LAPORAN KEGIATAN PEKES KMB 3 SEM 5 KEL 3A
LAPORAN KEGIATAN PEKES KMB 3 SEM 5 KEL 3A
LAPORAN KEGIATAN PEKES KMB 3 SEM 5 KEL 3A
“OSTEOPOROSIS “
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami semua dapat menyelesaikan “laporan kegiatan pendidikan Kesehatan
KMB III” ini dengan baik, serta kami ucapkan syukur kepada Allah yang maha pemberi nik’mat
panjang umur sehingga kami masih diberi kesehatan jasmani dan rohani.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen pembimbing yang telah
memberi kami kesempatan untuk melakukan kegiatan ini. Kami juga ucapkan terimakasih kepada
para warga padukuhan Nogosari yang telah berpartisipasi dalam kegiatan kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan kegiatan ini dengan baik.
KELOMPOK 3A
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH ......................................................................................... 3
B. NAMA KEGIATAN .......................................................................................................................... 3
C. TUJUAN KEGIATAN ...................................................................................................................... 4
D. MANFAAT KEGIATAN ................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 5
A. DEFINISI PENYAKIT OSTEOPOROSIS ..................................................................................... 5
B. JENIS-JENIS PENYAKIT OSTEOPOROSIS ............................................................................... 5
C. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT OSTEOPOROSIS ............................................................. 6
D. FAKTOR RESIKO OSTEOPOROSIS ........................................................................................... 6
E. PENCEGAHAN PENYAKIT OSTEOPOROSIS ........................................................................... 9
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................................................... 11
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ................................................................................... 11
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH ..................................................................................... 11
C. METODE PELAKSANAAN .......................................................................................................... 12
D. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN ........................................................................................... 12
E. TOLAK UKUR KEGIATAN.......................................................................................................... 12
F. SASARAN KEGIATAN.................................................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 13
A. PENGETAHUAN PENYAKIT OSTEOPOROSIS SEBELUM EDUKASI ................................ 13
B. PENGETAHUAN PENYAKIT OSTEOPOROSIS SETELAH EDUKASI ................................ 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 14
B. SARAN ............................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 15
2
BAB I PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam terjadinya osteoporosis adalah
kalsium. Kalsium merupakan makromineral yang terbanyak di dalam tubuh yaitu sekitar
1000 mg. Kalsium berperan dalam mineralisasi tulang dan mempertahankan densitas
tulang yang normal. Hasil penelitian Kosnayani (2007) menunjukkan bahwa asupan
kalsium yang tinggi akan meningkatkan kepadatan tulang (Kosnayani, 2007). Salah satu
cara pengukuran kepadatan tulang yaitu dengan Dual-Energy X-ray Absorptiometry
(DEXA). Pemeriksaan DEXA merupakan gold.
B. NAMA KEGIATAN
Penyuluhan Kesehatan Penyakit Osteoporosis
3
C. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan Kegiatan diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian penyakit osteoporosis
2. Menjelaskan jenis-jenis penyakit osteoporosis
3. Menjelaskan faktor penyebab penyakit osteoporosis
4. Menjelaskan manifestasi klinis penyakit osteoporosis
5. Menjelaskan pencegahan penyakit osteoporosis
D. MANFAAT KEGIATAN
Peserta mendapat pengetahuan tentang penyakit osteoporosis sehingga mampu
mencegah, penyakit tersebut dengan memahami tanda dan gejala dari penyakit tersebut.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan
proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder (Ode, 2012). Pada
wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal yang tidak seefektif biasanya.
Osteoporosis ini terjadi karena kekurangan kalsiumakibat penuaan usia (Syam dkk,
2014). Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Tipe I (Post-menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang
belakang dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan
5
trabekular pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif
terhadap defisiensi esterogen.
b. Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai oleh fraktur panggul
dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya masa tulang kortikal terbesar terjadi
pada usia tersebut.
B. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan hormonal,
dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara berlebihan, rokok,
kafein, dan kurangnya aktifitas fisik. Berbeda dengan osteoporosis primer yang terjadi
karena faktor usia, osteoporosis sekunder bisa saja terjadi pada orang yang masih
berusia muda (Syam dkk, 2014).
6
Hal ini disebabkan pada perempuan massa tulang puncaknya lebih rendah dan
kehilangan massa tulangnya lebih cepat setelah menopause.
b. Pertumbuhan Usia
Semakin lanjut usia seseorang, semakin besar kehilangan massa tulang dan
semakin besar pula kemungkinan timbulnya osteoporosis. Di samping itu, semakin
tua akan semakin berkurang pula kemampuan saluran cerna untuk menyerap
kalsium. Tulang-tulang akan menjadi berkurang kekuatan dan kepadatanya.
c. Ras
Perempuan kulit putih dan Asia cenderung lebih berpeluang mengalami
osteoporosis (Mangoenprasodjo, 2005). Umunya ras campuran Afrika-Amerika
memiliki massa tulang tertinggi, sedangkan ras kulit putih, khususnya dari eropa
utara, memiliki massa tulang terendah (Lane, 2001 dalam Mu’minin, 2013).
d. Struktur Tulang dan Berat Tubuh
Orang yang rangka tulangnya kecil cenderung lebih berisiko terkena osteoporosis
ketimbang dengan orang berangka besar. Bentuk tulang yang kurus dan tubuh yang
kurus berisiko lebih besar untuk mengalami osteoporosis (Mangoenprasodjo, 2005)
e. Faktor Keturunan
Secara genetik, bila dalam satu keluarga terdapat riwayat osteoporosis,
kemungkinan anggota keluarga lain menderita osteoporosis sekitar 60-80 persen.
Perempuan muda yang ibunya pernah mengalami patah tulang belakang,
peluangnya lebih besar mengalami pengurangan massa tualng.
2. Faktor Lingkungan
a. Kekurangan Hormon esterogen
Esterogen sangat penting untuk menjaga kepadatan massa tulang. Turunya kadar
esterogen bisa terjadi akibat kedua indung telur telah diangkat atau diradiasi karena
kanker, telah menopause. Kekurangan hormone esterogen akan mengakibatkan
lebih banyak resorpsi tulang daripada pembentukan tulang. Akibatnya, massa
tulang yang sudah berkurang karena bertambahnya usia, akan diperberat lagi
dengan berkurangnya hormon esterogen setelah menopause (Mangoenprasodjo,
2005).
b. Diet
7
Diet yang buruk biasanya memperlambat pubertas dan pubertas yang tertunda
merupakan faktor risiko dari osteoporosis. Pengguna garam yang berlebih dapat
merusak tulang, garam dapat memaksa keluar kalsium melalui urin secara
berlebihan. Pemakaian garam yang di anjurkan tidak melebihi 100 mmol atau 6
gram/hari. Bahan makanan yang diolah, seperti kecap, margarine, mentega, keju,
terasi, dan bahan makanan yang diawetkan tidak boleh terlalu banyak dikonsumsi
karena banyak mengandung garam (Hartono, 200:105 dalam Mu’minin 2013:21)
c. Pemasukan Kalsium dan Vitamin D
Kecilnya asupan kalsium semasa kecil dan remaja bisa menyebabkan rendahnya
massa tulang tertinggi, dan kurangnya kalsium dalam makanan menambah
penurunan massa tulang. Kekurangan vitamin D, yang sering terkait dengan
kekurangan kalsium, membuat tulang lunak (osteomalasia) dan meningkatkan
penurunan massa tulang dan risiko patah tulang (Compston, 2002).
d. Merokok
Wanita perokok mempunyai kadar esterogen lebih rendah dan mengalami massa
menopause 5 tahun lebih cepat disbanding wanita bukan perokok. Secara umum,
merokok menghambat kerja osteoblas sehingga terjadi ketidakseimbanan antara
kerja osteoklas dan osteoblas. Osteoklas lebih dominan. Akibatnya, pengeroposan
tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat (Waluyo, 2009).
e. Mengonsumsi Minuman Keras atau Alkohol
Minum minuman keras berlebihan akan mengganggu kesehatan tubuh secara
keseluruhan, khusunya proses metabolisme kalsium. Alkohol berlebihan dapat
menyenbabkan luka luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan
perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang
dapat menurunkan massa tulang dan pada giliranya menyebabkan osteoporosis
(Waluyo, 2009).
f. Obat
Obat yang Mengakibatkan Osteoporosis Terdapat beberapa obat- obatan yang jika
digunakan untuk waktu yang lama mengubah pergantian tulang yang meningkatkan
osteoporosis (Hartono, 2000:106 dalam Mu’minin, 2013:21). Beberapa pengobatan
yang memperbesar risiko osteoporosis antara lain anti konvulsan, hormon tiroid,
8
kortokosteroid, litium, methotreksate, hormone yang mengeluarkan gonadotropin,
kolesteramin, heparin, warfarin, dan antacid yang mengandung aluminium
(Alexander & Knight, 2011).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan tujuan untuk tahap awal pencegahan
terjadinya osteoporosis. Salah satunya selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan osteoporosis baik secara genetik ataupun karena faktor lingkungan.
Adapun cara pencegahan primer diantaranya:
a. Mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium, seperti susu. Cairan putih ini
merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan
tulang. Itulah sebabnya sumber nutrisi dari susu tak hanya baik bagi terpeliharanya
kebuguran tubuh, tetapi juga kesehatan tulang. Demi mencegah keropos tulang,
dibutuhkan keteraturan konsumsi susu sejak dini hingga usia lanjut (lansia). Angka
kecukupan gizi kalsium adalah 800-1200mg perorang perhari atau setara dengan
tiga sampai 4 gelas susu.
b. Melakukan latihan fisik atau biasa disebut dengan senam osteoporosis. Senam
osteoporosis merupakan Olahraga atau aktivitas fisik yang dapat meningkatkan
kepadatan mineral pada tulang atau mengurangi hilangnya jaringan tulang terutama
pada wanita premenopause dan postmenopause. Tujuan dilakukanya senam
osteoporosis adalah untuk memelihara kondisi punggung, mencegah dan
mengobati osteoporosis. Latihan ini dilakukan 15-20 menit, 3 sampai 5 kali dalam
seminggu minimal 2x seminggu, latihan ini dilakukan dengan berdiri dan telentang.
Menurut mangoenprasodjo (2005) penelitian lain yang dilakukan pada wanita-
wanita setengah baya, menyatakan bahwa latihan olahraga seperti senam
osteoporosis membantu mencegah terkikisnya tulang tulang yang biasanya terjadi
pada usia baya.
9
c. Hindari faktor penghambat penyerapan kalsium atau mengganggu pembentukan
tulang seperti merokok, mengonsumsi alkohol, konsumsi obat yang menyebabkan
osteoporosis.
2. Pencegahan Sekunder
Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran
osteoporosis yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit yang lain. Dengan
pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus dilakukan salah satunya
melakukan pendeteksi dini pada penderita osteoporosis. Setelah didapatkan hasil untuk
memperkuat diagnosa osteoporosis maka yang harus dilakukan untuk tahap
pencegahan sekunder ini adalah sebagai berikut:
a. Konsumsi kalsium yang harus ditambah lebih banyak lagi
b. Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap perempuan pada saat menopause mempunyai
risiko osteoporosis. Salah satu yang dianjurkan adalah pemakaian ERT (Estrogen
Replacement Therapy) pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT
menurunkan risiko fraktur sampai 50 persen pada panggul tulang dari vertebra.
c. Latihan fisik yang bersifat spesifik dan individual. Prinsipnya sama dengan latihan
beban dan tarikan (stretching) pada aksis tulang. Latihan tidak dapat dilakukan
secara missal karena perlu mendapat supervise dari tenaga medis.
d. Mengonsumsi E Calcitonin, tentunya sesuai anjuran dokter
e. Rutin memeriksakan diri ke layanan kesehatan
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan pencegahan yang dilakukan dikarenakan sudah
terjadi osteoporosis dan dicegah agar tidak mengalami keparahan atau sakit yang
berlebih yaitu dengan cara, setelah pasien mengalami osteoporosis atau fraktur jangan
biarkan melakukan gerak (mobilisasi) terlalu lama. Sejak awal perawatan, disusun
rencana mobilisasi, mulai mobilisasi pasif sampai aktif dan berfungsi mandiri. Dari
sudut rehabilitasi medis, pemakaian fisioterapi/okupasi terapi akan mengembalikan
kemandirian pasien secara optimal. Pemahaman pasien dan keluarganya tentang
osteoporosis diharapkan menambah kepedulian dan selanjutnya berperilaku hidup
sehat sesuai pedoman pencegahan osteoporosis.
10
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
• Mulai
30
Septembe • Pengumpulan data
r
• Survei Lokasi
4 Oktober
• Sampai di lokasi
• Persiapan
• Pembukaan, Sambutan
6 • Penyampaian Materi
Oktober • Sesi Tanya Jawab
• Evaluasi
• Selesai
11
4. Penyampaian materi
Penyampaian materi terkait tentang (pengertian, jenis-jenis, tanda gejala, manifestasi
klinis, serta pencegahan)
5. Sesi tanya jawab
Saat sesi tanya jawab ada 3 perserta yg bertanya (1 perserta bertanya tentang penyakit
osteoporosis,1 perserta menayakan tentang penyecegahan,1 perserta menanyakan
tentang gejala dari manifestasi penyakit osteoporosis).
6. Evaluasi
Alhamdulillah proses penyuluhan berjalan lancar, semua peserta bisa diajak koperatif
sehingga penyampaian materi dapat berjalan dengan maksimal.
7. Selesai
Kegiatan ditutup dengan pembagian dorprise dan sesi foto kemudian dilanjutkan
dengan doa.
C. METODE PELAKSANAAN
Ceramah dan tanya jawab
F. SASARAN KEGIATAN
Warga padukuhan Nogosari desa Selopamioro.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah
global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit
ditandai dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro
arsitektur tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Wardhana, 2012 dan Hikmiyah dan Martin, 2013). Osteoporosis memiliki
dampak yang cukup parah bagi kesehatan. Dampak dari penderita osteoporosis yaitu
beresiko mengalami fraktur. Osteoporosis juga menyebabkan kecacatan, ketergantungan
pada orang lain, gangguan psikologis sehingga menurunkan kualitas dan fungsi hidup serta
menigkatkan mortalitas (Hikmiyah dan Martin, 2013). Osteoporosis adalah kelainan
dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang
homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dan kecepatan pembentukan
tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total (ode, 2012).
B. SARAN
Kami menyadari penyuluhan yang kami lakukan masih jauh dari kata sempurna
mungkin lebih banyak kekurangannya. Namun, kami merasa sangat bahagia karena kami
dapat membagi ilmu pengetahuan yang kami miliki kepada orang lain. Kami harap semoga
dengan adanya kegiatan penyuluhan ini bisa menjadi wadah bagi kami untuk menjadi
manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Adapun bila terdapat banyak salah dan
kekurangan kami harap Ibu maupun bapak dapat memberikan kritik dan saran agar kami
bisa memperbaikinya supaya kedepannya bisa lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alexander dan Knight. 2011. 100 Tanya Jawab Mengenai Osteoporosis dan Ostopenia.
Jakarta : PT Indeks.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Budiarto & Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Compston, J. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Osteoporosis. Jakarta : Dian
rakyat. Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Grha Ilmu.
Ferdinand, Z. 2007. Penanganan dan Terapi Praktis Osteoporosis. Jogjakarta: ARRUZZ
MEDIA GROUP.
Hartati, S. 2011. Analisa Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Osteoporosis.
Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian & Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika Lane, E. 2003. Osteoporosis Rapuh Tulang. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Mangoenprasodjo, S. 2005. Osteoporosis & Bahaya
Tulang Rapuh. Yogyakarta : THINKFRESH. Mulyani, N. S. 2013. Akhir Siklus
Menstruasi pada Wanita di Usia Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Noor, Z. 2014. Patofisiologi dan Peran Atom Mineral dalam Manajemen Terapi
Osteoporosis. Jogjakarta: Salemba Medika Nursalam. 2014. Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ode, S.L. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik berstandarkan Nanda, Nic, dan Noc
Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Robert, K. 2008. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan.
Yogyakarta : Gava Media.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Sunaryo, dkk. 2014. Fraktur
Akibat Osteoporosis.
15
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/4885/4410.pdf.
Jurnal Keperawatan. Diakses pada tanggal 14 Desember 2016. Tandra, S. 2009.
Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Mencegah Osteoporosis. Skrpsi. Universtas
padjajaran.
Yanti. 2011. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: CV.RIHAMA-ROHIMA. Walgito, B.
2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.
Waluyo, S. 2009. 100 Quentions & Answer Osteoporosis. Jakarta : PT Alex Media
Komputindo.
Wahit, dkk. Psikologi Dasar untuk Keperawatan. Jakarta : EG
16