Promosi Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Dosen Pengampu: Dr. Rohmah Rifani, S.Psi., M.Psi.

, Psikolog

Ismalandari Ismail, S. Psi., M. Psi., Psikolog

PSIKOLOGI KESEHATAN

Menganalisis Konsep Perilaku Promosi Kesehatan

Disusun Oleh:

Mujahidatul Izzah 220701501030

Nasywa Nur Fitrah 220701500046

Naylah Al Mumtazah 220701502097

Nivah Restrimadani 220701500041

Kelas H

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia-
Nya yang memungkinkan kami menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Menganalisis Konsep Perilaku Promosi Kesehatan.” Makalah ini disusun sebagai
bagian dari tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami
menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini dan sangat menghargai kritik serta
saran konstruktif untuk perbaikannya di masa depan. Semoga makalah ini bermanfaat
dalam memperluas wawasan, baik bagi mahasiswa psikologi maupun bagi kami
sebagai penulis.

Makassar, 30 Agustus 2024

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................3

PENDAHULUAN.........................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Promosi Kesehatan..........................................................................................5

B. Stress dan Pengelolaannya..............................................................................9

C. Layanan Kesehatan.......................................................................................11

D. Pengelolaan Penyakit Serius.........................................................................12

E. Tren Kesehatan dan Psikologi Kesehatan.....................................................13

F. Menjadi Psikolog Kesehatan............................................................................19

BAB III........................................................................................................................22

PENUTUP...................................................................................................................22

A. Kesimpulan...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promosi kesehatan merupakan upaya penting dalam meningkatkan
kesadaran dan mengubah perilaku individu serta masyarakat menuju gaya
hidup yang lebih sehat. Konsep perilaku promosi kesehatan melibatkan
berbagai pendekatan dan strategi untuk memotivasi perubahan perilaku
melalui pendidikan, komunikasi, serta intervensi berbasis komunitas. Perilaku
promosi kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor internal seperti
pengetahuan, sikap, dan motivasi individu, serta faktor eksternal seperti
lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (Candrawati, Wiguna, Malik,
Nurdiana, Salniah, Runggandini & Salman, 2023).
Di Indonesia, tantangan dalam perilaku promosi kesehatan mencakup
berbagai penyakit menular dan tidak menular yang masih menjadi ancaman
bagi kesehatan masyarakat. Misalnya, prevalensi penyakit tidak menular
seperti diabetes dan hipertensi meningkat seiring dengan perubahan gaya
hidup masyarakat urban. Oleh karena itu, promosi kesehatan di Indonesia
memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berbasis bukti, yang
mempertimbangkan konteks lokal dan karakteristik budaya masyarakat
(Susilowati, 2016).
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam promosi kesehatan di
Indonesia mencakup penggunaan media massa dan digital untuk penyebaran
informasi, serta pelibatan komunitas lokal dalam program-program kesehatan.
Analisis perilaku promosi kesehatan juga melibatkan pemahaman tentang
faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan perilaku, yang
penting untuk merancang intervensi yang efektif dan berkelanjutan (Nurmala,
2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
2. Bagaimana stres dan pengelolaannya?
3. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
4. Apa yang dimaksud dengan tren kesehatan dan psikologi kesehatan?
5. Bagaimana menjadi psikolog kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui stres dan pengelolaannya.
3. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan.
4. Untuk mengetahui tren kesehatan dan psikologi kesehatan.
5. Untuk mengetahui psikolog kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Amerika telah berhasil memperbaiki
kebiasaan kesehatan mereka, seperti berhenti merokok dan mengurangi konsumsi
makanan berlemak, yang menyebabkan penurunan penyakit jantung dan penyakit
kronis. Namun, obesitas tetap menjadi masalah besar dan diperkirakan akan menjadi
penyebab utama kematian yang dapat dicegah, mengalahkan merokok. Meskipun
olahraga meningkat, kurang tidur masih kurang diteliti sebagai faktor yang
mempengaruhi kesehatan buruk. Banyak orang sadar akan pentingnya hidup sehat,
namun tidak semuanya berhasil mengubah kebiasaan mereka. Psikologi kesehatan
berfokus pada mengidentifikasi elemen penting dari program perubahan perilaku
yang efektif dan menyusun intervensi yang efisien untuk menjangkau banyak orang,
melalui berbagai saluran seperti masyarakat umum, tempat kerja, media, dan sekolah.
1. Fokus pada Mereka yang Berisiko
Ketika penelitian medis mengidentifikasi faktor risiko genetik dan perilaku untuk
penyakit kronis, peran risiko tersebut menjadi semakin penting. Individu yang
berisiko perlu belajar bagaimana mengelola risiko mereka dan mengubah perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Psikolog kesehatan dapat membantu
dalam proses ini. Studi tentang individu yang berisiko terhadap penyakit tertentu
membantu mengidentifikasi faktor risiko tambahan. Tidak semua orang yang berisiko
akan mengembangkan penyakit tersebut, dan dengan mempelajari perbedaan antara
mereka yang terkena dan yang tidak, peneliti dapat menemukan faktor pemicu
penyakit.
2. Pencegahan
Masa remaja adalah periode rentan untuk mengembangkan kebiasaan buruk, jadi
penting untuk mengatasi masalah ini sedini mungkin. Program imunisasi perilaku
yang ada saat ini fokus pada pencegahan merokok, penyalahgunaan obat, dan
gangguan makan. Program-program ini efektif jika diterapkan pada siswa sebelum
mereka mengadopsi kebiasaan tersebut. Selain itu, program imunisasi perilaku untuk
kebiasaan kesehatan lainnya seperti seks aman dan pola makan juga menunjukkan
hasil yang menjanjikan. Untuk beberapa kebiasaan kesehatan, penting untuk
memulainya sejak dini, dengan melibatkan orang tua dalam mengajarkan cara
mengurangi risiko kecelakaan di rumah, menerapkan keselamatan dalam mobil, dan
membimbing anak-anak dalam kebiasaan sehat seperti olahraga, pola makan yang
baik, imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan perawatan gigi.
3. Fokus pada Orang Dewasa Lanjut Usia
Bertambahnya populasi lansia, seperti yang ditunjukkan dalam tabel bawah,
menunjukkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, kita akan melihat jumlah lansia
terbesar yang pernah ada di negara ini dan banyak negara lain. Oleh karena itu, upaya
intervensi harus difokuskan untuk membantu lansia mencapai tingkat kesehatan dan
fungsi yang optimal. Ini bisa dilakukan melalui program-program yang menekankan
pentingnya pola makan sehat, olahraga teratur, pengendalian konsumsi alkohol, dan
kebiasaan hidup sehat lainnya.

4. Memfokuskan Kembali Upaya Promosi Kesehatan


Beberapa upaya untuk mengarahkan ulang fokus promosi kesehatan perlu
dilakukan. Di masa lalu, kita lebih banyak menekankan pada penurunan angka
kematian daripada angka kesakitan. Walaupun pengurangan angka kematian,
terutama kematian dini, tetap menjadi prioritas, fokus pada morbiditas (tingkat
kesakitan) juga penting. Salah satu alasan utama adalah biaya yang tinggi yang terkait
dengan pengobatan penyakit kronis, terutama jika penyakit tersebut berlangsung
selama bertahun-tahun. Misalnya, penyakit seperti rheumatoid arthritis dan
osteoarthritis mungkin tidak terlalu memengaruhi angka kematian, tetapi memiliki
dampak besar pada fungsi dan kesejahteraan, terutama di kalangan lansia.
Memaksimalkan jumlah tahun sehat tanpa beban penyakit kronis dapat meningkatkan
kualitas hidup secara signifikan. Ke depan, prioritasnya adalah mengembangkan
intervensi yang dapat menangani beberapa faktor risiko perilaku sekaligus,
mempertahankan perubahan perilaku jangka panjang, dan mengintegrasikan
intervensi individu ke dalam kebijakan kesehatan yang lebih luas untuk mendukung
dan memperkuat upaya individu.
5. Mempromosikan Ketahanan
Upaya promosi kesehatan di masa depan perlu lebih fokus pada faktor-faktor
positif yang dapat mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan kualitas hidup.
Dengan bertambahnya populasi lansia, perhatian khusus pada kebutuhan kesehatan
mereka menjadi semakin penting. Intervensi yang memprioritaskan pola makan sehat,
olahraga, dan kebiasaan hidup sehat lainnya akan menjadi fokus utama. Selain itu,
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mendapatkan dan
mempertahankan dukungan sosial juga menjadi prioritas penting dalam psikologi
kesehatan di masa depan. Intervensi berbasis internet dapat berperan dalam hal ini.
Memahami bagaimana orang secara alami mengurangi stres dan mencari peluang
untuk istirahat serta relaksasi bisa memberikan wawasan untuk intervensi yang lebih
efektif. Sumber daya pribadi seperti optimisme dan rasa kontrol telah terbukti dapat
melindungi dari penyakit kronis, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa
karakteristik ini bisa diajarkan.
6. Promosi Kesehatan dan Praktik Kedokteran
Filosofi promosi kesehatan sebenarnya menuntut agar fokus ini menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari praktik medis (McDaniel & deGruy, 2014). Meskipun ada
kemajuan, kita masih belum memiliki sistem layanan kesehatan yang benar-benar
berorientasi pada promosi kesehatan. Belum ada proses diagnostik formal yang secara
khusus dirancang untuk mengidentifikasi dan menargetkan perilaku kesehatan
preventif bagi individu. Jika pemeriksaan fisik tahunan yang banyak dilakukan oleh
orang mencakup peninjauan sederhana mengenai masalah kesehatan dan kebiasaan
tertentu yang perlu diperhatikan, langkah ini setidaknya bisa mengingatkan setiap
orang untuk mencapai tujuan kesehatan mereka dan mendorong untuk mengambil
tindakan yang diperlukan.
7. Kesenjangan Kesehatan
Perubahan perilaku individu saja tidak cukup untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan; dibutuhkan perubahan sosial yang menyeluruh.
Meskipun Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak uang untuk layanan
kesehatan dibandingkan negara lain, negara ini tidak memiliki harapan hidup tertinggi
atau angka kematian bayi terendah. Negara ini bahkan berada di peringkat terakhir
dalam kualitas layanan kesehatan di antara tujuh negara maju. Mengurangi dan
menunda penyakit serta kecacatan tidak akan efektif tanpa mengatasi kesenjangan
sosial ekonomi yang besar. Faktor risiko untuk banyak penyakit muncul sejak masa
kanak-kanak, terutama pada kelompok dengan status sosial ekonomi rendah, yang
sering kali juga mengalami lebih banyak penyakit kronis, kematian bayi, dan
kecacatan.
Selain itu, terdapat kesenjangan besar dalam kesehatan berdasarkan ras, etnis, dan
gender. Orang Amerika keturunan Afrika, misalnya, memiliki kesehatan yang lebih
buruk dan angka kematian lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Perempuan juga
menghadapi diskriminasi dalam layanan kesehatan, dengan banyaknya hambatan
dalam akses dan penelitian medis yang kurang melibatkan mereka. Ke depan,
diperlukan pendekatan kesehatan yang lebih inklusif, memperhitungkan kebutuhan
kelompok minoritas dan perempuan, serta fokus pada mengatasi ketidaksetaraan yang
ada. Pendekatan biopsikososial yang komprehensif akan menjadi model yang lebih
tepat untuk menangani keragaman kebutuhan kesehatan dalam masyarakat.
B. Stress dan Pengelolaannya
1. Hubungan Antara Stres dan Kesehatan
a. Pengaruh Stres terhadap Proses Peradangan dan Kesehatan
Stres memiliki dampak langsung pada proses peradangan dalam tubuh, yang
memainkan peran penting dalam berbagai penyakit kronis. Ketika tubuh mengalami
stres, sistem kekebalan tubuh merespons dengan meningkatkan produksi sitokin
inflamasi, yang dapat memicu atau memperburuk kondisi medis seperti penyakit
jantung, diabetes, dan gangguan autoimun. Hubungan antara stres dan peradangan ini
dimediasi oleh hormon kortikosteroid, yang berfungsi sebagai pengatur utama dalam
respons stres. Penelitian juga menunjukkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan
disregulasi fungsi kortikosteroid, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penyakit.
b. Stres Lingkungan dan Pekerjaan
Faktor lingkungan seperti kebisingan, polusi, dan kepadatan penduduk dapat
memperburuk tingkat stres seseorang, terutama bagi mereka yang berada di populasi
rentan seperti anak-anak, lansia, dan kelompok ekonomi rendah. Di tempat kerja,
stres yang berhubungan dengan pekerjaan sering kali disebabkan oleh faktor-faktor
seperti rendahnya kontrol pekerja atas tugasnya, tuntutan pekerjaan yang tinggi, dan
kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja atau atasan. Stres ini tidak hanya
berdampak pada kesejahteraan mental dan fisik karyawan, tetapi juga dapat
menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko kecelakaan kerja.
2. Arah Penelitian Stres di Masa Depan
a. Neurofisiologi Stres
Penelitian terbaru menekankan pentingnya memahami neurofisiologi stres,
khususnya bagaimana stres mempengaruhi fungsi sistem saraf dan hormon.
Hubungan antara stres dan fungsi kortikosteroid, serta aktivitas sistem saraf simpatik,
adalah area penelitian yang menjanjikan. Kortikosteroid seperti kortisol dikenal
memiliki peran penting dalam respons tubuh terhadap stres, namun produksi yang
berlebihan akibat stres kronis dapat merusak jaringan tubuh dan meningkatkan risiko
penyakit kronis. Selain itu, penelitian tentang peptida opioid endogen, yang berperan
dalam regulasi rasa sakit dan emosi, dapat membuka jalan bagi intervensi baru dalam
pengelolaan stres dan nyeri kronis.
b. Depresi dan Penyakit Kronis
Depresi merupakan salah satu kondisi mental yang sering kali muncul bersamaan
dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes. Kondisi afektif negatif
seperti depresi tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup pasien tetapi juga dapat
memperburuk kondisi fisik mereka. Depresi dapat memicu peradangan,
meningkatkan resistensi insulin, dan memperburuk gejala penyakit kronis. Oleh
karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana intervensi
psikologis dapat membantu mengurangi dampak negatif depresi pada kesehatan fisik.
3. Peran Dukungan Sosial dalam Mengelola Stres
a. Dukungan Sosial sebagai Penyangga Stres
Dukungan sosial, yang meliputi hubungan dengan keluarga, teman, dan
komunitas, terbukti efektif dalam mengurangi dampak stres. Dukungan sosial dapat
berperan sebagai penyangga terhadap efek negatif stres dengan menyediakan bantuan
emosional, finansial, atau praktis kepada individu yang mengalami tekanan. Di
tengah tren sosial yang cenderung mengisolasi, seperti penurunan angka pernikahan
dan meningkatnya mobilitas geografis, penting bagi masyarakat dan pemerintah
untuk mengembangkan strategi yang memperkuat jaringan dukungan sosial. Ini
termasuk mengatasi faktor-faktor yang menghambat hubungan sosial yang sehat,
seperti lingkungan kerja yang penuh tekanan.
b. Kelompok Swadaya dan Dukungan Virtual
Dalam beberapa dekade terakhir, kelompok swadaya telah berkembang pesat
sebagai sumber dukungan sosial, terutama bagi mereka yang mengalami kondisi
medis atau peristiwa hidup yang sulit. Kelompok ini tidak hanya ada dalam bentuk
fisik tetapi juga semakin banyak muncul dalam bentuk virtual, memungkinkan orang
untuk saling mendukung tanpa batasan geografis. Di era digital, platform online
memberikan ruang bagi individu untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan
dukungan dalam menghadapi stres, penyakit, atau kehilangan. Kelompok-kelompok
ini bisa sangat bermanfaat, terutama bagi individu yang merasa terisolasi secara
sosial.
C. Layanan Kesehatan
1. Masalah dalam Sistem Layanan Kesehatan
Sistem layanan kesehatan di banyak negara menghadapi tantangan serius,
termasuk biaya yang tinggi, ketidakadilan dalam akses layanan, dan penggunaan
layanan yang tidak tepat. Pasien sering kali tidak terlibat secara aktif dalam
pengelolaan kondisi kesehatan mereka, yang dapat mengurangi efektivitas perawatan.
Salah satu masalah utama adalah rendahnya tingkat kepatuhan pasien terhadap
rekomendasi medis, terutama dalam hal perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk
mengelola penyakit kronis. Ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih holistik
dalam merancang layanan kesehatan yang tidak hanya berfokus pada pengobatan
tetapi juga pada edukasi dan pemberdayaan pasien.
2. Peran Psikolog Kesehatan dalam Desain Layanan Kesehatan
Psikolog kesehatan memiliki peran penting dalam mengembangkan sistem
layanan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasien. Ini termasuk
memperbaiki komunikasi antara pasien dan penyedia layanan, serta memastikan
bahwa pasien merasa memiliki kontrol atas perawatan mereka. Rasa kontrol ini
sangat penting karena kehilangan kontrol dapat memicu respons stres yang dapat
memperburuk kondisi kesehatan pasien. Dengan melibatkan psikolog kesehatan
dalam desain layanan, diharapkan dapat tercipta lingkungan perawatan yang tidak
hanya efisien tetapi juga mendukung kesejahteraan emosional pasien.
D. Pengelolaan Penyakit Serius
1. Pengelolaan Penyakit Serius dan Peningkatan Kualitas Hidup
a. Penilaian Kualitas Hidup bagi Pasien dengan Penyakit Kronis
Kualitas hidup adalah salah satu aspek terpenting dalam pengelolaan penyakit
kronis. Penilaian kualitas hidup tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga
emosional, sosial, dan mental. Intervensi yang hanya berfokus pada aspek fisik tanpa
memperhatikan kesejahteraan psikologis pasien sering kali gagal meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi layanan kesehatan
untuk melakukan penilaian kebutuhan yang terus-menerus dan mengembangkan
intervensi yang komprehensif untuk mendukung pasien dalam menjalani kehidupan
yang lebih baik meskipun memiliki penyakit kronis.
b. Tantangan dalam Pengobatan Alternatif dan Komplementer
Seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan, banyak orang beralih
ke pengobatan alternatif dan komplementer sebagai tambahan atau pengganti
pengobatan konvensional. Namun, tidak semua metode alternatif ini telah diuji secara
ilmiah untuk memastikan keefektifan dan keamanannya. Psikolog kesehatan harus
berperan dalam mengevaluasi manfaat dan risiko dari pendekatan ini, serta membantu
pasien membuat keputusan yang tepat terkait pengobatan mereka. Selain itu, psikolog
juga dapat mengembangkan intervensi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan
psikologis pasien yang saat ini sering kali dipenuhi oleh pengobatan alternatif.
2. Penuaan Populasi dan Tantangan Kesehatan di Masa Depan
a) Dampak Penuaan terhadap Kesehatan Masyarakat
Dengan populasi yang semakin menua, kita akan melihat peningkatan prevalensi
kondisi kronis yang membutuhkan perhatian khusus dalam sistem kesehatan. Kondisi
seperti nyeri kronis, gangguan pendengaran, dan demensia menjadi semakin umum
dan memerlukan pendekatan pencegahan dan perawatan yang lebih baik. Hal ini
memerlukan adaptasi sistem layanan kesehatan untuk lebih fokus pada pencegahan
dan manajemen jangka panjang daripada sekadar pengobatan.
b) Isu Etika dalam Perawatan Lansia
Isu etika terkait kematian dan proses sekarat, seperti euthanasia, surat wasiat
hidup, dan keputusan keluarga terkait akhir hidup, semakin relevan seiring dengan
penuaan populasi. Psikolog kesehatan harus dilibatkan dalam diskusi ini untuk
memastikan bahwa hak-hak pasien terlindungi dan bahwa keputusan terkait akhir
hidup dibuat dengan mempertimbangkan kesejahteraan emosional dan psikologis
pasien. Selain itu, penting untuk memantau dan mengevaluasi perawatan di fasilitas
seperti panti jompo untuk memastikan bahwa lansia mendapatkan perawatan yang
manusiawi dan berkualitas.
E. Tren Kesehatan dan Psikologi Kesehatan
1. Penelitian masa depan
Penelitian di masa depan akan menjadi lebih integratif dibandingkan
sebelumnya. Kemajuan ini memungkinkan penggabungan berbagai jenis analisis
untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana stres
memengaruhi individu. Misalnya, dapat dianalisis jenis pemicu stres, perubahan
hormon stres, perubahan di otak sebagai respons terhadap stres, dan perubahan
perilaku, semuanya pada individu yang sama. Pendekatan ini memberikan wawasan
mendalam tentang keseluruhan proses dari stres hingga mekanisme coping,
mencakup aspek biologis hingga perilaku (Taylor et al., 2006).
Di masa lalu, pemahaman tentang proses ini sering kali didasarkan pada
penggabungan hasil dari berbagai penelitian yang berbeda dalam banyak aspek, yang
membuat kesimpulan yang diambil sering kali bersifat spekulatif dan tidak definitif.
Namun, saat ini, penggunaan meta-analisis semakin umum, memungkinkan
penggabungan hasil dari banyak penelitian berbeda sehingga memberikan hasil yang
lebih kuat dan dapat diandalkan, berdasarkan data dari ribuan orang, bukan hanya
puluhan. Kumpulan data longitudinal yang besar juga membuka peluang untuk
menguji apakah faktor psikososial dan terkait kesehatan yang diprediksi memang
menghasilkan hasil yang diharapkan.
Selama beberapa dekade, upaya telah dilakukan untuk membangun fondasi
penelitian yang kuat, yang kini tersedia untuk mendukung penelitian integratif dengan
keyakinan lebih besar terhadap kesimpulan yang diambil. Teknologi modern juga
memungkinkan pelaksanaan intervensi online yang efisien, yang dapat menjangkau
jutaan individu, bukan hanya puluhan.

2. Perubahan Sifat Praktik Medis


Psikologi kesehatan harus terus responsif terhadap perubahan tren kesehatan
dan praktik medis. Lingkungan fisik saat ini menimbulkan tantangan baru yang
signifikan. Sebagai contoh, tingkat polusi udara yang tinggi memiliki dampak negatif
kronis terhadap perkembangan paru-paru pada anak-anak, yang menyebabkan risiko
kesehatan tidak hanya pada masa kanak-kanak tetapi juga berlanjut hingga masa
dewasa (Gauderman et al., 2004). Perubahan iklim juga memengaruhi pola penyakit,
seperti peningkatan frekuensi dan penyebaran penyakit tropis seperti malaria dan
gangguan diare ke wilayah yang lebih utara (Jack, 2007, 25 April).
Selain itu, perubahan dalam masyarakat, teknologi, dan mikroorganisme sendiri
telah menyebabkan munculnya penyakit-penyakit baru, kembalinya penyakit-
penyakit yang sebelumnya dapat dikendalikan, serta timbulnya masalah resistensi
obat pada penyakit-penyakit yang dulu dapat diatasi (Emerson & Purcell, 2004; Hien,
de Jong, & Farrar, 2004).
Ketersediaan pengujian genetik yang lebih luas juga memungkinkan semakin
banyak orang mengetahui risiko penyakit mereka sebelum gejala muncul. Oleh
karena itu, cara penyebaran informasi mengenai risiko ini, baik secara publik melalui
media maupun secara individu kepada mereka yang berisiko, memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang komunikasi sosial.
a. Dampak Teknologi
Kemajuan teknologi di bidang kedokteran telah berkontribusi besar terhadap
meningkatnya biaya pengobatan saat ini. Aspek-aspek teknologi medis yang
kompleks sering kali membuat banyak pasien merasa cemas atau terintimidasi.
Namun, ketika tujuan dari teknologi ini dijelaskan dengan jelas dan pasien dilibatkan
secara aktif dalam penggunaannya, kecemasan tersebut dapat berkurang.
Menggunakan teknologi dan intervensi yang meningkatkan kontrol pasien dalam
proses pengobatan dapat membantu mereka merasa lebih sebagai peserta aktif, yang
pada gilirannya mengurangi rasa takut mereka.
Pertumbuhan teknologi medis juga memunculkan pertanyaan etis dan logistik
yang kompleks terkait penggunaannya. Misalnya, meskipun banyak jenis
transplantasi kini tersedia, distribusinya tidak merata dan sering kali terbatas hanya
untuk mereka yang mampu membayar. Selain itu, terdapat kekurangan donor organ.
Psikolog kesehatan dapat berperan dalam merancang strategi komunikasi yang efektif
untuk mendorong lebih banyak orang mendonorkan organ mereka (Siegel et al.,
2008).
Kemajuan dalam ilmu pengambilan keputusan juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan proses pengambilan keputusan di layanan kesehatan. Misalnya, orang
lanjut usia yang memilih cakupan Medicare Bagian D untuk resep dapat dihadapkan
dengan banyak pilihan, yang bisa membingungkan dan mempersulit pemilihan paket
yang tepat. Bekerja sama dengan ekonom, psikolog kesehatan dapat membantu
menyederhanakan proses ini dengan mengembangkan alat pengambilan keputusan
yang lebih mudah digunakan (Szrek & Bundorf, 2014; Thaler & Sunstein, 2009).
b. Intervensi Komprehensif
Tren lain dalam dunia kedokteran yang mempengaruhi psikologi kesehatan
adalah pergeseran menuju model intervensi yang komprehensif. Contoh dari model
ini termasuk program manajemen nyeri, di mana berbagai jenis pengobatan nyeri
digabungkan untuk menciptakan regimen yang dipersonalisasi bagi setiap pasien.
Model lain termasuk rumah sakit yang menawarkan teknologi manajemen paliatif dan
psikoterapi bagi pasien dengan penyakit terminal. Program rehabilitasi residensial
dan rawat jalan yang terkoordinasi untuk pasien penyakit jantung koroner, yang
menggabungkan berbagai kebiasaan kesehatan secara bersamaan, adalah contoh lain
dari pendekatan ini.
Sejauh ini, sebagian besar model intervensi komprehensif difokuskan pada
penyakit atau kondisi tertentu, namun model ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi faktor risiko secara terpadu. Media massa, proyek pencegahan untuk
remaja, intervensi pendidikan, dan solusi rekayasa sosial untuk masalah seperti
merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan penyalahgunaan narkoba dapat
melengkapi program yang saat ini lebih fokus pada risiko kesehatan yang sudah ada.
Koordinasi antara pengelolaan kesehatan masyarakat di tingkat komunitas dan
institusi dengan pengelolaan kesehatan dan penyakit individu bagi mereka yang
sudah sakit juga menjadi bagian penting dari pendekatan ini.
Meskipun intervensi komprehensif dapat meningkatkan kualitas layanan, biaya
yang diperlukan juga cukup tinggi. Beberapa rumah sakit bahkan telah menghentikan
program manajemen nyerinya karena kekurangan dana. Untuk memastikan bahwa
model intervensi komprehensif dapat terus memberikan kualitas layanan terbaik,
perhatian perlu diberikan pada efektivitas biaya serta
3. Dokumentasi Sistematis tentang Efektivitas Biaya dan Efektivitas Perawatan
Salah satu tujuan penting dalam psikologi kesehatan adalah melakukan
dokumentasi yang berkelanjutan mengenai efektivitas intervensi yang dilakukan
(Shadish, 2010). Meskipun teknologi perilaku, kognitif, dan psikoterapi terbukti
efektif, penting untuk mengomunikasikan keberhasilan ini kepada khalayak yang
lebih luas. Hal ini menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya perdebatan
tentang sejauh mana intervensi perilaku dan psikologis seharusnya dicakup dalam
sistem layanan kesehatan yang dikelola.
a. Pengendalian Biaya
Tekanan untuk mengendalikan biaya telah mendorong pengembangan
intervensi yang lebih terfokus pada waktu, berorientasi pada gejala, dan dilakukan
secara rawat jalan, meskipun format ini mungkin tidak selalu mendukung perubahan
melalui intervensi perilaku. Tren ini juga mengalihkan pengambilan keputusan
pengobatan dari penyedia layanan kesehatan berbasis perilaku ke pembuat kebijakan.
Pengendalian biaya juga mendorong penelitian psikologi kesehatan untuk
mengembangkan intervensi yang bertujuan mengurangi ketergantungan orang pada
sistem layanan kesehatan. Di praktik klinis, ini termasuk penggunaan kelompok
swadaya, konseling sejawat, program manajemen mandiri, intervensi melalui internet,
dan metode lain yang lebih murah untuk menyediakan layanan kepada mereka yang
mungkin tidak memiliki akses. Menulis tentang pengalaman traumatis atau penuh
tekanan juga merupakan intervensi yang berbiaya rendah dan telah terbukti
bermanfaat. Teknik relaksasi sederhana dan intervensi kognitif-perilaku lainnya dapat
mengurangi stres dan rasa sakit dengan biaya yang rendah.
Pentingnya mendokumentasikan efektivitas, mengembangkan cara yang
meyakinkan untuk menyajikan data ini kepada masyarakat umum, dan
mengidentifikasi komponen kunci dari intervensi perilaku yang memberikan dampak
terbesar dengan biaya terendah (Napolitano et al., 2008) sangat penting untuk
membangun efektivitas intervensi psikologi kesehatan. Tabel 15.2 menunjukkan
bagaimana intervensi psikologi kesehatan dapat mengurangi kunjungan ke layanan
kesehatan.

b. Pengobatan Berbasis Bukti


Perawatan diri telah menjadi lebih luas, dan pengobatan berbasis bukti kini
menjadi standar dalam pengambilan keputusan medis. Pengobatan berbasis bukti
berarti menggunakan bukti ilmiah terbaik dengan cara yang teliti, eksplisit, dan
bijaksana untuk membuat keputusan perawatan pasien. Dengan mendokumentasikan
keberhasilan intervensi psikologi kesehatan, ada potensi besar untuk meningkatkan
kontribusi bukti empiris dalam praktik kesehatan.
4. Kesehatan Internasional
Populasi dunia telah meningkat dari 2,5 miliar pada tahun 1950 menjadi lebih
dari 7,3 miliar saat ini (Biro Sensus AS, Mei 2016). Perpindahan populasi semakin
bergeser dari Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin ke Afrika dan Asia. Angka
harapan hidup telah meningkat secara global, dengan peningkatan yang signifikan di
negara-negara berkembang. Pola-pola ini menciptakan tantangan besar dan
memperbesar peran psikolog kesehatan dalam kesehatan internasional.
Prevalensi penyakit bervariasi di berbagai negara. Faktor-faktor seperti
kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan keterbatasan sumber daya layanan kesehatan
berkontribusi pada tingginya insiden penyakit menular akut. Misalnya, meskipun
merokok menurun di Amerika, kejadiannya meningkat di banyak negara berkembang.
Sementara itu, ketika warga Amerika semakin aktif secara fisik, negara-negara yang
sedang modernisasi kehilangan manfaat kesehatan dari gaya hidup aktif. Negara-
negara berkembang seperti Tiongkok dan India kini menghadapi peningkatan beban
penyakit kronis, yang mungkin memerlukan perhatian internasional untuk
mengurangi dampak negatif ini. Di negara-negara maju dengan populasi yang menua,
nyeri punggung bawah adalah penyebab utama kecacatan, sedangkan di negara-
negara miskin dengan populasi muda, depresi menjadi penyebab utama kecacatan
(The Economist, 20 Juni 2015).
Psikologi kesehatan dapat membawa pelajaran berharga dari intervensi yang
telah diterapkan di Amerika Serikat ke negara-negara lain di mana masalah yang
sama mulai muncul (Institute of Medicine, 2011b). Psikolog kesehatan juga
memahami pentingnya norma dan harapan budaya, serta cara kerja institusi sosial,
yang memengaruhi sikap dan perilaku terkait perawatan kesehatan.
Mempertimbangkan faktor-faktor budaya ini sangat penting karena intervensi yang
berhasil di satu negara mungkin tidak relevan secara budaya di negara lain
(Armistead et al., 2014). Dengan demikian, psikolog kesehatan dapat berkontribusi
signifikan dalam upaya mencapai tingkat kesehatan global yang lebih tinggi.

F. Menjadi Psikolog Kesehatan


1. Pengalaman Sarjana
Sebagai sarjana yang ingin melanjutkan studi dalam psikologi kesehatan,
sebaiknya melakukan beberapa langkah yaitu pertama, ambil sebanyak mungkin
kursus psikologi kesehatan. Kedua, kembangkan pemahaman tentang dasar biologis
perilaku dengan mengikuti mata kuliah psikologi fisiologis dan ilmu saraf, karena ini
penting untuk memahami psikologi kesehatan. Carilah psikolog yang meneliti di
bidang ini dan coba bergabung sebagai asisten peneliti, bahkan jika hanya sebagai
sukarelawan dalam tugas administratif, ini akan memberi wawasan tentang cara kerja
organisasi, tipe pasien yang dilayani, upaya pengurangan biaya, dan dinamika
perubahan organisasi. Selain itu, carilah pengalaman lapangan secara langsung;
misalnya, jika tertarik pada HIV, kita bisa menjadi sukarelawan di organisasi lokal
yang mendukung penderita HIV, atau jika tertarik pada penuaan, kita dapat
berpartisipasi sebagai relawan di pusat pelayanan untuk warga lanjut usia.
2. Pengalaman Pascasarsajana

Untuk berkarir di bidang psikologi kesehatan, diperlukan gelar Ph.D. dan


penentuan fokus utama pada penelitian, praktik klinis, atau keduanya. Jika tertarik
pada penelitian, penting untuk memilih topik yang menarik, seperti hubungan antara
faktor psikologis dan biologis, dampak dukungan sosial terhadap kesehatan, atau
intervensi untuk meningkatkan kebiasaan sehat.

Program pascasarjana psikologi kini sering menawarkan spesialisasi dalam


psikologi kesehatan, termasuk psikologi fisiologis, psikologi sosial, psikologi klinis,
atau psikologi perkembangan, masing-masing dengan fokus yang berbeda. Penting
untuk mengikuti kursus metodologi penelitian, statistik, dan epidemiologi, serta
mendapatkan pengalaman praktis melalui proyek penelitian dan klinis di rumah sakit
atau klinik.

Dalam program psikologi klinis, kurikulum mencakup penanganan gangguan


mental dan intervensi komunitas, dengan magang satu tahun di lingkungan klinis.
Pengalaman langsung ini melibatkan kerja dengan pasien yang memiliki berbagai
kondisi kesehatan dan psikologis. Disertasi akan melibatkan penelitian mendalam
dalam topik kesehatan yang dipilih, yang memakan waktu lebih dari satu tahun.
Setelah menyelesaikan Ph.D. dan magang, langkah selanjutnya adalah mengikuti
ujian lisensi untuk mempraktikkan psikologi klinis secara profesional.

3. Pekerjaan Pascasarjana

Setelah menyelesaikan sekolah pascasarjana, pilihan karir mencakup mencari


pekerjaan atau mengikuti pelatihan tambahan melalui penelitian pascadoktoral.
Banyak psikolog kesehatan memilih pelatihan pascadoktoral karena program
psikologi kesehatan di universitas seringkali terbatas pada minat fakultas tertentu.
Misalnya, seseorang mungkin terlatih dalam stres dan penanggulangannya tetapi
kurang informasi tentang perilaku kesehatan, atau memiliki banyak kontak dengan
pasien namun sedikit pelatihan ilmu saraf. Selain itu, ada kemungkinan ingin fokus
pada penyakit tertentu, seperti kanker atau penyakit jantung, tetapi merasa kurang
pengetahuan tentang faktor risiko, perkembangan, dan pengobatannya.
Mengidentifikasi kekurangan dalam pelatihan sebelumnya dapat membantu
menentukan jenis pelatihan pascadoktoral yang diperlukan.

Pelatihan pascadoktoral biasanya dilakukan di laboratorium yang berbeda dari


tempat Ph.D. diselesaikan, di bawah bimbingan ilmuwan senior yang diakui dalam
bidang tersebut. Pelatihan ini dapat berlangsung hingga 3 tahun, setelah itu siap untuk
bekerja secara profesional di bidang psikologi kesehatan.
4. Pekerjaan

Banyak psikolog kesehatan berkarir di lingkungan akademis atau mengajar di


sekolah kedokteran, di mana mereka mendidik mahasiswa, dokter, perawat, dan
tenaga kesehatan lainnya serta melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dan pemulihan penyakit. Selain itu, banyak
psikolog kesehatan bekerja di rumah sakit dan layanan perawatan primer, serta dalam
praktik swasta, memberikan terapi dan layanan kesehatan mental untuk masalah
medis. Mereka sering menggunakan intervensi kognitif-perilaku untuk mengubah
perilaku kesehatan, mengendalikan rasa sakit, dan mengelola penyakit kronis.

Psikolog kesehatan juga banyak dipekerjakan sebagai konsultan di tempat kerja,


memberikan nasihat tentang pembangunan sistem layanan kesehatan yang efisien dan
efektif. Mereka dapat melakukan intervensi untuk membantu karyawan mengelola
stres, berhenti merokok, dan meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu, mereka bekerja
dengan lembaga pemerintah untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan dan
memberikan saran kepada layanan kesehatan untuk meningkatkan kepuasan pasien
serta mengurangi penggunaan layanan yang tidak perlu.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Promosi kesehatan di Amerika Serikat telah mengalami kemajuan signifikan


dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam hal mengurangi perilaku berisiko
seperti merokok dan konsumsi makanan berlemak. Meskipun demikian, obesitas
tetap menjadi tantangan utama dan diperkirakan akan menjadi penyebab utama
kematian yang dapat dicegah, mengalahkan merokok. Upaya promosi kesehatan
kini juga mencakup pendekatan holistik yang mempertimbangkan faktor genetik,
perilaku, dan sosial ekonomi. Pendekatan ini menyoroti pentingnya pencegahan,
terutama di kalangan remaja dan lansia, serta perlunya mengatasi kesenjangan
kesehatan berdasarkan ras, etnis, dan gender. Program imunisasi perilaku, yang
fokus pada pencegahan kebiasaan buruk sejak dini, dan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia, menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Di sisi lain, manajemen stres dan pengaruhnya terhadap kesehatan juga


menjadi fokus utama. Penelitian menunjukkan bahwa stres dapat memicu
peradangan dalam tubuh, yang berkontribusi terhadap berbagai penyakit kronis.
Dukungan sosial terbukti efektif dalam mengurangi dampak stres, sementara
pendekatan-pendekatan baru dalam penelitian dan intervensi medis, seperti
penggunaan teknologi dan intervensi komprehensif, mulai diterapkan untuk
menangani masalah kesehatan secara lebih holistik. Sistem layanan kesehatan
juga dihadapkan pada tantangan biaya tinggi dan ketidakadilan akses, yang
menekankan perlunya perbaikan dalam desain layanan yang lebih responsif dan
inklusif, termasuk untuk pasien dengan penyakit kronis. Ke depan, penelitian
integratif dan perubahan dalam praktik medis diharapkan dapat mendukung
upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Candrawati, R. D., Wiguna, P. K., Malik, M. F., Nurdiana, A., Salbiah, S.,
Runggandini, S. A., & Salman, S. (2023). Promosi dan Perilaku Kesehatan.

Nurmala, I. (2020). Promosi Kesehatan. Airlangga: University Press.

Susilowati, D. (2016). Promosi kesehatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.


Taylor, S. E. (2018). Health Psychology 10E. Ney York: McGraw-Hill.Inc.

Anda mungkin juga menyukai