SATUAN ACARA PENYULUHAN Ca Mamae
SATUAN ACARA PENYULUHAN Ca Mamae
SATUAN ACARA PENYULUHAN Ca Mamae
CA. MAMAE
(KANKER PAYUDARA)
DIRUANGAN BEDAH
OLEH :
ALMIRA SURIANTI
DESI INDRIANI
IRNANDO SABETRA
M.LIHAM B
BLOK III
BATUSANGKAR
Waktu : 30 Menit
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Ca. Mamae selama 30menit, peserta penyuluhan
mampu memahami tentang Ca. Mamae.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Ca. Mamae selama 30menit diharapkan peserta
penyuluhan mampu :
a. Menjelaskan kembali tentang Pengertian Ca. Mamae
b. Menyebutkan kembali Penyebab Ca. Mamae
c. Mengerti tentang Tanda dan gejala Ca. Mamae
d. Mengerti Komplikasi Ca. Mamae
e. Menjelaskan kembali pengobatan dan pencegahan Ca. Mamae
f. Setting Tempat :
Keterangan :
: Peserta : Fasilitator
: Pembimbing : Observer
: Penyaji : Plipcart
: Moderator
a. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Kelompok
Tugas : Mengkoordinasi kegiatan penyuluhan
Observer : M. Ilham B
Tugas :
b. Kegiatan Penyuluhan
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN PESERTA MEDIA
KEGIATAN
o Berpartisipasi aktif
dalam diskusi
o Mencoba untuki
menjawab
o Menerima pujian
o Mendengarkan dan
memperhatikan
i. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi proses
Peserta mampu:
3. Audiens mampu menyebutkan 5 dari 15 tanda dan gejala Ca. Mamae dengan
bahasanya sendiri disertai bantuan mahasiswa
D. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
Materi
CA. MAMAE (Kanker Payudara)
1. Pengertian
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling
umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara,
walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling
lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun
radiasi.
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh
Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
2. Faktor-faktor penyebab
a. Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih
belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi
2. Penggunaan hormon
3. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko
sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko
meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas
5. Konsumsi lemak
6. Radiasi:
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik:
b. Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan
dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
5. Cara pencegahan
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan
pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai
dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan
hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan
hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
6. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pada wanita normal, wanita yang berusia diatas umur 20 tahun amat disarankan untuk
melakukan SADARI setiap tiga bulan.
Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter untuk berkonsultasi :
kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan.
puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.
Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
2. Angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada
langkah pertama.
3. Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua putting
(baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).
4. Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan pijatan pelan
namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis).
Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar,
Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak
sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara. Anda juga dapat
membuat gerak naik turun. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat
dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk
jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat
merasakan tulang iga anda.
DAFTAR PUSTAKA
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 2000
http://www.masajats.blogspot.com