150081 ID Laju Pertumbuhan Udang Windu Penaeus Mon

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Maspari Journal, 2014, 6 (1): 46-55

http://masparijournal.blogspot.com

Laju Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus monodon), Ikan Bandeng


(Chanos chanos), dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii, Gracilaria sp)
pada Budidaya Polikultur dengan Padat Tebar yang Berbeda di Desa Sungai
Lumpur Kabupaten OKI Sumatera Selatan

Guido F Siboro*, Melki dan Isnaini


Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya, Indralaya-Indonesia
*Email: [email protected]

ABSTRAK
Pengembangan usaha perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat prospektif ditinjau dari segi
aspek teknis, sosial, ekonomi, maupun sumberdaya yang tersedia. Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya
desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapan telah mengembangkan budidaya udang dan bandeng secara
polikultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan pada Udang Windu (Penaeus monodon),
Ikan Bandeng (Chanos-chanos),dan Rumpu Laut Eucheumacotonii,Gracilaria sp) pada budidaya polikultur dengan
padat tebar yang berbeda. Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan uji One Away
Anova dengan 2 perlakuan dan 9 pengulangan. Data yang digunakan adalah data yang didapat langsung dari
lapangan, dengan pengukuran yang dilakukan 10 hari sekali dan penimbangan berat selama 80 hari kedepan.
Lajupertumbuhan berat rata-rata udang windu tertinggi dengan nilai 7,963% pada perlakuan A dan pada
perlakuan B dengan nilai 7,667%. Laju pertumbuhan berat rata-rata ikan bandeng lebih tinggi pada perlakuan A
dengan nilai 6,867%. Hal ini disebabkan karena dilakukan pemberian pakan, sedangkan perlakuan B dengan
nilai 6,528%. Laju pertumbuhan panjang udang windu telihat pada Tabel 7, terlihat jelas padat tebar yang tinggi
memiliki panjang rata-rata yang lebih tinggi dengan nilai 0,288 cm dan diikuti perlakuan B dengan nilai 0,236
cm. Laju pertumbuhan panjang rata-rata ikan bandeng padaTambak A lebih tinggi dengan nilai 0,284 cm dari
perlakuan B dengannilai 0,231 cm.

Kata Kunci :Laju Pertumbuhan, Desa Simpang Tiga Abadi, Tambak Polikultur

ABSTRACT
Fishery business development in Ogan Komering Ilir is very prospective in terms of technical, social,
economic, and available resources.In Ogan Komering Ilir especially Tulung Selapan subdistrict in Simpang Tiga
village has developed the cultivation of shrimp and milkfish polyculture.The purpose of this research is to
determine the rate of Windu Shrimp (Penaeus monodon), milkfish (Chanos-chanos), and Seaweed (Eucheuma cotonii,
Gracilaria sp) growth in polyculture cultivation with different stocking densities.Data collection methods applied
in this study is an experimental method using a randomized block design with One Away Anova test using the 2
treatments and 9 repetitions.The data used is the data obtained directly from the field, with measurements taken
10 days and weighing over 80 days.The highest growth rate of the average weight of the windu shrimp is 7,963%
in the treatment A and treatment B is 7,667%.The growth rate of the average weight of fish is higher in treatment
A is 6,867%.This is because the feeding conducted, while the treatment B is 6,528%.Term growth rate of shrimp
seemingly in Table 7,it is clear that high stocking density has an average length higher the value of 0,288 cm and
followed by treatment B with a value of 0,236 cm.The growth rate of the average length of milkfish in a ponds is
higher , the value is 0,284 cm than the treatment B with a value of 0,231 cm.

Keywords: Growth Rate Simpang Tiga Abadi village, pond polyculture

!" # $ % & !" # $


' ()
* )+ , * -. / 0 %1/-2 3 . /4 /.. #5 $$
Guido et al, Laju Pertumbuhan Udang .... 47

I. PENDAHULUAN

Pengembangan usaha perikanan di pembudidayaan ikan lebih dari satu jenis secara
Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat terpadu. Budidaya polikultur terpadu saat ini
prospektif ditinjau dari segi aspek teknis, sosial, banyak diteliti dan dikaji karena dapat
ekonomi, maupun sumberdaya yang tersedia. meningkatkan kualitas air. Dintegrasikannya
Sampai saat ini usaha kelautan dan perikanan rumput laut jenis Eucheuma sp dan Gracilaria sp
di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagian kedalam kegiatan polikultur udang windu
besar merupakan perikanan rakyat yang (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos-
bersifat tradisional, dimana jumlah pemilikan chanos) secara terpadu.
kapal, keramba, kolam, tambak masih dalam
skala kecil, sedangkan permodalan, Budidaya polikultur mencakup
keterampilan dan teknologi yang digunakan beberapa tahapan persiapan tambak, perawatan
relatif rendah, untuk skala usaha yang besar dan pemeliharaan, ketiga hal ini sangat penting
sepenuhnya diusahakan oleh perusahaan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik
swasta nasional dengan pola Tambak Inti pada budidaya polikultur, pengamatan yang
Rakyat. dilakukan setiap 10 hari dimana pengukuran
Kegiatan budidaya udang windu, ikan panjang dan penimbangan berat adalah sistem
bandeng dan rumput laut menjadi kegiatan yang menunjukkan ada tidaknya pengaruh
pembudidayaan yang banyak digemari jumlah padat tebar yang berbeda terhadap
masyarakat di daerah pesisir. Pembudidayaan pertumbuhan udang windu dan bandeng.
ikan dapat dilakukan secara polikultur yaitu

II. METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang 2. Tambak B : Padat tebar (30.000 benih udang
diterapkan dalam penelitian ini adalah metode windu, 10.000 benih ikan bandeng, 20/kg
eksperimental dengan menggunakan rancangan rumput laut laut jenis Gracilaria sp dan 10/kg
acak kelompok (RAK) dengan menggunakan uji rumput laut jenis Eucheuma cottoni).
One Away Anova. Rancangan Acak kelompok
adalah suatu rancangan acak yang dilakukan Pemasangan Waring
dengan mengelompokkan satuan percobaan ke Pada hari pertama penebaran bibit
dalam grup-grup yang homogen yang udang windu dan ikan bandeng sebaiknya
dinamakan kelompok dan kemudian daerah pergerakan individu tersebut
menentukan perlakuan secara acak di dalam
diperkecil dengan menggunakan waring yang
masing-masing kelompok, yaitu dengan 2
panjangnya 30 m, untuk mempermudah
perlakuan dan 9 pengulangan. Data yang
digunakan adalah data yang didapat langsung mengontrol dan pemberian pakan.
dari lapangan, dengan pengukuran yang Pemasangan waring ini dilakukan
dilakukan 10 hari sekali dan penimbangan berat kurang lebih sekitar satu bulan sebelum
selama 80 hari kedepan. dilepaskan keseluruh daerah tambak yang
Penelitian ini dilakukan pada 2 lokasi luasnya 2 ha. Selama di dalam waring udang
tambak dengan luas 2 ha pertambaknya, windu dan ikan bandeng pada tambak A
dimana yang diamati adalah pertumbuhan diberi pakan 3 x sehari pada pagi, siang dan
setiap 10 hari selama 80 hari dengan padat tebar malam dan untuk tambak B yang ada di dalam
yang berbeda yaitu, waring tidak diberi pakan atau mengandalkan
1. Tambak A : Padat tebar (40.000 benih udang pakan alami.
windu, 20.000 benih ikan bandeng, 30/kg
rumput laut jenis Gracilaria sp dan 20/kg Penebaran Rumput Laut
rumput laut jenis Eucheuma cottoni) Rumput laut jenis Eucheuma sp diikat pada tali
yang biasa disebut dengan cara long line dan
48 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 46-55

untuk rumput laut jenis Gracilaria sp ditebar di Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus monodon
sekitar tambak. sp), Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan
Rumput Laut ( Eucheuma cottonii, Gracilaria
Penebaran Benur
sp)
Penaburan benur dilakukan setelah 1
Pengukuran pertumbuhan meliputi
minggu dari penaburan rumput laut, hal ini
pertambahan berat dan pertambahan panjang.
dilakukan agar rumput laut mulai tumbuh dan
Pertumbuhan dihitung dengan menimbang
mulai menghasilkan oksigen melalui
berat dengan menggunakan timbangan digital
fotosintesis. Pengisian benur yang dilakukan
(ketelitian 0,01gram) dan panjang dengan
oleh petani tambak di Desa Simpang Tiga
menggunakan alat ukur penggaris. Laju
Abadi, dilakukan secara bersamaan antara
pertumbuhan berat harian dapat dihitung
udang windu dan bandeng. Benur udang
berdasarkan rumus De Silva dan Anderson
windu yang digunakan petani tambak
(1995) yaitu :
berukuran PL 22 dan rata-rata padat tebar
30.000 ekor, sedangkan untuk benur bandeng
yang digunakan petani tambak berukuran D 25
Keterangan :
dengan harga rata-rata per ekor Rp 100 dan
SRG : Specific growth rate (laju
padat tebar rata-rata 10.000 ekor.
pertumbuhanharian) (%)
W0 : berat awal pada waktu t = 0 hari (gr)
Pemberian Pakan Tambahan
Wt : berat akhir pada waktu t = 80hari (gr)
Adanya pemberian pakan tambahan
t : waktu (80 hari)
pada tambak polikultur yang bersifat
tradisional, dimana luasnya lahan pemeliharaan
Laju pertumbuhan panjang harian
menjadi tidak efektif karena pakan bisa
dapat dihitung berdasarkan rumus Yustina et
menumpuk disuatu tempat dimana tidak
al (2003) yaitu :
terlihat oleh udang windu karena tidak
terdapatnya udang windu disekitar tempat
dimana pakan telah ditebar. Pakan yang Keterangan :
menumpuk dapat menyebabkan terbentuknya G : laju pertumbuhan panjang harian
limbah organik dalam jumlah yang relative L2 : Panjang pada akhir pengamatan (cm)
besar, semakin banyak bahan organik dilapisan L1 : Panjang pada awal pengamatan (cm)
anaerob akan makin banyak menghasilkan T : Lama waktu antara akhir pengamatan
senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4, dan awal pengamatan (hari)
keberadaan NH3 dan H2S diperairan dalam
konsentrasi tertentu dapat bersifat racun bagi Analisis Data
organisme perairan termasuk udang (Garno, Hasil penghitungan pengaruh jumlah
1995). padat tebar pada budidaya polikultur
Pemberian pakan tambahan untuk udang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik,
windu yang mempunyai sifat mencari makan selanjutnya dianalisis dan diuraikan secara
didasar tambak untuk tambak tradisional tidak statistik uji One Way Anova. Pengujian
cocok dilakukan karena penumpukan pakan hipotesa dilakukan menggunakan rancangan
dapat menyebabkan penyakit dan kematian percobaan untuk mendapatkan nilai
pada udang windu, berbeda dengan ikan probabilitas ( SIG ). Apabila nilai probabilitas
bandeng yang mencari makan dipermukaan air, lebih kecil dari 0.05 pada taraf α = 0,05 , maka
pemberian pakan sangat berguna untuk laju ada pengaruh secara nyata perbedaan padat
pertumbuhan ikan bandeng. Menurut tebar terhadap laju pertumbuhan Udang
Rachmansyah dan sudradjat (1993) ikan Windu dan Bandeng artinya Ho ditolak dan H
bandeng dapat dibudidayakan pada tingkat 1 diterima, dan sebaliknya.
kepadatan tinggi tanggap terhadap pakan
buatan, cepat tumbuh dan tidak kanibal.
Guido et al, Laju Pertumbuhan Udang .... 49

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pertumbuhan Berat Udang Windu pertambahan berat dari masing-masing


Data pertumbuhan yang dianalisis perlakuan selama masa pemeliharaan, yang
dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 1 Tabel 1 .

Tabel 1. Berat rata-rata udang windu selama masa pemeliharaan

Perlakuan Hari ke- SRG


(%)
1 10 20 30 40 50 60 70 80
A 0.084 0.184 0.284 1.88 5.8 18.20 33.53 35.7 45.38 7.963

B 0.086 0.116 0.32 0.78 1.57 15.90 26.92 25.98 36.77 7.667

ket : A : Tambak polikultur udang windu 40.000, ikan bandeng 20.000, dan rumput laut 50 kg
B : Tambak polikultur udang windu 30.000, ikan bandeng 10.000, dan rumput laut 30 kg

Pada Tabel 1 dan Gambar 1 dapat kita tumbuh didalam tambak seperti udang-udang
lihat pengukuran hari 1 sampai dengan kecil dan ikan kecil memaksa udang windu
pengukuran hari ke 40 terlihat jelas laju untuk mencari makanan sendiri. Laju
pertumbuhan berat udang windu dengan padat pertumbuhan berat rata-rata dengan nilai 7.963
tebar 40.000 masih terlihat lambat tidak jauh % pada perlakuan A dan pada perlakuan B
beda dengan padat tebar udang windu yang dengan nilai 7,667 % (Tabel 1). Sehingga dapat
30.000, sedangkan pada pengukuran hari ke 50 ditarik kesimpulan bahwa perbedaan padat
sampai dengan hari ke 80 laju pertumbuhan tebar pada tambak polikultur tidak terlalu
berat udang windu dengan padat tebar 40.000 berpengaruh terhadap laju pertumbuhan berat
lebih tinggi dari padat tebar udang windu karena dilakukan uji Anova dimana nilai
30.000. probabilitasnya (sig) > 0.05, maka H0 diterima,
Pertumbuhan yang lambat ini (lampiran 3).
dikarenakan pada pengukuran hari 1 sampai Pada penelitian yang dilakukan di desa
dengan hari ke 40 udang windu banyak yang Simpang Tiga Abadi untuk laju pertumbuhan
mati karena pergantian air tambak yang sangat berat udang windu tidak baik, diduga karena
minim karena rendahnya pasang air laut yang adanya penyempitan wilayah pergerakan
tidak mencapai pintu pemasukan air pada udang windu, dimana peyempitan wilayah 10 x
tambak. Menurut Pescod (1973) pH perairan 5 m dengan menggunakan waring dapat
yang ideal bagi kegiatan budidaya perikanan mempengaruhi pertumbuhan udang windu,
adalah 6,8 s/d 8,5 dan perairan dengan pH<6 karena dengan padat tebar yang tinggi tingkat
dan pH > 8,5 menyebabkan udang windu tidak kompetisi dan interaksi social dapat merusak
dapat hidup dengan baik. keadaan sedimen dan meningkatnya bahan
Udang windu yang mampu bertahan buangan (Gomes et al, 2000).
hidup cepat tumbuh dan berkembang, adanya
sifat kanibal pada udang yang saling memangsa Laju Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng
karena pemberian pakan tidak dilakukan Laju pertumbuhan berat ikan bandeng
setelah berumur kurang dari 2 bulan karena diukur dengan menggunakan timbangan berat
persediaan pakan yang terbatas, dan digital dengan ketelitian 0.01 gr, pengukuran
terdapatnya banyak pakan hidup yang telah berat dilakukan 10 hari 1kali selama 80 hari
kedepan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
50 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 46-55

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Berat Udang


Windu Selama 80 hari

Tabel 2. Berat rata-rata Ikan Bandeng selama masa pemeliharaan.

Hari ke- SRG


Perlakuan (%)
1 10 20 30 40 50 60 70 80
A 0.163 0.265 0.943 2.374 4.72 21.21 25.63 31.53 37.02 6.867

B 0.166 0.209 0.85 1.419 2.316 14.82 20.01 22.11 28.86 6.528

Ket : A : Tambak polikultur udang windu 40.000, ikan bandeng 20.000, dan rumput laut 50 kg
B : Tambak polikultur udang windu 30.000, ikan bandeng 10.000, dan rumput laut 30 kg

Laju pertumbuhan berat rata-rata ikan


bandeng lebih tinggi pada perlakuan A dengan
nilai 6,867 %. Pertumbuhan yang lebih tinggi ini
disebabkan karena dilakukan pemberian pakan,
sedangkan perlakuan B dengan nilai 6,528 %
dengan mengandalkan pakan alami yang
tersedia di dalam tambak. Laju pertumbuhan
barat ikan bandeng dapat dengan jelas dilihat
perbedaan pertumbuhan dengan padat tebar
20.000 dan padat tebar 10.000 pada grafik
pertumbuhan berat di bawah ini :

Berdasarkan Gambar 2 di atas Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Berat


perbedaan pertumbuhan berat ikan bandeng Ikan Bandeng
dengan polikultur tambak A dan tambak B,
dimana dengan padat tebar yang lebih tinggi Hasil Uji Anova pada berat udang
mampu menunjukkan nilai pengukuran berat windu pada tambak A dan B, menunjukkan
ikan bandeng lebih tinggi dari padat tebar yang nilai probabilitas (Sig) 0.660 > 0.05 berati
lebih rendah. Pertumbuhan berat ikan bandeng menerima H0, atau tidak berbeda nyata berarti
pada ke 2 tambak masih dapat dikatakan tidak adanya pengaruh secara nyata antara
rendah karena pakan yang tersedia tidak perbedaan padat tebar terhadap laju
mencukupi dengan padat tebar polikultur pertumbuhan berat udang windu. Hasil Uji
tambak A dan polikultur tambak B. Anova pada berat ikan bandeng pada tambak
Guido et al, Laju Pertumbuhan Udang .... 51

A dan B , menunjukkan nilai probabilitas (Sig) perlakuan selama masa pemeliharaan, panjang
0.065 > 0.05 berati menerima H0, atau tidak rata-rata harian udang windu dapat dilihat
berbeda nyata berarti tidak adanya pengaruh pada Tabel 3, panjang rata-rata harian ikan
secara nyata antara perbedaan padat tebar bandeng dapat dilihat pada Tabel 4.
terhadap laju pertumbuhan berat ikan bandeng.

Laju Pertumbuhan Panjang Udang Windu

Data pertumbuhan yang dianalisis


dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan
pertambahan panjang dari masing-masing
Tabel 3. Laju pertumbuhan panjang rata-rata udang windu selama masa penelitian.

Hari ke- G
Perlakuan (cm/hari
1 10 20 30 40 50 60 70 80 )
A 1.96 2.27 3.095 7.08 10.20 13.83 18.39 19.93 24.79 0.288

B 1.94 2.35 3.095 5.43 6.865 13.57 16.19 18.66 20.65 0.236

Ket : A : Tambak polikultur udang windu 40.000, ikan bandeng 20.000, dan rumput laut 50 kg
B : Tambak polikultur udang windu 30.000, ikan bandeng 10.000, dan rumput laut 30 kg

Laju pertumbuhan panjang udang


windu telihat pada Tabel 3 dan Gambar 3,
terlihat jelas padat tebar yang tinggi memiliki
panjang rata-rata yang lebih tinggi dengan nilai
0,288cm dan diikuti perlakuan B dengan nilai
0,236 cm, perbedaan padat tebar pada
penelitian ini tidak mempengaruhi laju
pertumbuhan panjang. Udang windu yang
memiliki sifat individu dan kanibal padat
penebaran yang tinggi serta asupan pakan yang
diberikan tidak mencukupi sehingga
menimbulkan sifat kanibal antar sesama untuk Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Panjang
memenuhi kebutuhan asupan makanannya, Udang Windu
akibatnya banyak udang windu yang mati
sehingga persaingan lebih sedikit. Kekurangan Laju Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng
pakan akan memperlambat laju pertumbuhan
sehingga dapat menyebabkan kanibalisme,
sedangkan kelebihan pakan akan mencemari Pemberian pakan tambahan seperti
perairan sehingga menyebabkan udang stres pelet sangat mendukung laju pertumbuhan
dan menjadi lemah serta nafsu makan udang panjang ikan bandeng dan memberikan
akan menurun. kesempatan untuk pakan alami tumbuh lebih
Hasil pengukuran panjang udang banyak di dalam tambak. Dapat dilihat pada
windu ini dapat ditarik kesimpulan bahwa laju Tabel 4 dibawah ini Laju pertumbuhan panjang
pertumbuhan panjang udang windu rata-rata ikan bandeng pada Tambak A lebih
dipengaruhi ruang gerak dan pakan yang tinggi dengan nilai 0,284 cm dari perlakuan B
tersedia di dalam tambak yang merupakan dengan nilai 0,231 cm. Perbedaan padat tebar
faktor luar yang mempengaruhi laju antara kedua tambak tidak memberikan
pertumbuhan panjang udang windu. pengaruh terhadap laju pertumbuhan panjang
ikan bandeng, karena sifat ikan bandeng yang
52 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 46-55

bergerombol dan tidak memiliki sifat kanibalisme (Sudradjat, 1993).

Tabel 4. Laju pertumbuhan panjang ikan bandeng selama masa penelitian.

Hari ke- G
Perlakuan (cm/hari)
1 10 20 30 40 50 60 70 80
A 2 2.42 4.16 7.38 10.71 13.53 17.26 20.38 24.46 0.284

B 2.03 2.21 4.24 5.83 7.28 12.32 15.82 17.31 20.35 0.231

Ket : A : Tambak polikultur udang windu 40.000, ikan bandeng 20.000, dan rumput laut 50 kg
B : Tambak polikultur udang windu 30.000, ikan bandeng 10.000, dan rumput laut 30 kg

Laju pertumbuhan panjang rata-rata H0, atau tidak berbeda nyata berarti tidak
ikan bandeng pada Tambak A lebih tinggi adanya pengaruh secara nyata antara
dengan nilai 0,284 cm dari perlakuan B dengan perbedaan padat tebar terhadap laju
nilai 0,231 cm. Perbedaan padat tebar antara pertumbuhan panjang ikan bandeng.
kedua tambak tidak memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan panjang ikan Rumput Laut
bandeng, karena sifat ikan bandeng yang
Ada 2 jenis rumput laut yang ditebar
bergerombol dan tidak memiliki sifat
didalam tambak, yaitu jenis Eucheuma cottonii
kanibalisme (Sudradjat, 1993).
dengan padat penebaran 20kg dan 10kg dan
jenis Gracillaria sp dengan padat penebaran
30kg dan 20kg. Pada penebaran rumput laut
Eucheuma cottonii dengan metode long line yang
pertama dilakukan adalah menyiapkan tali
yang digunakan untuk mengikat rumput laut
Eucheuma cottonii agar tidak terjatuh kedasar
tambak atau terbawa arus, Rumput laut jenis
Gracillaria sp ditebar secara merata di pelataran
tambak, karena Gracillaria sp tumbuh baik pada
dasar tambak dengan sinar matahari yang
cukup untuk mempermudah proses
fotosintesis.

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Panjang


Ikan Bandeng

Hasil Uji Anova pada panjang udang


windu pada tambak A dan B (Lampiran 8) ,
menunjukkan nilai probabilitas (Sig) 0,709 >
0,05 menerima H0, atau tidak berbeda nyata
Gambar 5. Budidaya Rumput Laut
berarti tidak adanya pengaruh secara nyata
Eucheumacottonii Dengan Metode Long line
antara perbedaan padat tebar terhadap laju
pertumbuhan panjang udang windu dan Hasil
Pada masa pemeliharaan jenis
Uji Anova pada panjang ikan bandeng pada
Eucheuma cottonii mengalami kematian hari hari
tambak A dan B , menunjukkan nilai
probabilitas (Sig) 0,662 > 0,05 berati menerima
Guido et al, Laju Pertumbuhan Udang .... 53

ke-7, dimana salinitas air tambak pada saat


penebaran rumput laut Eucheuma cottonii
Tunas- tunas pada Gracillaria sp tidak
berkisar 13 – 15 ppt (Tabel 10) yang dapat lagi tumbuh karena telah menjadi pakan
menyebabkan thallusnya putih dan ikan bandeng dan ikan-ikan lainnya dan dasar
mengeluarkan lendir (Gambar 6). Menurut tambak yang berlumpur yang terguncang oleh
(Ditjenkan Budidaya, 2005), budidaya E. cottonii angin juga sebagai penghambat tumbuhnya
dapat tumbuh dengan baik pada perairan laut tunas baru rumput laut Gracillaria sp, yang
dengan salinitas antara 28-35 ppt, serta salinitas menyebabkan kematian pada rumput laut
optimum adalah 33 ppt (Mubarak et al., 1990). tersebut.

Pengukuran Kualitas Air Selama Masa


Pengukuran 80 Hari

Parameter kualitas air yang diukur selama


penelitian antara lain:
Salinitas, Suhu, pH, Oksigen terlarut, dan
Kecerahan. Pengukuran kualitas air tersebut
dilakukan pada pagi hari jam 08.00 wib dengan
3 kali pengulangan pada 3 titik pengukuran
yang berbeda . Pengukuran kualitas air selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 6. Thallus Rumput Laut E. cottonii
Berubah Menjadi Putih

Pertumbuhan Gracillaria sp setelah


berumur 40 hari terlihat tidak bagus dan sudah
mulai rusak, terlihat dari Tabel 10 dimana
kecerahan 26 - 30 cm, cuaca yang buruk tidak
pernah turun hujan dan angin yang kencang
salah satu penyebabnya dan pertumbuhan ikan
bandeng dan ikan-ikan lainnya yang ada
ditambak juga merusak pertumbuhan rumput
laut Gracillaria sp, hal ini dikarenakan habisnya
pakan alami dan berhentinya pemberian pakan
buatan.

Gambar 7. Rumput Laut Gracillaria sp yang


Terlihat Rusak
54 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 46-55

Tabel 5. Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama 80 hari penelitian

Parameter Tambak Hari ke-


Kualitas 1 10 20 30 40 50 60 70 80
Air
Salinitas A 14.66 12.66 16.33 16.33 23.33 23.33 31.65 34.66 40
(ppt) B 13 11 16.33 17 18.66 23 40 43 40
Suhu (0C) A 27.23 28 29.53 29.56 31.36 31.36 32.52 33.46 30.21
B 29 30.86 29.53 27.4 30.97 32.13 31.03 33.25 30.23
pH A 6.94 6.99 7.70 7.76 7.80 7.80 8.15 8.27 8.71
B 7.89 8.84 7.70 8.73 9.26 8.93 8.81 8.68 7.87
DO(mg/L) A 5.46 5.69 7.10 6.74 7.88 7.86 11.35 14.26 9.83
B 7.28 6.36 5.46 9.23 8.60 8.60 10.25 12.01 8.23
Kecerahan A 60 56 45 30 26.33 28.33 24.10 26.33 25
(cm) B 60 56 54 50 30 50 35 28 28

Ket : A : Tambak polikultur udang windu 40.000, ikan bandeng 20.000, dan rumput laut 50 kg
B : Tambak polikultur udang windu 30.000, ikan bandeng 10.000, dan rumput laut 30 kg

IV. KESIMPULAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan probabilitasnya (sig) > 0.05, maka H0
didapatkan kesimpulan sebagai berikut : diterima.
2. Perbedaan padat tebar pada tambak
1. Perbedaan padat tebar pada tambak polikultur tidak berbeda nyata terhadap
polikultur tidak berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan panjang udang windu
laju pertumbuhan berat udang windu dan dan ikan bandeng, karena karena telah
ikan bandeng, karena karena telah dilakukan uji Anova dimana nilai
dilakukan uji Anova dimana nilai probabilitasnya (sig) > 0.05, maka H0
diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality for pond fish Produksi Ikan. Menuju Era Teknologi
culture. Elsevier scientific publishing Hijau, Buku I : Masalah Lingkungan dan
company.Amsterdam the Netherland Pengelolaannya. Dit. TPLH-BPPT, 211-
De silva, S. S. dan A. Anderson. 1995. Fish 224
Nutrion in Aqua Culture : The First Irawan, A., Aminullah, Dahlan, Ismail, S. Bahri,
Series. London. Chapman and Hall. Y. Fahdian. 2009. Faktor – Faktor Penting
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Dalam Proses Pembesaran Ikan Di
Departemen Kelautan dan Perikanan Fasilitas Nursery Dan Pembesaran Ikan.
(2005). Petunjuk Teknis Budidaya Program Alih Jenjang Diploma IV.
Rumput Laut. Direktorat Institut Teknlogi Bandung.
Pembudidayaan, Direktorat Jenderal Mubarak H., S Ilyas., W Ismail., I.S. Wahyuni,
Perikanan Budidaya Departemen dkk. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya
Kelautan dan Perikanan Rumput Laut. Pusat Penelitian dan
Garno, Y.S. 1995. Pengaruh Eutrofikasi
Terhadap Pertumbuhan, Mortalitas dan
Guido et al, Laju Pertumbuhan Udang .... 55

Pengembangan Perikanan. Jakarta. 94 Umpan Pada Perikanan Tuna dan


hal. Cakalang. Warta Balitdita. Balai
Pescod. M.B. 1973. Investigation of Rational Perikanan Budidaya Pantai 5 (1) 33 : 37
Effluent Stream Standards for Tropical Sualia, I, Eko B.P., dan I N.N. Suryadiputra.
Countries. AIT. Bangkok (2010). Panduan Pengelolaan Budidaya
Rachmansyah., A, Sudradjat. 1993. Prospek Tambak Ramah Lingkungan di Daerah
Pengembangan Budidaya Bandeng Mangrove. Wetlands International –
Dalam Keramba Jaring Apung di Muara Indonesia Programme. Bogor.
Sungai Sebagai Antisipasi Kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai