hukum HAM dan demokrasi dalam islam_KELOMPOK 6-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUKUM HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

DOSEN PENGAMPU : Zakaria Wahid M.Ag

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Syukur, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang
telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hukum HAM Dan Demorasi Dalam Islam” tanpa ada
halangan suatu apapun.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
Agama Islam
Ucapan terimakasih , kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Pengantar
Wawasan Teknologi yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Di dalam penulisan makalah ini masih terdapat bagian-bagian yang belum
sempurna dan banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya, kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai amal ibadah. Amiin.

Makassar, 5 Desember 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
I.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
I.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
II.1 Hukum ....................................................................................................... 3
II.1.1 Hukum Secara Umum ..................................................................... 3
II.1.2 Hukum Menurut Islam .................................................................... 4
II.2 Hak Asasi Manusia (HAM) ..................................................................... 10
II.2.1 HAM Secara Umum ..................................................................... 10
II.2.2 HAM dalam Islam......................................................................... 10
II.2.3 HAM Di indonesia ........................................................................ 11
II.3 Demokrasi................................................................................................ 12
II.3.1 Demokrasi Secara Umum ............................................................... 12
II.3.2 Demokrasi dalam Islam .................................................................. 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 17
III.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
III.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang


Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai

tempat tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi

dengan Islam sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam

Islam. Karena dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat

tempat yang spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan

mudah kita temukan didalamnya konsep tentang penegakan HAM.

Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,

banyak pengertian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan

politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-

konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan

(ijma‟), dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad).

Hukum, Hak Asasi Manusia, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang

tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama

terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak

Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga

masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan

terwujud apabila hukum ditegakkan.

1
I.2 Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah definisi dari hukum itu?

2. Bagaimana hukum dalam pandangan Islam?

3. Apakah definisi dari HAM (Hak Asasi Manusia) itu?

4. Bagaimanakah HAM dalam pandangan islam?

5. Apakah definisi dari demokrasi itu?

6. Bagaimana Islam memandang demokrasi?

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi


2. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi dalam pandangan Islam
3. Mengetahui perbedaan antara hukum, HAM, dan demokrasi umum dengan
pandangan Islam
I.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Bisa menjabarkan apa itu hukum, HAM, dan demokrasi
2. Bisa menjabarkan apa itu hukum, HAM, dan demokrasi dalam pandangan Islam
3. Bisa menjelaskan perbedaan antara hukum, HAM, dan demokrasi umum dengan
pandangan Islam

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hukum

2.1.1 Hukum Secara Umum

Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi

dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau otoritas

melalui lembaga atau institusi. Definisi "hukum" dari Kamus Besar Bahasa

Indonesia(1997):

1. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan

oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.

2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan

masyarakat.

3. Patokan (kaidah, ketentuan).

4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan,

vonis.

Berikut ini definisi hukum menurut para ahli:

1. Tullius Cicerco: “Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh

alam dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa

yang tidak boleh dalam hidup.”

2. Thomas Hobbes: “Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang

memiliki kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya

kepada orang lain.”


3
3. Plato: “Hukum adalah peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun

baik yang mengikat masyarakat.”

4. Aristoteles: “Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak

hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.”

Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum

pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara,

hukum tata negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha

negara, hukum internasional, hukum adat, hukum agama, hukum

agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.

Indonesia merupakan negara hukum dan memiliki sistem hukum

tesendiri. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum

hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Karena:

a. Eropa: Jajahan Hindia-Belanda

b. Agama: Mayoritas Islam

c. Adat: Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

2.1.2 Hukum Menurut Islam

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui

wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Qur‟an dan dijelaskan oleh nabi

Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun

dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang

bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak hanya

4
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan

benda dan alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.

Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa Indonesia

berasal dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma atau kaidah yakni

ukuran, patokan, pedoman yang diperguanakan untuk menilai tingkah laku atau

perbuatan manusia dan benda. Hubungan antara perkataan hukum dalam

bahasa Indonesia tersebut diatas dengan hukum dalam pengertian norma dalam

bahasa arab itu memang erat sekali. Setiap peraturan, apapun macam dan

sumbernya mengandung norma atau kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu

hukum Islam kaidah itu disebut hukum. Itulah sebabnya maka didalam

perkataan sehari-hari orang berbicara tentang hukum suatu benda atau

perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut diatas, adalah patokan, tolak

ukur, kaidah atau ukuran mengenai perbuatan atau benda itu (Mohammad

Daud Ali, 1999:39).

Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya‟riat. Sya‟riat menurut

asal katanya berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata tersebut sya‟riat Islam

berarti jalan yang lurus ditempuh seorang muslim. Menurut istilah, Sya‟riat

berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur

seluruh aspek kehidupan manusia sebagai hamba Allah, individu, warga, dan

subjek alam semesta. Sya‟riat merupakan landasan fiqih. Pada prinsipnya

syari‟at adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan sunah

Rasulullah. Syari‟at bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih luas dari

fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan fiqih

adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat tentang sya‟riat. Oleh

5
karena itu lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia,

dan karena merupakan hasil karya manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat

berubah dari masa ke masa dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini

terlihat pada aliran-aliran yang disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih

menunjukkan keragaman dalam hukum Islam. (Mohammad Daud Ali,

1999:45-46).

A. Ruang lingkup hukum islam

Hukum islam baik dalam pengertian syaariatr maupun fikih di bagi

menjadi dua baagian besar, yaitu: Ibadah (mahdhah) dan muamalah

(ghairu mahdhah).

1. Ibadah (mahdhah) adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan

oleh seoraang muslim dalam menjalankan hubingan kepada Allah,

seperti shalat, membayar zakat, menjalankan ibadah haji. Tata caara

dan upacara ini tetap, tidak ditambah-tambah maupun dikurangi.

Ketentuannya telah di atur dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan

oleh RasulNya. Dengan demikian tidak mungkin ada proses yang

membawa perubahan dan perombakan secaara asasi mengenai

hukum, susunan, cara dan tata cara beribadat. Yang mungkin berubah

hanyalah penggunaan aalat-alat modern dalam pelaksanaannya.

2. Muamalah (ghairu mahdhah) dal.a pengertian yang luas adalah

ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia

walaupun ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Karena

6
itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad manusia

yang memenuhi syarat melakukan usaha itu.

Bagian- bagian hukum islam adalah:

a) Munakahat (hukum yang mengatur sesuatau yang berhubunngan

dengan perkawinan, perceraian dan akibat-akibatnya.)

b) Wirasah (hukum yang mengatur segala masalah yang

berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta warisan daan cara

pembagian waarisan)

c) Muamalat (hukum yang mengatur masalah kebendaan daan hak-

hak atas benda, tata hubungan manusia dalam persoalan jual beli,

sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan lain-lain

d) Jinayat (hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang

diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud atau tindak

pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumnya dalam

al quran daan sunah nabi maupun dalam jarimah ta‟zir atau

perbuatan yang bentuk dan batas hukumnya ditentukan oleh

penguasa sebagai pelajaran bbagi pelakunya)

e) Al-ahkam as-sulthaniyah (hukum yang mengatur soal-soal yang

berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan pusat maupun

daerah, tentara, pajak daan sebagainya)

f) Siyar (hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata

hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain)

7
g) Mukhassamat (hukumyang mengatur tentang peradilan,

kehakiman, dan hukum acara)

Sistematika hukum islam daapat dikemukakan sebagai

berikut:

a) Al-ahkam asy-syakhsiyah (hukum peronrangan

b) Al-ahkam al-maadaniyah (hukum kebendaan)

c) Al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana, dan

peradilan tata usaha)

d) Al ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara)

e) Al-ahkam ad-dauliyah (hukum internasional)

f) Al-ahkam al-iqtishadiyah wa-almaliyah (hukum ekonomi dan

keuangan)

B. Sumber Hukum Islam

Di dalam hukum islam rujukan-rujukan dan dalil telah

ditentukan sedemikian rupa oleh syariat, mulai dari sumber yang

pokok maupun yang bersifaat alternatif. Sumber tertib hukum Islaam

ini secara umumnya dapat dipahami dalam firaaman Allah dalam

QS. An-nisa: 59, “wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah

dan taatilalh RasulNyadaan ulil amri di antara kamu. Jika kamu

berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia pada

Allah (al quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-benar

8
bberiman kapada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik (akibatnya).

Dari ayat tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa umat

islam dalam menjalankan hokum agamanya harus didasarkan urutan:

1) Selalu menataati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan

yang berlaku dalam alquran.

2) Menaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-

sunnahnya

3) Menaati ulil amri (lembaga yang menguasai urusan umat islam.

4) Mengenbalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan

dalam menetapkan hukum

Secara lebih teknis umat islam dalam berhukum harus

memperhatikan sumber tertib hukum:

1) Al Quran

2) Sunah atau hadits Rasul

3) Keputusan penguasa; khalifah (ekseklutif), ahlul hallli wal „aqdi

(legislatif), amupun qadli (yudikatif) baik secara individu

maupun masing- masing konsensus kolektif (ijma‟)

4) Mencari ketentuan ataupun sinyalemen yang ada dalam al quran

kemmbali jika terjadi kontroversi dalam memahami ketentuan

hukum.

9
Dengan komposisi itu pula hukum islam dapat

diklasifikaasikan menjadi dua jenis:

1) Dalil Naqli yaitu Al Quran dan as sunah

2) Dalil Aqli yaitu pemikiran akal manusia

2.2. Hak Asasi Manusia (HAM)

2.2.1 HAM Secara Umum

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak

ia dalam kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. HAM berlaku

secara universal, artnya berlaku dimana saja bagi siapa saja dan tidak dapat

diambil orang lain. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia,

seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan

pasal 31 ayat 1.

2.2.2 HAM dalam Islam

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian

yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara

maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW pernah

bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas

kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari

menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan

dan menjamin hak-hak ini. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin

perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin,

tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan

10
itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi

melindungi hak-hak ini.

2.2.3 HAM di Indonesia

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada

pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari

falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan

bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-

garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa

Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan

dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-

ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu

Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang

dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.Setiap

hak akan dibatasi oleh hak orang lain.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik

Indonesia, yakni:

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

11
2.3 Demokrasi

2.3.1 Demokrasi secara Umum

Secara umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat

(kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah

negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang

banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang

membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)

untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas

(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.

Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan

agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol

berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-

lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan

melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang

berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga

perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan

menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif

dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak

sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituante) dan yang

12
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum

dan peraturan.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti

rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat

diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi

menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini

disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator

perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian

kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip

trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus

digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk

diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah

(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk

masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah

seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,

misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri

anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa

mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

13
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel

(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan

akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara

operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga

negara tersebut.

2.3.2 Demokrasi dalam Islam

Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau

musyawarah. Yang merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja

„syawara‟. Dan kata „syawara‟ mempunyai beberapa makna, antara lain

memeras madu dari sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak saat

membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan

adalah meminta pendapat dan mencari kebenaran.

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan

mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah

antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami

berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 36)

Dengan ayat tersebut, kita dapat mengerti bahwa Islam telah

memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Hal tersebut

menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip

pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam

demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).

Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias

politiknya, yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif,

14
yudikatif dan legislatif), melainkan sisitem checks and balances yang

berlangsung dalam pemerintahan itu. Tentunya agar bisa berjalan maka,

harus ada keterbukaan dari setiap elemen dalam pemerintahan itu. Dan

keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah musyawarah yang efisien

dan efektif. Tentu saja dengan tujuan untuk mensejahterakan kehidupan

rakyat.

Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan

tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan:

1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.

2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.

3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.

4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi

pertimbangan utama dalam musyawarah.

5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihad; bukan

pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan

Sunnah.

6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-

nilaiagama.

7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

15
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya

demokrasi ialah adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM.

Demokrasi akan rapuh apabila HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi.

Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila

hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan demokrasi

disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan

demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini dapat

menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia selalu berpegang

pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

16
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau otoritas melalui
lembaga atau institusi.

Hukum menurut Islam bisa diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam
sumber-sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.

HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam
kandungan.

HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu
dan kew ajiban bagi negara dan individu untuk menjaganya.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi


kedaulatan rakyat.

Demokrasi menurut Islam bisa diartikan seperti musyawarah,


mendengarkan pendapat orang lain dalam suatu forum untuk mencapai
keputusan dengan mengedepankan nilai – nilai keagamaan.

III.2 Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara


demokrasi di Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan
buruknya.

Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya


HAM dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.

Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara


hukum islam dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat
perbedaannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, D. S. (2024). Hukum Dan Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Jurnal Kolaboratif
Sains, 7(1), 196-201.
Awaludin, & Basri. (2019). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum Untuk
Pengembangan Kepribadian. Pekanbaru: Pusat Pengembangan Pendidikan
Universitas Riau.

Azra, A. (2022). Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Perguruan Tinggi Agama Islam.Bogar, A. (2021). Tinjauan Yuridis Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Terhadap Pemutusan
Hubungan Kerja Akibat Dampak Covid-19 (Doctoral Dissertation, Prodi Ilmu
Hukum).

Fanani, S. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: Pt. Al-
Maktabah.

Iryani, E. (2017). Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 17(2), 24-31.
Awaludin, & Basri. (2019). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum Untuk
Pengembangan Kepribadian. Pekanbaru: Pusat Pengembangan Pendidikan
Universitas Riau.

Azra, A. (2022). Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Perguruan Tinggi Agama Islam.

Bogar, A. (2021). Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Dampak Covid-
19 (Doctoral Dissertation, Prodi Ilmu Hukum).
Fanani, S. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: Pt. Al-
Maktabah.

Humaira, A. (2021). Konsep Negara Demokrasi


Iryani, E. (2017). Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 17(2), 24-31.

18
Mansoer, H. (2004). Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam.

Manusia, H. A. Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan.


Suhaili, A. (2019). Hak Asasi Manusia (Ham) Dalam Penerapan Hukum Islam Di
Indonesia. Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an Dan Hadist, 2(2), 176-193.
Rangkuti, A. (2018). Demokrasi Dalam Pandangan Islam Dan Barat. Jurnal Ilmiah
Penegakan Hukum, 5(2), 40-59.
Rosana, E. (2016). Negara Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 12(1), 37-53.
Takim, A. (2022). Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974. Al-Mizan: Jurnal Kajian Hukum Dan Ekonomi,
25-44.
Warjiyati, S. (2018). Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum.

1
1

Anda mungkin juga menyukai