Word
Word
Word
ABSTRAK
Kata Kunci: Limbah serai wangi, Trichoderma reesei, karakteristik cairan rumen,
limbah serai wangi fermentasi (LSWF).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serai wangi (Cymbopogon nardus L.) adalah salah satu tanaman pertanian
yang menghasilkan minyak atsiri yang terkenal pada masa Perang Dunia II.
Indonesia termasuk pengekspor utama minyak atsiri di dunia (Kusuma, 2005).
Daerah penghasil serai wangi di Indonesia yaitu Provinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa tengah dan Banten (Ditjenbun, 2013). Serai wangi di daerah provinsi
Sumatera Barat potensial dikembangkan di Kota Solok, dikarenakan iklim dan
kondisi geografis Kota Solok sangat cocok untuk pertumbuhan serai wangi.
Tanaman serai wangi sangat potensial untuk tumbuh di kota Solok karena letak
geografisnya berada pada ketinggian 390 - 1458 mdpl.
Menurut Dinas Pertanian Kota Solok 2020, kota Solok merupakan daerah
penghasil utama serai wangi dengan total produksi segar mencapai 135,39 ton
pertahun dengan luas tanaman serai sebanyak 41,83 ha. Limbah yang dihasilkan
setiap 1 ton bahan serai segar yang disuling hanya dihasilkan sekitar 0,25%
minyak atsiri dan sebanyak 99,75% berupa limbah daun serai kering dan air.
Limbah serai wangi dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak
terutama bagi ternak ruminansia. Kandungan nutrisi limbah serai wangi yaitu
bahan kering 86,38%, serat kasar, 34,25%, protein kasar 5,72%, kadar air 51,05%,
lemak kasar 2,39%, abu 15,77% dan lignin 10,48% (Permana, 2020). Limbah
serai wangi memiliki kandungan protein yang tinggi dibandingkan dengan limbah
jerami yaitu 7%, sedangkan jerami hanya 3,93%. Selanjutnya limbah serai wangi
juga memiliki kandungan serat kasar yang baik sebagai pakan ternak
dibandingkan limbah jerami dan rumput gajah karena kandungan serat yang
rendah yaitu 25,73% (Sukamto et al., 2011). Sakdaronnarong (2012) menyatakan
bahwa limbah serai wangi memiliki insoluble lignin tinggi sekitar 25-31%
sehingga kecernaannya rendah.
Pemanfaatan limbah serai wangi sama dengan hasil limbah pertanian
lainnya yaitu memiliki keterbatasan untuk digunakan sebagai pakan ternak dimana
serai wangi yang baru disuling mengandung air yang tinggi sehingga
menyebabkan cepat busuk dan berjamur. Limbah serai wangi masih mengandung
lignin yang tinggi 11,1% sehingga kecernaan rendah (Usmiati et al., 2014).
Pemberian limbah serai wangi secara langsung tentunya akan
menimbulkan gangguan pada ternak ruminansia. Untuk memperbaiki mutu dari
limbah serai wangi ini sendiri dapat dilakukan pengolahan secara mikrobiologi
yaitu dengan melakukan fermentasi. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan
mikroorganisme seperti kapang. Salah satu kapang yang dapat digunakan untuk
menghidrolisis lignin pada serai wangi yaitu kapang Trichoderma reesei.
Trichoderma reesei merupakan kapang yang hidup dalam kondisi aerob
digunakan dalam fermentasi dimana dapat menghasilkan enzim-enzim untuk
mengurai polisakarida seperti selulosa dan pati (Hilakore et al., 2013). Kapang
Trichoderma reesei menghasilkan enzim selulase yang bermanfaat untuk
mendegradasi dinding sel tumbuhan, sehingga meningkatkan kecernaannya.
Perlakuan fermentasi bungkil inti sawit dengan Trichoderma reesei terjadi
peningkatan kandungan protein kasar dari 16,5% menjadi 24,37% (Jaelani, 2008).
Menurut Wahyuningtyas et al., (2013) aktivitas Trichoderma reesei
optimum pada pada suhu 35°C, pH 6 dan waktu pemeraman 8 hari untuk produksi
enzim selulase. Menurut Lie et al. (2015) menyatakan fermentasi limbah solid
kelapa sawit dengan Trichoderma reesei dengan dosis inokulum 0,4%
Trichoderma reesei dalam fermentasi selama 6 hari dapat meningkatkan
kandungan nutrient protein (6,04 % menjadi 7,38 % ) dan menurunkan serat kasar
( 24,94 % menjadi 16,59 %).
Penggunaan kapang Trichoderma reesei pada penelitian sebelumnya
hanya sedikit yaitu hanya mencapai 0,8%. Untuk penggunaan dalam
memfermentasi hijauan perlu penggunaan lebih banyak agar proses pemecahan
kandungan zat makanan pada hijauan tersebut. Untuk pemeraman fermentasi
dilakukan selama 8 – 10 hari dikarenakan aktifitas kapang Trichoderma reesei
optimun pada hari ke 8 (Wahyuningtyas et al., 2013)
Penelitian tentang limbah serai wangi telah banyak dilakukan untuk
meningkatkan kandungan nutrisinya, Hasil percobaan yang telah dilakukan,
protein kasar dari fermentasi limbah penyulingan serai wangi menggunakan
probion dan molasses sehingga menjadi 11.2% (Balai Penelitian Tanaman Obat
Aromatik, 2011). Untuk lebih efektifnya dalam proses fermentasi, digunakan
dedak sebagai substrat. Fermentasi pada dedak dapat meningkatkan kandungan
protein, serta dedak padi kemampuannya sebagai porositas suatu bahan secara
aerob dan anaerob agar jamur dapat berkembang dengan baik, biarpun serat di
dalam dedak tinggi tetapi belum terjadi kristalisasi masih pada tahap amorf
sehingga lebih mudah untuk dicerna. Selain itu dedak padi juga mudah didapatkan
dan harganya juga murah.
Bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral yang baik mempengaruhi fermentasi di dalam rumen.
Produksi VFA menggambarkan tingkat fermentabilitas suatu bahan pakan,
semakin tinggi produksi VFA maka semakin banyak energi yang tersedia bagi
ternak. Bagi mikroba rumen VFA mempunyai 2 peran penting yaitu sebagai
sumber energi dan kerangka karbon untuk pembentukan protein mikroba dan
NH3. Karbohidrat dan serat yang terkandung terutama fraksi serat yang
terkandung didalam limbah serai wangi yang difermentasi dalam rumen oleh
mikroba rumen akan menghasilkan Volatil Fatty Acid (VFA), sedangkan protein
yang terkandung didalam limbah serai wangi dan dedak padi di dalam rumen akan
difermentasi oleh mikroba rumen menjadi amonia (NH3) yang digunakan untuk
sintesis protein. Semua proses tersebut berjalan lancar apabila pH dalam keadaan
normal atau seimbang. Limbah serai wangi campur dedak padi difermentasi
dengan Trichoderma reesei akan mempengaruhi karakteristik kecernaan cairan
rumen (pH, VFA dan NH3).
Belum ada penelitian limbah serai wangi dan dedak padi difermetasi
dengan Trichoderma reesei. Oleh sebab itu dilakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Fermentasi Serai Wangi dan Dedak Padi dengan Trichoderma
Reesei Terhadap Karakteristik Cairan Rumen (pH, VFA dan NH3) Secara
In-vitro”
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh fermentasi serai wangi dan dedak padi dengan
Trichoderma reesei terhadap karakteristik cairan rumen (pH, VFA dan NH3)
secara in-vitro?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh fermentasi serai
wangi dan dedak padi dengan Trichoderma reesei terhadap karakteristik cairan
rumen (pH, VFA dan NH3) secara in-vitro.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi
dan solusi kepada peneliti dan peternak bahwa limbah serai wangi fermentasi
dengan Trichoderma reesei dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya suplementasi dari campuran
serai wangi dan dedak padi difermentasi dengan Trichoderma reesei dengan dosis
3% dengan pemeraman selama 12 hari terhadap karakteristik cairan rumen secara
in-vitro.
Materi Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah penyulingan
serai wangi, dedak padi, inokulum kapang Trichoderma reesei, cairan rumen dan
larutan McDougalls atau larutan buffer. Bahan lain digunakan adalah bahan untuk
menentukan kecernaan secara in-vitro yaitu aquades, gas O2 dan larutan buffer.
Untuk mengukur karakteristik cairan rumen gas CO2, larutan H9Cl2, vaselin,
asam borat, larutan Na2CO3 jenuh, larutan H2SO4 0.005 N/15%, NAOH 0.5 N,
HCl 0.5 N dan phenolpthelein.
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan untuk membuat larutan buffer McDougalls yaitu
beaker glass, labu ukur kapasitas 1 L, erlemeyer, pH meter dan pipet tetes. Alat
untuk degradasi makanan secara in-vitro berupa timbangan analisis, tabung
fermentor, shaker water bath, kain kasa, kertas saring, pompa vakum, termos air,
cawan, conway, penutup karet, oven, desikator, penutup alumunium, tabung reaksi
dan thermometer.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap pola faktorial dengan 3 macam substrat dengan 3 kali ulangan, dan RAK
dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Faktor A adalah dosis campuran limbah serai
wangi, dedak padi, dan inokulum. Faktor B adalah lama waktu fermentasi. Berikut
model matematis fermentasi adalah:
Faktor A: Inokulum Faktor B : Lama Fermentasi
A.1 1% B.1 8 hari
A.2 2% B.2 12 hari
A.3 3%
Analisis Data
Data analisis statistik dengan analisis ragam sesuai Rancangan Acak
Kelompok (RAK) 6 perlakuan dengan 3 ulangan pada tabel 1.
Tabel 1. Analisis ragam penelitian rancangan acak kelompok (RAK)
F Tabel
SK DB JK KT F. hit
0.05 0.01
Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/JKP
Kelompok r-1 JKK KTK KTK/JKK
SISA (t-1) (r-1) JKS KTS
TOTAL rt-1 JKT
Ket: Db = Derajat bebas JKS = Jumlah kuadrat sisa
JK = Jumlah kuadrat JKT = Jumlah kuadrat total
KT = Kuadrat tengah KTP =Kuadrat tengah perlakuan
JKP = Jumlah kuadrat perlakuan KTK =Kuadrat tengah kelompok
JKK = Jumlah kuadrat kelompok KTS =Kuadrat tengah sisa
Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik dengan
menggunakan analisa ragam Rancangan Acak Kelompok. Model matematis dari
rancangan percobaan yang digunakan
Yij = μ + αi + βj+ εij
Keterangan :
Yij = hasil pengamatan perlakuaan ke-i dan kelompok ke-j
μ = Nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i
Βj = pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh sisa dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
i = banyak perlakuan (1,2,3,4,5,6)
j = Kelompok (1,2,3)
Jika perlakuan menunjukan hasil berbeda nyata (P< 0.05), maka dilakukan
uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
(Tilley and Terry, 1963).
Persiapan In-vitro
Pembuatan Larutan McDougalls
Semua bahan dilarutkan dalam 1 liter aquades, sementara larutan larutan
buffer ini disiapkan sehari sebelum fermentasi, kemudian diletakkan dalam
shakerwaterbath pada suhu 39OC dan dialirkan gas CO2 selama 30 – 60 detik
untuk mempertahankan kondisi anaerob, yang selanjutnya digunakan untuk
analisa secara in vitro.
Larutan ini digunakan sebagai buffer dalam fermentasi in-vitro dengan
komposisi sebagai berikut:
Tabel 2. Komposisi Larutan McDougalls
Bahan kimia Banyak larut (gram)
Na2HPO4 4.62
KCL 0,57
MgSO4-7H2O 0,12
NaCl 0,47
CaCl22H2O 0,066
Sumber: Tilley dan Terry (1993)
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa limbah serai wangi
yang difermentasi dengan trichoderma reesei dapat mempertahankan pH dan NH3
serta meningkatkan nilai VFA. Limbah serai wangi pada dosis inikulum 3%
diinkubasi selama 12 hari mendapatkan hasil terbaik dengan nilai pH 6.63, kadar
VFA 113.33mM, dan konsentrasi NH3 19,27mg100ml.
Saran
Perlu dilakukan penelitian secara lanjut terhadap limbah serai wangi
fermentasi dengan trichoderma reesei dosis 3% selama 12 hari untuk melihat
kecernaaan pakan secara in-vivo
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani Piliang AWG, Suryahadi, Rahayu I. 2008. Hidrolisis Bungkil Inti Sawit
(Elaeis guiaee Jacq) Oleh Kapang Trichoderma reesei sebagai
Pendegradasi Polisakarida Mannan. Animal Production 42 – 49.
Jamarun, N dan M. Zain. 2013. Dasar Nutrisi Ruminansia. Penerbit Jasa Surya.
Padang.
Krehbiel, C. R. 2014. Invited review: Applied nutrition of ruminants:
Fermentation and digestive physiology. Professional Animal Scientist,
30(2) 129-139.
Kumajas N.J dan Onibala J.S.I.T. 2022. Pengaruh dosis inokulum dan lama
fermentasi kombinasi Phanerochaeta chrysosporium dan trichoderma
reesei terhadap kandungan nutrien eceng gondok. Zootech. 42 (1) : 97
– 104.
Kusuma, I. 2005. Bercocok Tanam Serai Wangi. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Laing Solok.
Lie, et al., .2015. Peningkatan nilai nutrien (protein kasar dan serat kasar) limbah
solid kelapa sawit terfermentasi dengan Trichoderma reesei. Fakultas
Peternakan, Unsrat Manado. Vol 2: 36-42.
McDonald, P., R. A. Edward, J. F. D. Greenhalg & C. A. Morgan. 2002. Animal
Nutrition, 6th Edition. Longman Scientific and Technical Co. Published in
The United States with John Willey and Sons inc, New York.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2010.
Animal Nutrition. 7th Edition. Longman. Scientific and Technical John
Willey and Sons. Inc. New York.
Pazla, R. 2018. Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit dan Titonia (Tithonia
diversifolia) dalam Ransum Kambing Peranakan Etawa untuk Menunjang
Program Swasembada Susu 2020. [Disertasi]. Univesitas Andalas. Padang.
Permana, Pebriadi. 2020. Kombinasi Jerami Padi dan Limbah Penyulingan Serai
Wangi Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering
(KCBK), Bahan Organik (KCBO) dan Protein Kasar (KCPK) secara In
Vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.
Sakdaronnarong, C.K., Onsrithong, N., Suwangkrua. R., Jonglertjunya, W.2012.
Improving Encymatic Saccharification of Sugarcane Bagase by
Biological/Pshychochemical Pretreatment Using Trametes versicolor and
Bacillus sp. Bioresources. 7 (3): 3935 – 3947.
Sandi, S., Ali, M., dan M. Arianto. 2012. Kualitas Nutrisi Silase Pucuk Tebu
(Saccaharum Officinarum) Dengan Penambahan Inokulan Effective
Mikroorganisme-4 (EM-4). Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
SNI 6989. 2019. Cara uji derajat keasaman menggunakan pH meter.
Sukamto, D., Dedi. 2011. Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L) Sebagai
Penghasil Minyak Atsiri, Tanaman Konservasi Dan Pakan Ternak.
Prosesing Seminar Nasional Inovasi Perkebunan. Bogor.
Tilley, J. M., and R. A.Terry. 1963. A two stage technique, for in vitro digestion
of forage crops. J. Br. Grassland.gociety 18 (2): 104-111.
Wahyuningtyas, P., Argo, B.D., dan Nugroho, W.A. 2013. Studi Pembuatan
Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reesei dengan Substrat
Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik pada Produksi Bioetanol.
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 1 (1): 21 – 25.
Lampiran
(120,67)2
FK = 18
= 808,958
JKT = (6,80 + 6,852 + 6,702 + ⋯ . +6,672 + 6,602) −FK
2
Perlakuan
Ulangan Jumlah
A1B1 A2B1 A3B1 A1B2 A2B2 A3B2
1 8,93 8,08 10,20 9,35 9,78 12,33 58,67
2 7,65 10,63 9,35 10,20 10,63 11,05 59,51
3 8,50 8,50 10,20 11,05 10,63 10,20 59,08
Jumlah 25,08 27,21 29,75 30,60 31,04 33,58 177,26
Rata-rata 8,36 9,07 9,92 10,20 10,35 11,19
(177,26)2
FK = 18 = 1745,617
JKT = (8,932 + 8,082 + 10,202 + ⋯ . +10,632 + 10,202) −FK
= 1769,932 – 1745,617= 24,315
(58,672 + 59,812 +59,082 )
JKK = − FK = 1745,676 – 1745,617= 0,059
6
(25,082 + 27,212 +⋯+33,582 )
JKP = −FK = 1760,637 –1745,617 = 15,02
3
JKS = JKT – JKK – JKP = 24,315 – 0,059 – 15,02 = 9,236
JKP 15,02
KTP = t-1 = 6−1 = 3,004
JKK 0,059
KTK = = = 0,03
r−1 3−1
JKS 9,236
KTS = (t−1)(r−1)
= = 0,924
(6−1)(3−1)
KTP 3,004
Fhit = KTS = 0,924 = 3,25
SE = √KTS/r = √0,924/3 = 0,55
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung keterangan
0,05 0,01
Perlakuan 5 15,02 3,004 3,25 3,33 5,64 Ns
Kelompok 2 0,06 0,03 0,03 4,10 7,56 Ns
Sisa 10 9,24 0,92
Total 17 24,32
Ket : ns = berbeda tidak nyata (P>0,05)
**= berbeda sangat nyata (P<0,01)