1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Journal of Aquaculture Management and Technology

Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335


Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

PEMANFAATAN TEPUNG DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) YANG DIFERMENTASI


DALAM PAKAN BUATAN UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

The Use of Fermented Leucaena leucocephala Leaves Flour into Practical Diets for the Growth of Carp
(Cyprinus carpio) Seeds

Tri Handayani, Titik Susilowati*, Subandiyono

Departemen Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Jawa Tengah – 50275, Telp/Fax. +6224 7474698

ABSTRAK
Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan salah satu bahan pakan alternatif sebagai sumber
karbohidrat yang keberadaannya berlimpah di alam. Lamtoro mengandung nutrisi yang cukup baik yaitu protein
kasar sebesar 27,89%, lemak kasar sebesar 8,73%, serat kasar sebesar 19,13%, abu sebesar 11,33%, serta bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebesar 33,12%. Serat kasar daun lamtoro sulit dicerna oleh ikan. Upaya untuk
mengatasi masalah tersebut adalah melalui proses fermentasi. Melalui proses fermentasi diharapkan dapat
menguraikan karbohidrat kompleks menjadi sederhana, sehingga meningkatkan kandungan nutrisi lamtoro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung daun lamtoro yang telah di fermentasi ke
dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan uji yang digunakan adalah
ikan mas (C. carpio) dengan bobot individu rata-rata 2,30±0,02 g/ekor. Pakan diberikan pada pukul 08.00 pagi
dan 16.00 sore secara at satiation. Wadah yang digunakan adalah bak dengan kapasitas 15 liter. Ikan uji
dipelihara selama 40 hari dengan padat tebar 1 ekor/l. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A, B, C dan D
dengan konsentrasi masing-masing sebesar 0, 5, 10 dan 15%. Data yang diamati meliputi total konsumsi pakan
(TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER), laju perumbuhan relatif (RGR),
kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi daun lamtoro
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap TKP, EPP, PER dan RGR dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap SR. Perlakuan C memberikan nilai tertinggi pada TKP sebesar 69,03%, EPP sebesar 41,89%, PER
sebesar 1,23% dan RGR sebesar 3,14%/hari. Parameter kualitas air selama penelitian berada pada kisaran yang
layak untuk kehidupan ikan mas (C. carpio). Kesimpulan yang diperoleh yaitu pakan daun lamtoro hasil
fermentasi dapat meningkatkan proses pertumbuhan ikan mas (C. carpio).

Kata Kunci: Fermentasi, lamtoro, pakan, pertumbuhan, Cyprinus

ABSTRACT

Lamtoro (Leucaena leucocephala) was one of the alternative feed ingredients that could be used a
as carbohydrate source which was available abundantly in the nature. Lamtoro leaves contained valuable
nutrients such as crude protein of 27,89%, crude lipid of 8,73%, crude fiber of 19,13%, ash of 11,33%, and
nitrogen-free extract of 33,12%. Leucaenas crude fiber was difficult to be digested by fish. The solution for
that problem was by applying fermenting proccesses. Through the fermenting processes reduce crude fiber
composition improve lamtoro nutritive value. This experiment was to study the influence of leave lamtoro
flour which has been fermented into practical diets on the growth of carp (Cyprinus carpio) seeds. The trail
fishes used were carp (C. carpio) seeds with the average body weight of 2,30±0,02 g/fish. Feeding frequency
applied was twice a day, i.e., at 08.00 a.m and 16.00 p.m, and by appliying at satiation method. The
container used was a tub with a capacity of 15 liters. The fishes were cultured for 40 days with the stocking
density of 1 fish/l. The experimental method used was completely randomize design (RCD) with 4 treatments
and 3 replicates. The treatment of A, B, C, and D were the trial diets with the prosentation of lamtoro leave
flour of 0, 5, 10, and 15%. The measured data included for of feed consumption rate, feed efficiency (FE),
protein efficiency ratio (PER) relative growth rate (RGR), survival rate (SR) and water quality parameters.
The data showed that the used of fermented lamtoro into the diets resulted on significantly effects (P<0,05)
on the feed consumption rate, FE, PER on the highest biological indicators and RGR valuess, but not for SR
value. Treatment C resulted that feed consumption rate 69,03%, FE 40,62%, PER 1,23% and RGR
3,14%/day. The water quality parameters during this study were varied for into suitable range the fish life.
It was can be concluded that fermenting lamtoro leaf feed increase the growth process of carp (C. carpio)
seeds.

Keywords: Fermentation, lamtoro, feed, growth, Cyprinus


226
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).
Pemberian pakan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang baik, oleh karena itu pakan yang diberikan
harus mengandung nutrisi dan energi yang sesuai untuk ikan. Nutrisi yang dapat mendukung kelangsungan
hidup dan pertumbuhan yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Halver, 1988).
Tepung Daun Lamtoro (TDL) merupakan sumber daya hayati lokal yang potensial untuk digunakan
sebagai salah satu sumber pakan ikan. Hal ini sangat memungkinkan digunakan untuk budidaya ikan mas karena
ikan mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis
pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti tepung daun lamtoro. Namun pemanfaatan tepung
daun lamtoro sebagai bahan baku pakan dibatasi dengan kandungan yang tinggi akan zat anti nutrisi seperti
neutral detergent fiber (NDF) 39.5% dan acid detergent fiber (ADF) 35.10%, defisiensi asam amino esensial
dan kandungan mimosin (Garcia, et al. 2000). Oleh karena itu penelitian tepung fermentasi daun lamtoro perlu
dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasar dari daun lamtoro. Prinsip kerja pada proses fermentasi
yaitu memecah bahan-bahan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa, hemiselulosa menjadi gula sederhana
yang mudah dicerna dengan bantuan mikroorganisme. Menurut Putri et al. (2012), hal ini karena daya cerna ikan
yang tinggi karena serat kasar pada daun lamtoro menurun dengan adanya proses fermentasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung daun lamtoro yang telah di
fermentasi ke dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan mas (C. carpio) dan mengetahui hasil
fermentasi daun lamtoro pada pakan buatan yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April
2017 di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Ambarawa, Kabupaten Semarang.

MATERI DAN METODE PENELITIAN


Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas (C. carpio) yang berasal dari Balai Benih
Ikan Air Tawar (BBIAT) Ambarawa, Kabupaten Semarang. Ikan uji berjumlah 120 ekor dan bobot rata-rata
2,30±0,02 g/ekor. Padat tebar setiap wadah 1 ekor/liter (Mediawati, 2009). Ikan uji dipelihara di wadah
pemeliharaan selama 7 hari dengan tujuan ikan dapat beradaptasi dengan suhu dan lingkungan barunya.
Selanjutnya dilakukan penimbangan bobot ikan, serta dilihat kelengkapan organ tubuhnya, dan kesehatan secara
fisik dengan tujuan untuk mengetahui keseragaman ikan uji. Setelah dilakukan seleksi, ikan dimasukkan
kedalam bak uji dengan kepadatan 10 ekor/bak. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan ini adalah bak
dengan volume air 20 liter.
Pakan uji yang diberikan untuk ikan mas selama penelitian adalah pakan buatan. Metode pemberian
pakan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi (08.00) dan sore
(16.00).
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan A: Pakan tanpa penambahan tepung daun lamtoro.
Perlakuan B: Pakan dengan penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dengan dosis 5%.
Perlakuan C: Pakan dengan penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dengan dosis 10%.
Perlakuan D: Pakan dengan penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dengan dosis 15%.

Pengumpulan data
Variabel yang diukur meliputi nilai total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP),
protein efisiensi ratio (PER), laju pertumbuhan relatif (RGR) dan kelulushidupan (SR). Data kualitas air yang
diukur meliputi DO, pH, suhu, amonia.

1. Total Konsumsi Pakan


Nilai total konsumsi pakan dihitung dengan menggunakan rumus Pereira et al. (2007), sebagai berikut:
TKP = F1 – F2
dimana:
TKP : Total konsumsi pakan
F1 : Jumlah pakan awal (g)
F2 : Jumlah pakan sisa (g)

2. Efisiensi Pemanfaatan Pakan

227
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Nilai efisiensi pemanfaatan pakan (EPP) dapat ditentukan dengan rumus Takeuchi (1988) dalam
Setiawati et al. (2008), sebagai berikut:

W t – Wo
EPP = x 100%
F
dimana:
EPP : Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
Wt : Bobot total ikan pada akhir penelitian (g)
Wo : Bobot total ikan pada awal penelitian (g)
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)

3. Protein Efisiensi Ratio


Nilai protein efisiensi ratio (PER) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Tacon (1987), sebagai
berikut:
W t – Wo
PER = x 100%
Pi
dimana:
PER : Protein efisiensi rasio (%)
Wt : Bobot total ikan pada akhir penelitian (g)
Wo : Bobot total ikan pada awal penelitian (g)
Pi : Jumlah pakan yang dikonsumsi x % protein pakan

4. Laju Pertumbuhan Relatif


Menurut De Silva dan Anderson (1995) dalam Subandiyono dan Hastuti (2014), laju pertumbuhan relatif
atau relative growth rate (RGR) ikan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Wt – Wo
RGR = x 100%
Wo x t

dimana:
RGR : Laju pertumbuhan relatif (% per hari)
Wt : Bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo : Bobot total ikan pada awal pemeliharaan (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)

5. Kelulushidupan
Menurut Effendi (1997) dalam Setiawati et al. (2008), Survival Rate (SR) merupakan prosentase
kelulushidupan ikan yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nt
SR = x 100 %
N0

dimana :
SR : Tingkat kelulushidupan ikan (%)
Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
N0 : Jumlah ikan padaawal penelitian (ekor)

6. Parameter Kualitas air


Parameter kualitas air yang diukur meliputi DO, pH, suhu dan amonia. Suhu, DO, Ph di ukur dengan
menggunakan alat Water Quality Checker (WQC) dan untuk pengukuran amonia, sampel air diukur di
laboratorium Teknik Lingkungan, Undip.

228
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Analisis Data
Analisa data yang dilakukan meliputi nilai total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan
(EPP), protein efisiensi ratio (PER), laju pertumbuhan relatif (RGR), kelulushidupan (SR), dan kualitas air.
Variabel yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) selang kepercayaan
95%, sebelum dilakukan ANOVA data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
addivitas guna mengetahui bahwa data bersifat normal, homogen dan aditif untuk dilakukan uji lebih lanjut yaitu
analisa sidik ragam. Setelah dilakukan analisa sidik ragam, data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

HASIL
Hasil penelitian penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dalam pakan buatan terhadap nilai
total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi ratio (PER), laju pertumbuhan
relatif (RGR), kelulushidupan (SR) tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata TKP, EPP, PER, RGR, dan SR pada ikan mas (C. carpio) selama penelitian
Variabel yang
diamati
Perlakuan TKP (g) EPP (%) PER (%) RGR (%/hari) SR (%)

A 65,71±0,56a 34,11±2,21a 1,00±0,06a 2,44±0,17a 93,33±5,77


b a
B 66,52±0,70 35,74±1,16 1,03±0,03a 2,58±0,10ab 96,67±5,77
cd b
C 69,03±1,05 40,62±1,98 1,23±0,02b 3,14±0,07b 90,00±10,00
d ab
D 68,55±1,68 38,05±2,68 1,07±0,08a 2,83±0,25ab 80,00±10,00
Keterangan: A: Konsentrasi tepung daun lamtoro 0%
B: Konsentasi tepung daun lamtoro 5%
C: Konsentrasi tepung daun lamtoro 10%
D: Konsentrasi tepung daun lamtoro 15%

Berdasarkan data nilai TKP, EPP, PER, RGR dan SR pada ikan mas (C. carpio) selama penelitian dibuat grafik
pada Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5.

Gambar 1. Nilai Total Konsumsi Pakan Gambar 2. Nilai Efisiensi Pemanfaatan Pakan

229
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Gambar 3. Nilai Rasio Efisiensi


Protein Gambar 4. Nilai Laju Pertumbuhan
Relatif

Gambar 5. Nilai Kelulushidupan

Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media ikan ikan mas (C. carpio) selama
pemeliharaan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air pada Media Ikan Mas (C. carpio) selama
pemeliharaan
Perlakuan Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air
Suhu DO pH Amonia
A 23-29 (oC) 3,00-5,30 (mg/L) 6,0 - 7,2 0,06-0,34 (mg/L)

B 23-29 (oC) 3,00-5,30 (mg/L) 6,0 - 7,2 0,06-0,34 (mg/L)

C 23-29 (oC) 3,00-5,30 (mg/L) 6,0 - 7,2 0,06-0,34 (mg/L)

D 23-29 (oC) 3,00-5,30 (mg/L) 6,0 - 7,2 0,06-0,34 (mg/L)

230
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Kelayakan 25-30 oC a ≥3 mg/La 6,5-8,0a < 1b

a
Keterangan: SNI (2009)
b
Kordi dan Tancung (2007)

PEMBAHASAN
1. Total Konsumsi Pakan
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan hasil fermentasi daun lamtoro dalam
penelitian (perlakuan B, C, dan D) menghasilkan tingkat konsumsi pakan yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa penggunaan tepung daun lamtoro hasil fermentasi (perlakuan A). Setelah
dilakukan uji duncan perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C (P<0,05). Perlakuan B
berbeda nyata dengan perlakuan C (p<0,05). Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan Perlakuan C
(P>0,05). Perlakuan A dan B berbeda nyata dengan perlakuan D (p<0,05). Perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan B (p<0,05). Tingkat konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan C
sebesar 69,03 g dan terendah terdapat pada perlakuan A sebesar 62,37 g. Tingkat konsumsi pakan
yang tinggi dapat mempengaruhi adanya laju pertumbuhan ikan mas tersebut. Hal ini disebabkan
karena pakan sangat penting untuk proses pertumbuhan dari ikan mas tersebut yang nantinya akan
diubah melalui proses metabolisme dan menghasilkan energi sehingga dapat dimanfaatkan ikan
untuk proses pertumbuhan yang optimal. Oleh sebab itu kandungan nutrisi yang terkandung di
dalam pakan akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan pada ikan mas. Hal ini diperkuat
oleh Haetami (2012), bahwa kandungan energi pakan dapat menentukan jumlah konsumsi.
Kebutuhan protein pada ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya.
Robinson et al. (2001), energi dalam pakan akan mempengaruhi asupan pada ikan yang diberi
makan secara at stiation. Jika energi dalam pakan terlalu tinggi, ikan akan cepat kenyang sehingga
menghentikan konsumsi pakannya.
Konsumsi pakan akan memberikan pertumbuhan bagi tubuh ikan apabila pakan dapat
dicerna dengan baik. Kualitas air pada media pemeliharaan juga sangat berpengaruh terhadap ikan
uji, ikan yang sehat akan mampu mengkonsumsi pakan yang diberikan. Menurut Setiawati et al.
(2014), bahwa tingkat kecernaan terhadap suatu jenis pakan bergantung pada kualitas pakan,
komposisi bahan pakan, kandungan gizi pakan, jenis serta aktivitas enzim pencernaan, ukuran dan
umur ikan, serta sifat fisik dan kimia perairan.

2. Efisiensi Pemanfaatan Pakan


Effisiensi pemanfaatan pakan merupakan kemampuan ikan untuk memanfaatkan pakan
secara optimal. Hal ini terkait dengan kemanpuan ikan untuk mencerna pakan yang diberikan
kemudian menyimpannya didalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efisiensi
pemanfaatan pakan dengan penambahan hasil fermentasi daun lamtoro didapatkan nilai yang
tertinggi pada perlakuan C sebesar 41,89%, dan nilai terendah pada perlakuan A sebesar 34,10%.
Peningkatan nilai efisiensi pemanfaatan pakan menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi
memiliki kualitas yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara efisien. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rahmawan et al. (2014), efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan
yang efisien, sehingga hanya sedikit protein yang dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi dan
selebihnya digunakan untuk pertumbuhan.
Berdasarkan hasil analisa ragam pada ikan mas (C. carpio) menunjukkan hasil berpengaruh
nyata terhadap efisiensi pemanfaatan pakan terhadap perlakuan pakan yang mengandung tepung
daun lamtoro yang difermentasi dalam pakan buatan terhadap efisiensi pemanfaatan pakan pada
ikan mas (C. carpio), karena dengan adanya penambahan tepung daun lamtoro yang telah
difermentasi dalam pakan buatan dapat dimanfaatkan ikan secara optimal. Hal ini terkait dengan
kemampuan ikan untuk mencerna pakan yang diberikan kemudian menyimpannya di dalam tubuh.
Menurut Widyanti (2009), semakin kecil nilai efisiensi pakan maka ikan tidak efisien dalam
memanfaatkan pakan atau dapat dikatakan boros dalam memanfaatkan pakan tersebut. Ikan tidak
mampu memanfaatkan pakan secara optimal meskipun nilai kecernaan pakan sangat tinggi.

231
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

3. Protein Efisiensi Ratio


Protein Efisiensi Ratio (PER) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah bobot ikan yang
dihasilkan dari tiap unit berat protein dalam pakan dengan asumsi bahwa semua protein digunakan
untuk pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai PER penambahan tepung daun lamtoro
hasil fermentasi pada pakan buatan ikan mas yang tertinggi dan terendah adalah perlakuan C
sebesar 1,23% dan A sebesar 1,00%. Berdasarkan analisis ragam rasio efisiensi protein
berpengaruh nyata (Fhitung>Ftabel), hal ini diduga disebabkan karena komposisi protein setiap
perlakuan berbeda. Menurut Taqwdasbriliani et al. (2013), nilai PER dipengaruhi oleh
kemampuan ikan untuk mencerna pakan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
komposisi pakan, dimana semakin tinggi protein yang dimanfaatkan oleh tubuh maka protein yang
dimanfaatkan semakin efisien.
Nilai protein efisiensi rasio tertinggi adalah perlakuan C (tepung daun lamtoro hasil
fermentasi dosis 10%) sebesar 1,23%. Hal tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dari
penelitian sebelumnya oleh Restiningtyas (2015), bahwa pada ikan nila 2,03 % dengan
penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dengan dosis 10%,. Perbedaan nilai yang
diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diduga karena perbedaan pada kultivan yang
digunakan. Hal ini diduga bahwa setiap ikan memiliki daya cerna pakan yang berbeda-beda dan
kualitas pakan. Menurut Rahmawan et al. (2014), nilai protein yang diserap dapat ditentukan dari
tingkat kecernaan dan komposisi kimia protein atau kandungan asam amino protein. Nilai PER
dipengaruhi oleh kadar protein dan komponen lain dalam bahan makanan. Keseimbangan protein
penting dalam formulasi pakan karena berperan besar dalam pertumbuhan, serta ketahanan tubuh
ikan.

4. Laju Pertumbuhan Relatif


Berdasarkan hasil penelitian nilai laju pertumbuhan relatif menunjukkan bahwa perlakuan
penggunaan hasil fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan buatan dengan dosis masing-
masing (0%, 5%, 10% dan 15% ) memberikan pengaruh nyata (Fhit > Ftab) terhadap laju
pertumbuhan relatif ikan mas. Setelah dilakukan uji Duncan perlakuan A berbeda nyata dengan
perlakuan C (P<0,01). Perlakuan B dan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (p<0,05).
Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan Perlakuan C (P>0,05). Perlakuan A dan B tidak berbeda
nyata dengan perlakuan D (p<0,05). Perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B
(p>0,05). Menurut Buwono (2000), pertumbuhan relatif sangat dipengaruhi oleh pakan yang
memiliki kualitas baik dan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan berfungsi
sebagai penyedia energi bagi aktifitas sel-sel tubuh seperti untuk tumbuh, berkembang, dan
bereproduksi, selain itu kualitas pakan ikan ditentukan oleh komposisi bahan, daya cerna, jumlah
dan keseimbangan berbagai asam amino.
Nilai laju pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan C sebesar 3,14%/hari dan nilai
RGR terendah pada perlakuan A (tanpa penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi)
sebesar 2,44%/hari. Hal ini diduga penambahan tepung daun lamtoro hasil fermentasi dapat
meningkatkan nilai RGR pada ikan mas. Hal ini diduga karena tepung daun lamtoro yang telah
difermentasi pada perlakuan B, C dan D dapat meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat,
sehingga dapat di manfaatkan secara optimal sebagai sumber energi. Menurut Rosmawati (2005),
bahwa karbohidrat yang cukup akan mencegah penggunaan protein untuk energi, sehingga protein
yang ada dapat lebih dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan berkorelasi dengan sintesis
protein, karena pertumbuhan merupakan perubahan jumlah bentuk tubuh dan pada ikan sebagian
besar penyimpanan bentuk tersebut dalam sebuah protein, selain itu juga dalam bentuk karbohidrat
dan juga lemak. Pertumbuhan ikan yang relatif lambat disebabkan karena adanya kandungan
energi pakan khususnya yang berasal dari karbohidrat dan lemak yang tidak cukup untuk proses
metabolisme. Akibatnya protein yang digunakan untuk proses tersebut dalam pakan tidak
mencukupi bagi ikan untuk proses pertumbuhan.

5. Kelulushidupan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan hasil fermentasi tepung daun
lamtoro pada pakan buatan memiliki pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan ikan
mas (C. carpio), hal ini diduga bahwa pakan dengan penambahan hasil fermentasi tepung daun
lamtoro pada pakan buatan memberikan pengaruh pada pertumbuhan, akan tetapi tidak

232
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kelulushidupan. Tingkat kelulushidupan ikan mas
pada penelitian sangat baik yaitu 80,00 – 96,67%. Kelulushidupan ikan tidak dipengaruhi secara
langsung oleh pakan. Ikan yang mati diduga karena stress selama pemeliharaan penelitian. Hal
tersebut diduga kualitas air terutama suhu yang fluktuatif. Menurut Fitria (2012), tingkat
kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh kualitas air terutama suhu dan kandungan oksigen.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Suhu dapat mempengaruhi
aktifitas ikan, seperti pernafasan dan reproduksi. Suhu air sangat berkaitan dengan konsentrasi
oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen ikan. Siregar dan Adelina (2009), kelulushidupan
dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari umur dan kemampuan
ikan dalam mencukupi kebutuhan pakan. Faktor abiotik antara lain ketersediaan makanan dan
kualitas media hidup.
Menurut Liana (2007), kelangsungan hidup ikan mas dipengaruhi secara langsung oleh
kualitas air. Kualitas air yang memenuhi syarat dapat membuat pertumbuhan dan kelangsungan
ikan menjadi baik, kualitas air yang baik pada pemeliharaan memberikan kelangsungan hidup
menjadi baik bagi ikan. Zonneveld et al. (1991) mengatakan kualitas air yang baik akan
mempengaruhi survival rate (kelangsungan hidup) ikan serta pertumbuhan ikan.

6. Kualitas Air
Berdasarkan kualitas air yang telah diamati pada pemeliharaan ikan mas selama 40 hari,
diperoleh hasil suhu yang relatif fluktuatif. Hal tersebut terjadi akibat kondisi lingkungan yang
berubah saat hujan. Suhu wadah selama pemeliharaan berkisar 23-290C. Suhu tersebut cukup
sesuai dengan kondisi ikan mas. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin et al. (2007), bahwa
kisaran suhu yang baik pada saat ikan mulai dibudidayakan hingga pada saat akhir pemeliharaan
yakni 25-300C. Perubahan suhu dalam hari yang sangat drastis akan mengakibatkan terjadinya
stress pada ikan. Hermanto (2000), menyatakan bahwa perubahan suhu yang terlalu tinggi akan
memepengaruhi proses fisiologis dan kimiawi dalam tubuh ikan. Perubahan tersebut akan
mempengaruhi pengambilan pakan, kebutuhan perawatan, tingkat metabolisme, proses enzimatik
dan kecepatan sintesis protein. Keterkaitan suhu pada pertumbuhan adalah adanya interaksi
konsumsi pakan dan metabolisme.
Oksigen terlarut yang diukur selama penelitian di ukur dalam satu minggu sekali
menunjukan hasil 3,00-5,30mg/L. Hasil pengamatan dari variabel oksigen terlarut tersebut masih
sesuai untuk budidaya ikan mas, sesuai dengan SNI (2009), bahwa dalam budidaya ikan,
ketersediaan oksigen terlarut dalam suatu perairan tidak boleh kurang dari 3 mg/L. Nilai pH yang
diperoleh pada saat penelitian yaitu 6,0–7,2, hasil dari variabel tersebut masih dalam batas
kelayakan, sesuai dengan pendapat Effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 6,5 -8,00. Hasil pengukuran amonia yang didapatkan
sebesar 0,06 - 0,34mg/l, yang dikategorikan masih dalam kisaran normal, menurut Kordi dan
Tanjung (2007), bahwa kisaran nilai ammonia bagi ikan budidaya berbeda-beda berbeda
tergantung jenis ikan, ikan dapat mentolerir daya racun ammonia antara 0,2 mg/l hingga 1,0 mg/l.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Penggunaan tepung daun lamtoro fermentasi pada pakan buatan ikan mas memberikan
pengaruh nyata terhadap total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), laju
pertumbuhan relatif (RGR) dan protein efisiensi rasio (PER), namun tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan (SR).
2. Perlakuan dengan penambahan tepung daun lamtoro fermentasi 10% (perlakuan C)
memberikan nilai TKP, EPP, PER dan RGR yang lebih tinggi, dengan nilai masing-masing
adalah TKP sebesar 69,03±1,04 g; EPP sebesar 41,89±0,62%; PER sebesar 1,23 ±0,04%; dan
RGR sebesar 3,14±0,07%/hari.

Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebaiknya penambahan tepung
daun lamtoro fermentasi pada pakan buatan dengan konsentrasi 10% bisa diterapkan pada kultivan

233
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

yang berbeda atau untuk ikan mas dengan ukuran yang lebih besar demi tercapainya tingkat
konsumsi pakan, efisiensi pemanfaatan pakan serta meningkatkan pertumbuhan yang lebih
optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih penulis ucapkan kepada kepala Balai Benih Ikan Air Tawar Ambarawa,
Kabupaten Semarang yang telah menyediakan tempat dan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian
ini dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., C. Kokarkin dan T.P. Priyoutomo. 2007. Penerapan Best Management Practices pada
Budidaya Udang Windu (Panaeus monodon) Fabricus Intensif. Dirjen Perikanan Budidaya,
Jepara, 68 hlm.
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius.
Yogyakarta. 25 hlm.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta. 73 hlm.
Fitria, A.S. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)
F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro. J. of Aqua Manag and Tech 1 (1): 18-34.
Garcia, G.W.T.U. Fergusson., F.A. Neckles dan K.A.E Archibald. 2000. The Nutritive Value and
Forage Productivity of Leucaena Leucocephala. Anim Feed Sci Technol. 5(7): 31-38.
Haetami, K. 2012. Konsumsi dan Efisiensi Pakan dari Ikan Jambal Siam yang diberi Pakan dengan
Tingkat Energi Protein yang Berbeda. J Akuatika. 3(2): 146-158.
Havler, J.E. 1988. Fish Nutrition. School of Fisheries University of Washington, Washington
USA, 275 pp.
Hermanto. 2000. Optimalisasi Suhu Media pada Pemeliharaan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio).
[Thesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 63 hlm.
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta. 238
hlm.
Liana, Y.P. 2007. Efektifitas Aromatase Inhibitor yang diberikan Melalui Pakan Buatan terhadap
Sex Reversal Ikan Mas (Cyprinus carpio). J. Sumberdaya Perairan 1 , 2(1).
Mediawati, I. 2009. Pengaruh Penggunaan Dedak Fermentasi pada Pakan Terhadap Laju
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Program Studi Sarjana Biologi SITH,
ITB. 1-5hlm.
Pereira, L., T. Riquelme and H. Hosokawa. 2007. Effect of There Photoperiod Regimes on The
Growth and Mortality of The Japanese Abalone Haliotis Discus Hanai Ino. J. of Shellfish
Research. 26(3): 763-767.
Putri, F.S., Zahidah, H. dan Kiki, H. 2012. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik pada Pelet yang
Mengandung Kaliandra (Calliandracalothyrsus) terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio). J. Perikanan dan Kelautan. 3 (4): 283-291.
Rahmawan, H., Subandiyono dan E. Arini. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Pepaya dan
Ekstrak Nanas terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lobster Air
Tawar (Cherax Quadricarinatus). J. Of Aquaculture Management and Technology. 3 (4):
75-83.
Restiningtyas, R. 2015. Pemanfaatan Tepung Daun Lamtoro (Laucaena Leucocephala) yang Telah
Difermentasikan Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus). J. of Aquaculture Management and Technology. 4 (2) : 26-34.
Robinson, E.H., M.H. Lie dan B.B. Manning. 2001. A. Practical Guide to Nutrition. Feeds and
Feeding of Catfish (2an. Rev). Bulleting 1113. Misissipi Agricultural and Foresty
Experiment Station. USA. 44 hlm.
Rosmawati. 2005. Hidrolisis Pakan Buatan Oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin Untuk
Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) [Tesis].
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hlm.
Setiawati, M., R. Sutajaya dan M.A. Suprayudi. 2008. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein dan
Rasio Energi Protein Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Fingerling Ikan Mas (Cyprinus
carpio). J. Akuakultur Indonesia, 7(2): 171-178.

234
Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 226-335
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Setiawati, J. E., Tarsim, Y.T. Adipura dan S. Hudaidah. 2014. Pengaruh Penambahan Probiotik
pada Pakan dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan
dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). E- journal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan, 1 (2): 151-162.
Siregar, Y.I. dan Adelina. 2009. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb)
Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). J. Natur Indonesia XXI
(I):75- 81.
[SNI] Standar Nasional Indonesia-7550. 2009. Produksi Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air
Tenang. Badan Standarisasi Nasional, 12 hlm.
Subandiyono dan S. Hastuti. 2014. Beronang Serta Prospek Budidaya Laut di Indonesia.
Semarang. UPT UNDIP Press.79 hlm.
Tacon, A.G. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A Traning Mannual.
FAO of The United Nations, Brazil, 106 – 109p.
Taqwdasbriliani, E. B., J. Hutabarat, E. Arini. 2013. Pengaruh Kombinasi Enzim Papain dan Daun
Senthe terhadap Pemanfaatan pakan dan pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio). J. of
Aquaculture Management and Technology. 2(3): 76-85.
Widyanti, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Berbagai
Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtoro. [SKRIPSI]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan . Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hlm.
Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. 318 hlm.

235

Anda mungkin juga menyukai