Modul Pembelajaran Tpso

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

BAB I
SEDIAAN OBAT BERBENTUK LARUTAN

Definisi (Menurut FI ed IV)


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan
sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang
terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimal zat A
yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solven, sedangkan zat yang terlarut disebut solut.
Solven yang biasa digunakan adalah:
1. Air , merupakan pelarut pembawa yang paling umum digunakan.
2. Etanol, bentuk campuran dengan air. Contohnya kamfer, iodium, mentol.
3. Gliserin, contohnya tanin, boraks dan fenol.
4. Eter, contohnya kamfer, fosfor, sublimat.
5. Minyak, contohnya kanfer dan mentol
6. Paraffin liquidum, contohnya cera, cetaceum, minyak, kanfer, mentol.
7. Eter minyak tanah, contoh minyak-minyak lemak.
Keuntungan Sediaan Cair Secara Oral
1. Memudahkan anak-anak dan lansia yang sering mengalami kesulitan
menelan obat berbentuk tablet atau kapsul.
2. Bekerja lebih cepat.
3. Jika digunakan sediaan bentuk larutan, absorpsi di saluran cerna tidak akan
tertunda.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 1


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Kerugian Sediaan Cair Secara Oral


1. Sediaan berbentuk cairan kurang stabil, karena perubahan kimia terjadi
lebih cepat.
2. Rasa dan bau tidak enak.
3. Volume kemasan besar.
4. Diperlukan alat bantu untuk menakar dosis (sendok takar).
Faktor Yang Memengaruhi Kelarutan Zat
1. Sifat dari solut atau solven
Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar, begitu pula
sebaliknya. Contohnya alkaloid basa larut dalam kloroform.
2. Kosolvensi
Adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain. Contoh nya luminal tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam campuran air-gliserin.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan yang sukar
larut memerlukan pelarut yang banyak.
4. Temperatur
Kenaikkan suhu akan menunjukkan kecendrungan peningkatan kelarutan
untuk proses endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas. Sebaliknya peningkatan suhu cendrung menimbulkan penurunan
kelarutan untuk proses eksoterm, karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas.
5. Salting out
Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama yang akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
6. Salting in
Adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 2


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

7. Pembentukkan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat
yang larut dengan membentuk garam kompleks
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :
- Ukuran partikel
- Suhu
- Pengadukan
Cara Pembuatan Obat Larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya :
1. Natrium bikarbonat, dilarutkan dengan cara gerus tuang (aanslibben).
2. Natrium bikarbonat + Natrium salisilat, Natrium bikarbonat digerus
tuang, kemudian ditambah natrium salisilat. Untuk mencegah terjadinya
perubahan warna pada larutan, harus ditambahkan natrium pirofosfat
sebanyak 0,25% dari berat larutan.
3. Kalium permanganat (KmnO4), dilarutkan dengan cara pemanasan,
setelah dingin tanpa dikocok langsung tuangkan ke dalam botol.
4. Seng klorida, dilarutkan dengan air sekaligus kemudian disaring.
5. Kamfer, dilarutkan dengan spiritus fortiori (96%) sebanyak 2x berat
kamfer dalam botol kering. Kocok kemudian tambahkan air panas
sekaligus, kocok kembali.
6. Tanin, tanin mudah larut dengan air dan gliserin. Jika ada keduanya tanin
dilarutkan dalam air, kocok kemudian ditambahkan gliserin.
7. Extract opii dan Extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan
ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
8. Succus Liquid, dalam jumlah kecil, dilarutkan dengan cara gerus tuang.
Sedangkan dalam jumlah banyak dilakukan pelarutan dengan cara
merebusan atau memanaskan hingga larut.
9. Codein,
- Direbus dengan air 20x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
- Dengan alkohol 96% sampai larut lalu segera encerkan dengan air.
- Diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17x nya
10. Bahan-bahan obat keras harus dilarutkan tersendiri.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 3


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Macam-Macam Sediaan Larutan Obat


1. Larutan Oral
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis
atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air.
Contohnya : Potio (obat minum), Eliksir, Sirup, Obat tetes pediatrik.
2. Larutan Topikal
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi juga
bisa pelarut lain, seperti etanol. Penggunaan topikal biasanya pada kulit dan
mukosa mulut.
- Contoh penggunaan topikal pada mukosa mulut (gargarisma, litus oris,
guttae oris).
- Contoh penggunaan topikal pada kulit (lotio)
- Contoh penggunaan topikal lain (kolirium, guttae ophthalmicae, guttae
nasales, inhalasi, lavement/clysma/enema, douche, epithema.
Hitungan Farmasi
Kadar zat aktif dalam suatu campuran dapat dinyatakan dalam berbagai
bentuk, diantaranya: persen (%), permil dan ppm (part per million).
Menurut FI ed IV, persen dinyatakan dalam:
1. Persen bobot per bobot (b/b): Menyatakan jumlah gram zat dalam 100
gram campuran atau larutan.
2. Persen bobot per volume (b/v) : Menyatakan jumlah gram zat dalam 100
ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
3. Persen volume per volume (v/v) : Menyatakan jumlah ml zat dalam 100
ml larutan.
Perhitungan Pengenceran Non Etanol
1. Zat A 18% b/b, artinya 18g zat A dalam 100g campuran zat
penambahannya (100-18) g = 82g
2. Zat A 18% v/v, artinya 18ml zat A dalam 100ml campuran zat
penambahannya (100-18) ml = 82 ml
3. Berapa bobot zat A dalam 300g campuran zat dengan persen zat A 10%
b/b? Zat A = (10b/100b) x 300g = 30g

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 4


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

4. Berapa bobot zat A dalam 300ml campuran zat dengan persen zat A 10%
v/v? Zat A = (10v/100v) x 300ml = 30ml
5. Berapa bobot zat A dalam 300ml campuran zat dengan persen zat A 10%
b/v? Zat A = (10b/100v) x 300ml = 30g

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 5


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian Larutan berdasarkan Farmakope Indonesia ed III
2. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kelarutan zat
3. Apa saja kekurangan sediaan cairan oral
4. Berapa bobot zat A dalam 200g campuran zat dengan persen zat A 2%
b/b?
5. Zat A 15% b/b, artinya 15g zat A dalam 100g, berapa campuran zat
penambahannya ?

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 6


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

BAB II
SEDIAAN OBAT BENTUK SUSPENSI

Definisi (Menurut FI ed IV)


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Bentuk sediaan suspensi sering dipilih jika obat
tidak larut dalam pembawa (umumnya air).
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:
a. Suspensi yang siap digunakan
b. Suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi (aqua pro
injeksi) atau pelarut lain yang sesuai, segera sebelum digunakan.
Syarat Suspensi
Karena partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar
wadah, sebelum digunakan suspensi harus dikocok terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi, agar distribusi bahan padat dapat merata dalam pembawa sehingga
menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi.
Faktor Stabilitas Suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
a. Ukuran partikel
b. Kekentalan (viskositas)
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
d. Sifat atau muatan partikel
Bahan Pengawet
Penambahan bahan pengawet untuk menambah stabilitas suspensi agar
tidak mudah dirusak oleh bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil-
p-benzoat (1:1250), etil-p-benzoat (1:500), propil-p-benzoat (1:4000), nipasol,
nipagin ± 1%.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 7


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Komponen Suspensi
Komponen suspensi terdiri dari bahan aktif (bahan berkhasiat), bahan
pensuspensi dan bahan tambahan
Bahan Pensuspensi
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago. Dengan terbentuk mucilago, viskositas cairan
tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi
bakteri.
Contoh golongan gom (Acasia, Chondrus, Tragakan dan Algin)
Contoh golongan bukan gom (tanah liat, bentonite, hectorite dan veegum)
2. Bahan pensuspensi sintetis
Derivat Selulosa, yang termasuk dalam golongan ini adalah metil
selulosa, karboksi metil selulosa (CMC) dan hidroksi metil selulosa.
Golongan organik polimer, yang termasuk dalam golongan ini adalah
Carbophol.
Metode Pembuatan Suspensi
Metode pembuatan suspensi dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu:
1. Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang
telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
2. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersi, dibasahi dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah itu, diencerkan dengan medium pensuspensi.
Sistem Pembentukkan Suspensi
1. Sistem Flokulasi
2. Sistem Deflokulasi

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 8


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Sifat-sifat partikel deflokulasi dan flokulasi


Deflokulasi Flokulasi
1. Partikel suspensi dalam keadaan 1. Partikel merupakan agregat
terpisah satu dengan yang lain. yang bebas.
2. Sendimentasi yang terjadi 2. Sendimentasi terjadi cepat.
lambat. 3. Sendimentasi terbentuk cepat.
3. Sendimentasi terbentuk lambat. 4. Sendimen tidak membentuk
4. Sendimen akan membentuk cake yang keras dan padat dan
cake yang keras dan sukar mudah terdispersi kembali
terdispersi lagi. seperti semula.
5. Tampilan suspensi 5. Tampilan suspensi kurang
menyenangkan (bagus) karena menyenangkan sebab
zat tersuspensi dalam waktu sendimentasi terjadi cepat dan
relatif lama. Terlihat bahwa ada di atasnya terjadi daerah cairan
endapan dan cairan atas yang jernih dan nyata.
berkabut.

Contoh Resep
R/ Paracetamol 120 mg/ml Cara pembuatan:
CMC q.s - Kalibrasi botol 60 ml
Syr.Simplek 20 - Membuat mucilago CMC
Mf. Suspensi 60 - Gerus paracetamol dalam mortir
S.Prn cth 1 - Tambahkan mucilago CMC,
Max 3 dd gerus sampai terbentuk corpus
Pro: bintang (5 tahun) suspensi
- Encerkan dengan sirup simplek,
masukkan kedalam botol
- Tambahkan air sampai 60ml,
kocok homogen.

Penyimpanan : Menurut FI ed IV, suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup


rapat.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 9


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Soal Latihan

1. Tuliskan definisi suspensi menurut FI ed IV


2. Tuliskan 3 perbedaan metode pembentukan suspensi sistem
flokulasi dan deflokulasi
3. Carilah 3 contoh obat sediaan suspensi dipasaran
4. Sebutkan 3 contoh bahan pensuspensi dari alam
5. Jelaskan metode pembuatan suspensi

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 10


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

BAB III
TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI

Definisi Menurut FI ed IV
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat ketiga yang disebut emulgator.

Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
1. Komponen dasar
Komponen dasar adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
dalam emulsi dan terdiri atas:
a. Fase dispers yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil
dalam zat cair lain.
b. Fase kontinu yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar emulsi tsb.
c. Emulgator yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen tambahan
Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan
pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, misalnya:
a. Corrigen : saporis, odoris, coloris, preservative dan antioksidan.
b. Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben,
asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol,
benzalkonium klorida dan fenil merkuri asetas.
c. Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, α-tokoferol,
asam sitrat, propil galat dan asam galat.
Tipe Emulsi
1. Emulsi tipe M/A (minyak dalam air) adalah emulsi terdiri dari butiran
minyak yang tersebar dalam air.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 11


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

2. Emulsi tipe A/M (air dalam minyak) adalah emulsi yang terdiri dari
butiran air yang tersebar kedalam minyak.
Dimana, air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
Tujuan Pemakaian Emulsi
1. Dipergunakan sebagai obat dalam (oral). Umumnya tipe m/a, misalnya
untuk kosmetik karena dengan basis air mudah dicuci.
2. Dipergunakan sebagai obat luar atau topikal. Bisa m/a atau a/m tergantung
faktor. Emulsi a/m secara luas digunakan untuk pengobatan kulit dan
digunakan sebagai emolien.
Teori terjadinya Emulsi
Terdapat 4 macam teori tentang proses terbentuknya emulsi, yaitu:
1. Teori Tegangan Permukaan
Molekul memiliki daya tarik-menarik antar molekul yang sejenis disebut
dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik-menarik antar
molekul yang tidak sejenis disebut adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang antara kedua
zat cair, semakin susah kedua zat tersebut bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun.
Dalam teori ini, dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat
cair tersebut akan mudah tercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk baji
Menurut teori ini, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
b. Kelompok lipofilik, yaitu bagian yang suka minyak.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 12


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak


sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil
dengan kelompok hidrofil.
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka air
itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air, begitu juga sebaliknya.
3. Teori Interpasial Film
Teori ini mengatakan emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulgator yang dipakai
adalah:
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian, seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2
benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara
dibawah ini :
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikeldari cairan disekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.
Bahan Pengemulsi
1. Emulgator Alam
Adalah emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit.
Dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 13


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

a. Emulgator alam dari tumbuhan (Gom arab atau PGA, Tragakan, Agar-
Agar, Chondrus dan metil selulosa).
b. Emulgator alam dari hewan (kuning telur dan adeps lanae)
c. Emulgator alam dari tanah mineral (magnesium Aluminium Silikat
atau Veegum dan Bentonit)
2. Emulgator Buatan
Terdiri dari:
- Sabun
- Tween 20, 40, 60 dan 80
- Span 20, 40 dan 80
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi:
a. Anionik : sabun alkali, natrium lauril sulfat
b. Kationik : senyawa ammonium kuartener
c. Non-ionik: tween dan span
d. Amfoter : protein, lesitin
Metode Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, yaitu:
1. Metode gom kering
Dalam metode ini zat pengemulsi (gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air agar membentuk mucilago,
kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi,
setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak serta
mempunyai viskositas yang rendah (kurang kental). Serbuk gom
dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,
tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan
sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 14


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi:


- Mortir dan stamfer - Homogenizer
- Botol - Colloid Mill
- Mixer/blender
Contoh resep Emulsi
R/ Oleum Ricini 9 Ck:
PGA q.s (1/3 x jumlah ol) - Kalibrasi botol 100ml
Syr simplek 10 - Gerus PGA dalam lumpang
Aqua ad 100 ml tambahkan ol.ricini sedikit demi
M.F emulsi sedikit gerus ad homogen.
S 1 dd C1 - Tambahkan air 1,5 x jumlah
PGA, gerus hingga terbentuk
corpus emulsi.
- Encerkan dengan syr. Simplek
- Masukkan kedalam botol
- Tambahkan air sampai tanda
batas.

Cara Membedakan Tipe Emulsi


1. Dengan pengenceran fase
Tipe emulsi m/a diencerkan dengan air
Tipe emulsi a/m diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pengencatan/ pemberian warna
Emulsi + sudan III akan memberikan warna merah pada tipe emulsi a/m.
Emulsi + metilen blue akan memberikan warna biru pada tipe emulsi m/a.
3. Dengan kertas saring
Jika kertas saring basah maka tipe emulsi m/a.
Jika kertas saring timbul noda minyak maka tipe emulsi a/m.
4. Dengan konduktivitas listrik
Jika dicelupkan kedalam cairan tipe m/a maka lampu akan hidup.
Jika dicelupkan kedalam cairan tipe a/m maka lampu tidak menyala.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 15


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Kestabilan Emulsi
Suatu emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah
ini:
a. Creaming
Adalah terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yang salah satunya
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan lainnya.
b. Koalesen dan crecking
Adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir
minyak akan menyatu.
c. Inversi
Adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi a/m menjadi m/a atau sebaliknya.
Sifatnya irreversible.
Penyimpanan Emulsi
Kecuali dinyatakan lain, emulsi disimpan dalam wadah tertutup baik,
ditempat yang sejuk. Penandaan pada etiket, harus tertera “Kocok Dahulu”.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 16


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Soal Latihan

1. Sebutkan pengertian emulsi menurut FI ed III dan ed IV


2. Jelaskan komponen dasar emulsi
3. Sebutkan emulgator alam dari tumbuhan (min 2)
4. Jelaskan cara pembuatan emulsi
5. Apa saja alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 17


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

BAB IV
SEDIAAN OBAT BENTUK PIL

DEFINISI MENURUT FI ed III


Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih
bahan obat. Boli adalah pil yang beratnya di atas 300 mg, pembuatannya sama
dengan pil. Granula adalah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30 mg,
mengandung 1 mg bahan obat.

Komponen Pil
Zat utama pil berupa bahan obat, sedangkan zat tambahan terdiri dari:
1. Zat pengisi : gunanya untuk memperbesar volume pil.
Contohnya: akar manis, bolus alba
2. Zat pengikat : membuat massa supaya saling melekat antara satu dengan
yang lain.
Contohnya: sari akar manis, gom akasia, tragakan , PGS
3. Zat pembasah : membasahi massa sebelum dibentuk.
Contohnya: air, gliserol, sirup, madu, atau campuran air-gliserin
4. Zat penabur : membuat sediaan yang sudah terbentuk tidak melekat satu
sama yang lain.
Contohnya: lycopodium, talkum
5. Zat penyalut : digunakan karena ada beberapa alasan:
a. Untuk menutupi rasa dan bau yang kurang enak.
b. Mencegah perubahan karena pengaruh udara.
c. Supaya pil pecah dalam usus
Contohnya: perak, balsam tolu, keratin, sirlak, gelatin, gula
Pembuatan Sediaan Pil
Prinsipnya adalah mencampur bahan-bahan obat padat sampai homogen,
kemudian ditambah zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan pembasah.
Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh massa pil yang elastis lalu
dibuat bentuk batang dan dipotong dengan alat pemotong pil sesuai dengan
jumlah pil yang diminta. Bahan penabur ditambahkan setelah terbentuk massa pil
agar supaya massa pil yang telah jadi tidak melekat pada alat pembuat pil.
Dimasukkan kedalam wadah.
Beberapa keterangan pada pembuatan pil:
1. Bobot pil ideal antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg.
2. Sebagai zat pengisi, jika mungkin dipilih radix liquiritiae kecuali ada
reaksi, kadang digunakan bolus alba. Jumlah yang dipakai umumnya 2 kali
jumlah zat pengikatnya (biasanya succus liq). Dikenal juga istilah PPP
(Pulvis Pro Pilulis), yaitu campuran succus liquiritiae dan radix liquiritiae
sama banyak.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 18


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

3. Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan succus liq. 2 g/60 pil. Kecuali
ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau vaselin.
4. Pada pembuatan massa pil ke dalam campuran obat, radix dan succus
harus ditambahan cairan (zat pembasah) supaya pada pengepalan
diperoleh massa yang homogen yang cukup baik untuk dikerjakan
selanjutnya. Paling baik gunakan aqua gliserinata yaitu campuran air dan
gliserinsama banyak.
5. Setelah pembuatan massa pil kemudian massa pil digulung dan dipotong
menurut jumlah yang diminta dan akhirnya pil-pil dibulatkan. Untuk
mencegah melekatnya pil pada alat pembulat pil taburkan
talkum/lycopodium dengan rata.

Pil dengan bahan-bahan khusus:


1. Pil dengan senyawa oksidator atau garam pb, pengisi menggunakan 100
mg bolus alba, pengikat adeps/vaselin secukupnya.
2. Pil dengan extractum gentian (bereaksi asam) bila diberikan bersama-sama
dengan zat asam akan melepaskan gas, seperti ferrum reductum, ferrum
pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas. Jadi, untuk menetralkan
asamnya perlu ditambah MgO sebanyak 100 mg untuk setiap 3 gram
extract gentian.
3. Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan tolu balsem untuk
mencegah oksidasi oleh udara.
4. Pil dengan liquor fowleri tidak boleh diganti dengan As 2O3 yang telah
diperhitungkan.
5. Pil dengan sari-sari cair. Dalam jumlah kecil, tetap digunakan succus dan
radix liqyang digunakan sebagai pengganti aqua gliserinata. Dalam jumlah
besar, diuapkan kemudian tambahkan radix secukupnya atau diganti
dengan sisa keringnya.
Persyaratan Pil
1. Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada kompresi (menurut FI ed
III).
2. Memenuhi keseragaman bobot pil (FI ed III)
3. Pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu keras
sehingga dapat hancur dalam saluraan pencernaan.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 19


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Soal Latihan

1. Tuliskan pengertian pil


2. Apa perbedaan boli dan granula
3. Jelaskan komponen dalam pembuatan pil
4. Sebutkan contoh zat pembasah
5. Jelaskan prinsip pembuatan sediaan pil

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 20


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

BAB V
Sediaan Obat Bentuk Supositoria

Definisi Menurut FI Ed IV
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vaginal atau uretra yang umumnya meleleh, melunak
atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau
sistemik.

Macam-macam Supositoria
1. Rektal Supositoria
Bentuknya seperti peluru dan digunakan lewat rektal atau anus, menurut
FI ed IV berat supositoria kurang lebih 2g.
2. Vaginal Supositoria
Bentuknya seperti bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina,
berat umumnya 5g.
3. Urethral Supositoria
Digunakan lewat uretra, bentuk batang panjang antara 7-14cm.

Keuntungan penggunaan obat dalam supositoria dibanding per oral yaitu:


a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari kerusakkan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung.
c. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.
d. Terutama bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam penelanan obat,
terutama untuk bayi, anak-anakdan lansia.
e. Menccegah terjadinya dosis obat secara berlebihan. Karena pada
pemberian oral, pasien dapat menelan obat sekali telan dalam jumlah
berlebihan.
Tujuan Penggunaan Supositoria
1. Untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina seperti
penyakit wasir, ambeyen dan infeksi lainnya.
2. Secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik karena dapat diserap
oleh membran mukosa dalam rektum.
3. Pasien tidak memungkinkan menggunakan obat secara peroral, seperti
pasien mudah muntah atau tidak sadar.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat karena obat diabsorpsi melalui
mukosa rektal langsung masuk kedalm sirkulasi darah.
5. Untuk menghindari rusaknya obat oleh enzim didalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 21


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Faktor Yang Memengaruhi Absorpsi Supositoria Rektal


1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi absorpsi adalah pH dan tidak
adanya kapasitas dapar dari cairan rektal.
2. Faktor Fisikokimia obat dan basis supositoria
Meliputi sifat kelarutan obat dalam lemak dan air dan ukuran partikel
obat terdispersi. Faktor-faktor kimia mendasar meliputi kemampuan
melebur, melunak, atau melarut pada suhu tubuh, kemampuan untuk
melepas obat dan sifat hidrofilik atau hidrofobik.
Komponen Supositoria
Komponen supositoria terdiri dari bahan aktif, bahan tambahan dan basis
atau bahan dasar supositoria.
Bahan Dasar Supositoria
Bahan dasar yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau
dicetak, tetapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan
cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat .
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan
pemisahan obat.
5. Kadar air cukup.
6. Tidak menimbulkan alergi.
7. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium, dan bilangan
penyabunan harus jelas.
Penggolongan bahan dasar supositoria
1. Bahan dasar berlemak : oleum cacao
2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin
dan polietilen glikol (PEG).
3. Bahan dasar lainnya: campuran hidrofilik dan lipofilik.

Metode Pembuatan Supositoria


a. Dengan tangan
- Hanya bahan dasar ol cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat dengan
tangan untuk skala kecil dan bahan obatnya tidak tahan terhadap
pemanasan.
- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
b. Dengan mencetak hasil leburan
- Cetakkan harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair bagi
supositoria basis gliserin-gelatin.
- Untuk basis ol cacao dan PEG, cetakan tidak perlu dibasahi karena akan
mengkerut pada proses pendinginan, dan terlepas dari cetakan.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 22


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

c. Dengan kompresi
- Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan
supositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis.
- Kapasitas mesin 3500-6000 supositoria/jam.

Evaluasi Mutu
1. Penetapan kadar aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
2. Tes terhadap titik lebur
3. Tes kerapuhan
4. Tes waktu hancur
5. Tes homogenitas

Pengemasan Supositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria terpisah, tidak mudah
hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastik
sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam bus.
3. Menurut FI ed IV, penyimpanan supositoria basis ol. Cacao disimpan
dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30oC (Suhu
kamar terkendali). Sedangkan supositoria berbasis gelatin tergliserinasi
disimpan dalam wadah tertutup rapat sebaiknya pada suhu dibawah 35 oC.
pada supositoria basis PEG dietiketnya tertera “basahi dengan air sebelum
digunakan” dan meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, supositoria
ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat.

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 23


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

Soal Latihan

1. Jelaskan secara singkat metode


pembuatan supositoria
2. Tuliskan pengertian supositoria
berdasarkan FI ed III
3. Tuliskan min 3 keuntungan
penggunaan sediaan supositoria
4. Apa saja evaluasi yang dilakukan
untuk sediaan supositoria
5. Sebutkan 3 nama obat sediaan
supositoria yang beredar

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 24


MODUL PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT 2020

DAFTAR PUSTAKA

R.A. Rogayah Effendy, dkk.2016. TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT


BIDANG KEAHLIAN KESEHATAN UNTUK SMK/MAK KOMPETENSI
FARMASI,JILID I.JAKARTA:EGC

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR 25

Anda mungkin juga menyukai