MAKALAH_SISTUM_PTERIDHOPHYTA_K.5_FIX

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SISTEMATIKA TUMBUHAN
PTERIDOPHYTA
Dosen Pengampu : 1. Dr. Nining Purwati, M. Pd
2. Ervina Titi Jayanti, M. Sc

OLEH :
1. NAZWA (230104026)
2. PUTRI WULANDARI (230104035)
3. SULISTRIANA (230104040)
4. NELIYA PUTRI (230104113)
5. BAIQ VINTA RISKI ANANDA (230104117)
6. CINTA SASKIA ANANDA

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, kasih dan sayang, taufik, hidayah serta inayahya. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah Sistematika Tumbuhan tentang
“Pteridophyta” dengan baik dan tepat waktu dimana makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Sistematika Tumbuhan.
Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan atas junjungan Nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya, yang telah membawa
kita dari zaman islamiah yakni addinul islam dan berkat jasa beliaulah pada saat ini
kita dapat menghirup segarnya udara dan merasakan indahnya hidup di alam yang
disinari dengan kilauan cahaya ilmu dibawah agama Allah SWT.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Sistematika
Tumbuhan yang telah membimbing penyusun dalam melakukan pembelajaran.
Meskipun penyusun mengharapkan makalah ini jauh dari kesalahan dan kekurangan.
Namun, akan selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penyusun mengucapkan terimakasih. Semoga makalah penyusun ini bermanfaaat bagi
banyak orang.

Mataram, 5 September 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Karakteristik dan Pengelompokan Tumbuhan Paku (Pteridophyta)..............................3
B. Karakteristik Anggota Kelas Pada Tumbuhan Paku (Peridophyta).............................10
C. Siklus dan Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pteridophyta...........................19
D. Perbedaan Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Pada Kelas Psilopsida,
Lycopsida, Sphenopsida, dan Filicopsida............................................................................20
BAB III PENUTUP...................................................................................................24
A. Kesimpulan..................................................................................................................24
B. Saran.............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan Pteridophyta (tumbuhan paku) merupakan kelompok
tumbuhan berpembuluh yang tidak berbunga yang mempunyai peranan
penting dalam ekosistem. Terdapat lebih dari 10.000 spesies tumbuhan paku
yang tersebar di seluruh dunia, dari daerah tropis hingga subtropics, serta di
pegunungan dan lembah yang lembab.
Secara biologis, Pteridophyta mempunyai siklus hidup yang unik
dengan fase bergantian antara fase sporofit dan fase gematofit. Fase sporofit
adalah fase yang terlihat jelas dan dominan, serta menghasilkan spora yang
berhubungan dengan reproduksi. Sedangkan, fase gematofit memainkan peran
penting dalam siklus hidup tanaman, namun biasanya kecil dan kurang
terlihat.
Oleh karena itu, adanya makalah ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik dan pengelompokan tumbuhan paku (Pteridophyta), untuk
mengetahui karakteristik anggota kelas pada tumbuhan paku (Peridophyta),
untuk mengetahui perbedaan karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) pada
kelas Psilopsida, Lycopsida, Sphenopsida, dan Filicopsida.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dan pengelompokan tumbuhan paku
(Pteridophyta) ?
2. Bagaimana karakteristik anggota kelas pada tumbuhan paku
(Peridophyta) ?
3. Bagaimana mengetahui perbedaan karakteristik tumbuhan paku
(Pteridophyta) pada kelas Psilopsida, Lycopsida, Sphenopsida, dan
Filicopsida ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik dan pengelompokan tumbuhan paku
(Pteridophyta).
2. Untuk mengetahui karakteristik anggota kelas pada tumbuhan paku
(Peridophyta).
3. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik tumbuhan paku
(Pteridophyta) pada kelas Psilopsida, Lycopsida, Sphenopsida, dan
Filicopsida.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik dan Pengelompokan Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
1. Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Pteridophyta atau disebut juga tumbuhan paku, dapat ditemukan
pada habitat yang beragam. Berbeda dengan kelompok tumbuhan rendah
lainnya, spesies yang termasuk dalam kelompok tumbuhan pteridophyta
(tumbuhan paku) memiliki diferensiasi yang memiliki fungsi sama dengan
struktur yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi.
Pteridophyta (tumbuhan paku) adalah tumbuhan peralihan, karena
menggabungkan karakteristik tumbuhan bertalus dan tumbuhan
cormophyta. Hal ini terlihat dari sifat dan bentuk tubuh yang merupakan
perpaduan antara sifat dan bentuk tubuh tumbuhan Bryophyta dan
tumbuhan Phaneogamae. Tumbuhan pteridophyta (tumbuhan paku)
mudah dibedakan dengan tumbuhan lainnya melalui alat
perkembangbiakannya berupa spora yang bergelombol dalam berbagai
bentuk di bawah permukaan daun.
Tumbuhan Pteridophya dapat ditemui dalam jumlah yang besar di
hutan hujan tropis, juga terdapat di padang rumput yang lembab,
sepanjang sisi jalan dan sungai. Tumbuhan Pteridophyta (tumbuhan paku)
hidup di daerah yang lembab. Tempat hidupnya bisa diatas tanah seperti
jenis tanah rawa gambut atau menumpang pada tumbuhan lain, ada
beberapa jenis yang menyenangi tempat-tempat terlindung namun juga
dapat hidup di daerah terbuka.
a. Struktur Morfologi
1. Akar
Akar tumbuhan pteridophyta (tumbuhan paku) umumnya
memiliki akar serabut bercabang-cabang yang dilindungi tudung
akar (kaliptra) bersifat endogen, dan tumbuh secara horizontal di
3
permukaan atas atau bawah tanah yang merupakan akar
sesungguhnya atau akar sejati, kecuali pada Psilotum, karena
belum terdapat berkas pengangkut (tidak memiliki akar sejati).
Akar simetri tumbuhan paku secara umum adalah radial, tetapi ada
yang dorsiventral seperti Selaginella.
2. Batang
Tumbuhan Pteridophyta (tumbuhan paku) memiliki batang
rimpang yang merambat atau memanjat dengan daun tumbuhan
secara berkala. Percabangan batang umumnya dikotom, ada pula
yang tidak. Misalnya lateral seperti yang terdapat pada kelas
Pteropsida yaitu Adiantum. Pada Lycopodium, salah satu cabang
dari 2 cabang yang dibentuk mengalami pertumbuhan dengan
cepat sehingga percabangan batang menyerupai pola percabangan
monopodial atau disebut dengan pseudomonopodial.
3. Daun
Daun Pteridophyta (tumbuhan paku), dapat dibedakan menjadi
Tropofil dan Sporofil, walaupun ada tumbuhan paku yang daunnya
tidak bisa dibedakan. Tropofil adalah daun yang tidak
menghasilkan spora dan berfungsi untuk fotosintesis. Sedangkan,
sporofil merupakan daun penghasil spora, dan berfungsi dalam
proses fotosintesis, karena mengandung klorofil. Umumnya
sporofil terdapat pada ujung cabang (pada Selaginella dan
Lycopodium), akan tetapi ada beberapa Lycopodium yang
sporofilnya tidak terletak di ujung cabang. Daun dikatakan sporofil
jika mampu membentuk sporangium. Daun tumbuhan paku dapat
dibedakan menjadi :
a. Sisik, jika tidak terdapat tulang daun. Contohnya Selaginella.
Pada struktur tumbuhan tersebut terdapat berkas pengangkut.

4
Tetapi berkas pengangkut tersebut tidak diteruskan pada helai
daun.
b. Mikrofil, terdapat hanya satu pada tulang daun.
c. Megafil (makrofil), terdapat banyak pada tulang daun dan
bercabang sehingga membentuk bentukan memata jala
(reticulatus).
b. Struktur Anatomi
Berkas pengangkut meliputi floem dan xylem. Floem, terdiri atas
sel tapis dan sel pengiring. Pada Pteropsida tidak ditemukan sel
pengiring. Xylem, merupakan unsur kayu yang meliputi trakea dan
trakeid. Trakea tidak dapat ditemukan pada semua tumbuhan paku,
kecuali pada Equisetum dan Selaginella.
Pada tumbuhan dikotil dan monokotil umumnya terdapat selapis
epidermis yang ditengahnya terdapat mesofil, mesofil tersebut dapat
dibedakan antara jaringan palisade dan jaringan spons. Sedangkan,
pada tumbuhan paku (pteridophyta), tidak bisa dibedakan dengan jelas
antara jaringan palisade dan jaringan spons.
Batang pada tumbuhan paku tidak memiliki kambium, karena tidak
mengalami pertumbuhan skunder seperti pada tumbuhan tingakat
tinggi. Struktur batang pada tumbuhan paku (pteridophyta) meliputi
epidermis, korteks, dan stele. Pada tumbuhan paku (pteridophyta)
tertentu ditemukan adanya endodermis yang membungkus berkas
pengangkut. Korteks merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel
berdinding tebal dan tipis. Hampir semua tipe stele ditemukan pada
tumbuhan paku (pteridophyta), kecuali tipe ataktostele.
c. Reproduksi
Reproduksi pada tumbuhan paku (pteridophyta) dikakukan dengan
dua cara yaitu vegetatif dan generative.
1. Reproduksi Vegetatif
5
a. Fragmentasi, yatu dengan memisahkan rizoma atau disebut
dengan stek batang.
b. Pembentukan tunas liar, misalnya terjadi pada Asplenium
viviparum jenis ini dikenal dengan istilah Camptoorus
rhizopphyllus (paku berjalan), karena daunnya menjuntai dan
ujungnya menyentuh tanah., maka akan tumbuh akar dan tunas
baru sehingga tumbuh daun baru, dan terjadi seterusnya.
c. Pembentukan umbi, seperti yang terjadi Marsilea (semanggi).
2. Reproduksi Generatif
Berdasarkan bentuk spora yang dihasilkan, tumbuhan paku
dibedakan menjadi paku homospor dan paku heterospor. Paku
homospor adalah tumbuhan paku yang hanya menghasilkan satu
jenis spora. Sedangkan paku heterospor adalah tumbuhan paku
yang menghasilkan 2 macam spora, yaitu mikrospora (penghasil
mikrosporangium) dan megaspora (penghasil megasporangium).
Umumnya tumbuhan paku (pteridophyta) menghasilkan spora atau
diebut sporofit. Tumbuhan paku (pteridophyta) mengalami
pergiliran keturunan (sporofit-gametofit). Sporangium tumbuhan
paku dibentuk pada daun sporofl. Tiap 1 sporofil hanya dibentuk 1
sporangium, pada 1 sporangium hanya menghasilkan 1 jenis spora.
Berdasarkan cara pembentukannya, sporangium dibedakan
menjadi :
a. Eusporangium : spora yang berasal dari sekelompok sel inisial
yang mengalami pembelahan periklinal.
b. Leptosporangium : spora yang berasal dari 1 sel inisial. Sel
inisial tersebut berasal dari sel epidermal.
Struktur tambahan pada reproduksi generatif :
a. Sorus : kelompok-kelompok sporangium yang memiliki bentuk
yang berbeda-beda.
6
b. Indusium : pelindung atau penutup sorus.
c. Indusium palsu : indusium yang terbentuk dari tepi daun yang
melipat-lipat.
d. Sinangium : sporangium-sporangium yang tersusun rapat dan
kuat.
e. Sporokarp : pembungkus sinangium.
Mekanisme Pelepasan Spora : Pelepasan spora tumbuhan paku
(pteridophyta), diawali dengan pecahnya dinding sporangium yang
diikuti dengan keluarnya spora. Agar dinding sporangium dapat
pecah, diperlukan suatu mekanisme khusus yang melibatkan
sebaris sel khusus pada dinding sporangium atau disebut dengan
Annulus. Spora akan berkecambah membentuk gametofit, dan
berkembang menjadi protalium atau protalus.
Embriogenesis :
a. Jika pembentuk utama embrio adalah sel anak yang berada
pada ujung (sel apeks/ sel terminal), maka embryogenesis
disebut eksoskopik. Contoh : Psilotum, Equisetum,
Opbioglossum, Tmesipteris.
b. Jika pembentuk utama embrio adalah sel anak yang berada
pada bagian basal, embryogenesis disebut dengan endoskopik.
Keadaan ini, embrio yang terbentuk akan masuk kedalam
jaringan gemetofit. Contoh : Angiopteris.
c. Endoskopik dengan pembentukan suspensor, jika pada
pembentukan embrio dibentuk suspensor dan pembelahan
terjadi longitudinal. Contoh : Danaea, Helmynthostachys.
d. Embriogenesis lateral, yaitu embryogenesis yang diawali
dengan pembelahan lateral kemudian diikuti oleh pembelah
transversal, sehingga akan terbetuk 4 buah sel. Hanya terjadi

7
pada tumbuhan paku tertentu saja. Contoh : Adiantum, Pteris,
Dryopteris.
Dilihat dari cara pembentukannya, gametofit pada tumbuhan
paku dibedakan menjadi :
a. Eksosporik : jika pembentukan protalium di luar dinding
sporangium.
b. Endosporik : jika pembentukan protalus tidak terlepas dari
dinding sporangium. Contoh : Selaginella.
Pergiliran Keturunan : tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi
paku homospor dan heterospor, maka daur hidupnya dibedakan
atas dua hal.
2. Pengelompokan Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat dikelompokkan berdasarkan
kelas yaitu :
a. Psilopsida (paku purba)
Psilopsida (paku purba) adalah kelompok tanaman paku yang
primitive atau dikenal karena struktur tubuhnya yang sederhana.
Dinamakan Psilopsida (paku purba) dikarenakan sebagian besar
tumbuhan paku sudah punah dan hanya hidup pada periode antara
zaman Silurian dan Devonian. Beberapa tumbuhan Psilopsida (paku
purba) dikategorikan sebagai paku gundul (tidak berdaun), sedangkan
paku-pakuan lainnya berdaun kecil (mikrofil) yang tidak dapat
dibedakan, tidak memiliki akar sejati, tetapi memiliki rizom yang
dikelilingi rizoid, dan batangnya memiliki percabangan dikotomus.
Psilopsida (paku purba) dibedakan menjadi 2 bangsa yaitu
Psylophytales (paku telanjang) dan Psilotales.
b. Lycopsida (paku rambat atau paku kawat)
Lycopsida (paku kawat) sudah hidup di bumi pada zaman
Devonian dan tumbuh melimpah pada zaman Karbon dengan ukuran
8
besar sekitar 3 m di lahan basah berupa rawa-rawa. Lycopsida (paku
kawat) adalah tumbuhan paku yang batangnya berbentuk seperti
kawat, daunnya kecil dan seperti rambut, memiliki sporofil,
menghasilkan dua jenis spora, memiliki struktur pembuluh primitive,
daunnya sempit dan cenderung duduk. Contuh tumbuhan paku kawat
adalah Lycopodium cernuum dan Selaginella.
c. Sphenopsida (paku ekor kuda)
Sphenopsida (paku ekor kuda) memiliki percabangan yang
khas berbentuk lingkaran. Sphenopsida (paku ekor kuda) tumbuh
melimpah pada zaman Karbon dengan ukuran yang besar dan
tingginya mencapai 15 cm. Umumnya, anggota sphenopsida (paku
ekor kuda) memiliki batang yang bercabang-cabang dan terlihat
berbuku-buku atau beruas-ruas. Daun-daunnya kecil seperti selaput
dan tersusun berkarang. Sporofil selalu berbeda dengan tropofilnya.
Biasanya, sporofil berbentuk seperti perisai dengan sejumlah
sporangium pada sisi bawahnya. Semua sporofil tersusun membentuk
suatu badan berbentuk kerucut pada ujung batang atau cabang. Kelas
sphenopsida (paku ekor kuda) dibedakan menjadi beberapa bangsa,
yaitu Sphenophyllales, Protoarticulatales, dan Equisetales. Bangsa
Sphenophyllales dan Protoarticulatales merupakan anggota
sphenopsida yang tergolong sudah fosil. Saat ini, yang masih dijumpai
adalah Equisetales, contohnya Equisetum.
d. Pteropsida/Filicopsida (paku sejati)
Pteropsida (paku sejati) merupakan tumbuhan paku yang
disebut juga dengan tumbuhan pakis. Secara ekologis, tumbuhan
pteropsida (paku sejati) termasuk higrofit, banyak tumbuh di tempat-
tempat yang teduh dan lembab. Pada tempat yang terbuka pteropsida
(paku sejati) dapat mengalami kerusakan sebagai akibat dari sinar
matahari yang berlebih. Tumbuhan pteropsida (paku sejati) dibedakan
9
menjadi 3 golongan yaitu paku tanah, paku air, dan paku epifit. Contoh
anggota pteropsida (paku sejati) yang dimanfaatkan menjadi tanaman
hias adalah Adiantum farleyense (paku ekor merak), Adiantum
cuneatum (suplir), dan Platycerium biucatum (paku tanduk rusa).
Selain itu ada yang dimanfaatkan sebagai makanan seperti Marsilea,
dan sebagai obat-obatan seperti Dryopteris filixmas.
B. Karakteristik Anggota Kelas Pada Tumbuhan Paku (Peridophyta)
Anggota kelas pada tumbuhan paku (pteridophyta) :
1. Psilopsida (paku purba)
a. Psylophytales (paku telanjang) : kebanyakan memiliki tinggi lebih dari
1m. contohnya Rhynia mayor. Rhynia mayor merupakan salah satu
tumbuhan paku telanjang (Psilopsida) yang sudah punah. Pada
batangnya terdapat berkas pengangkut, bercabang-cabang menggarpu.
Berkas pengangkut terdiri dari trakeida yang mempunyai penebalan
berbentuk cincin dan tersusun menyerupai protostele. Pada tumbuhan
psilopsida (paku purba) tidak dijumpai adanaya kambium, hingga
tidak ditemukan adanya pertumbuhan sekunder. Sporangium terdapat
pada ujung cabang, memiliki ukuran yang relative besar dan
mempunyai dinding yang terdiri dari berlapis-lapis sel, tidak memiliki
klorofil, memproleh makanan dengan bersimbosis dengan jamur, tidak
memiliki daun, akar, dan batang sejati. Sporangium terisi penuh oleh
isopora yang tersusun tetrad.
b. Psilotales : salah satu bangsa pteridhophyta (tumbuhan paku), anggota
yang termasuk dalam bangsa psilotales adalah psilotum, banyak
psilotum masih dijumpai hingga sekarang . Psilotum hidup pada kayu
yang sudah lapuk, dengan suhu lembab dan substrat yang tidak basah,
tidak berakar, hanya mempunyai tunas-tunas tanah dengan rhizoid dan
di batangnya terdapat daun-daun kecil (mikrofil) berbentuk sisik, tidak
bertulang, dan tersusun jaring-jaring dalam garis spiral. Sporangium
10
tidak terletak pada terminal dari cabangnya, tetapi berada diantara
taju-taju sporofil yang berbagi menggarpu. Sporangium tersebut
memiliki 3 ruangan, dinding sporangium yang terdiri atas beberapa
lapis sel, tetapi tidak memiliki tapetum. Protalium tumbuhan paku ini
diketahui ukurannya hanya beberapa cm saja, berbentuk silindir dan
bercabang, tidak berwarna, dan hidup dalam tanah dengan bersimbosis
dengan mikroriza. Permukaan protalium , terdapat anteridium yang
terdiri atas banyak ruang, dan mengeluarkan spermatozoid yang
mempunyai banyak bulu cumbuk arkegoniumnya berukuran kecil dan
terletak agak tenggelam. Contoh spesies Psilopsida adalah :
1) Psilotum nudum

Gambar 1. Psilotum nudum


Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Psilotopsida
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum nudum L.
2) Psilotum triquetrum
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta

11
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum triquetrum
3) Tmesipteris tannensis
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Psilotopsida
Kelas : Psilotopsida
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Tmesipteris
Spesies : Tmesipteris tannensis
Memiliki batang hijau bercabnag yang tidak memiliki daun dan
akar sejati , pertumbuhannya mirip dengan siklus kehidupan pakis,
biasanya tumbuh subur di daerah yang lembab dan teduh.
2. Lycopsida (paku rambat atau paku kawat)
Memiliki batang dan akarnya bercabang menggarpu, memiliki daun
kecil-kecil (mikrofil), tidak bertangkai dan selalu bertulang satu. Beberapa
anggota kelas lycopsida (paku kawat) ada yang memiliki ligula (lidah-
lidah), contohnya Selaginella. Ada pula yang tidak lagi memiliki ligula.
Ligula berbentuk seperti sisik, berfungsi sebagai alat untuk menghisap air
(air hujan), terhubung dengan berkas-berkas pembuluh pengangkut
melalui perantara suatu struktur atau yang disebut trakeida. Sporofil
terletak pada bagian sisi atas daun. Lycopsida (paku kawat) dicirikan
dengan adanya bentuk-bentuk yang amorfis. Akar tumbuhan lycopsida
(paku kawat) memiliki protoxylem endarch, batang lycopsida (paku
kawat) memiliki protoxylem exarch, likofit memiliki daunsporofit tipe
12
structural atau dikenal sebagai likofil (sinonim microphyll). Likofil
memiliki meristem kabisat (sisi proksimal pangkal daun) dan kekurangan
celah pada pembuluh darah bantang, likofil memiliki satu vena, tidak
bercabang (sangat jarang bercabang). Contoh spesies Lycopsida adalah :
a. Selaginella

Gambar 2. Selaginella willdenowiii


Klasifikasi : Selaginella willdenowiii (pakis merak)
Kingdom : Plantae
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodopsida
Ordo : Selaginellales
Famili : Selaginellaceae
Genus : Selaginella
Spesies : Selaginella willdenowii
Memiliki daun yang licin dan dapat berwarna biru karena fenomena
alam yang dsebabkan oleh gelombang cahya yang dipantulkan oleh
lapisan sel dngan struktur pipih kutikula atas daun, batangnya coklat
kemerahan dan membentuk sudut 45 derajat dari cabang utama,
tanaman semak yang dapat tumbuh hinga 1-2 meter. Manfaatnya
mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan dan anti
kanker, untuk menyembuhkan luka, serig digunakan sebagai tanaman
hias. Habitat tanag yang lembab, dekat sungai atau perairan, dan dapat
tumbuh di berbagai iklim dan tipe tanah.

13
b. Lycopodium

Gambar 3. Lycopodium cernuum


Klasifikasi : Lycopodium cernuum
Kingdom : Plantae
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodopsida
Ordo : Lycopodiales
Famili : Lyocopodiaceae
Genus : Lycopodium
Spesies : Lycopodium cernuum
Lycopodium cernuum biasanya sering ditemukan di lingkungan
lembab seperti tebing-tebing berair, pertumbuhannya dapat tidak
terkendali, dan menutupi permukaan tanah, bermanfaat sebagai
sebagai obat tradisional (seperti mengobati luka memar, keseleo,
bengkak, dan keracunan organofosfat), sebagai tempat menancapkan
karangan bunga hias.
c. Isoetes (sudah punah)
Klasifikasi : Isoetes lacustris
Kingdom : Plantae
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodopsida
Ordo : Orderisoetales
Famili : Isoetaceae
Genus : Isoetes

14
Spesies : Isoetes lacustris L.
3. Sphenopsida (paku ekor kuda)
Kelas sphenopsida (paku ekor kuda) dibedakan menjadi beberapa
bangsa, yaitu Sphenophyllales, Protoarticulatales, dan Equisetales.
Bangsa Sphenophyllales dan Protoarticulatales merupakan anggota
sphenopsida yang tergolong sudah fosil. Saat ini, yang masih dijumpai
adalah Equisetales, contohnya Equisetum.
Equisetum memiliki semacam rimpang yang merayap dengan cabang
yang berdiri tegak. Biasanya, cabang yang berdiri tegak hanya mampu
mencapai umur 1 tahun. Batang atau cabang beralur dan terdiri atas ruas-
ruas yang panjang. Pada penampang melintangnya tampak suatu lingkaran
berkas-berkas pengangkut tipe kolateral, dua lingkaran saluran-saluran
antar sel dan satu ruang udara lisigen di pusatnya. Berkas pengangkut
dalam sporofil mempunyai susunan konsentris. Sporofilnya terkumpul
menyerupai suatu kerucut pada ujung batang. Sporofil berbentuk periai
atau meja dengan satu kaki di tengah dengan beberapa sporangium (antara
5-10) yang berbentuk kantung di sisi bawahnya. Contoh spesiesnya adalah
Equisetum hyemale.

Gambar 4. Equisetum hyemale


Klasifikasi : Equisetum hyemale
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetopida
Ordo : Equisetales

15
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum hyemale var. affine L.
4. Pteropsida/Filicopsida (paku sejati)
Secara ekologis, tumbuhan pteropsida (paku sejati) termasuk higrofit,
banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab. Pada tempat
yang terbuka pteropsida (paku sejati) dapat mengalami kerusakan sebagai
akibat dari sinar matahari yang berlebih. Tumbuhan pteropsida (paku
sejati) dibedakan menjadi 3 golongan yaitu paku tanah, paku air, dan paku
epifit. Contoh spesies dari tumbuhan pteropsida (paku sejati) adalah :
a. Adiantum farleyense (paku ekor merak)
Klasifikasi : Adiantum farleyense
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Pteridales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum farleyense
b. Adiantum cuneatum (suplir)

Gambar 5. Adiantum cuneatum


Klasifikasi : Adiantum cuneatum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta

16
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum cuneatum
Dalam bahasa Indonesia, Adiantum cuneatum sering disebut paku kelor
karena bentuk daunnya yang kecil dan berkerumun seperti daun kelor.
c. Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa)

Gambar 6. Platycerium bifurcatum


Klasifikasi : Platycerium bifurcatum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
Platycerium bifurcatum adalah tumbuhan paku epifit yang menempel
pada pohon dan memiliki dua jenis daun yaitu daun penyanggah
berbentuk ginjal dan daun bercabang seperti tanduk rusa.
d. Marsilea (semanggi)

17
Gambar 7. Marsilea
Klasifikasi : Marsilea
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Marsileaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea
Semanggi merupakan sekelompok paku air yang umum ditemukan di
Indonesia, terutama di pematang sawah dan tepi saluran irigasi.
e. Dryopteris filixmas

Gambar 8. Dryopteris filixmas


Klasifikasi : Dryopteris filixmas
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Dryopteridaceae
Genus : Dryopteris

18
Spesies : Dryopteris filixmas L.
C. Siklus dan Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pteridophyta
Tumbuhan pteridophyta (paku) memiliki siklus hidup unik yang terdiri
dari fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit yang mandiri menjadi
dominan, sementara sporofit bergantung pada gametofit untuk nutrisi.
1. Psilopsida
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhannya meliputi
ketersediaan udara, lingkungan lembap untuk reproduksi, cahaya untuk
fotosintesis, suhu optimal, serta nutrisi tanah seperti nitrogen dan fosfor.
Hubungan simbiosis dengan jamur mikoriza juga membantu penyerapan
nutrisi. Selain itu, keasaman tanah, kelembaban udara, dan persaingan
dengan tanaman lain juga berperan penting dalam pertumbuhan
Psilopsida, yang biasanya tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
2. Lycopsida
Beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan Lycopsida meliputi
ketersediaan udara yang penting untuk reproduksi dan perkembangan
gametofit, intensitas cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis pada fase
sporofit, suhu yang berbeda-beda tergantung spesies namun sebagian besar
lebih menyukai iklim hangat, serta kelembaban dan nutrisi tanah yang
mendukung pertumbuhan optimal.
3. Sphenopsida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ini meliputi ketersediaan
udara, cahaya, suhu, kelembaban, dan kandungan nutrisi tanah.
Sphenopsida tumbuh optimal di lingkungan lembab dan teduh, serta
bereproduksi melalui spora yang dihasilkan dalam strobilus, struktur
khusus untuk reproduksi. Kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhan maksimal mencakup kelembaban tinggi, cahaya yang cukup
tetapi tidak terlalu kuat, suhu sedang, dan tanah subur. Kemampuan

19
adaptasi terhadap perubahan lingkungan sangat penting bagi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan mereka di berbagai habitat.
4. Filicopsida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ini meliputi ketersediaan
udara, cahaya, suhu, kelembaban, dan nutrisi tanah.
D. Perbedaan Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Pada Kelas
Psilopsida, Lycopsida, Sphenopsida, dan Filicopsida
1. Psilopsida
a. Habitat : Ditemukan di tempat lembap, seperti hutan tropis atau daerah
terbuka.
b. Akar : Tidak memiliki akar sejati; memiliki struktur rhizoid.
c. Batang : Batang bercabang, bersegmen, dan tidak berkayu.
d. Daun : Tidak memiliki daun sejati; memiliki struktur kecil yang
menyerupai daun.
e. Sporangium : Terletak di ujung batang, berbentuk kapsul.
f. Gametofit : Berukuran kecil, fotosintetik, hidup di tanah lembap.
g. Sporofit : Fase dominan, lebih besar, dan menghasilkan spora.
2. Lycopsida
a. Habitat : Dapat ditemukan di hutan hujan, daerah lembap, dan padang
rumput.
b. Akar : Memiliki akar sejati yang bercabang dan berfungsi menyerap
air.
c. Batang : Batang tegak, dapat berkayu dan bercabang.
d. Daun : Memiliki daun kecil (mikrofil) yang sederhana.
e. Sporangium : Ditemukan di strobilus di ujung batang atau di ketiak
daun.
f. Gametofit : Umumnya kecil, bisa hidup di dalam tanah atau epifit.
g. Sporofit : Fase dominan, lebih besar dan berfungsi menghasilkan
spora.
20
3. Sphenopsida (Equisetopsida)
a. Habitat : Sering ditemukan di daerah lembap, pinggir sungai, atau area
terbuka.
b. Akar : Memiliki akar sejati yang kuat dan bercabang.
c. Batang : Batang berongga, bersegmen, dan bercabang.
d. Daun : Memiliki daun kecil yang tersusun dalam whorls (kelompok).
e. Sporangium : Ditemukan di strobilus di ujung batang.
f. Gametofit : Berukuran kecil, sering fotosintetik, hidup di tanah
lembap.
g. Sporofit : Fase dominan, lebih besar, dan menghasilkan spora.
4. Filicopsida (Paku Sejati)
a. Habitat : Ditemukan di hutan tropis, hutan hujan, dan daerah lembap.
b. Akar : Memiliki akar sejati yang kuat dan bercabang.
c. Batang : Batang tegak yang bisa berkayu, berfungsi untuk
pertumbuhan.
d. Daun : Memiliki frond (daun besar), bervariasi dalam bentuk dan
ukuran.
e. Sporangium : Terletak di bagian bawah daun dalam sori,
dikelompokkan.
f. Gametofi : Umumnya berbentuk hati, berukuran kecil, dan hidup di
tanah lembap.
g. Sporofit : Memiliki fase dominan, lebih besar, dan menghasilkan spora
dalam sori.

Perbedaan Psilopsida Lycopsida Sphenopsida Filicopsida


Habitat Ditemukan di Ditemukan Ditemukan di Ditemukan di
tempat yang diberbagai tempat yang tempat yang
lembab habitat, lembab, lembab,

21
contohnya contohnya di contohnya di contohnya di
hutan tropis hutan hujan. pinggiran hutan tropis,
atau di tempat Sungai atau di hutan hhujan
yang terbuka. tempat yang dan daerah
terbuka. basah
lainnya.
Akar Tidak memiliki Memiliki Memiliki akar Memiliki
akar sejati akar sejati sejati yang akar sejati
(Rhizoid) kuat dan yang
bercabang. berfungsi
untuk
menyerap air
dan nutrisi.
Batang Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
batang yang batang tegak, batang batang yang
bercabang dan biasa berongga, tegak, dapat
bersegmen, bercabang. bersegmen, berfungsi
tidak berfungsi dan sebgai tempat
sebagai tempat bercabang. penyimpanan
fotosintesis. dan
pertumbuhan.
Daun Tidak memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
daun sejati. daun kecil daun kecil daun yang
yang yang bersar dan
berfungsi berbentuk bervariasi
untuk sisik. yang
fotosintesis. berfungsi
untuk

22
fotosintesis.
Sporangium Terletak pada Ditemukan Terletak di Ditemukan
ujung batang, dibagian atas strobilus di dibagian
biasanya batang atau ujung batang, bawah daun,
berbentuk diketiak menghasilkan biasnya di
kapsul dan daun, spora. kelompokan
menghasilkan biasanya dalam
spora. dalam struktur yang
strobilus. disebut sori.
Gametofit Ukurannya Biasanya Ukurannya Ukurannya
kecil dan ukurannya kecil, sering kecil,
biasanya hidup kecil dan hidup sebagi umumnya
di tanah. hidup fotosintetik, berbentuk
didalam dandapat hati atau
tanah sebagai bertahan di lambat, dan
epifit tanah yang biasanya
lembab. hidup ditanah
yang lembab.
Sporofit Fase dominan, Fase Fase Memiliki fase
lebih besar, dominan, dominan, dominan,
dan lebih besar lebih besar, lebih besar,
menghasilkan dan berfungsi dan dan
spora. menghasilkan menghasilkan menghasilkan
spora. spora. spora dalam
sori.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhan Pteridophyta (tumbuhan paku) merupakan kelompok
tumbuhan berpembuluh yang tidak berbunga yang mempunyai peranan
penting dalam ekosistem. Terdapat lebih dari 10.000 spesies tumbuhan
paku yang tersebar di seluruh dunia, dari daerah tropis hingga subtropics,
serta di pegunungan dan lembah yang lembab. Secara biologis,
Pteridophyta mempunyai siklus hidup yang unik dengan fase bergantian
antara fase sporofit dan fase gematofit. Fase sporofit adalah fase yang
terlihat jelas dan dominan, serta menghasilkan spora yang berhubungan
dengan reproduksi. Sedangkan, fase gematofit memainkan peran penting
dalam siklus hidup tanaman, namun biasanya kecil dan kurang terlihat.
Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) dapat ditemukan pada
habitat yang beragam. Berbeda dengan kelompok tumbuhan rendah
lainnya, spesies yang termasuk dalam kelompok tumbuhan pteridophyta
(tumbuhan paku) memiliki diferensiasi yang memiliki fungsi sama dengan
struktur yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan paku
(Pteridophyta) dapat dikelompokkan berdasarkan kelas yaitu : Psilopsida
(paku purba) adalah kelompok tanaman paku yang primitive atau dikenal
karena struktur tubuhnya yang sederhana. Lycopsida (paku kawat) sudah
hidup di bumi pada zaman Devonian dan tumbuh melimpah pada zaman
Karbon dengan ukuran besar sekitar 3 m di lahan basah berupa rawa-rawa.
Sphenopsida (paku ekor kuda) memiliki percabangan yang khas berbentuk
lingkaran. Pteropsida (paku sejati) merupakan tumbuhan paku yang
disebut juga dengan tumbuhan pakis.
Struktur batang psilopsida memiliki batang tidak berkayu, lycopsida
dan filicopsida memiliki batang yang tegak, dan sphenopsida memiliki
batang berongga. Akar hanya psilopsida yang tidak memiliki akar sejati.
24
Daun psilopsida tidak memiliki daun sejati, sedangkan lycopsida memiliki
mikrofil, sphenopsida memiliki daun kecil berkelompok, dan filicopsida
memiliki daun besar (frond). Sporangium penempatan sporangium
bervariasi, dari ujung batang pada psilopsida dan sphenopsida hingga
bagian bawah daun pada filicopsida. Gametofit memiliki bentuk dan
ukuran gametofit bervariasi, tetapi umumnya lebih kecil dan sederhana
dibandingkan fase sporofit.
Perbedaan karakteristik tumbuhan paku (pteridophyta) pada kelas
psilopsida, lycopsida, sphenopsida, dan filicopsida yaitu Psilopsida hidup
pada habitat lembap, tidak memiliki akar sejati, batang bercabang, dan
daun tidak sejati. Lycopsida memiliki batang yang dapat berkayu, akar
sejati, dan mikrofil. Sphenopsida memiliki batang berongga, daun kecil
berkelompok. Filicopsida memiliki frond besar, sori pada daun, dan fase
sporofit yang lebih dominan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah pasti ada kendala baik dalam pencarian
materi dan cara penulisan. Penulis masih merasa kurang baik dari segi
penulisan dan materi. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari
dosen pengampu dan para pembaca agar penulis dapat menyempurnakan
makalah ini dan semoga kedepannya kami bisa membuat makalah dengan
sebaik-baiknya agar mudah di mengerti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, R. (2020). Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kelurahan Kapuas

Kiri Hilir. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 4(2), 57-61.

Elgorriga, A., Escapa, I. H., Rothwell, G. W., Tomescu, A. M.,& Ruben Cuneo, N.

(2018). Origin of Equisetum : Evolution of horsetails (Equisetales) Within

The Major Euphyllophyte Clade Sphenopsida. American Journal of Botany,

105(8), 1286-1303.

Irma, W., & Herlina, N. (2013). Keankeragaman Hayati Tumbuhan Paku

(Pteridophyta) di Desa Gading Sari Kec. Tapung Kab. Kampar Provinsi Riau.

Photon : Jurnal Sain dan Kesehatan, 4(1), 65-70.

Purwati, Nining & Ervina Titi Jayanti. Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Rendah.

(2020). Mataram: Sanabil.

Renjana, E., & Firdiana, E. R. (2020). Inventarisasi dan Strategi Penantaan Koleksi

Pteridophyta di Rumah Kaca Kebun Raya Purwodadi. Bioeksperimen : Jurnal

Penelitian Biologi, 6(2), 89-100.

Sofiyanti, N., & Isda, M. N. (2019). Paku Kawat Lycopodiella cernua (L.) Pic. Serm.

(Lycopdiaceae-Lycopodiales) dari Provinsi Riau-Kajian Morfologi dan

Sekuen DNA Berdasarka Primer RBCL. Jurnal Biologi UNAND, 7(1), 43-50.

Woodhouse, R. M., & Nobel,P. S. (1982). Stipe Anatomy, Wate Potensials, and

Xylem Conductances in Seven Speciees of Ferns (Filicopsida). American

Journal Botany, 69(1), 135-140.

26
Zhou, X. M., Rothfels, C. J., Zhang, L., He, Z. R., Le Pechon, T.,He, H., ... & Zhang,

L. B. (2016). A Large-Scale Phylogeny of The Lycophyte Genus Selaginella

(Selaginellaceae : Lycopodiopsida) Based on Plastid and Nuclear Loci..

Cladistics, 32(4), 360-389.

27

Anda mungkin juga menyukai