakan proses pendidikan. Konsep pendidikan bisa
dijadikan sebagai acuan untuk memahami, mengembangkan dan mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam tulisan ini akan dipaparkan
bagaimana konsep pemikirian pendidikan Muhammad Quraish Shihab yang
beraliran religius-rasional dan bagaimana relevansinya terhadap dunia modern.
B. Pembahasan
1. Biografi Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang Sulawesi Selatan pada
16 Februari 1944. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung
Pandang, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambi
“nyantri” di Pondok Pesantren Darul-Hadist Al-Fiqihiyyah. Pada tahun 1958,
dia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-
Azhar. Pada tahun 1967, dia meraih gelar Lc (S-1) pada fakultas Ushuludin
Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia menlanjutkan
pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 meraih gelar MA
untuk spesialisasi bidang Tafsir AlQur’an dengan tesis berjudul Al-I’jaz Al-
Tasyri’iy li Al-Quran Al-Karim.
Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk
menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN
0
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran : Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan
Bermasyarakat, (Bandung: Al-Mizan, 2005), hlm. 172.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu dia juga, dia diserahi jabatan-jabatan
lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
(Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun diluar kampus seperti
Pembantu Pimpinan Kepolisisan Indonesia Timur dalam bidang pendidikan
mental. Selama di Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai
Penelitian antara lain, pendidikan dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup
Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi
Selatan” (1978).
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan
pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada 1982,
dengan disertasi berjudul “Nazhm Al-Durar li AlBaiqa’iy, Tahqiq wa
Dirasah” dia meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quran dengan
Yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtaz ma’a
martabat al-syaraf al-‘ula).
Sekembalinya ke Indonesia sejak 1984, Quraish Shihab ditugaskan di
Fakultas Ushuludin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidyatullah,
Jakarta. Selain itu, di luar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki
berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
(sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departemen Agama (sejak
1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan. Dia juga banayak terlibat dalam
beberapa organisasi profesional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-
ilmu Syari’ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen
Pendidikan dan kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI). Disela-sela segala kesibukannya itu, dia juga
terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun diluar negeri.
Yang tidak kalah pentingnya, Quraish Shihab juga aktif dalam
kegiatan tulis-menulis. Disurat kabar Pelita, pada setiap hari Rabu dia
menulis dalam rubik “Pelita Hati”. Dia juga mengasuh rubik “Tafsir Al-
Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah.
Selain itu dia juga tercacat sebagai dewan redaksi majalah Ulumul Qur’an
dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk
berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal Ilmiah, hingga kini sudah tiga
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran : Peran dan Fungsi Wahyu dalam
Kehidupan Bermasyarakat, (Bandung: Al-Mizan, 2005), hlm. 6-7.
0
Badri Yatim dan Hamid Nasuhi (ed.), Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam
Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1957-2002, (Jakarta: IAIN Jakarta
Press, 2002) hlm. 216. Dalam Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persasda, 2005), hlm.365-366.
0
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persasda, 2005), hlm.366.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
Dari karya-karya yang sudah diterbitkan, ada dua diantara karyanya yang
mencatat sukses adalah “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan, Mei 1992) dan Lentera Hati: Kisah
dan Hikmah Kehidupan (Mizan, Februari 1994).0
satu pun dari butir-butir tersebut yang tidak ditemukan dalam analisis
ayat-ayat Al-Qur’an. Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah poin
yang (d), tetapi mengenai semangat kebangsaan memiliki kaitan dengan
fungsi kekhalifahan serta tugas memakmurkan bumi ditemukan pula
secara jelas dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 yang menjelaskan tujuan
penciptaan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, yakni untuk
saling mengenal.0
b. Metode pendidikan
Materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al Qur’an hampir selalu
mengarah kepada jiwa, akal, dan raga manusia. Terdapat dalam QS Al
Anfal: 17 yang artinya: “…Bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian
untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Al Qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui
pembuktian-pembuktian, baik dengan argumen maupun yang dibuktikan
melalui penalaran akalnya. Quraish Shihab mengatakan bahwa
menceritakan kisah-kisah dalam Al Qur’an dengan menggaris bawahi
akibat kelemahan atau melukiskan saat kesadaran manusia dan
kemenangannya mengatasi kelemahan tadi. H.M. Quraish Shihab juga
menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati. Al Qur’an juga
menggunakan metode pembiasaan dalam menanamkan ajaran kepada
umat manusia.
Dalam penyajian materi pendidikannya, Al-Quran membuktikan
kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan
argumen-argumentasi yang dikemukakannya maupun yang dapat
dibuktikan sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran
akalnya. Ini dianjurkan oleh Al-Quran untuk dilakukan pada saat
mengemukakan materi tersebut, “agar akal manusia merasa bahwa ia
berperan dalam menemukan hakikat materi yang disajikan itu sehingga
0
Ibid., hlm. 174.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan...hlm.369-372.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran..., hlm. 176-177.
0
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan...hlm. 372-373.
0
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran..., hlm. 178.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. PENUTUP
sesuai dengan tujuan penciptaan Allah yaitu bertakwa kepada-Nya dan terciptanya
makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan. Kedua, metode pendidikan yang
digunakan menurut Quraish Shihab melalui pembuktian kebenaran melalui
argumen-argumen maupun penalaran akalanya, menggunakan kisah,
menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati, dan pembiasaan. Ketiga,
sifat pendidikan Islam menurut Quraish Shihab adalah sepanjang hayat (life long
education).
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
BAB XXVI
PEMIKIRAN PROF. ZAINI DAHLAN M.A TENTANG PENDIDIKAN
DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN
(Zulfirman Siregar)
A. PENDAHULUAN
Tujuan diselenggarakannya pendidikan itu adalah untuk menanamkan
nilai- nilai luhur kehidupan, bukan untuk mencari keuntungan. Pendidikan
diharapkan mampu membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia.
Namun kenyataannya sangat jauh dari harapan, karena masih banyak
ditemukannya kasus-kasus dalam dunia pendidikan yang itu masih ada
kaitannya dengan kemorosatan akhlak. Dari anarkisme anak-anak sekolah
dijalanan, penggunaan barang-barang terlarang, pergaualan bebas antar
murid, pelecehan seksual yang dilakukan oleh guru pada murid, hilangnya
rasa hormat seorang murid ke guru, bahkan sampai pada pembunuhan
terhadap guru yang dilakukan oleh murid. Ini menggambarkan bahwa dunia
pendidikan kita saat ini tidak dalam situasi aman, melainkan mengarah pada
kehancuran. Meskipun seperti itu, juga tidak menafikan bahwa masih ada
pemberitaan yang baik dari dunia pendidikan kita.
Kasus demi kasus yang terjadi pada pendidikan bangsa ini, tidaklah
hadir dengan sendirinya apalagi kesalahan perilakunya dibebankan pada
pelakunya, semua itu haruslah menjadi tanggung jawab bersama baik dari
tingkat keluarga sampai pada tingkatan pemerintah. Tapi yang harus lebih
banyak mengambil peran aktif dalam pembinaan anak adalah keluarga,
karena dari lingkungan keluargalah pertama kali mereka mendapatkan
pendidikan dan pengajaran.
Salah satu tokoh pendidikan yang menganggap penting pendidikan
keluarga adalah Prof. Zaini Dahlan M.A, beliau menganggap hilangnya
budi pekerti dari dalam diri manusia itu dikarenakan pendidikan dalam
keluarganya belum selesai ditanamkan, sehingga berdampak pada
kehidupan sosial. Untuk mengetahui cara dalam menanamkan nilai-nilai
kehidupan pada keluarga, perlu kiranya kita ambil pelajaran dari kisah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
terpilih Rektor baru, yaitu Prof. Zanzawi Soejoeti. Pada periode 1989-
1993, beliau menjadi Wakil Ketua Pengurus Harian Badan Wakaf UII
untuk masa tugas 1993-1996. Jabatan ini kemudian beliau lepaskan
setelah terpilih menjadi Rektor UII selama dua periode (1994-2002).
Dalam menjalani fase-fase kehidupan itu, beliau selalu melandasi
perbuatannya dengan ayat-ayat al-Qur`an yang beliau tekuni dan
dimantapkan dengan ilmu yang beliau pelajari. Wajarlah apabila dinamika
hidupnya indah, cukup berwarna walau tetap sederhana hingga dapat
menjadi teladan setiap insan. Semua ini tidak lepas dari kisi-kisi ayat
kauniyah yang berlandaskan ayat-ayat qauliyah yang bermutu karena
dimantapkan ilmu.0 Tidak jarang saat beliau sedang menghadapi
masalah, beliau selalu mencari solusinya baik dari dalil al-Qur`an maupun
dari kisah-kisah para Nabi dan Rasul.
Perlu diketahui jabatan-jabatan puncak kepemimpinan itu tidak
diperoleh dari intrik-politik apalagi dengan money politic, tapi itu semua
beliau anggap sebagai takdir Allah yang telah menentukan kemana beliau
harus berlabuh. Beliau punya prinsip bahwa “Manusia pasti tidak berdaya
jika sudah di-faith accomply Allah menerima ”jatah kepahitan” apa saja
dalam hidupnya, tapi satu hal yang pasti manusia memiliki kebebasan
untuk menentukan cara bagaimana dia harus bersikap menghadapi
kepedihan yang sedang menimpanya”,0 dengan berpegang teguh pada
prinsip inilah beliau bisa menghadapi kepahitan dunia yang sedang
dialami. Disamping kesibukannya itu, beliau juga aktif menulis dan
berdakwah, juga aktif diberbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Dan
pada akhirnya beliau wafat pada usia 90 tahun pada Januari 2017 lalu,
dengan meninggalkan karya monumentalnya, yaitu Qur’an Karim dan
Terjemahan Artinya, yang royalti dari hasil penjualannya tidak pernah
diambil sepeserpun.0 Perjalanan hidupnya yang panjang dan sarat makna
0
Husein Haikal, “Dinamika Kesederhanaan dan Keteladanan Guru”, Jurnal Millah, No. 2,
(02 Februari 2010), hlm. 337.
0
Supardi, “Manajemen Sejuk Ala Prof. Zaini”, dalam Edy Suandy Hamid, dkk. Zaini
Dahlan: Sang Guru, cet. I (Yogyakarta: UII Press, 2009), hlm. 62.
0
Sahil, “Semangat Yang Tak Kunjung Padam”, dalam Edy Suandi Hamid, dkk. Zaini
Dahlan..., hlm. 98.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
akan sangat berguna bagi bangsa ini yang kini miskin dalam keteladanan,
juga dapat mengilhami mereka yang mau mencari makna dalam
kehidupan.
2. Karya-karya Prof. Zaini Dahlan, M.A
Tidak mudah menemukan karya-karya beliau dalam bentuk tulisan
dan berapa jumlah pastinya, tapi pada umumnya tulisan beliau banyak
berkaitan dengan masalah-masalah keislaman, seperti; tafsir, sejarah,
akhlaq, bahasa Arab, pendidikan dan sebagainya.0 Karya-karya beliau
0
Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, “Perpaduan Kekuatan Zikir dan Fikir”, dalam Edy Suandi
Hamid, dkk. Zaini
Dahlan.., hlm. 3.
0
Yang terpublikasi; puisi untuk merayu rakyat Aceh, puisi yang dibacakan pada acara
Shalat MalamBersama dalam Rangka Mendo`akan Keselamatan Rakyat Islam Irak di Kampus
UII, puisi pada acara pelepasan purna tugas Prof. Dr. H. Abd Syakur, Guru Besar Jurusan Bahasa
Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga.
0
Untuk poin 1, 2, dan 3, hasil kinerja beliau saat menjabat Kakanwil Depag Jawa Barat.
Syamsari Siddiq, dkk. “Figur Pemimpin Teladan”, dalam Edy Suandy Hamid, dkk. Zaini
Dahlan ..., hlm. 109.
0
Untuk poin 4, saat menjabat Kakanwil Jawa Barat, beliau dihadapkan dengan persoalan
tingkat perceraian yang tinggi pada masyarakat yang mengharuskan beliau harus mereformasi
aturan-aturan menikah. salah satu caranya adalah dengan membuat majalah dengan nama “Media
Pembinaan” dan bagi yang ingin menikah harus berlangganan 10 hari sebelum menikah dan harus
mengikuti penataran pra-nikah. Dan kebijakan ini diadopsi oleh Kakanwil-kakanwil lainnya
seperti Kanwil Jateng, DIY, dan Kodya Semarang, dalam Supardi dan Herien Priyono, 77 Tahun
Prof. Zaini Dahlan..., hlm. 40-41.
0
Untuk poin 5, saat menjabat Kakanwil Jabar, banyak dari mereka yang tidak sekolah
memiliki SK Guru Agama, sehingga mengharuskan beliau untuk menata kembali kepemilikan SK
tersebut disesuaikan dengan latar pendidikannya, dalam Supardi dan Herien Priyono, 77 Tahun
Prof. Zaini Dahlan ..., hlm. 39.
0
Untuk poin 6, saat menjabat Dirjen Binbaga Depag RI, dalam Supardi dan Herien
Priyono, 77 Tahun Prof. Zaini Dahlan..., hlm. 72.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Untuk poin 7, saat beliau menjabat Rektor UII. Suyanto, “Bijak, Teduh, dan Ngayomi”,
dalam Edy Suandi Hamid, dkk. Zaini Dahlan.., hlm. 131.
0
Untuk poin 8, saat beliau menjabat sebagai Rektor UII, dalam Supardi dan Herian
Priyono, 77 Tahun Prof. Zaini Dahlan..., hlm. 155.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
dan semua itu sifatnya naluriah.0 Pendidikan prenatal juga bisa dilakukan
dengan mengamalkan beberapa `wiridan` tertentu untuk kebaikan calon
bayi. Dalam surat al-Imran ayat 35 dikisahkan bahwa isteri Imran saat
mengandung mentirakati anaknya dengan do`a, sejarah kelak
membuktikan bahwa dari isteri Imran lahirlah wanita suci (Maryam) yang
kelak akan melahirkan Isa al-Masih sebagai Nabi bagi kaum Nasrani.0
Dalam menanamkan filosofi hidup berkeluarga Dalam menanamkan
filosofi hidup berkeluarga beliau mengagendakan forum bulanan. Forum
ini juga bermanfaat untuk membangun keakraban alami antar anggota
keluarga, meluweskan ketegangan-ketegangan orang tua dan anak; jika
ada perlakuan orang tua yang salah terhadap anak (child abused), dan
yang paling penting adalah untuk mengajarkan pada anak darimana ia
berasal. Dalam menanamkan nilai-nilai beragama juga diperlukan strategi
komunikasi yang efektif, hal itu bisa dilakukan dengan tidak
menggunakan perkataan yang menyudutkan anak dalam posisi harus
“mengorbankan” sesuatu, padahal seharusnya anaklah yang dikesankan
akan “mendapatkan” sesuatu. Forum ini juga berfungsi untuk
mengevaluasi metode pendidikan yang digunakan pada anak, karena
terkadang persoalan yang dihadapi itu secara subtansial sama tetapi
kondisi fasilitas yang tersedia mungkin menuntut penanganan yang
berbeda.0
Menurut beliau setiap anak itu butuh mengalami `kepahitan-
kepahitan` hidup karena kekurangan, karena dengan itu akan
mendewasakan kepribadian si anak. Dalam al-Qur`an sudah diingatkan
bahwa “Sesungguhnya manusia suka melampui batas manakala dirinya
merasa serba cukup dan tidak membutuhkan siapa-siapa”0, hal ini
menunjukkan bahwa kepahitan dalam hidup itu perlu dialami langsung
oleh si anak karena hanya dengan mengalaminya anak itu akan mengerti
maknanya dan juga menumbuhkan watak anak-anak supaya mereka
menjadi pribadi yang tahan uji. Kemudahan hanya akan bermakna apabila
0
Supardi dan Herien Priyono, 77 Tahun Prof. Zaini Dahlan..., hlm. 112.
0
Ibid., hlm. 113.
0
Ibid., hlm. 108.
0
Ibid., hlm. 109.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Supriyadi dan Herien Priyono, 77 Tahun Prof. Zaini Dahlan M.A...., hlm. vii-viii.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Danial, Seri Buku Daras: Filsafat Ilmu, cet. 1 (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014),
hlm. 169.
0
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter, (Yogyakarta:
Pascasarjana
FITK UIN Sunan Kalijaga, 2018), hlm. 246
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
0
Ibid., hlm. 296.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
itu orang tua perlu sesekali atau menjadi rutinitas mingguan mengajak
anak untuk melakukan outbound bersama-sama, dengan maksud untuk
mengakrabkan diri antar anak dan orang tua juga mendekatkan
pengalaman kehidupan bagi si anak untuk merasakan langsung
pengalaman tersebut. Walaupun pada akhirnya dengan menggunakan
metode tersebut, memberikan hasil yang jauh berbeda dari segi kualitas
diri dengan pengalaman yang memang dibentuk secara alamiah. Juga bisa
dilakukan dengan memberikan pendidikan di Sekolah Alam untuk
melatih respon si anak terhadap dunia luar.
Tapi dari semua itu yang perlu diperhatikan dalam dalam
memberikan pengalaman `kepahitan` dalam hidup adalah bagaimana si
anak mengubah pengalaman pahit yang penuh penderitaan itu menjadi
energi positif bukan malah menjadi energi negatif. Sebagai contoh, saat
anak mengikuti outbound jangan sampai anak merasa itu hanya sekedar
kegiatan hiburan semata dan sebatas refreshing untuk menghilangkan
kepenatan dari aktivitas sehari-hari, tetapi anak harus mampu memaknai
bahwa kegiatan tersebut dapat berpengaruh pada pembentukan mental si
anak, dan peran itu ada di orang tua. Orang tualah yang harus
mengajarkan kepada anak makna sebenarnya dari kegiatan tersebut
dengan selalu bertanya dan memperhatikan perkembangan si anak selepas
dari kegiatan tersebut.
Pada hakekatnya pola pendidikan keluarga yang diterapkan oleh Prof.
Zaini Dahlan memang terkesan kuno dan kurang maju, tapi yang
namanya untuk membentuk kepribadian anak yang tangguh agar mampu
berjuang dalam kehidupannya di masa mendatang haruslah dididik
dengan keadaan dengan serba kekurangaan dan keterbatasan, karena itu
adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Saat lingkungan sosial di era
modern hadir dengan memberikan anak kemapanan mengapa tidak kita
gunakan penderitaan. Memang harus diakui walaupun pola pendidikan
keluarga yang beliau lakukan masih memiliki banyak kekurangan, tapi
masih sangat relevan untuk digunakan sebagai bentuk perlawanan
terhadap dunia global.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
C. KESIMPULAN
Pemikiran Prof. Zaini Dahlan tentang Pendidikan tidak bisa dirumuskan
secara konseptual, tetapi hanya bisa dimaknai dalam arti luas, yakni
pendidikan adalah pengalaman dalam kehidupan, dan dalam proses
kehidupan harus dijalani dengan mensyukurinya. Proses pendidikan haruslah
dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu,
tidak hanya berlangsung di institusi formal pendidikan semata, juga harus
berlangsung di lingkungan sosial, baik di masyarakat maupun di keluarga.
Jangan sampai pendidikan yang didapatkan terlepas dari persoalan-persoalan
kehidupan.
Pola pendidikan keluarga yang diterapkan oleh Prof. Zaini Dahlan masih
relevan untuk digunakan di era modern saat ini, hanya saja perlu pembaruan
dalam metode penerapannya. Metode penerapan haruslah kontekstual
dengan tantangan zaman yang sedang dihadapi oleh si anak. Berilah anak
pengalaman langsung untuk merasakan `kepahitan-kepahitan` dalam
kehidupan, baik itu secara alamiah maupun artifisial. Dan amatilah
perkembangan si anak, apakah pengalaman-pengalaman itu disalurkan
menjadi energi positif dan bukan sebaliknya.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tinjauan Filosofis Terhadap Pemikiran Pendidikan ISlam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqi Surur, Thaha., 1988, Imam Al-Ghazali Hujjatul Islam, Solo:
CV Pustaka Mantiq
Abdul Kholik, dkk 1999, Pemikiran Pendidikan Islam, kajian tokoh kasik
dan kontemporer. Semarang:Pustaka pelajar
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media).
Amal Taufik Adnan., 1990, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas
Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung:Penerbit Mizan
Islam.http://piuii17.blogspot.com/2018/09/analisis-filosofis-tentang
hereditas.html, diakses pada 18 Februari 2019 pukul 14.00
Daud, Wan Mohd Nor Wan., 1998, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam
Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan
Edy Suandi Hamid, dkk. 2003, Zaini Dahlan: Sang Guru (Cetakan I),
Yogyakarta: UII Press.
Fattah Jalal, Abdul., 1988, Minal Ushulit Tarbawiyah Fil Islam, alih
bahasa Herry Noer Ali, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Cet. 1
Bandung: cv. Diponegoro.
Netty Hastati dkk.,2005, Islam dan Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
O’neil, William F., alih Bahasa Omi Intan Naomi, 2001, Judul Terjemahan
Ideologi-Ideologi Pendidikan, Cet 1,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Philip K. Hitti, 1972, History of Arab, London: The Macmillan Press ltd
Supardi., Herian Priyono, 2003, “77 Tahun Prof. Zaini Dahlan, M.A:
Gaya Santri Kedu Mengelola Korporasi Diri dan Keluarganya
(Cetakan 1), Yogyakarta: UII Press.
Usman, Abu Bakar & Surahim. 2005, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan
Islam.Yogyakarta: Safiria Insania
Wan Mohd Wan Daud, 2003, Filisafat dan Praktik Pendidikan Islam
Syed M. Naquib Al-Attas, penerjemah: Hamid Fahmy, dkk.
Bandung: Mizan Media Utama.