PROPOSAL Revisi 2 Editing
PROPOSAL Revisi 2 Editing
PROPOSAL Revisi 2 Editing
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
NIM. 19.8.1.021
2023
PENGESAHAN PEMBIMBING
i
Proposal skripsi ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada: ...........................
PENGESAHAN PIMPINAN
ii
Proposal diajukan oleh:
Dekan,
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Zat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan Proposal Skripsi
yang berjudul “ Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada
Pembelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Sakra” dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam tidak lupa dihaturkan kepada baginda Rasulullah SAW. dan
semoga kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Proposal skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama semua
pihak, baik langsusng maupun tidak langsung yang berkaitan dengan judul
proposal skripsi ini. Untuk itu izinkan penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr. H.L. Abdul Muhyi Abidin, MA., Rektor Universitas Nahdlatul Wathan
Mataram;
2. Lale Yaqutunnafis, S.Sos., M.M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nahdlatul wathan Mataram;
3. Bapak Dr. Hully, M. Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Yorman,
S. Pd., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. para Dosen Pengajar di lingkungan Program Studi Pendidikan Ekonomi
yang telah memberikan berbagai pengetahuan.
5. Bapak dan Ibu Tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan dukungan
dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi keinginanku
untuk tetap bersekolah.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
iv
Mataram, ..............................2023
Penulis
DAFTAR ISI
v
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PIMPINAN ...........................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................vi
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk itu diperlukan peran seorang guru dalam menjalankannya. Di mana sejalan
dengan pendapat (Ainia, 2020) “Guru sebagai subjek utama yang berperan
diharapkan mampu menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang
memberikan hal-hal positif kepada peserta didik”. Dapat disimpulkan bahwa Guru
diharapkan menjadi penggerak dalam mengambil tindakan untuk hal positif bagi
peserta didik. Dengan adanya kurikulum merdeka merupakan penataan ulang
dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia yang mana (Yamin & Syahrir,
2020) “mengemukakan bahwa pernyataan tersebut dalam rangka menyongsong
perubahan dan kemajuan bangsa agar dapat menyesuaikan perubahan zaman”.
Begitu juga apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim
bahwa “reformasi pendidikan tidak bisa dilakukan semata-mata menggunakan
administrasi approach, melainkan harus melakukan culture transformation”
(Satriawan et al., 2021).
Perkembangan industri menjadikan ilmu pengetahuan mengalami
transformasi yang sangat pesat di segala bidang termasuk pendidikan Sebelumnya
kita telah mengenal Era Revolusi Industri 4.0 era ini adalah era dimana
transformasi komprehensif pada keseluruhan aspek produksi dalam suatu industri
dengan memanfaatkan teknologi digital serta internet. Putriani & Hudaidah (2021)
“menyatakan bahwa revolusi industri adalah salah satu perubahan besar di bidang
teknologi yang mengakibatkan perubahan pada bidang lainnya, terutama di bidang
pendidikan dan sosial”. Yang dimana dapat disimpulkan bahwa perkembangan
zaman sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendidikan dan sosial. Terlebih
tidak lama setelah era industri 4.0 ini berjalan, muncul atau lahir kembali konsep
baru yang diprakarsai langsung oleh negara Jepang yaitu Era Society 5.0. Konsep
ini memungkinkan manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan yang berbasis
modern seperti Internet of Things (IoT) atau Artificial Intelligence (AI) yang
nantinya akan memenuhi kebutuhan manusia untuk hidup dengan nyaman.
Menurut Maghfiroh & Sholeh (2022) “melalui Society 5.0 manusia dapat
mengembangkan keterampilan serta kemampuannya dengan memanfaatkan
berbagai teknologi yang telah berkembang”. Dengan menerapkan prinsip ini,
Jepang berharap bahwa kemanusiaan akan terus maju selaras dengan tren
2
perkembangan teknologi saat ini. Dan setiap negara di dunia selalu bekerja untuk
meningkatkan kualitas hidup warga negaranya untuk menghindari menjadi korban
kemajuan teknologi yang maju. Indonesia sendiri secara keseluruhan telah
membuat kemajuan dalam meningkatkan kualitas berbagai aspek kehidupan
pendidikan dan sosial. Tentang ketidakmampuan untuk memenuhi standar sosial
dan akademis. Karena berdasarkan pemikiran saat ini, pendidikan berkualitas
tinggi akan memberikan rasa aman dan sejahtera dalam kehidupan sosial
seseorang. Hal ini diwujudkan dengan hadirnya kurikulum “Merdeka Belajar”
yang diadopsi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI), Nadiem Makarim, di mana
gagasan sentral dari “merdeka belajar” adalah “Mardeka Dalam Berfikir.”
Kurikulum Merdeka Belajar ini hadir sebagai jawaban terkait dengan
ketatnya persaingan sumber daya manusia secara global di abad ke-21. Lukum
dalam Putriani & Hudaidah (2021) menyatakan bahwa terdapat tiga kompetensi
besar di abad ke-21, yaitu kompetensi berpikir, bertindak dan hidup di dunia.
Kompetensi berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan
masalah. Kompetensi bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi digital
dan literasi teknologi. Sedangkan kompetensi hidup di dunia meliputi inisiatif,
mengarahkan diri, pemahaman global serta tanggung jawab sosial. Kompetensi
inilah yang mestinya diterapkan dalam pembelajaran abad ke-21 dikarenakan pada
era ini akan memerlukan orang-orang yang inovatif serta kreatif untuk dapat
beradaptasi dengan cepat. Hal inilah yang menjadi perhatian penting bagi
pemerintah Republik Indonesia untuk dapat sesegera mungkin menyediakan
sarana serta prasarana yang memadai dalam menghadapi perkembangan global,
terutama era society 5.0. Pengembangan kurikulum merupakan salah satu langkah
yang tepat untuk dapat membentuk karakter siswa nantinya untuk menghadapi era
tersebut. Dalam hal ini pembelajaran ekonomi menjadi salah satu yang terpenting
dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin luas ini. Itu disebabkan
ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan hidup
manusia. Kurikulum merdeka belajar ini telah diterapkan pemerintah sejak tahun
2020 kemarin dengan merebaknya wabah pandemi covid 19 di Indonesia
3
membuat permasalahan pendidikan di Indonesia menjadi sangat serius. Semua
satuan pendidikan di Indonesia di perintahkan unuk menerapkan kurikulum
merdeka ini secepat mungkin, ini merupakan sebagai upaya pemerintah dalam
mengembalikan kestabilan pendidikan di Indoneisia di masa pandemi yang
terjadi. Semua jenjang pendidikan di Indonesia pada saat itu dituntut untuk
sesegera mungkin menerapkan kurikulum merdeka ini, tak terkecuali pada jenjang
SMA. Di Lombok timur sendiri penerepan kurikulum merdeka pada jenjang SMA
hanya di laksanakan oleh beberapa sekolah yang bernaung di Kemendibud, tak
terkecuali sekolah yang termasuk lebih dahulu menjalankan kurikulum merdeka
ini adalah SMA Negeri 1 Sakra. SMA Negeri 1 Sakra didirikan sejak tahun 1987
menjadi sekolah SMA satu-satunya di wilayah selatan Lombok Timur dan telah
menghasilkan generasi bangsa yang mampu bersaing dalam petkembanagan
zaman. SMA Negeri 1 Sakra terletak di Batu Bokah Desa Suangi Kecamatan
Sakra. Faktor utama yang menyebabkan SMA Negeri 1 Sakra menjadi salah satu
sekolah yang juga mengubah penerapan kurikulumnya karena melihat wabah
covid 19 yang semakin meningkat di Indonesia terutama diwilayah Lombok, NTB
yang setiap harinya kasus covid 19 ini bertamabah.
Masa pandemi covid 19 ini mengakibatkan kurangnya kemajuan belajar
terhadap peserta didik sehingga bisa dikatakan sebagai faktor utama terjadinya
learning loss yang dipengaruhi oleh pembelajaran dengan jarak jauh yang
menjadi salah satu pedoman baru dalam pembelajaan di masa pandemi tersebut
(Andrian, 2021; Utami, 2021; Muthmainnah & Rohmah, 2022). Melihat dari
faktor tersebuat Implementasi dari kurikulum merdeka ini menjadi sangat penting
untuk mendalami minat dan bakat peserta didik sesuai dengan apa yang
diinginkanya, yang lebih dipusatkan pada implementasian baik dalam bentuk
budaya sekolah ataupun KBM untuk mewujudkan pelajar pancasila.
Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, guru dituntut untuk lebih bisa
meningkatkan kualitas dan kinerjanya agar ilmu yang diberikan kepada peserta
didik mampu terserap dengan baik sehingga motivasi dan hasil belajar peserta
didik semakin meningkat (Supanagat, 2021). Beberapa keunggulan dari
Kurikulum Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum
4
ini lebih fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada setiap fasenya. Selain itu, Kurikulum Merdeka ini bersifat lebih
relevan dan interktif pada pembelajaran melalui kegiatan projek yang akan
memberikan kesempatan yang lebih luas bagi peserta didik untuk lebih aktif
mengekplorasi isu-isu aktual, contohnnya isu yang mengenai lingkungan,
kesehatan, dan masih banyak lagi untuk mendukung dalam pengembangan
karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila (Kemendikbud, 2022b).
Satuan pendidikan juga dapat memilih tiga opsi dalam menerapkan
kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023 ini. Pertama, menerapkan
sejumlah bagian dan perinsip Kurikulum Merdeka dengan tidak mengganti
kurikulum yang masih diterapkan. Kedua, menerapkan Kurikulum Merdeka
dengan mengguanakan perangkat pembelajaran yang sudah ada dari pemerintah.
Ketiga, menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri
perangkat pembelajaran. Dengan Merdeka Belajar, pemerintah tidak akan
memaksakan penerapan (kurikulum merdeka) ini untuk dua tahun kedepan
(Kemendikbud, 2022a).
Namun terdapat kendala implementasi atau penerapan pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum merdeka, kendala ini banyak di alami oleh guru,
termasuk guru-guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA. Hal ini persis yang
disampaikan oleh ketua MGMP Ekonomi Kota semarang Ibu Suspeni, S.Pd dalam
sebuah artikel “Seperti kita pahami bersama bahwa tahun ini pemerintah
menerapkan kurikulum merdeka di jenjang SMA. Bagi guru tentu yang menjadi
kendala adalah bagaimana pembelajaran ekonomi yang sesuai dengan tuntuntan
kurikulum. Mengingat tugas utaa seorang guru itu adalah mengajar” Informasi
yang masih terbatas, terlebih lagi kurikulum merdeka pada jenjang SMA
merupakan hal yang baru, membuat subjek utama dalam penerapan kurikulum
yaitu guru mengalami kebingungan. Akses yang terbatas akan informasi tentang
pengetahuan baru mengharuskan guru dan MGMP berkolaborasi dengan
stakeholders yang lain seperti universiatas untuk dapat menemukan solusi dari
kendala tersebut.
5
Dapat disimpulkan bahwa guru mata pelajaran ekonomi memiliki permasalahan
seputar dengan akses yang sangat terbatas akan iformasi yang baru dan guru
belum terlalu tahu tentang bagaimana pembelajaran ekonomi yang sesuai dengan
tuntutan dari kurikulum merdeka. Sedangkan dalam program yang dibawa oleh
kurikulum merdeka ini guru dituntut untuk lebih kreatif, inovatif, serta mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan zaman yang semakin hari semakin canggih
sehingga mampu menghasilakan pembelajaran ekonomi yang menyenangkan bagi
peserta didik. Maka dari itu, kesiapan dari guru ekonomi sangat diperlukan dalam
menghadapi program yang ada di kurikulum merdeka ini.
Berkenaan dengan apa yang dipaparkan dalam latar belakang tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti terkait dengan penerapan kurikulum merdeka pada
jenjang SMA khususnya pada pembelajaran Ekonomi, maka peneliti mengangkat
judul: “IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SAKRA”. Pemilihan SMA
Negeri 1 Sakra sebagai tempat penelitian didasarkan pada sekolah yang
merupakan salah satu sekolah penggerak untuk pengembangan kurikulum
Merdeka belajar, serta pemilihan tempat ini juga didasarkan pada keterbatasan
dan keterjangkaun peneliti.
6
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimanakah tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran
ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.?
1.3.2 Bagaimanakah tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.?
1.3.3 Bagaimanakah tingkat ketercapaian penilaian pembelajaran
ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar.?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berkut:
1.4.1 Mengetahui tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran
ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar mata
pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra
1.4.2 Mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar mata
pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra
1.4.3 Mengetahui tingkat ketercapaian peneilaian pembelajaran ekonomi
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata
pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran ekonomi di
kurikulum merdeka belajar dan sebagai bahan refrensi bagi peneliti yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
8
BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian, menguraikan mengenai hasil
penelitian yang berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, data hasil
penelitian, serta analisis data hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V Penutup, yang berisikan simpulan dan saran dari peneliti, sehingga
apa yang menjadi tujuan penelitian dapat terwujud.
Bagian akhir. Pada bagian akhir dari tulisan ini berisi Daftar Pustaka dan
Lampiran Lampiran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
yang memberikan kebebasan bagi sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan
yang luwes dan tidak berbelit untuk siswa maupun guru yang merupakan subjek
utama dalam sebuah pendidikan.
Penelitian Dewa Ayu Made Manu Okta Priantini dengan judul: “Analisis
Kurikulum Merdeka Dan Platform Merdeka Belajar Untuk Mewujudkan
Pendidikan Yang Berkualitas” 2022, dengan hasil peneletian:
Indonesia sudah cukup lama mengalami masalah krisis pembelajaran yang
yang berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Sehingga mengakibatkan
kesenjangan kualitas pendidikan. Kurikulum merdeka dirancang untuk mengejar
ketertinggalan didalam literasi dan numerasi. Kurikulum merdeka yang akan
memberikan solusi untuk penyempurnaan kurikulum, ini dapat dilaksanakan
secara bertahap disesuaikan dengan kesiapan sekolah masing-masing. Sejak tahun
ajaran 2021/2022 Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan di 2.500 sekolah
serta sesuai data, institusi pendidikan yang berpartisipasi adalah Program Sekolah
Penggerak (PSP) dan sekitar 901 SMK untuk Pusat Keunggulan (SMK PK) dalam
rangka pembaharuan sebagai bagian dari edukasi paradigma baru. Kurikulum
merdeka ini diberlakukan dari Pendidikan paling dasar, yakni TK-B, SDLB kelas
I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA, SMALB dan SMK Kelas X.
Sedangkan di Tahun Ajaran 2022/2023 tiap satuan pendidikan akan dapat
menentukan dan menyesuaikan dengan kesiapan untuk mengimplementasikannya
di masingmasing satuan pendidikan dari jenjang TK-B, kelas I, IV,VII, dan X.
Penilaian untuk persiapan diri menggunakan kurikulum merdeka dalam hal ini
pemerintah menyediakan angket untuk mendukung satuan Pendidikan dalam
menilai tahap kesiapan penerapan dan pemberlakuan Kurikulum Merdeka.
Penerapan kurikulum ini juga sangat mendukung jaminan jam mengajar guru dan
tunjangan profesi guru. Selain mendukung jaminan jam dan tunjangan profesi
guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka juga didukung dengan Platform
Merdeka Mengajar. Dengan adanya Platform Merdeka Mengajar, guru terbantu
dan dipermudah dalam menemukan inspirasi, referensi, literasi dan pemahaman
dalam upaya penerapan Kurikulum Merdeka.
11
Skripsi Silviya Chaniago dengan judul: “Analisis Penerapan Kurikulum
Merdeka Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Geografi di MAN I Koto Baru”2022, dengan hasil penelitian:
Penelitian dilaksanakan di sekolah MAN 1 Koto Baru. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan, bahwa Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Geografi
belum terlihat jelas hasilnya dikarenakan kurikulum merdeka belajar di sekolah
MAN 1 Koto Baru masih tahap awal yang dijalankan belum sampai satu semester,
jadi masih dalam proses penyesuaian. Namun dalam proses pembelajaran
kurikulum merdeka tidak hanya sebatas materi tetapi lebih banyak ke aplikatif dan
implementasi. Kurikulum merdeka menerapkan pembelajaran Intrakurikuler,
Ekstrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)(Satria et al.
2022). Peserta didik pun merasa senang dengan hadirnya kurikulum merdeka
belajar yang mana mereka lebih banyak praktik dan menghasilkan karya sehingga
lebih mandiri dari sebelumnya. Kendala yang dihadapi guru dalam penerapan
kurikulum merdeka, sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai,
sehingga guru memanfaatkan referensi bahan ajar menggunakan berbagai internet
seperti google, google scholar, youtube, ruang guru, LKS dan aplikasi lainnya.
Untuk membuat kelas tetap kondusif saat pembelajaran berlangsung guru
membedakan metode pembelajaran, dikarenakan siswa kelas X MAN 1 Koto Baru
terdiri dari 7 lokal dengan siswa sebanyak 230. Saat mengajar guru tidak
menggunakan alat peraga tetapi menggunakan sistem diskusi dikarenakan fasilits
pembelajaran belum memadai, dalam hasil wawancara upaya yang dilakukan guru
untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran geografi guru tersebut
menggunakan berbagai media, membuat gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi yang dipelajari serta memperbanyak pengetahuan dan keterampilan(Azizah
et al. 2022) . Di sekolah MAN 1 Koto Baru sudah menjalankan program
kurikulum merdeka belajar yaitu projec penguatan profil pelajar pancasila, dengan
tema berekayasa dan berteknologi (berkebun organik).
12
Penelitian Damayanti dengan judul: “Implementasi Kurikulum Merdeka
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan”
2021, dengan hasil penelitian:
13
pembelajaran matematika dikendalikan dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan secara optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran matematika. Temuan penelitian penerapan kurikulum merdeka
dalam pembelajaran matematika menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1)
Kurikulum operasional satuan pendidikan terapan (KOSP) harus dijadikan
pedoman dalam merancang pembelajaran. Aspek lingkungan pendidikan menjadi
pertimbangan dalam pembuatan RPP matematika, dan dapat mengakomodir
tuntutan siswa. Siswa melakukan penilaian awal sebelum membuat rencana untuk
menentukan potensi, sifat, kebutuhan, tahap perkembangan, tingkat pencapaian
akademik, dan faktor fundamental lainnya. konfigurasi proses pembelajaran
matematika berdasarkan temuan evaluasi diagnostik. Selain itu, siswa
dikategorikan menurut tingkat keterampilan selama perencanaan. (2) Penerapan
pembelajaran yang bervariasi dalam pemecahan masalah sesuai dengan bakat atau
kapasitas siswa diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran matematika yang
menarik. Siswa diberi kebebasan (kemandirian) untuk mengekspresikan diri
sesuai dengan kemampuannya dalam program pembelajaran mandiri. Untuk
mencapai tujuan belajar mandiri, seorang guru harus benar-benar memahami
keadaan dan bakat siswa. Akan mudah untuk menggunakan model atau strategi
pembelajaran yang tepat untuk setiap siswa jika guru sudah memiliki pemahaman
yang baik tentang murid-muridnya. (3) Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan, guru menggunakan penilaian autentik berbasis
assessment for learning, assessment as learning dan assessment of learning.
14
pancasila seperti, berakhlak mulia, bertaqwa, mandiri, kritis, dan dapat bergotong
royong, serta kreatif.
Merdeka belajar adalah trobosan baru dari kemendikbud yang dicetuskan
oleh Nadiem Makarim, yang paa awalnya diterpkan oleh PT Cikal di sekolah
Cikal. Pada dasarnya, perubahan pendidikan melalui kebijakan adanya kurikulum
merdeka belajar adalah slah satu inovasi terbaru untuk mempersiapkan SDM
berkualitas yang mempunyai Profil Pancasila serta kurikulum merdeka belajar
bermaksud ditujukan kepada seluruh satuan pendidikan pada jenjang dasar,
menengah serta atas.
Dengan adanya perubahan baru ini, kementrian pendidikan mempunyai
harapan tinggi pada pembelajaran yang tidak terfokus pada siswa didlam kelas
akan tetapi siswa dapat bereksplor di luar kelas, hal ini dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik, santai, dan tidak terpusat pada guru. Sistem
pembelajaran seperti ini dapat membentuk karakter percaya diri, mandiri, cerdas
dalam bersosialisasi, dan dapat berkompetisi.
Menurut (Prayogo, 2020) “Merdeka Belajar adalah proses pembelajaran
secara alami untuk mencapai kemerdekaan”. Esensi merdeka belajar adalah
mencari kemungkinan terbesar setiap pendidik atau peserta didik untuk berinovasi
dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri tidak hanya terpaku pada
proses birokrasi pendidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merdeka belajar merupakan
sistem pembelajaran yang membebaskan setiap pelaku dlam dunia pendidikan
baik disekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang bersifat bebas, menarik,
santai dan tidak terpusat hanya satu subjek dengan harapan dapan membentuk
karakter profil panacasila dalam peserta didik.
Dalam penerapannya Kemendikbudristek membuat konsep kurikulum
merdeka yang diadobsi oleh Vhalery yang terbagi menjadi empat konsep utama
merdeka belajar, antara lain:
Pertama: Mengubah USBN menjadi Assesmentkompetensi, pada saat
kurikulum merdaka ini, USBN yag telah lama menjadi salah satustandar kelulusan
di satuan pendidikan kini digantikan oleh Asesment kompetensi, hal ini memiliki
15
tujuan agar mengembalikan keleluasan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan
sesuai dengan UU sisdiknas. Asesmen kompetensi bisa dilakukan dengan dua cara
yakni dengan cara tes tertulis atau bentuk asesment lainnya yang lebih
komperhensif supaya dapat meliahat kompeteni lain yang ada dalam peserta didik.
Selain pada peserta didik asesmen kompetensi ini juga mempunyai manfaat untuk
guru yakni membuat guru merdeka melaksnakan pembelajaran, menilai sesuai
dengan kebutuhan siswa dan sekolah, selain itu duru juga dapat mengembangkan
kompetensi profesionalitasnya. Sementara untuk sekolah, bisa lebih merdeka
karena mempunyai nilai positif dalam proses dan hasil belajar siswa.
Kedua: Mengubah Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum serta survei Karakter. Tujuan utama dari pergantian UN dengan
asesmen kompetensi minimum serta survei karakter adalah untuk mengurangi
tekanan yang di dapatkan siswa, orang tua, dan guru supaya dapat memperbaiki
mutu pendidikan di Indonesia. Asesmen kompetensi dimaksudkan untuk
mengukur kompetensi berfikir kritis contohnya literasi, numerasi, serta karakter
sebagai problem salving secara pribadi dan profeional yang bertumpu pada pratik
di level internasional.
Ketiga: Penyerdahanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP),
penyerdahanaan ini dilakukan agar mengoptimlkan kemampuan guru di elas. Pada
kurikulum sebelumnya RPP mempunyai banyak segmen jika disusun bisa
mencapai lebih dari 20 halaman. akan tetapi pada saat ini RPP bisa dibuat dengan
satu halaman yang meliputi tiga bagian penting yaitu tujuan pembelajaran,
kegiatan, dan evaluasi atau penilaian. Ini dimaksudkan untuk mengurangi
administrasi seorang guru sehingga guru bisa lebih terfokus pada kegiatan
pembelajaran dan juga pada saat ini RPP telah digantikan dengan modul ajar yang
bersifat lebih beragam.
16
zonasi, 15% jalur prestasi, 5% jalur perpindahan. Sedangkan pada rancangan
peraturan terbaru PPDB sistem zonasi dibagi menjadi empat yakni 50% jalur
zonasi, 15% jalur afirmasi, 5% jalur perpindahan dan 0-30% jalur prestasi.
17
Memang diakui kurikulum merdeka mempunyai banyak manfaat, akan
tetapi disamping itu juga terdapat bebrapa hal yang bisa saja menjadi penghambat.
Bagi peserta didik yang tentu memiliki semangat dan minat belajar tinggi serta
pemahaman yang cukup, kurikulum ini menjadi peluang besar untuk memperoleh
ilmu dari bidang yang lain, sehingga mempunyai ilmudan pengalamn yang luas.
Namun untuk sisw yang kurang mempunyai motivasi atau kesusahan dalam
memahami pelajaran akan merasa terbebani dengan adanya kurikulum ini. Peserta
didik akan merasa tidak nyaman dan mungkin sulit bagi mereka untuk mau
menjalankan tugas lintas pelajaran. Sudah diakui memang sulit untuk
menumbuhkan minat dan semangat belajar peserta didik, namun hal ini tetap
menjadi tugas bagi tenaga pendidik bahkan penyelenggara pendidika. Faktor
penghambat lain yang menjadi PR dalam pelaksanaan proyek penguatan profil
pelajar panacasila (P5) adalah kemampuan dalam pengadaan alat dan bahan yang
mendukung oleh sekolah.
18
memberikan kebebasan kepada guru untuk memperkaya modul ajar dengan dua
cara, yakni guru bisa menentukan atau merubah modul ajar yang sudah disiapkan
oleh pemerintah dan menyesuaikannya dengan sifat siswa atau menyusun modul
secara individual sesuai dengan materi dan sifat siswa.
Sebelum penyusunan modul ajar, guru terlebih dahulu mengetahui strategi
mengembangkan modul ajar dan harus mencapai dua syarat minimal, yakni
memenuhi kriteria yang telah ada dan kegiatan pembelajaran dalam modul ajar
harus sesuai dengan prinsip pembelajaran dan asesmen. Kriteria modul ajar yang
dimaksud adalah sebagai berikut; (1) Esensial yaitu setiap mata pelajaran
berkonsep melalui pengalaman belajar dan lintas disiplin ilmu, (2) Menarik,
bermakna, dan menantang yakni guru dapat menubuhkan minat siswa dan
melibatkan siswa secara aktif pada pembelajaran, (3) Relevan dan kontekstual
yaitu berkaitan dengan unsur kognitif dan pengalaman yang telah adaseblumnya
dan sesuai dengan kondisi waktu dan tempat siswa berad, dan (4)
Berkesinambungan yaitu kegiatan pembelajaran harus mempunyai keterkaitan
yang sama dengan fase belajar siswa (fase 1, fase 2, fase 3).
Setelah menentukan prinsip dari kriteria di atas, guru dapat membuat
modul ajar sesuai dengan komponen yang ditetapkan berdasarkan keperluan.
Akan tetapi modul ajar mempunyai komponen yakni Komponen informasi umum,
Kompetensi inti, dan Lampiran.
Dalam komponen informasi umum meliputi beberapa poin diantaranya:
1. Identitas penulis modul, institusi, dan tahun dibuatnya modul ajar, jenjang
sekolah, kelas, serta alokasi waktu
2. Kompetensi awal yaitu kalimat pernyataan tentang pengetahuan dan
keterampilan yang wajib dicapai siswa sebelum mempelajaru materi.
3. Profil Pelajar Pancasila. Poin ini menjadi pembeda antara kurikulum
sebelumnya dengan kurikulum merdeka, Profil Pelajar pancasila merupakan
tujuan akhir dari proses pembelajaran yang berkaitan dengan pembentukan
karakter siswa. Beberapa poin profil pelajar pancasila yang saling
berhubungan pada semua mata pelajaran dan terliah jelas pada materi
pembelajaran, pedagogik, kegiatan proyek, dan penilaian. Dalam setiap
19
modul ajar mempunyai satu atau beberapa poin profil pelajar pancasila yang
telah ditentukan.
4. Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah fasilitas dan media yang
diperlukan guru dan peserta didik untuk menunjang proses pebelajaran di
dalam kelas. Teknologi merupakan sarana yang bisa di manfaatkan dan
sangat dibutuhkan oleh gur dan peserta didik dalam menunjang proses
pembelajaran. Teknologi dapat digunakan untuk pembelajaran yang lebih
bermutu.
5. Target Siswa. Target siswa dapat ditentukan dari psikologis peserta didik
sebelum memulai pembelajaran. Guru bisa membuat modul ajar sesuai
dengan kategori peserta didik dan dapat memberikannya fasilitas supaya
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Ada tiga kategori yang pada
umunya, anatara lain:
a. Siswa reguler: siswa reguler biasanya berkarakter tidak mengalami
kesusahan dalam memahmi materi pelajaran
b. Siswa kesulitan belajar: siswa ini cenderung mengalami hambatan baik
secara fisik ataupun mental dimana kurang dapat berkonsentrasi jangka
panjang, memahami meteri ajar, kurang kepercayaan diri, dan sebagainya.
c. Siswa pencapaian tinggi: siswa dengan kategori ini biasanya cepat
memahami materi ajar, terampil dalam berfikir kritis dan dapat
memimpin.
6. Model pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka terdapat beragam model
pembelajaran dan bisa digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan kelas.
Sementara dalam kompetensi inti modul ajar terdapat tujuan pembelajaran,
asesmen, pemahamn bermakna, pertanyaan pemantik, kegiatan pembelajaran, dan
refleksi siswa maupun guru.
1. Tujuan pembelajaran, dalam tujuan pembelajaran harus menunjukan poin-
poin penting dalam pembelajaran dapat diuji oleh bermacam asesmen sebagai
bentuk dari pemahaman siswa. Tujuan pelajaran meliputi alur konten capaian
pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk
20
menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang akan digunakan, kesesuaian
dari bermacam siswa, teknik asesmen yang akan dipakai. Bentuk tujuan
pembelajaran juga bermacam-macam, mulai dari bidang kognitif yang
meliputi fakta serta informasi, prosedur, pemahaman konseptual, seni berfikir
kritis dan ketarmpilan bernalar, dan cara berkomunikasi.
2. Pemahaman bermakna, pemahaman bermakna untuk menjelaskan proses
pembelajaran tidak hanya menghafal konsep atau fenomena saja, namun perlu
diterapkan kegiatan menyatukan konsep-konsep tersebut untuk membuat
pemahaman yang baik sehingga konsep yang telah disusun oleh guru dapat
membentuk perilaku peserta didik.
3. Pertanyaan pemantik, Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru dalam rancangan
pembelajaran modul ajar yang digunakan untuk membangkitkan kemampuan
berbicara, rasa ingin tahu, memulai diskusi antar teman atau guru, dan
memulai pengamatan. Pertanyaan yang digunakan berbentuk kata tanya yang
terbuka seperti, apa, bagaimana, dan mengapa.
4. Kegiatan Pembelajaran, pada kegiatan ini berisikan alur dari pembelajaran di
dalam kelas atau luar kelas. Kegiatan pembelajaran ini mempunyai susunan
yang sistematis yang bisa dimasukan dengan pilihan pembelajaran atau
pembelajaran alternatif sesuai dengan kurikulum belajar peserta didik, akan
tetapi tetap pada durasi waktu yang telah direncanakan. Adapun langkah
kegiatan pembelajaran adalah pendahuluan, inti, dan penutup berbasis metode
pembelajaran aktif.
5. Asesmen, Pada kurikulum merdeka belajar ini asesmen atau penilaian
dilakukan dalam tiga bentuk kategori, yakni asesmen diagnostik, asesmen
formatif, dan asesmen sumatif. Hal ini dilakukan untuk mengukur capaian
pembelajaran di akhir kegiatan pembelajaran. Pada asesmen diagnostik ini
biasanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dengan mengelompokkan
kondisi siswa dari segi psikologis dan kognitif. Asesmen formtif ini
dilakukan pada saat proses pembelajran berlangsung. Sementara asesment
sumatif dilakukan pada setiap akhir pembelajran. Kegiatan asesmen ini
mempunyai beberpa wujud yang diantaranya adalah; (1) sikap, asesmen sikap
21
dapat berupa pengamatan terhadap diri sendiri, penilaian diri, penilaian teman
seumuran, dan anekdotal, (2) performa, penilaian performa biasanya
berwujud hasil keterampilan/psikomotorik peserta didik yang berbentuk
persentasi, drama, market day, dan lainnya, dan (3) tertulis, biasanya
penilaian ini memiliki sifat objektif yang dilakukan secara tertulis sperti
essay, pilihan ganda, dan sebagainya.
6. Remedial dan Pengayaan, kegiatan ini bisa diberikan pada peserta didik
dengan pencapaian tinggi dan peserta didik yang memerlukan bimbingan
dalam pemahaman terhadap materi. Guru bisa melihat defrensiasi lembar
kerja bagi peserta didik yang mendapatkan pengayaan atau yang remedial.
Dalam tahap akhir modul ajar, yaitu lampiran yang termuat didalamnya
lembar kerja pesrta didik, pengayaan dan remedial, bahan bacaan guru dan peserta
didik, glosarsarium, dan daftar pustaka. Semua komponen diatas tidak perlu
dimasukkan kedalam modul ajar dan di serahkan kepada satuan pendidikan yang
mempunyai kebebasan merancang dan mengembangkan modul sesuai dengan
kedaan lingkungan belajar dan kebutuhan siswa.
4. Indikator Kurikulum Merdeka Belajar
Ada beberapa indikator keberhasilan dalam kurikulum merdeka belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran, Indikator keberhasilan kurikulum
merdeka belajar adalah sebagai berikut:
a. partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata.
b. pembelajaran yang efektif,
c. tidak adanya ketertinggalan anak didik.
Dari tiga indikator keberhasilan kurikulum merdeka belajar, peneliti ingin
menjelaskan dengan detail dari indikator keberhasilan kurikulum merdeka belajar
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Siswa-siswi dalam Pendidikan Indonesia
Berdasarkan uraian di atas, partisipasi dapat dikembangkan lebih lanjut
beberapa tingkatan, yaitu:
Pertama: Menerima, siswa, ingin memperhatikan pada kejadian atau
kegiatan. Misalnya, siswa ingin mendengar apa yang dikatakan guru mengamati
22
apa yang terjadi di tempat sekitarnya. Kedua: Menanggapi, Artinya, siswa
menginginkan suatu peristiwa dengan cara ikut serta. Contoh: menanggapi,
mengikuti, menerima, mematuhi perintah, menyukai dan sebagainya. Ketiga:
Menilai, yaitu siswa dapat menerima atau menolak suatu pristiwa melalui
pernyataan sikap positif atau negatif. Contohnya : menerima, mendukung,ikut
serta, meneruskan, mengabdikan diri, dan sebagainya.
Keempat: Menyusun, Ketika siswa menghadapi situasi multinilai, mereka
dengan mudah menyusunnya, menentukan hubungan antara nilai yang berbeda
dan menerima bahwa beberapa nilai lebih tinggi dari yang lain. Contoh:
menyusun, memilih, mempertimbangkan, memutuskan, menentukan,
merencanakan dll. Kelima: Mengenali ciri karena kompleks nilai, yaitu siswa
secara konsisten bertindak mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah
laku ini sebagai bagian dari kepribadiannya. Contoh : percaya, mempraktekkan,
melakukan, mengerjakan.
2. Pembelajaran Yang Efektif
(Slavin, 2014) menyusun model pembelajaran yang efektif
berdasarkan hasil kerja carroll dan mengidentifikasi elemen-elemen atau
item pembelajaran sebagai berikut: Pertama: Kualitas pembelajaran, Kualitas
pembelajaran tergantung pada tingkat pengetahuan atau keterampilan yang
disajikan kepada siswa mudah dipahami oleh mereka.Kualitas pembelajaran
biasanya berupa hasil yang berkualitas berkaitan dengan pembelajaran atau
kurikulum dan pengajaran.
Kedua: Tingkat pembelajaran yang memadai, Tingkat pembelajaran yang
memadai merujuk pada seberapa jauh guru yakin bahwa para peserta didik siap
belajar sesuatu hal yang baru. Artinya, mereka memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari hal baru tersebut, yang
sebelumnya belum pernah dipelajarinya. Dengan ungkapan lain, tingkat
pembelajaran itu memadai jikalau suatu pelajaran tidak terlalu sulit dan juga tidak
terlalu mudah bagi peserta didik. Ketiga: Imbalan, Imbalan berlaku untuk hal-hal
dimana guru percaya bahwa siswa akan termotivasi mengerjakan tugas dan akan
mau belajar tentang apa yang diajarkan, tentu saja setelah mendapat penguatan
23
atau imbalan dari guru. Keempat: Waktu, waktu yang dalam hal ini berapa banyak
waktu yang digunakan untuk peserta didik mempelajari hal-hal yang telah
disampaikan oleh guru.
3. Tiada Ketertinggalannya Anak didik
Selama dua tahun yang lalu, saat pandemi, semua siswa tertinggal dalam
belajar karena mereka melakukan pembelajaran daring untuk itu dengan adanya
kurikulum merdeka belajar peserta didik harus mengejar ketertinggalan materi
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, indikator dari program kurikulum
merdeka belajar ini adalah tentang akselerasi/percepatan belajar akhir dan
pemantapan pembelajaran pendidikan pancasila dengan mengutamakan sikap
moral, setelah itu siswa dalam Kurikulum merdeka belajar ini juga siswa harus
membuat proyek yang dapat menjadi wirausaha. Misalnya membuat sesuatu yang
bisa dijual. selama masa pandemi, harapan pemerintah dengan adanya kurikulum
merdeka belajar ini dapat mengejar ketertinggalan materi pembelajaran di
sekolah.
24
siswa”. Michael dalam Nafisatun Nikmah (2019: 8) “menyatakan implementation
consist of the process of puting into practice an idea, program, or set of activities
and strcture new to the people attamping or expected to change”. Dia berpendapat
bahwa implentasi berisi tentang proses pelaksanaan secara nyata/mempraktekkan
ide, program, atau beberapa aktivitas dan struktur baru oleh dan untuk pihak-
pihak yang menghendaki pembelajaran.
Berdasarkan bebrapa pendapat diatas tentang definisi implementasi dapat
disimpulakan bahwa implementasi adalah kegiatan dan penerapan gagasan,
konsep, ketentuan dan inovasi serta membentuk kompetensi dan karakter siswa.
25
dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mengembangkan kebijakan ekonomi agar
keterbukaan perekonomian suatu negara.
Dari pernyataan diatas bisa diketahui bahwa mata pelajaran ekonomi
adalah salah satu bagian ilmu sosial yang dipelajari di bebrapa jenjang pendidikan
guna mengatahui keggiatan yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, dan dalam ilmu
ekonomi juga mempelajari bahwa setiap kegiatan manusia yang dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhannya bisa disebut sebagai ekonomi.
2. Manfaat Mempelajari ilmu Ekonomi
Seperti halnya dengan ilmu yang lainnya ilmu ekonomi juga mempunya
manfaat dalam mempelajarinya. Berikut beberapa manfaat mempeljari ilmu
ekonomi yang di kemukakakan oleh Mankiw yang berdasarkan kenyataan di
lapangan:
a. Ilmu ekonomi bisa membantu dalam pemahaman wujud pelaku
ekonomi dalam dunia nyata secara lebih baik. Dengan penguasaan
terhadap ilmu ekonomi, pertanyaan yang masih tentang mengapa harga
produk tertentu cenderung naik pada saat mendekati hari raya, kenapa
penjual barang mewah cenderung meningkat pada saat perekonomian
sedang krisis, mengapa nilai kurs sangat mempengaruhi terhadap harga
barang di dalam negeri, dan sebaginya. Pada hal ini berlaku prinsip
lebih baik mengetahui daripada tidakmengetahui.
b. Dengan mempelajari ilmu ekonomi bisa membuat seseorang lebih bisa
atau lebih cerdas dalam dunia perekonomian. Tentu saja untuk orang
yang bisa mempelajari dan mempunyai penguasaan terhadap ilmu
ekonomi relatif akan lebih senang dalam membaca fenomena ekonomi
yang terjadi sejalan dengan kejadian-kejadian dalam perekonomian,
Dalam hal ini berlaku prinsip, bersedia dan waspada serta berjaga lebih
baik dan aman daripada tidak sama sekali.
c. Dengan menguasai ilmu ekonomi dapat memberikan pemahaman atau
potensi dan keterbatasan kebijakan ekonomi. Untuk orang yang tidak
tahu dan bisa menguasai ilmu ekonomi, pada umumnya menjadi apriori
26
terhadap suatu kebijakan pembangunan ekonomi atau bahkan terlalu
optimis dan cenderung hanya bisa menyakahkan.
Implementasi kurikulum
Merdeka Belajar Pada
Pembelajaran Ekonomi
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan sebuah penelitian lapangan
(field research) yang memiliki sifat kualitatif. Somantri (2005), Metode kualitatif
merupakan pembangunan teori ilmu sosial serta metodologi dalam konteks ke-
Indonesiaan. “Penelitian Kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati” (Bogdan and Taylor, 1992). Dari paparan diatas dapat diketahui
bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil data penelitiannya
bersifat deskriftip yang berupa ucapan atau perilaku orang berdasarkan temuan
dalam pengamatan. Karena itu dalam penelitian ini setiap gejala yang terkait
dengan analisis penerapan kurikulum merdeka belajar pada pembelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra dikaji secara menyeluruh dan mendalam serta
diupayakan memberikan arti yang mendalam tentang fenomena yang ditemukan.
Dengan demikian anatara gejala yang satu dengan gejala yang akan saling
berkaitan ( J. Maleong, 2001).
“Penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan secara sistematis
fakta dan karakteristik sebjek dan objek yangakan diteliti secara tepat, untuk
mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan
maupun tingkah laku manusia”. (Sukardi 2013)
Metode kualitatif, lebih mementingkan obeservasi, wawancara,
dokumentasi dan mempunyai banyak kelebihan diantaranya: sarana dalam
penyajian pandangan subjek yang akan diteliti, menyajikan uraian yang
menyeluruh dan sama dengan apa yang dialami oleh pembaca dalam kehidupan
sehari-hari, memberikan penilaian atau konteks yang ikut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks yang diteliti.
28
a. Data
Data merupakan sesuatu hal yang belum mempunyai arti bagi penerimanya
dan masih membutuhkan adanya sebuah pengolahan. Data dapat berbentuk
sebuah keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa, ataupun
simbol-simbol lainnya yang dapat kita pakai untuk bahan melihat lingkungan,
objek, kejadian, atau konsep. Data terbagi menjadi dua macam (Iqbal Hasan,
2002), yakni:
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sebuah
lembaga atau perusahaan yng berupa hasil penglihatan di sekitar dan
perolehan dokumen lembaga serta wawancara dan observasi (Soedijono,
2008).
Dalam Penelitian ini, data primer yang dipakai adalah data mengenai:
a. Profil umum SMA Negeri 1 Sakra.
b. Data mengenai keadaan sekolah.
c. Data tentang pendidik dan tenaga pendidik.
d. Data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung didapatkan dari
dokumen-dokumen yang ada. Dalam hal ini bersumber dari penelitian yang
meliputi jurnal atau buku-buku bacaan yang berhubungan dengan judul
penelitian dan data yang terkumpul (Arikunto, 1998). Pada penelitian ini data
sekunder yang dipakai adalah dokumen-dokumen SMA Negeri 1 Sakra,
dokumen jumlah guru dan siswa, serta dokumen lain yang dibutuhkan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpululan data merupakan langkah yang peling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
sehingga peneliti mampu mendapatkan data secara stadarisasi sesuai dengan
teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2016). Teknik pengumpulan data merupakan
suatu langkah atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan
penyajian fakta untuk kajian tertentu. Dalam penelitian ini peneliti akan
29
menggunakan tiga jenis teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara,
dan telaah dokumen.
a. Observasi
Teknik observasi (observasi) adalah teknik pengumpulan data yang
melibatkan kegiatan yang mencatat fenomena yang dilakukan melalui pengamatan
secara sistematis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ruang, lokasi pelaku,
kegiatan, waktu, peristiwa, dan tujuan. Teknik penelitian dapat digunakan dengan
cara langsung (partisipatif) atau nonpartisipatif untuk memperoleh informasi.
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data tentang aktivitas pembelajaran di
SMA Negeri 1 Sakra dengan mengamati secara langsusng kinerja guru SMA
Negeri 1 Sakra. Hal ini bermaksud agar penelitian mendapatkan data yang akurat
dan faktual berkaitan dengan Penerapan kurikulum merdeka belajara pada
pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih dimana informasi
dipertukarkan atau informasi dan ide dikumpulkan melalui tanya jawab sehingga
makna dapat dikonstruksi sesuai dengan informasi yang peneliti cari. Pada
hakikatnya wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh informasi dengan
bertanya secara langsung kepada responden, maka keahlian pewawancara dalam
menggali informasi dari responden sangatlah dibutuhkan.
Jenis data yang peneliti ingin dapatkan dengan menggunakan metode
wawancara ini adalah:
1. Bagaimanakah tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran ekonomi
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.
2. Bagaimanakah tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran ekonomi
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.
30
3. Bagaimanakah tingkat ketercapaian peneilaian pembelajaran ekonomi
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Sakra.
Adapun wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara tidak terstruktur, wawancara dengan pertanyaan yang tidak
ditetapkan pada awal penelitian, oleh sebab itu wawancara ini juga tidak
mempunyai standar yang formal.
2. Wawancara semi terstuktur, wawancara yang dimulai dari isu penelitian.
Setiap pertanyaan tidaklah sama ada tiap narasumber sesuai dengan
jawaban dari narasumber tersebut.
c. Pedoman Wawancara
Pada kegiatan wawancara ini penulis sudah merangkai beberapa
pertanayaan yang akan digunakan dalam kegiatan wawancara terebut yang
diambil dari hasil analisis pada rumusan masalah. Diantara pertanayaan yang telah
peneliti rangkai antara lain.
a) Bagaimanakah cara guru dalam menyusun perencanaan
pembelajarannya pada kurikulum merdeka belajar ini
b) Bagaimanakah guru menerapkan strategi pembelajaran pada
kurikulum merdeka belajar.
c) Strategi pembelajaran seperti apa yang diterapkan guru untuk
mencapai standar ketercapaian perencnaan pembelajaran yang telah
disusun
d) Apa yang menjadi indikator dalam menentukan ketercapaian
pembelajaran ekonomi dalam implementasi kurikulum merdeka ini
e) Strategi apa yang lebih cocok digunakan guru untuk pembelajaran
ekonomi di kurikulum merdeka belajar.
f) Apakah ada hambatan yang dirasakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran ekonomi pada implementasi kurikulum merdeka
g) Dalam mata pelajaran ekonomi apakah guru menemukan kendala pada
saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
31
h) Apa yang menjadi indikator guru dalam menentukan ketercapaian
pelaksanaan pembelajaran ekonomi yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum merdeka.
i) Keberhasilan seperti apa yang ingin dicapai guru dalam pelaksaan
pembelajaran ekonomi di kurikulum merdeka belajar ini.
j) Apakah yang menjadi indikator guru dalam menentukan tingkat
ketercapain penilaian pada pembelajaan ekonomi dalam implementasi
kurikulum merdeka
k) Apakah sejauh ini hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi
pada kurikulum merdeka ini sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum.
d. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi dalam
bentuk tertulis atau lisan sesuai dengan preferensi peneliti. Dokumentasi adalah
catatan peristiwa masa lalu. Dokumen dapat berupa foto, laporan, catatan atau
karya monumental tentang seseorang. Sifat utama dari pengetahuan ini tidak
terbatas pada ruang dan waktu, tetapi memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di masa lampau. Dokumentasi digunakan
sebagai alat untuk merekam dan mengumpulkan informasi dari observasi dan
wawancara.
3.4 Sumber Data
Pemahaman tentang berbagai sumber data penelitian merupakan bagian
yang sangat penting bagi peneliti, karena ketepatan dalam memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan, kedalaman, dan
kelayakan informasi yang diperoleh. Sebuah data tidak akan mungkin dapat
diperoleh tanpa sumber data. Seberapapun menariknya permasalahan suatu topik
penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia, penelitian tersebut tidak memiliki
arti, karena tidak bisa diteliti untuk dipahami.
Berbagai macam sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam menggali
informasi dalam penelitian kualitatif, antara lain meliputi:
1) dokumen atau arsip,
2) narasumber (informant),
32
3) peristiwa atau aktivitas,
4) tempat atau lokasi,
5) benda,gambar serta rekaman.
33
3.4.2 Key Informant
Dalam buku Metode Riset Kualitatif, Dayman dan Holloway menyatakan
bahwa,”Key informan adalah wakil kelompok yang diteliti, yang telah berada
cukup lama dalam kebudayaan, hingga memiliki pengetahuan setingkat pakar
meyangkut aturan-aturan, dan bahasa kebudayaan tersebut.”
Dengan demikian dapat disimpulkan key informan adalah orang yang
dianggap peneliti mampu dalam memberikan informasi yang berkaitan
dengan penelitian.
34
terdiri dari 4 (empat) pokok permasalahan, yaitu Pengumpulan data, reduksi atau
penyederhanaan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat dalam
catatan lapangan, yang terdiri dari dua bagian, satu deskriptif dan satu reflektif.
Catatan deskriptif adalah catatan alami (catatan tentang apa yang dilihat, didengar,
dilihat, dan dialami peneliti, tanpa pendapat atau interpretasi peneliti terhadap
fenomena yang telah dialami). Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan,
komentar, pendapat dan interpretasi peneliti terhadap hasil dan merupakan bahan
perencanaan pengumpulan data untuk langkah selanjutnya.
b. Reduksi
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan, abstraksi, dan
transformasi data mentah dari lapangan. Proses ini terus berlangsung selama
penelitian dilakukan dari awal sampai akhir (Basrowi dan Suwandi,
2019). Reduksi data berarti meringkas, memilih hal-hal yang utama, memusatkan
perhatian pada isu-isu penting, serta mencari tema dan pola yang sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan peneliti. Reduksi data memberikan gambaran yang
lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk mencari dan mengumpulkan data.
Peneliti kemudian memfokuskan perhatian mereka, mengklasifikasikan dan
mengorganisasikan data sehingga dapat dilakukan interpretasi.
c. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat berupa tabel, diagram,
peta, simbol. Dalam penelitian ini, penyajian data biasanya dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, kumpulan informasi yang terstruktur dan memberi peluang
untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan, memudahkan pengembangan
bahan penelitian bagi peneliti.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah membentuk proporsi yang berkaitan dengan
prinsip logika, mengankatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan mengkaji secara terus-menerus terhadap data (Basrowi dan Suwandi,
35
2008). Kesimpulan dibuat selama proses penelitian dan proses reduksi data, ketika
bahan yang cukup telah dikumpulkan, kesimpulan awal dibuat dan ketika data
sudah lengkap, kesimpulan akhir dibuat.
Dalam penelitian ini, sejak awal peneliti selalu berusaha mencari makna
dari data yang terkumpul. Untuk melakukan ini, kita perlu mencari pola, tema,
hubungan, kesamaan, kejadian umum, hipotesis, dll. Kesimpulan awal yang
disajikan bersifat sementara dan akan berubah jika bukti yang kuat dan
mendukung tidak ditemukan pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Namun,
jika kesimpulan tersebut benar-benar didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten ketika peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang disajikan merupakan kesimpulan yang masuk akal (yang dapat
dipercaya).
3.6 Keabsahan Data
Pada saat menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik
triangulasi, yaitu “teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu
selain data itu untuk memverifikasi atau membandingkan data” (Lexy. J.
Moeloueng 2004). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas didefinisikan sebagai
pemeriksaan informasi dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda dan
pada waktu yang berbeda. peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode
yang dilakukan dengan mengkaji informasi dari berbagai sumber. Langkah-
langkah triangulasi sumber dan metode yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) Membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan.
b) Membandingkan yang disampaikan secara pribadi dan dimuka umum.
c) Membandingkan apa yang terjadi pada saat penelitian dan yang berlangsung
sepanjang waktu.
Proses triangulasi sumber adalah proses dimana pada tahap akhir analisis
data dan penarikan kesimpulan, dimintakan kesepakatan (cross check) dengan
sumber data ( Sugiyono, 2014). Dalam proses triangulasi metode, peneliti menguji
keabsahan data dengan cara mengumpulkan data yang serupa tetapi menggunakan
teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda untuk membuktikan
36
kebenarannya walaupun berbeda, namun sampai pada kesimpulan yang sama dan
dapat diharapkan. menarik kesimpulan. Tanpa keraguan Peneliti akan melakukan
beberapa langkah di atas untuk memvalidasi data yang disajikan dalam penelitian
ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Ummi Inayati. 2st ICIE: International Conference on Islamic Education Volume 2
2022 (PP. 293-304)
Yanuar Hery Murtianto. Pengembangan kurikulum Berdeferensisasi Mata
Pelajaran matematika SMA untuk siswa berbakat dan cerdas istimewa di
Kelas Akselerasi. Surakarta (2013). Hal. 48.
Yose Indarta, Nizwardi Jalinus, et al. Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan
Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Jurnal Ilmu
Pendidikan Vol 4 No 2 Tahun 2022, 2656-8063, 2656-8071
Yusuf, M. & Arfiansyah, w. (2021). Konsep “Merdeka Belajar” dalam Pandangan
Filsafat Konstruktivisme. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan
Keislaman, 7(2): 120-133
Penelitian:
Penelitian Dewa Ayu Made Manu Okta Priantini: “Analisis Kurikulum Merdeka
Dan Platform Merdeka Belajar Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang
Berkualitas” 2022
39