Skripsi Fany dan Elly

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN

PENGETAHUAN DAN PERAWATAN LUKA PADA PASIEN DIABETES


MILITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna


Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
ELLY 223070126
FANY KOESMAWATY 223070131

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN (UMS)
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Militus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang di tandai oleh
kenaikan kadar Glukosa dalam darah atau hiperglikemia karena adanya kelainan sekresi insulin
dan kerja insulin yang tidak adekuat yang mengakibatkan kematian atau kecacatan, yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien diabetes melitus. Perilaku tidak patuh pada
umumnya akan meningkatkan resiko yang terkait dengan masalah kesehatan dan semakin
memperburuk keadaan, hal tersebut akibat adanya kesulitan dalam mengelola pengobatan
berkala sehingga menyebabkan seorang penderita diabetes melitus menjadi tidak patuh dalam
mengontrol kadar gula darahnya (Purwaningtyas, 2020).
Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian
tertinggi di dunia, penyakit ini juga menjadikan penderitanya berkurang produktivitas kerja yang
berdampak pada berkurangnya pendapatan, serta berkurangnya kualitas hidup penderita karna
komplikasi penyakitnya (Nur Baharia Marasabessy, 2020). Menurut Perhimpunan Endokrin
Indonesia (2020), pilar pengendalian Diabetes Melitus meliputi latihan fisik, terapi nutrisi medik,
intervensi obat, dan edukasi. Keberhasilan proses pengendalian Diabetes Melitus tergantung
pada kepatuhan pasien terhadap diet atau pola makan sehari-hari, hal ini untuk mencegah
komplikasi Diabetes Melitus.
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia. Secara umum, diabetes diklasifikasikan menjadi: diabetes melitus tipe 1 (DMT1),
diabetes melitus tipe 2 (DMT2), gestasional, dan diabetes spesifik lain. Penyebab diabetes adalah
kelainan genetik dan lingkungan. Gejala umum diabetes antara lain: polidipsia, polifagia,
glikosuria, poliuria, dehidrasi, kelelahan, penurunan berat badan, daya penglihatan berkurang,
kram, konstipasi, dan infeksi candida. Pemeriksaaan untuk diagnosis diabetes meliputi:
pemeriksaan glukosa plasma saat puasa, pemeriksaan glukosa plasma setelah 2 jam pemberian
glukosa oral 75 g, pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C), dan pemeriksaan glukosa darah
acak. Pencegahan DMT1 masih sulit karena terbatasnya pengetahuan proses metabolisme,
genetik, dan imunologi pada perkembangan DMT1. DMT2 dicegah dengan intervensi gaya
hidup dan intervensi medis. Insulin merupakan satu-satunya obat untuk DMT1, sedangkan
DMT2 diobati dengan metformin sebagai pilihan utama dan non obat untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan
oleh gangguan sekresi dan fungsi insulin. Itu Perubahan sistem koagulasi pada pasien DM
menjadi etiologi dasar komplikasi makro dan mikrovaskular. Trombosit adalah satu salah satu
faktor yang berperan dalam sistem koagulasi dan mengalami perubahan patologis pada pasien
DM. Rata-rata Volume Trombosit (MPV) merupakan indikator fungsi dan aktivasi trombosit.
Trombosit yang lebih besar memiliki butiran prokoagulan yang lebih padat dan lebih reaktif.
Diabetes Melitus (DM) dapat menyebabkan hi-perglikemia pada pasien DM. Kondisi
hiper-glikemia pada DM yang tidak dikontrol dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem
tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (World Health Organization, 2018). Pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan membuat per-ubahan gaya hidup pasien, seperti meningkat-kan
diet dan latihan fisik (International Dia-betes Federation, 2017).
Komplikasi yang sering terjadi pada diabetes mellitus adalah luka kaki diabetes. Angka
terjadinya luka kaki diabetes masih sangat tinggi, tidak hanya di Dunia tetapi juga di Indonesia.
Sebanyak 90% luka akibat neuropathy dan infeksi tidak tertangani dengan baik. Kurangnya
informasi terhadap pengetahuan perawatan kaki menjadi masalah utama terjadinya luka kaki
diebetes. Perawatan kaki sangat efektif dalam mencegah terjadinya risiko luka kaki diabetes.
Tujuan studi literatur ini adalah mengetahui faktor-faktor pengetahaun perawatan kaki dengan
risiko kejadian luka kaki diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode dalam penelitian
ini menggunakan Sistematika Review, melalui penelusuran secara sistematis pada 4 database
yaitu Proquest, EBSCOHost, Scopus dan Science Direct, dipublikasikan tahun 2015 – 2020. Dari
1,627 jumlah referensi yang telah diidentifikasi terdapat 30 referensi yang diperiksa dengan
detail dan seksama, dari jumlah referensi tersebut didapatkan 17 referensi penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, dimana seluruhnya relevan dengan variabel pada
sistematik review ini. Dari 17 referensi yang digunakan hasilnya menunjukkan faktor-faktor
pengetahuan perawatan kaki dengan risiko kejadian luka kaki diabetes pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam perawatan kaki
dengan risiko luka kaki diabetes adanya tingkat pendidikan, perilaku seseorang, perawatan kaki
yang dilakukan, dukungan keluarga ataupun pasangan, edukasi yang dilakukan, media audio
visual yang diberikan dan asuransi kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dalam melakukan perawatan kaki dapat mencegah terjadinya luka kaki diabetes dan untuk
penelitian selanjutnya dapat meneliti terkait faktor yang paling mempengaruhi atau faktor lain
dari tingkat pengetahuan. Studi literatur ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor-
faktor pengetahuan perawatan kaki dan risiko luka kaki diabetes.
Prinsip pengaturan pola makan bagi penderita diabetes hampir sama dengan masyarakat
umum, yaitu pola makan seimbang, berdasarkan kebutuhan kalori dan gizi setiap orang.
Penderita diabetes perlu menekankan pentingnya pola makan yang teratur dalam hal pengaturan
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama bagi mereka yang menggunakan obat penurun gula
darah atau insulin (Ramadhina et al., 2022). Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan
angka komplikasi Diabetes Mellitus adalah dengan menggunakan empat pilar Diabetes Melitus
yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, pengobatan atau farmakologi, dan edukasi. Salah satu
parameter yang merupakan indikator keberhasilan pengontrolan Diabetes Melitus adalah
pengobatan atau farmakologi (Anggraeni, 2022).
Kepatuhan kontrol merupakan hal penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan
mengendalikan kadar gula darah. Bila pasien Diabetes Melitus dapat mematuhi jadwal
kontrolnya maka akan membantu dalam pengendalian tingkat kadar gula darahnya karena
dengan kepatuhan kontrol tersebut dapat membantu proses penyembuhan dan pencegahan
komplikasi (Bimrew, 2022). Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting terutama pada
pengobatan jangka panjang oleh karena itu sangat penting bagi petugas kesehatan untuk
memperhatikan pasien dalam mengkonsumsi obat agar dapat tercapai target terapi yang
diharapkan (Purwaningtyas, 2020). Mengidentifikasi penderita yang tidak patuh berobat sangat
penting untuk melaksanakan pengobatan yang efektif, mencegah komplikasi dari penyakit lain,
dan meningkatkan kualitas hidupnya sehingga penderita diabetes mellitus itu menjadi stabil
(Andayani at al., 2022).
Ketidakpatuhan Diabetes Melitus terhadap pengendalian dapat berdampak negative
terhadap kesehatannya. Jika kadar gula darah tidak terkontrol, komplikasi-komplikasi diabetes
mellitus yang timbul misalnya pada mata, jantung, saraf dan dapat terjadi komplikasi yang akut
seperti hipoglikemi dan ketoasidosis diabetikum (KAD) dimana jika tidak segera ditangani
komplikasi tersebut dapat membahayakan klien (Dewi, 2020). Menurut World Health
Organization (WHO) Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, mayoritas
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,5 juta kematian secara langsung
dikaitkan dengan diabetes setiap tahunnya. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat
selama beberapa dekade terakhir. WHO memperediksi adanya kenaikan jumlah pasien DM di
Indonesia sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Insiden DM mengalami
peningkatan dan di indonesia menempati urutan ke-4 menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO,
2022).
Berdasarkan data Atlas Internasional Diabetes Federation (IDF) edisi ke- 10
menyebutkan bahwa populasi penderita diabetes di Indonesia berada diperingkat ke-6 akibat
diabetes di Indonesia mencapi 236 ribu pada tahun 2021. Pada tahun 2021 IDF menyebut 537
juta orang dewasa yang berusia antara 20- 79 tahun atau setara dengan angka prevelensi diabetes
pada usia 20-79 tahun adalah 10,6%. Dihitung untuk kelompok umur 20-79 tahun, artinya setiap
1 dari 10 orang menderita diabetes (IDF, 2021). Pasien yang patuh minum obat memiliki kadar
gula darah yang normal dan pasien yang tidak patuh minum obat memiliki kadar gula darah yang
tinggi (Amir, Wungouw, & Pangemanan, 2020).
Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi
kerusakan organ seperti ginjal, mata, saraf, jantung dan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskuler (Fandinata & Darmawan, 2020). Data prevelensi Jawa Barat sebagai salah satu
provinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak, berdasarkan Riskesdas 2013
memperlihatkan jumlah penyandang diabetes melitus di Jawa Barat adalah 1,3% dan mengalami
peningkatan prevalensi menjadi 1,9% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI., 2018).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfhi & Muflihatin, (2020) yang mengungkapkan
bahwa ada hubungan kepatuhan minum obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari & Septiawan (2022)
mengungkapkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap nilai kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fandinata &
Darmawan (2020) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan
perubahan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2.
Keberhasilan proses kontrol terhadap penyakit diabetes melitus sangatlah ditentukan oleh
kepatuhan berobat yang tinggi, agar dapat mencegah segala komplikasi yang ditimbulkan oleh
penyakit diabetes melitus. Meskipun memerlukan tingkat kepatuhan pengobatan yang tinggi,
kenyataannya tingkat kepatuhan penderita dalam menjalankan program manajemen penyakit
tidak cukup baik. Penyakit diabetes melitus memerlukan terapi jangka panjang, maka kepatuhan
penggunaan obat merupakan salah satu faktor keberhasilan pengobatan penyakit diabetes
melitus.Berdasarkan uraian di atas prevalensi Diabetes Melitus semakin meningkat setiap tahun
ini menjadi masalah kesehatan. Hal ini disebabkan kerena banyaknya penderita yang belum
mampu untuk mengontrol gula darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong Tahun 2024.

Anda mungkin juga menyukai