Gerontik Vertigo
Gerontik Vertigo
Gerontik Vertigo
KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun oleh:
Nama : Tiara Fivi Anggraini
Nim : P01720122093
T.A. 2024/2025
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Padavertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003).
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala
berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pasien Vertigo akan mengeluh jika
posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa
sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga
sampai beberapa tahun. Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar
pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu.
Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta
akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu
3. Patofisiologi
Disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII,
otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun
virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.
Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf
III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga
akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah
yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.
4. WOC (PATHWAY)
5. Komplikasi
1) Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri
untuk tetap berdiri dan berjalan.
2) Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan
gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
6. Pemeriksaan penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1) Pemeriksaan fisik :
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
d) Radiologik dan Imaging
e) EEG, EMG
7. Penatalaksanaan
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat
catatan tentang respon kesehatan pasien. Pengumpulan data dapat diperoleh dari data subyektif
melalui wawancara dan dari data obyektif melalui observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Leniwita, 2019).
Pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga diantaranya adalah:
a. Data Biografi
Data yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
status perkawinan, orang yang dapat dihubungi, Daftar anggota keluarga.
b. Riwayat keluarga, yang berisi susunan anggota keluarga
c. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau factor bawaan yang sudah ada
pada diri manusia.
d. Tipe/ bentuk keluarga
e. Riwayat pekerjaan, pekerjaan saat ini, jarak dari rumah ketempat kerja, alat transportasi yang
digunakan, sumber pendapatan/penghasilan terhadap kebutuhan.
f. riwayat lingkungan hidup, yang berisi tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah tongkat,
kondisi tempat tinggal, jumlah orang yang tinggal dan tetangga terdekat
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah Riwayat masing-masing kesehatan
keluarga (apakah mempunyai penyakit keturunan), Perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit, Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
a. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah Karakteristik rumah, Tetangga dan
komunitas, Geografis keluarga, Sistem pendukung keluarga.
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan Tahap kehidupan keluarga
berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejahuh mana
keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat keluarga adalah
mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga :
Tahap perkembangan keluarga saat ini ; Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas
perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini,
Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan,
Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan
keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua)
c. Struktur keluarga
1) Pola-pola Komunikasi ; Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan
instruksi?, Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-
perasaan mereka dengan jelas?, Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan
respons dengan baik terhadap pesan?, Apakah anggota keluarga mendengar dan
mengikuti suatu pesan?, Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak
langsung?.
2) Struktur kekuatan keluarga ; Keputusan dalam Keluarga, Siapa yang membuat keputusan
dalam keluarga?, Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?, Siapa
yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau tempat tinggal?, Bagaimana cara
keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan
pada masing-masing individu)? Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan
keputusan tersebut?
3) Struktur peran
a. Struktur Peran Formal ; Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga,
bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal mereka, Adakah
konflik peran dalam keluarga?.
b. Struktur Peran Informal ; Adakah peran-peran informal dalam keluarga?, Siapa yang
memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran tersebut sering
dilakukan atau bagaimana peran- peran tersebut dilaksanakan secara konsisten?
c. Struktur Nilai-Nilai dan Norma Keluarga ; Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga
dengan kelompok atau komunitas yang lebih luas, Pentingnya nilai-nilai yang dianut
bagi keluarga, Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar, Kelas sosial
keluarga, latar belakang kebudayaan mempengaruhi nilai-nilai keluarga, Bagaimana
nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana
anggota keluarga mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya.
2) Fungsi keperawatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana
keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yan meliputi pengertian, faktor
penyebab tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan
keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan.
3) Fungsi reproduksi, Kaji riwayat kehamilannya
4) Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit. Biasanya
karena faktor ekonomi rendah individu segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun
petugas kesehatan lainya.