Modul Pembelajaran Tpso
Modul Pembelajaran Tpso
Modul Pembelajaran Tpso
BAB I
SEDIAAN OBAT BERBENTUK LARUTAN
7. Pembentukkan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat
yang larut dengan membentuk garam kompleks
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :
- Ukuran partikel
- Suhu
- Pengadukan
Cara Pembuatan Obat Larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya :
1. Natrium bikarbonat, dilarutkan dengan cara gerus tuang (aanslibben).
2. Natrium bikarbonat + Natrium salisilat, Natrium bikarbonat digerus
tuang, kemudian ditambah natrium salisilat. Untuk mencegah terjadinya
perubahan warna pada larutan, harus ditambahkan natrium pirofosfat
sebanyak 0,25% dari berat larutan.
3. Kalium permanganat (KmnO4), dilarutkan dengan cara pemanasan,
setelah dingin tanpa dikocok langsung tuangkan ke dalam botol.
4. Seng klorida, dilarutkan dengan air sekaligus kemudian disaring.
5. Kamfer, dilarutkan dengan spiritus fortiori (96%) sebanyak 2x berat
kamfer dalam botol kering. Kocok kemudian tambahkan air panas
sekaligus, kocok kembali.
6. Tanin, tanin mudah larut dengan air dan gliserin. Jika ada keduanya tanin
dilarutkan dalam air, kocok kemudian ditambahkan gliserin.
7. Extract opii dan Extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan
ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
8. Succus Liquid, dalam jumlah kecil, dilarutkan dengan cara gerus tuang.
Sedangkan dalam jumlah banyak dilakukan pelarutan dengan cara
merebusan atau memanaskan hingga larut.
9. Codein,
- Direbus dengan air 20x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
- Dengan alkohol 96% sampai larut lalu segera encerkan dengan air.
- Diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17x nya
10. Bahan-bahan obat keras harus dilarutkan tersendiri.
4. Berapa bobot zat A dalam 300ml campuran zat dengan persen zat A 10%
v/v? Zat A = (10v/100v) x 300ml = 30ml
5. Berapa bobot zat A dalam 300ml campuran zat dengan persen zat A 10%
b/v? Zat A = (10b/100v) x 300ml = 30g
Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian Larutan berdasarkan Farmakope Indonesia ed III
2. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kelarutan zat
3. Apa saja kekurangan sediaan cairan oral
4. Berapa bobot zat A dalam 200g campuran zat dengan persen zat A 2%
b/b?
5. Zat A 15% b/b, artinya 15g zat A dalam 100g, berapa campuran zat
penambahannya ?
BAB II
SEDIAAN OBAT BENTUK SUSPENSI
Komponen Suspensi
Komponen suspensi terdiri dari bahan aktif (bahan berkhasiat), bahan
pensuspensi dan bahan tambahan
Bahan Pensuspensi
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago. Dengan terbentuk mucilago, viskositas cairan
tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi
bakteri.
Contoh golongan gom (Acasia, Chondrus, Tragakan dan Algin)
Contoh golongan bukan gom (tanah liat, bentonite, hectorite dan veegum)
2. Bahan pensuspensi sintetis
Derivat Selulosa, yang termasuk dalam golongan ini adalah metil
selulosa, karboksi metil selulosa (CMC) dan hidroksi metil selulosa.
Golongan organik polimer, yang termasuk dalam golongan ini adalah
Carbophol.
Metode Pembuatan Suspensi
Metode pembuatan suspensi dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu:
1. Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang
telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
2. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersi, dibasahi dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah itu, diencerkan dengan medium pensuspensi.
Sistem Pembentukkan Suspensi
1. Sistem Flokulasi
2. Sistem Deflokulasi
Contoh Resep
R/ Paracetamol 120 mg/ml Cara pembuatan:
CMC q.s - Kalibrasi botol 60 ml
Syr.Simplek 20 - Membuat mucilago CMC
Mf. Suspensi 60 - Gerus paracetamol dalam mortir
S.Prn cth 1 - Tambahkan mucilago CMC,
Max 3 dd gerus sampai terbentuk corpus
Pro: bintang (5 tahun) suspensi
- Encerkan dengan sirup simplek,
masukkan kedalam botol
- Tambahkan air sampai 60ml,
kocok homogen.
Soal Latihan
BAB III
TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI
Definisi Menurut FI ed IV
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat ketiga yang disebut emulgator.
Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
1. Komponen dasar
Komponen dasar adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
dalam emulsi dan terdiri atas:
a. Fase dispers yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil
dalam zat cair lain.
b. Fase kontinu yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar emulsi tsb.
c. Emulgator yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen tambahan
Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan
pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, misalnya:
a. Corrigen : saporis, odoris, coloris, preservative dan antioksidan.
b. Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben,
asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol,
benzalkonium klorida dan fenil merkuri asetas.
c. Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, α-tokoferol,
asam sitrat, propil galat dan asam galat.
Tipe Emulsi
1. Emulsi tipe M/A (minyak dalam air) adalah emulsi terdiri dari butiran
minyak yang tersebar dalam air.
2. Emulsi tipe A/M (air dalam minyak) adalah emulsi yang terdiri dari
butiran air yang tersebar kedalam minyak.
Dimana, air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
Tujuan Pemakaian Emulsi
1. Dipergunakan sebagai obat dalam (oral). Umumnya tipe m/a, misalnya
untuk kosmetik karena dengan basis air mudah dicuci.
2. Dipergunakan sebagai obat luar atau topikal. Bisa m/a atau a/m tergantung
faktor. Emulsi a/m secara luas digunakan untuk pengobatan kulit dan
digunakan sebagai emolien.
Teori terjadinya Emulsi
Terdapat 4 macam teori tentang proses terbentuknya emulsi, yaitu:
1. Teori Tegangan Permukaan
Molekul memiliki daya tarik-menarik antar molekul yang sejenis disebut
dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik-menarik antar
molekul yang tidak sejenis disebut adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang antara kedua
zat cair, semakin susah kedua zat tersebut bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun.
Dalam teori ini, dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat
cair tersebut akan mudah tercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk baji
Menurut teori ini, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
b. Kelompok lipofilik, yaitu bagian yang suka minyak.
a. Emulgator alam dari tumbuhan (Gom arab atau PGA, Tragakan, Agar-
Agar, Chondrus dan metil selulosa).
b. Emulgator alam dari hewan (kuning telur dan adeps lanae)
c. Emulgator alam dari tanah mineral (magnesium Aluminium Silikat
atau Veegum dan Bentonit)
2. Emulgator Buatan
Terdiri dari:
- Sabun
- Tween 20, 40, 60 dan 80
- Span 20, 40 dan 80
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi:
a. Anionik : sabun alkali, natrium lauril sulfat
b. Kationik : senyawa ammonium kuartener
c. Non-ionik: tween dan span
d. Amfoter : protein, lesitin
Metode Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, yaitu:
1. Metode gom kering
Dalam metode ini zat pengemulsi (gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air agar membentuk mucilago,
kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi,
setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak serta
mempunyai viskositas yang rendah (kurang kental). Serbuk gom
dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,
tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan
sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Kestabilan Emulsi
Suatu emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah
ini:
a. Creaming
Adalah terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yang salah satunya
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan lainnya.
b. Koalesen dan crecking
Adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir
minyak akan menyatu.
c. Inversi
Adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi a/m menjadi m/a atau sebaliknya.
Sifatnya irreversible.
Penyimpanan Emulsi
Kecuali dinyatakan lain, emulsi disimpan dalam wadah tertutup baik,
ditempat yang sejuk. Penandaan pada etiket, harus tertera “Kocok Dahulu”.
Soal Latihan
BAB IV
SEDIAAN OBAT BENTUK PIL
Komponen Pil
Zat utama pil berupa bahan obat, sedangkan zat tambahan terdiri dari:
1. Zat pengisi : gunanya untuk memperbesar volume pil.
Contohnya: akar manis, bolus alba
2. Zat pengikat : membuat massa supaya saling melekat antara satu dengan
yang lain.
Contohnya: sari akar manis, gom akasia, tragakan , PGS
3. Zat pembasah : membasahi massa sebelum dibentuk.
Contohnya: air, gliserol, sirup, madu, atau campuran air-gliserin
4. Zat penabur : membuat sediaan yang sudah terbentuk tidak melekat satu
sama yang lain.
Contohnya: lycopodium, talkum
5. Zat penyalut : digunakan karena ada beberapa alasan:
a. Untuk menutupi rasa dan bau yang kurang enak.
b. Mencegah perubahan karena pengaruh udara.
c. Supaya pil pecah dalam usus
Contohnya: perak, balsam tolu, keratin, sirlak, gelatin, gula
Pembuatan Sediaan Pil
Prinsipnya adalah mencampur bahan-bahan obat padat sampai homogen,
kemudian ditambah zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan pembasah.
Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh massa pil yang elastis lalu
dibuat bentuk batang dan dipotong dengan alat pemotong pil sesuai dengan
jumlah pil yang diminta. Bahan penabur ditambahkan setelah terbentuk massa pil
agar supaya massa pil yang telah jadi tidak melekat pada alat pembuat pil.
Dimasukkan kedalam wadah.
Beberapa keterangan pada pembuatan pil:
1. Bobot pil ideal antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg.
2. Sebagai zat pengisi, jika mungkin dipilih radix liquiritiae kecuali ada
reaksi, kadang digunakan bolus alba. Jumlah yang dipakai umumnya 2 kali
jumlah zat pengikatnya (biasanya succus liq). Dikenal juga istilah PPP
(Pulvis Pro Pilulis), yaitu campuran succus liquiritiae dan radix liquiritiae
sama banyak.
3. Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan succus liq. 2 g/60 pil. Kecuali
ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau vaselin.
4. Pada pembuatan massa pil ke dalam campuran obat, radix dan succus
harus ditambahan cairan (zat pembasah) supaya pada pengepalan
diperoleh massa yang homogen yang cukup baik untuk dikerjakan
selanjutnya. Paling baik gunakan aqua gliserinata yaitu campuran air dan
gliserinsama banyak.
5. Setelah pembuatan massa pil kemudian massa pil digulung dan dipotong
menurut jumlah yang diminta dan akhirnya pil-pil dibulatkan. Untuk
mencegah melekatnya pil pada alat pembulat pil taburkan
talkum/lycopodium dengan rata.
Soal Latihan
BAB V
Sediaan Obat Bentuk Supositoria
Definisi Menurut FI Ed IV
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vaginal atau uretra yang umumnya meleleh, melunak
atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau
sistemik.
Macam-macam Supositoria
1. Rektal Supositoria
Bentuknya seperti peluru dan digunakan lewat rektal atau anus, menurut
FI ed IV berat supositoria kurang lebih 2g.
2. Vaginal Supositoria
Bentuknya seperti bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina,
berat umumnya 5g.
3. Urethral Supositoria
Digunakan lewat uretra, bentuk batang panjang antara 7-14cm.
c. Dengan kompresi
- Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan
supositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis.
- Kapasitas mesin 3500-6000 supositoria/jam.
Evaluasi Mutu
1. Penetapan kadar aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
2. Tes terhadap titik lebur
3. Tes kerapuhan
4. Tes waktu hancur
5. Tes homogenitas
Pengemasan Supositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria terpisah, tidak mudah
hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastik
sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam bus.
3. Menurut FI ed IV, penyimpanan supositoria basis ol. Cacao disimpan
dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30oC (Suhu
kamar terkendali). Sedangkan supositoria berbasis gelatin tergliserinasi
disimpan dalam wadah tertutup rapat sebaiknya pada suhu dibawah 35 oC.
pada supositoria basis PEG dietiketnya tertera “basahi dengan air sebelum
digunakan” dan meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, supositoria
ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat.
Soal Latihan
DAFTAR PUSTAKA