Revisi Elan 3

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP KETERAMPILAN PERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA
PELAJARAN INFLUIDA DINAMIS KELAS X SMAN 1 MOYO UTARA

Disusun Oleh:
ELAN MULANA
NIM: 20.84203.1.004

Proposal ditulis sebagai persyaratan sebelum melakukan penelitian untuk


mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA
PEMBELAJARAN FISIKA KLS X SMAN 1 MOYO UTARA

OLEH
ELAN MAULANA
NPM : 20.84203.1.004

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Samawa Sumbawa Besar sebagai salah satu
syarat sebelum melakukan penelitian
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Dosen Pembimbing
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ROMI APRIANTO M.Sc SRI NURUL WALAIDAIN M.Pd


NIDN. 0824048603
NIDN. 0814078602

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Syarif Fitriyanto, M.Pd


NIDN.0812058801

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini

sesuai dengan yang diharapkan. Sholawat beserta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafaatnya

diakhir kelak, proposal skripsi yang penulis buat dengan judul “PENGARUH

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA

PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SMAN 1 MOYO UTARA”.

merupakan tugas akhir penulis untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Universitas Samawa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Tersusunnya proposal skripsi ini tidak terlepas

bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih, terutama

kepada:

1. Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar, M.Pd., Rektor Universitas Samawa, yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh studi strata

satu (S-1) di Universitas Samawa.

2. Erma Suryani, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Samawa yang memberikan motivasi kepada peneliti dalam

penyusunan proposal penelitian.

ii
3. Syarif Fitriyanto M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas

Samawa yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis agar karya

ilmiah ini dapat dilakukan sesuai dengan kaidah yang ditentukan.

4. Sri Nurul Walidain, M.Pd., selaku Dosen pembibing 2 yang telah telah

memberikan banyak ilmu kepada penulis, agar karya ilmiah ini dapat

dilakukan sesuai dengan kaidah yang ditentukan.

5. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Samawa yang telah meluangkan waktu dalam membantu

peneliti menyelesaikan permasalahan yang peneliti hadapi dalam

penyusunan proposal skripsi dengan tepat .

6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika yang telah

memberikan motivasi kepada peneliti, sehingga proposal penelitian dapat

terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat diharapkan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal ini.

Akhir kata, peneliti mengharapkan agar proposal skipsi ini dapat dapat berlanjut

dan bermanfatat bagi peneliti khususnya juga bagi para pembaca pada umumnya.

Sumawa, 14 Januari 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................I

KATA PENGANTAR ...........................................................................................II

DAFTAR ISI ........................................................................................................IV

DAFTAR TABEL ................................................................................................VI

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................VII

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................8

C. Tujuan Penelitian....................................................................................8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................8

E. Pembatasan materi...............................................................................10

BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................................11

A. Kajian Teori .........................................................................................11

B. Penelitian Relevan ..............................................................................20

C. Kerangka Pikir.....................................................................................20

D. Hipotesis Penelitian.............................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................23

A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................23

B. Populasi dan Sampel............................................................................24

iv
C. Teknik pengumpulan data....................................................................24

D. Instrument penelitian...........................................................................25

E. Teknik anlisis data...............................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

v
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Desain penelitian..............................................................................................23

3.1 Jumlah Populasi.............................................................................................. 24

3.2 Kriteria Keefektifan Skor N-Gain....................................................................30

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Bagan Kerangka Pikir......................................................................................29

vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling

mempengaruhi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM). Pembelajaran dikatakan mampu meningkatkan kemampuan

berpikir kritis apabila siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun

sosial dalam proses pembelajaran.

Susanti (2023) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa

akan berkembang dengan baik jika terjadi interaksi positif antara guru dan

siswa baik di dalam ataupun di luar kelas dimana siswa diberi kepercayaan

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya tanpa ada rasa takut.

Berdasarkan hal di atas, upaya guru dalam mengembangkan keterampilan

berpikir kritis siswa sangatlah penting, sebab kemampuan berpikir kritis

siswa menjadi penentu keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan kemampuan berpikir

kritis siswa maka gurulah salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam

peningkatan mutu tersebut. Seorang guru diberi tanggung jawab

mendorong dan membimbing siswanya menjadi aktif dan terampil dalam

berpikir kritis serta dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

dan guru juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu

yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses pengembangan siswa.

Hal ini selaras dengan hasi penelitian Zulkifli (2022) bahwa guru sebagai

1
fasilitator harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

peserta didik tidak hanya dari aspek kognif saja akan tetapi aspek

keterampilan dan psikomotik siswa juga perlu untuk dikembangkan,

sehingga diharapkan siswa akan terampil dan kompeten pada kemampuan

yang dimilikinya sendiri.

Penggunaan model pembelajaran pada dasarnya membantu

berhasilnya proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu pembelajaran di

kelas, terlihat dari proses perkembangan pembelajaran yang sedang

berlangsung.

Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi

menyenangkan dan tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran. Salah satu model yang digunakan

dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

adalah model problem Based Learning dapat melatih siswa untuk berpikir

secara kritis dan bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam kehidupan

nyata.

Model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) atau pembelajaran

berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang di desain untuk

menyelesaikan masalah yang disajikan. PBL merupakan suatu model

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan yang

berhubungan dengan dunia nyata yang dipecahkan melalui langkah

sistematis dan ilmiah yang dilakukan secara mandiri melalui kerja sama di

dalam kelompok. Arends (Trianto, 2011: 68) menjelaskan bahwa

2
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran di mana

siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk

menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan

kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan rasa

percaya diri.

Namun, problem base learning memiliki tantangan yang perlu di atasi,

salah satunya adalah mengatur waktu yang efektif, PBL membutuhkan

waktu yang lama di bandingkan dengan metode pembelajaran tradisional,

karena siswa harus melaluiproses pemeriksaan dan investigassi yang

mendalam.oleh karena itu guru harus memastikan mereeka memiliki

waktu yang cukup dalam curikulum untuk menginflementasikan PBL

dengan baik.

Tabel 1.1 tabel nilai kkm siswa moyo utara

NO JENIS JUMLAH PERSENTASE


SISWA %
1 Nilai di atas kkm 23 23 %
2 Nilai di bawah kkm 37 77%
Total 60 100%

Berdasarkan hasil observasi yang pernah saya lakukan di SMAN 1

Moyo Utara menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran fisika

masih tergolong rendah yaitu dibawah nilai kriteria ketuntasan minimum

yang ditetapkan adalah 80. Persentase siswa yang mendapat nilai di bawah

3
KKM mencapai 77%, secara khusus pada materi Fisika. Salah satu cara

mengatasinya adalah dengan Manajemen kelas yang baik yang

menyediakan kesempatan bagi peserta didik sedikit demi sedikit

mengurangi ketergantungan. Sehingga mereka dapat membimbing

kegiatan sendiri serta belajar dengan mandiri karena minimnya media yang

digunakan dalam pembelajaran.

Selain itu terdapat beberapa masalah yaitu kurangnya minat siswa pada

proses pembelajaran sehingga membuat siswa merasa sangat bosan dan tidak

memiliki motivasi dalam belajar dan pada akhirnya perolehan hasil yang

didapatkan siswa sangat tidak memuaskan dan tidak memenuhi standar

kelulusan hasil belajar fisika khususnya pada materi

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan guru

kelas X SMAN 1 Moyo Utara diperoleh informasi bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masih rata-rata mencapai 60% di mana seharusnya

siswa dikatakan kritis jika mencapai indikator kemampuan berpikir kritis

yakni 65%. Hal itu dikarenakan permasalahan pembelajaran di kelas

tersebut yaitu kurangnya interaksi antara guru dan siswa pada saat

pembelajaran. Proses belajar selama ini masih didominasi oleh pengajar

sehingga belum memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang

secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Cara mengajar yang

hanya satu arah (teacher confered) menyebabkan penumpukan materi dan

konsep saja yang kurang bermanfaat bagi siswa. Guru selalu menuntut

4
siswa untuk belajar tapi tidak diajarkan bagaimana siswa seharusnya

belajar dan menyelesaikan masalah. Fisika adalah salah satu bagian dari

sains (IPA) pada hakekatnya IPA adalah sekumpulan pengetahuan dapat

berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan model yang biasa disebut

produk. Selain itu yang paling penting dalam IPA adalah proses dalam

pembelajaran selain wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kenyataannya secara umum guru sains fisika cenderung

menggunakan metode ceramah pengajar sain fisika menggunakan metode

tersebut karena keterbatasan waktu mengajar, materi, sarana prasarana

yang kurang memadai. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara

aktif menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan kognitif, efektif, dan

psikomotorik siswa. Sebagian besar dari siswa juga tidak mampu

menghubungkan apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan atau dipergunakan. Tentu saja hal tersebut

membuat siswa cenderung menggunakan sebagian kecil saja dari potensi

atau kemampuan pikir dan menjadikan siswa terbiasa malas untuk berpikir

mandiri.

Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut perlu melakukan

upaya antara lain perbaikan strategi pembelajaran yaitu model

pembelajaran yang diharapkan mempermudah siswa dalam berpikir kritis

dan keterampilan memecahkan masalah sehingga tercapai hasil yang

5
maksimal. Salah satu model pembelajaran fisika yang digunakan adalah

pembelajaran berbasis masalah.

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari beberapa negara

maju lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional antara lain melalui berbagai peningkatan dan

pelatihan kualifikasi pengajar penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku

dan perbaikan sarana prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan

mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mutu pendidikan

tersebut belum mampu menunjukkan peningkatan yang dinamis (Eviani

2019).

Rendahnya kualitas pendidikan juga tercermin dalam pembelajaran

fisika di sekolah, namun implementasi dari kegiatan pembelajaran masih

belum berjalan secara optimal. Guru masih menempatkan dirinya sebagai

sumber utama pengetahuan, karena mengejar target materi pembelajaran

yang ditetapkan oleh kurikulum. Guru hanya berfokus pada hasil belajar

sebagai indikator ketuntasan belajar siswa. Siswa kurang diberikan

kesempatan untuk menggali pengetahuan dan mengaitkan konsep fisika

yang diberikan ke dalam situasi yang berbeda sehingga konsep-konsep

yang diajarkan menjadi kurang bermakna dan hanya bersifat hafalan saja.

Hal ini berdampak pada pemahaman konsep fisika siswa yang masih

rendah serta keterampilan proses siswa yang dilandasi pada kemampuan

berpikir kritis belum bisa diperdayakan. Proses pembelajaran guru sudah

baik akan tetapi masih banyak kekurangan dalam proses memahami materi

6
yang dilakukan siswa. Kebanyakan siswa belajar hanya dengan menghafal

materi daripada memahaminya secara menyeluruh. Sehingga mereka

merasa kurang memahami dan mengerti terhadap materi yang disajikan

dalam proses pembelajaran. Selain itu soal-soal di dalam proses

pembelajaran masih banyak mencangkup tingkat mengingat dan

menghafal yang membuat siswa belum terbiasa untuk menjawab dengan

jawaban yang mengandung pemikiran kritis. Sehingga di sini guru harus

terus menggali kemampuan berpikir siswa, mengingat kemampuan

berpikir kritis sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran.

Pemilihan, penggunaan, pendekatan, metode, model, strategi dan

asesment sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan

bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya serta peran aktif

dalam pembelajaran sehingga mampu memahami konsep dengan baik dan

mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah problem Based

Learning (PBL) . PBL adalah model pembelajaran yang akan merangsang

peserta didik untuk menganalisis masalah merumuskan hipotesis

mengumpulkan data menganalisis data dan menyimpulkan jawaban dari

permasalahan yang diberikan. Dengan kata lain, model ini pada dasarnya

melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah sistematis

sehingga siswa lebih kritis dalam mencari pemecahan dari suatu masalah

(Aditya, 2019).

7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X SMAN 4

Sumbawa besar dengan menerapkan model pembelajaran problem Based

Learning dengan judul “ PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KLS X SMAN

1 MOYO UTARA

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran problem Based Learning

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata

pelajaran fisika di kelas X SMAN 1 Moyo Utara.

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui

penggunaan model pembelajaran problem Based Learning pada

mata pelajaran fisika di kelas X SMAN Moyo Utara.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan dari rumusan masalah maka tujuan yang akan akan

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem Based

Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

pada mata pelajaran fisika di kelas X SMAN 1 Moyo Utara.

8
2. Untuk mengetahui peningkatan kemmapuan berpikir kritis siswa

setelah pembelajaran dengan menggunakan model problem based

di kelas X SMAN Moyo Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak yang antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan teoritis

terkait dengan model pembelajaran problem this learning untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Sebagai bahan perbandingan sekaligus sebagai bahan referensi bagi

peneliti yang relevan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

1. Dapat mengetahui penggunaan model pembelajaran problem

Based Learning pada mata pelajaran fisika kelas X SMAN 1

Moyo utara

2. Dapat mengetahui kelebihan penerapan problem Based

Learning pada mata pelajaran fisika kelas X

3. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penerapan

problem based Learning sehingga ketika menjadi guru dapat

dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan.

9
b. Bagi guru

1. Menambah wawasan pengajar mengenai model pembelajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa

2. Menambah wawasan guru untuk melatih kemandirian belajar

siswa

c. Bagi siswa

Model pembelajaran problem based Learning dapat melatih

kemandirian belajar siswa. Siswa akan terdorong untuk aktif di

dalam pembelajaran, menantang siswa untuk berpikir memotivasi

siswa untuk mencari tahu, sehingga akan menimbulkan proses

belajar yang menyenangkan.

d. Bagi sekolah

Memberikan referensi bagi semua guru mengenai model

pembelajaran yang efektif

E. PEMBATASAN MASALAH

Karena keterbatsan biaya,kemampuan serta untuk memfokuskan penelitian

guna menghindari kesimpangsiuran, maka penelitian membatasi masalah

penelitian ini pada aspek sebagai berikut :

1. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dengan indikator

keterampilan berpikir kritis yang akan di gunakan ialah indikator

10
keterampilan berpikir kritis siswa, yaitu memberi penjelasan

sederhana, menyimpulkan dan mengatur strategi dan taktik

2. Penggunaan model pembelajaran problem based learning pada

materi fluida dinamis.

F.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Model pembelajaran problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar

siswa dan gaya mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru

dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan idenya menurut

(Triyanto 2007:1) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.

Penggunaan model pembelajaran pada dasarnya membantu

berhasilnya proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu pembelajaran

di kelas, terlihat dari perkembangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru

mampu menguasai kelas, materi ajar, penggunaan metode

pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran dan sumber

belajar lainnya yang dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran.

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan

pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang

dipandang mampu mengatasi kesulitan pengajar dalam melaksanakan

12
tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Menurut Bound and Feletti (Slameto,

2017 : 41) Problem Based Learning adalah sebuah pendekatan yang

membentuk kurikulum yang mempertentangkan siswa dengan

permasalahan-permasalahan dan praktiknya yang di dalamnya

terdapat stimulus untuk belajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sumiati (Sumantri 2015 : 41)

pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan untuk

membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir

dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa

yang autentik serta menjadi pelajar mandiri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran problem Based Learning merupakan model

pembelajaran yang menyajikan masalah untuk dipecahkan siswa baik

secara individu maupun kelompok dengan memahami konsep dari

masalah yang ada agar dapat merangsang pemikiran kritis siswa untuk

menyelesaikan masalah dengan cara yang mereka pahami.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan

siswa suatu permasalahan yang berfungsi untuk merangsang

pemikiran siswa. Peran guru sebagai fasiliatator sangat penting karena

berpengaruh kepada proses belajar siswa. Peran guru adalah

memantau aktivitas siswa, memfasilitasi proses belajar dan

13
menstimulasi siswa dengan pertanyaan titik guru harus mengetahui

dengan baik tahapan kerja siswa baik aktivitas fisik maupun tahapan

berpikir siswa.

Penggunaan model pembelajaran pada dasarnya membantu

berhasilnya proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu pembelajaran

di kelas, terlihat dari perkembangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru

mampu menguasai kelas,materi ajar,penggunaan metode

pembelajaran,model pembelajaran, media pembelajaran dan sumber

belajar lainnya yang dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran.

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan

pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang

dipandang mampu mengatasi kesulitan pengajar dalam melaksanakan

tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran

problem Based Learning PBL. Menurut bound and feletti

(slameto.2017 : 41) Problem Based Learning adalah sebuah

pendekatan yang membentuk kurikulum yang mempertentangkan

siswa dengan permasalahan-permasalahan dan praktiknya yang

didalamnya terdapat stimulus untuk belajar.

Sedangkan menurut Sumiati (Sumantri 2015 : 41) pembelajaran

berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan

14
siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik

serta menjadi pelajar mandiri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran problem Based Learning merupakan model

pembelajaran yang menyajikan masalah untuk dipecahkan siswa baik

secara individu maupun kelompok dengan memahami konsep dari

masalah yang ada agar dapat merangsang pemikiran kritis siswa untuk

menyelesaikan masalah dengan cara yang mereka pahami.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan

siswa suatu permasalahan yang berfungsi untuk merangsang

pemikiran siswa. Peran guru sebagai fasiliatator sangat penting karena

berpengaruh kepada proses belajar siswa. Peran guru adalah

memantau aktivitas siswa, memfasilitasi proses belajar dan

menstimulasi siswa dengan pertanyaan titik guru harus mengetahui

dengan baik tahapan kerja siswa baik aktivitas fisik maupun tahapan

berpikir siswa.

2. Karakteristik model pembelajaran problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut Amir

(2009:12) adalah sebagai berikut: (a) Pembelajaran diawali dengan

pemberian masalah, (b) Siswa berkelompok secara aktif merumuskan

15
masalah, (c) Mempelajari dan mencari sendiri materi yang

berhubungan dengan masalah serta melaporkan solusinya.

1) Pembelajaran berpusat pada siswa

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada

siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL dapat didukung

juga oleh teori konstruktivisme di mana siswa didorong untuk

dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2) Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang

autentik.

Masalah yang disajikan kepada siswa dalam masalah yang

autentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami

masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan

profesionalnya nanti.

3) Informasi baru diperoleh melalui

Pembelajaran yang diarahkan sendiri baik dari buku maupun

informasi lainnya.Dalam proses pemecahan masalah mungkin

saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan

prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri

melalui sumbernya baik dari buku atau informasi lainnya.

4) PBL dilaksanakan dalam kelompok kecil.

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha

membangun pengetahuan secara kolaboratif maka PBL

dilaksanakan dalam kelompok kecil. kelompok yang dibuat

16
menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang

jelas.

5) Guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator

namun walaupun begitu guru harus selalu memantau

perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar

mencapai target yang hendak dicapai.

3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Problem Based

Learning

Sumantri (2015 : 46) setiap model pembelajaran mempunyai

keunggulan titik dalam model ini ada beberapa kelebihan dan

kelemahan model pembelajaran PBL yaitu:

1) Kelebihan Problem Based Learning

Beberapa kelebihan dari PBL anatara lain (a) melatih siswa untuk

mendesain sesuatu penemuan, (b) Berpikir dan bertindak kreatif,

(c) Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara

realistis, (d) Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan, (e)

Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, (f) Merangsang

bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat,

(g) Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan.

2) Kelemahan Problem Based Learning

17
Adapun kelemahan dari model PBL antara lain (a) Beberapa

pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini,

misalnya: terbatasnya sarana prasarana atau media pembelajaran

yang dimiliki dapat menyulitkan siswa untuk melihat dan

mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan konsep yang

diajarkan, (b) Membutuhkan alokasi waktu yang lebih panjang,

(c) Pembelajaran hanya berdasarkan masalah

4. Tujuan model pembelajaran PBL

Tujuan utama model pembelajaran PBL adalah

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah,

sekaligus mengembakan kemampuan peserta didik secara aktif membangun

pengetahuan sendiri.dengan model pembelajaran PBL kemandirian belajar dan

keterampilan sosial peserta didik dapat dibentuk ketika peserta didik berkolaborasi

untuk mengindentifikasi informasi ,strategi dan sumber belajar yang relevan untuk

menyelesaikan masalah.

5. Berpikir kritis

A. pengertian berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan

berpikir dalam tingkat tinggi dalam memecahkan masalah secara

sistematis. Menurut Matindas (Zubaedah 2010 :2-3) menyatakan

bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk

18
mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan titik umumnya

evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal,

atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.

Sejalan dengan itu, Jumaisyaroh, dkk ( 2015:88 ) berpendapat bahwa

kemampuan berpikir kritis matematika adalah suatu kecakapan berpikir

secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,

mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau

dilakukan.

Herlinda (2014:8) berpendapat tentang berpikir kritis sebagai berikut

"berpikir kritis adalah berpikir yang menggunakan akal pikirnya untuk

menyelesaikan suatu masalah dengan terlebih dahulu memahami masalah,

mengemukakan pendapat atau argumen secara jelas, dapat mendeteksi bias

dari berbagai sudut pandang dan dapat menarik kesimpulan dari

permasalahan yang ada”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir

kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional tentang

apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya untuk

memecahkan suatu permasalahan yang ada titik kemampuan berpikir kritis

dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru

mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih sebagaimana

menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana

pendapat yang relevan dan mana pendapat yang tidak relevan mana

pendapat yang benar dan tidak benar. meningkatkan kemampuannya

19
B. karekteristrik berpikir kritis

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan

oleh Bayer ( Prameswari dkk, 2014 : 747)menjelaskan karakteristik

berpikir kritis sebagai berikut:

a. Watak

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai

sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran respek

terhadap berbagai data dan pendapat, respect terhadap kejelasan dan

ketelitian mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan

berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggap baik.

b. Kriteria

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan

untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan suatu untuk

diputuskan atau dipercayai titik meskipun sebuah argumen dapat

disusun dari beberapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai

kriteria yang berbeda titik apabila kita akan menerapkan standarisasi

maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, akurat dan fakta-fakta,

berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika

yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-

data keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,

penilaian dan penyusun argumen.

20
d. Perimbangan atau pemikiran

Pertimbangan atau pemikiran yaitu kemampuan untuk merangkum

kesimpulan dari suatu atau beberapa premis kok. Prosesnya akan

meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau

data.

e. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini

yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir

dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut

pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.

Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,

menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi

perkiraan-perkiraan.

C. ciri ciri berpikir kritis

 Mampu menyelesaikan masalah dengan tujuan tertentu

 Mampu menganalisis dan mengeneralisasikan ide ide berdasar kan fakta

yang ada

 Mampu menarik kesimpulan berdasar kan masalah secara sistematis

dengan argumen yang benar

21
D. Iindikator berpikir kritis

 Berpikir reflektif

 Analisis argument

 Membuat kesimpulan

 Evaluasi

 Memecahkan masalah

6.Materi fluida dinamis

1. pengertian fluida dinamis

Adalah fluida yang alirannya bergerak secara ideal atau memiliki

kecepatan konstan dengan kata lain, aliran nya tidak mengalami perubahan

terhadap waktu. Selain itu aliranya tidak mengalami torbulin.

2.ciri-ciri fluida dinamis

 Tidak mengalami gesekan.

 Garis arus atau streamline

 Tunak atau steadi

 tidak termampat kan ( inkompresibel)

3.debit fluida dinamis

Q=AXV

Q = V/t

22
Keterangan

Q = debit (m3/s)

V = volume fluida( m3)

T = selang wakttu (S)

A = luas penampang (m2 )

P = kecepatan aliran (m/s)

4.persaman kountinitas

Iyalah persanaan yang menghubungkan kecepatan fluida dalam satu

tempat ke tempat yang lain.

Rumus;

Q1 =Q2

A1x P1 =A2 x P2

5.asas kontinitas

fluida yang tak termampatkan dan mengalir dalam keadaan tunak, maka laju

aliran volume di setiap waktu sama besar

23
Q1 = Q2 𝑉1 𝑡1 = 𝑉2 𝑡2 𝐴1 𝑙1 𝑡1 = 𝐴2 𝑙2 𝑡2 A1.v1 = A2.v Jika l1 = panjang pipa yang

dilewati fluida saat penampangnya A1 Modul Fisika Kelas_ XI KD 3.4 @2020, Direktorat

SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 11 l2 = panjang pipa yang dilewati

fluida saat penampangnya A2 v1 = kecepatan aliran fluida di penampang 1 (m/s) v2 =

kecepatan aliran fluida di penampang 2 (m/s ). A1 = luas penampang 1 A2 = luas

penampang 2 Persamaan diatas dikenal dengan Persamaan Kontinuitas

6.asas bernaulli

Kita ketahui bahwa kelajuan fluida paling besar terjadi pada pipa yang sempit, sesuai

dengan azas kontinuitas yang telah kita pelajari sebelumnya. bagaimanakah dengan

tekanannya?

W total = Δ Ek

W1 - W2 + W3 = Ek2 – Ek1

dimana W3 adalah kerja yang dilakukan oleh gravitasi.

P + ρgh +ρv 1/2 = konstan


2

P adalah tekanan (Pascal)

ρ adalah massa jenis fluida (kg/m3)

v adalah kecepatan fluida (m/s)

24
g adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)

h adalah ketinggian (m)

Penerapan Azas Bernoulli diantaranya terjadi pada, tangki air yang berlubang, gaya

angkat pada sayap pesawat terbang, pipa venturi, tabung pitot dan lain sebagainya.

E. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2019) hasil penelitian rata-

rata indikator keseluruhan problem based learning sebesar 80,44%

berkatagori sangat baik, indikator mengidentifikasi masalah sebesar

68,88% berkatagori baik, menganalisis data 74,96% berkatagori baik,

indikator mempresentasikan hasil sebesar 80,73% berkatagori sangat

baik.

F. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 kerangka fikir

25
G. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebernarnnya (Sugiyono, 2018: 245).

Hipotesis dalam penelitian ini ada dua yaitu hipitesis alternatif dan hipotesis nol.

Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diujikan adalah hipotesis Nol.

1. Hipotesis alternatif

Ada Pengaruh model PBL Untuk Meningkatkan Keterampilan berpkir kritis

siswa.

2. Hipotesis Nol

Tidak Ada Pengaruh model PBL Untuk Meningkatkan Keterampilan berpkir

kritis siswa.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif yaitu berupa skor keterampilan berpikir tingkat tinggi

yang diperoleh dari nilai pretes dan postest. Alat ukur yang digunakan

untuk mengukur keterampilan kolaboratif adalah angket.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment)

dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Bentuk desain quasi

eksperiment menggunakan desain nonequivalent control group design,

yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun

postes antara kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak dipilih secara

random (acak) (Sugiyono (2012: 116). Desain penelitian menurut

Sugiyono (2012: 118) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian


Kelas Perlakuan Post-test Only
Eksperimen X O1
Kontrol X O2
Keterangan:
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model PBL ;
O1 = Skor post-test pada kelas eksperimen;
O2 = Skor post-test pada kelas kontrol.

27
B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X

SMA N 1 Moyo Utara Sumbawa tahun pelajaran 2023/2024 yang terdiri atas

80 peserta didik yang tersebar ke dalam kelas X A, B, seperti yang disajikan

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.2 Jumlah Populasi


Jumlah Siswa
No Kelas Total
L P
1 X-A 10 10 20
2 X-B 10 10 20
Total 20 20 40

Pengambilan sampel pada penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2012: 68). Pertimbangan tertentu ini yaitu dengan melihat,

kemampuan, nilai siswa dan saran yang diberikan oleh guru mata pelajaran.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam penelitian ini adalah menggunakan Teknik

pengumpulan data observasi, yaitu teknik pengumpulan data, dimana

peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

28
2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang.

D. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Lembar penilaian ini digunakan untuk menilai keterampilan

berpikir kritis yang dimiliki oleh peserta didik. Lembar penilaian observasi

akan dinilai oleh observer (peneliti) berdasarkan indikator yang dimiliki

dalam keterampilan berberpikir kritis. Penilaian menggunakan lembar

observasi dilakukan dengan memberikan poin sesuai dengan kegiatan yang

dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar pengamatan sesuai

aspek penilaian berdasarkan indikator berpikir kritis. Penskoran lembar

observasi berpedoman dengan rubrik penilaian lembar observasi. Untuk

mengetahui nilai aspek keterampilan berpikir kritis setiap peserta didik

maka dapat dilakukan dengan penjumlahan skor setiap peserta didik dan

menentukan nilai persentase keterampilan berpikir kritis.

2. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa

catatan- catatan dan foto yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran selama melakukan penelitian.

29
E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Pengaruh Model PBL terhadap Keterampilan Berpikir

Ktiris

a. Uji Prasyarat

Uji prasyarat dimaksudkan untuk menguji beberapa hal terhadap

tes kemampuan berpikir kritis siswa yang akan digunakan dalam

penelitian sehingga diperloleh soal yang valid, reliabel dan normal.

1) Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen

sudah valid untuk mengukur apa yang diinginkan. Pendapat lain

diungkapkan oleh Arikunto (2013:221) yang menyatakan bahwa

uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari instrumen tersebut dapat dipercaya. Dalam

penelitian ini dilakukan dua uji validitas yaitu uji validitas ahli

dan uji validitas empirik. Uji validitas ahli dilakukan terhadap 2

orang ahli dosen fisika. Analisis data yang digunakan untuk

validasi ahli menggunakan rumus Greygori seperti yang dikutip

oleh Setiyosari (2013:56) sebagai berikut:

D
V C=
A+ B+C + D

Keterangan:
VC : validitas konten
A : kedua judges tak setuju
B : judges 1 setuju, judges II tidak setuju
C : judges 1 tidak setuju, judges II setuju
D : kedua judges setuju

30
Sementara itu, untuk menguji validitas instrument

berbentuk tes soal essay maka rumus yang digunakan rumus

korelasi pearson product moment. Penggunaan rumus korelasi

pearson product moment dikarenakan item tidak memiliki skor 0

dan 1. Sebagaimana diungkapkan oleh Arikunto (2013:79)

sebagai berikut:

n xi y i   xi  y i 
rxy 
n x i
2 2

  xi  n y i   y i 
2 2

Keterangan:

rxy : validitas butir


x : skor per item atau butir soal
y : skor total per item atau butir soal
n : responden

Taraf signifikansi yang dipakai dalam uji validitas ini adalah

sebesar 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian hasil

korelasinya dibandingkan dengan angka kritik pada tabel dengan

ketentuan jika rhitung > rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid

dan jika rhitung < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Uji

validitas dalam penelitian ini akan dianalisis dengan program

SPSS 28.0.

31
2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk soal berbentuk essay dapat dianalisis

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagaimana yang

diungkapkan oleh Arikunto (2012 :171) seperti berikut ini:

[ ]
2
k ∑ ób
r 1 1= [1− 2 ]
( て−1 ) ó1

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 : Jumlah varians butir

σb2 : Varians total

Uji relibilitas dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

program SPSS 28.0.

3) Uji Normalitas

Selain uji validitas dan reliabilitas kita juga harus

melakukan uji normalitas untuk mengetahui kepastian sebaran

data yang diperoleh (Nurgiyantoro, 2020: 104). Untuk

menghitung uji normalitas instrument maka kita dapat

menggunakan rumus Chi-kuadrat seperti yang dipaparkan oleh

(Arikunto, 2013: 259) pada sebagai berikut:

2
x =∑ ¿ ¿

32
Keterangan:

χ2 : Chi-kuadrat

fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh : Frekuensi yang diharapkan

Uji normalitas dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

program SPSS 28.0.

4) Selain uji validitas dan reliabilitas dan normalitas kita juga harus

melakukan uji t untuk mengetahui perbedaan data yang diperoleh

(Nurgiyantoro, 2013: 163). Dengan rumus sebagi berikut:

X 1 −X 2
t=
S X −X
1 2

Keterangan:

t : uji coba

X1: rata-rata kelompok 1

X2: rata-rata kelompok 2

S : simpangan baku perbedaan rata-rata hitung kelompok 1 & 2

Uji t dalam penelitian ini akan dianalisis dengan program

SPSS 28.0.

2. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis

Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan

berpikir kritis siwa yang dilihat dari hasil evaluasi pre-test dan post-

33
test yang dikerjakan. Perhitungan N-Gain diperoleh dari skor pre-tes

dan post-test masing-masing kelas menurut Sugiyono (2018:114)

seperti pada Persamaan sebagai berikut:

S p o s t−S p r e
G= × 1 00 %
Sm a x −S p ℜ

Keterangan

Spost : Skor rata-rata Post-test

Spre : Skor rata-rata Pre-test

Smaks : Skor Maksimum

Persentase dapat menyimpulkan tingkat keefektifan kemampuan

berpikir kritis dengan kriteria skor N-Gain seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.3 Kriteria Keefektivan Skor N-Gain


Skor N-Gain Kriterial Tingkat efektivitas
0,70 < N-Gain Tinggi Efektif
≤≤ 0 ,7 00,30N-Gain Sedang Cukup efektif
N-Gain < 0,30 Kurang Kurang efektif

Uji efektifitas dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

program SPSS 28.0.

34
DAFTAR PUSTAKA

Nasihah, E. D., Supeno, S., & Lesmono, A. D. (2020). Pengaruh tutor sebaya dalam

pembelajaran problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa

SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 8(1), 44-57.

Putri, D. A. H., Fauziah, N., & Wati, W. W. (2022). Analisis effect size pengaruh model

problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah

dalam pembelajaran sains. ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan

Fisika, 8(2), 205-211.

Al-Fikry, I., Yusrizal, Y., & Syukri, M. (2018). Pengaruh model problem based learning

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi kalor. Jurnal Pendidikan

Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 6(1), 17-23.

Arifah, N., Kadir, F., & Nuroso, H. (2021). Hubungan antara model pembelajaran problem

based learning dengan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran fisika siswa. Karst:

Jurnal Pendidikan Fisika Dan Terapannya, 4(1), 14-20.

Arifah, N., Kadir, F., & Nuroso, H. (2021). Hubungan antara model pembelajaran problem

based learning dengan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran fisika siswa. Karst:

Jurnal Pendidikan Fisika Dan Terapannya, 4(1), 14-20.

Agnezi, L. A. (2020). Meta analisis pengaruh model problem based learning terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 6(2).

35
Qomariyah, E. N. (2017). Pengaruh problem based learning terhadap kemampuan

berpikir kritis IPS. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 23(2), 132-141.

36

Anda mungkin juga menyukai