Makalah Pembanding Materi 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Materi 3)

MAKALAH PEMBANDING

Oleh : Kelompok 6

1. Abdul Mukhlis
2. Fikriadi
3. Muhammad Fauzi Jamaluddin
4. Dessy Ramadhani

A. Teknis Penulisan

Sehubungan dari makalah yang telah disampaikan dalam presentase oleh


pemakalah kelompok 02 dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”,
maka dalam hal ini, pembanding menemukan teknis penulisan untuk bahan
perbaikan antara lain:

1. Penulisan halaman dalam setiap lembarnya serta susunan letaknya


2. Pengaturan spasi akhir pembahasan dengan pembahasan baru
3. Penulisan Sub Judul yang diawali dengan huruf balok
4. Penyamarataan ujung paragraf

B. Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan dari makalah yang sudah disusun oleh kelompok 02 menurut
pembanding sudah sesuai dengan RPS yang diberikan oleh bapak dosen Dr. Basri, MA.
Di dalam penulisannya dijumpai terdiri dari:

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


2. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
4. Posisi Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan
5. Sumber dan Materi Pendidikan Agama Islam
6. Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter

C. Subtansi Penulisan

Dari subtansi penulisan dari makalah tersebut, pembanding melihat setelah


membaca isinya bahwa ditemui ada yang tidak keselarasan, antara lain:
1. Latar belakang makalah menceritakan tentang teori belajar sedangkan di
dalam isi menjelaskan tentang tentang pembelajaran pendidikan agama
Islam
2. Di dalam makalah, penulisan ayat tidak diikutsertakan dengan tafsir yang
membahasnya.

D. Masukan

Sifat-sifat Kurikulum PAI Kurikulum PAI mempunyai sifat-sifat atau


karakteristik yang membedakan dengan kurikulum lain, hal tersebut tercermin
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang ciri-ciri tersebut, antara lain
sebagai berikut:

1. Kurikulum PAI Mempunyai Dua Sisi Muatan

Dua sisi muatan dalam kurikulum PAi yang dimaksud adalah; (a) Sisi
muatan keagamaan berisi wahyu Ilahi dan sunnah Rasul yang bersifat mutlak dan
berada di luar jangkauan akal dan indera manusia (beyond of human’s mind and
instinct). Wahyu Allah swt dan Sunnah Rasul saw berfungsi memberikan
petunjuk kepada manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Dan cara-
cara mengadakan hubungan antar sesama makhluk Allah lainnya dan lingkungan
hidupnya. (b) Sisi muatan pengetahuan yang berisi hal-hal yang dapat diusahakan
manusia dalam bentuk pengalaman factual maupun penagalam berfikir.
Pengetahuan yang dimaksud ada kemungkinan hasil analisis dari wahyu Ilahi
atau sunnah Rasul (tafsir) atau mungkin pula hasil analisis dari lingkungan alam
sekitarnya.

Peranan Kurikulum PAI dalam hal ini ialah mengupayakan agar kedua
muatan di atas dapat lebih dipahami, diahatai dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Kurikulum PAI Bersifat Memihak, Tidak Netral/Moderat

Kurikulum PAI mempunyai garis yang jelas dan tegas (qath’i dan muthlak),
jika dalam ajaran Islam sesuatu tersebut ditetapkan sebagai wajib, maka semua
umat Islam berkewajiban untuk melaksanakannya, demikian pula sebeliknya,
jika dalam ajaran Islam menegaskan bahwa sesuatu itu haram dan harus
ditinggalkan, maka semua kaum muslimin wajib meninggalkannya. Bagi orang
yang melanggar kewajiban dan larangan yang telah digariskan dalam Islam
konsekwensinya ia akan mendapat sanksinya tidak di dunia di akhirat sudah
pasti.

Berbeda dengan kurikulum umum, ia bersifat netral atau moderat artinya


tidak memihak, dengan demikian kurikulum tersebut diberikan kepada siswa
terserah mereka, apakah pengetahuan yang diperolehnya mau diamalkan atau
tidak, hal ini didasarkan kepada untung dan rugi dan pertimbangan pribadi yang
bersangkutan.

3. Kurikulum PAI Mengrahkan Kepada Pembentukan

Akhlak yang Mulia Ajaran Islam yang bersumber wahyu Ilahi sangat
menekankan kepada umatnya agar mereka mempunyai akhlak yang mulia.
Kriteria untuk menetukan apakah akhlak seseorang itu terpuji atau tercela ialah
kriteriayang terdapat di dalam ayat-ayat al Qur’an dan sunnah rasul. Kriteria dari
dua sumber tersebut bersifat pasti dan parmanen dan tidak berubah ubah sampai
kapanpun. Sementara kurikulum umum lebih bersifat atas petimbangan akal
pikiran.

4. Kurikulum PAI Bersifat Fungsional Terpakai Sepanjang

Masa Agama bagi seseorang dalam tingkatan status apapun, baik ia orang
kaya, atau orang miskin, pejabat atau rakyat jelata, pada saat bagaimanapun saat
gembira atau sedih, sehat atau sakit. Pengetahuan agama ini tetap actual dan
fungsional, terpakai dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu ajaran yang
sekomplet dan selengkap ajaran Islam, yaitu seorang muslim diatur oleh Islam
sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, dari hal-hal yang kecil masuk
ke kamar kecil (toilet) sampai kepada menjadi dan mengelola Negara semua
diatur dalam Islam. Aturan-aturan tersebut sejak 14 abad yang silam sampai
sekarang dan yang akan datang akan tetap up to date dan fungsional. Ajaran
Islam yang terkandung dalam kurikulum PAI berfungsi umtuk memberikan
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Berbeda kurikulum pengetahuan lain yang bersifat nisbi dan relative


berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi tertentu. Tidak jarang kita
menemukan teori-teori yang dianggap hebat dan menggamparkan dunia namun
belakang ini teori-teori tersebut tertolak. Bahkan ada sesuatu yang dianggap
buruk pada masa lalu dianggap masalah biasa atau baik sekarang, atau
sebaliknya.

5. Matei Kurikulum PAI Sudah Ada pada Setiap Peserta Didik Sejak dari
Rumah

Peserta didik yang tinggal di rumah bersama-sama dengan keluarganya


sebenarnya secara langsung atau tidak langsung, mereka sudah terisi
pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki peserta didik harus menjadi
perhatian guru.

Pengajaran kurikulum PAI di sekolah berfungsi mengembangkan dan


meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik agar lebih
berkembangan secara optimal dan meluruskan pengetahuan peserta didik yang
kurang tepat.

Dengan demikian pengajaran agama di sekolah tidak mulai dari nol sama
sekali. Tetapi karena peserta didik datangnya dari bermacam-macam keluarga
yang pengetahuan, pengahayatan, dan pengamalan agamanya bervariasi, maka
guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.

Sifat-sifat kurikulum di atas menunjukkan bahwa kuikulum materi PAI


memiliki ciri khas yang sekaligus merupakan keunggulan kurikulum bila
dibandingkan dengan kurikulum lain di luar PAI. Mengenal dan memahami
karakteristik kurikulum merupakan suatu keniscayaan bagi guru-guru PAI agar
kurikulum PAI dapat menacapai sasaran sebagai suatu disiplin ilmu yang harus
dihayati, diyakini, dan diamalkan dalam kehisupan sehari baik sebagai pribadi,
dalam keluarga, bermasyarakat dan bernegara.

B. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran PAI

Sebenarnya banyak pendekatan yang ditemukan dalam pembelajaran, antara


lain, yaitu: pendekatan kooperatif, pendekaran siswa aktif, pendekatan
kolaboratif, pendekatan kebermaknaan dan lain. Secara khusus pelaksanaan
pembelajaran PAI menggunakan berbagai pendekatan. Hal ini tergantung kepada
berbagai hal, seperti; jenjang pendidikan, tujuan, sifat materi, dan lingkungan
pendidikan anak. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan dalam pembelajaran kurikulum PAI adalah:

1. Pendekatan Pengalaman

Pendekatan pengalaman yaitu memberikan pengalaman keagamaan kepada


peserta didik dalam upaya penanaman nilai nilai agama. Dengan pendekatan ini
guru agama berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam
pengalaman keagamaan baik secara individu maupun kelompok. Guru dalam
memberikan pengalaman keagamaan tersebut dapat berupa pengalaman yang
datangnya dari guru sendiri atau pengalaman orang lain, dengan cara
menceritakan pengalaman orang lain kepada siswa. Ketika guru mengajarkan
tentang materi shalat guru memperagakan duduk iftirasy yang benar, lalu
selanjutnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
duduk iftirasy seperti yang telah dicontohkan guru. Jadi mengalami langsung
bagaimana duduk iftirasy benar.

2. Pendekatan Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan ini memberikan kepada peserta didik untuk


senantiasa mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
peserta didik dibiasakan mengucapkan salam kepada sesama muslim ketika
mereka saling berjumpa, dan setiap keluar dan masuk rumah. Guru agama juga
menganjurkan kepada peserta didik untuk selalu mendahulukan kaki kanan
ketika masuk rumah dan masjid, dan selalu membaca basmalah ketika akan
memulai setiap pekerjaan yang baik-baik.

Guru agama juga menganjurkan kepada para siswa untuk selalu melakukan
amalan-amalan keagamaan yang harus dibiasakan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Selain guru memberikan motivasi untuk membiasakan amalan
amalan keagamaan tersebut, ia juga berusaha untuk meluruskan amalan-amalan
keagamaan bagi siswa di kelas, di likungan sekolah. Dalam hal-hal tertentu guru
harus memberi contoh.

3. Pendekatan Emosional

Pendekatan ini berusaha untuk menggugah perasaan siswa dalam meyakini,


memahami dan mengahayati ajaran Islam. Pendekatan ini memberikan petunjuk
kepada kita agar guru selalu mengembangkan perasaan keagamaan ini supaya
keyakinan mereka bertambah kuat terhadap kebenaran ajaran agama Islam.
Upaya tersebut dilakukan guru dengan menceritakan kehebatan alqur’an dari
science dan technology, bagaimana dahsyatnya kiamat, azab kubur dan-lain.
Uraian dan keterangan guru tersebut dapat menyentuh hati sanubari (emosi) yang
paling dalam.

4. Pendakatan Rasional

Pendekatan ini berusaha untuk memberikan peranan kepada akal (rasio)


untuk memahami dan menerima kebenaran ajaran agama Islam. Melalui
pendekatan ini guru agama berusaha untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan
ajaran Islam sampai benar-benar dapat dipahami oleh siswa. Uraian dan
keterangan yang bersifat rasional ini dapat dilaksanakan secara induktif atau
secara deduktif. Ajaran Islam lebih banyak yang dapat dijelaskan secara rasional
daripada yang bersifat imani (dogma). Karena itu, guru Agama harus dapat
menjelaskan sesuatu secara rasional sesuai dengan taraf daya pikir peserta didik.

5. Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini berusaha menyajikan ajaran Islam dengan menekankan


kepada segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sebenarnya semua semua aspek ajaran
Islam dapat berfungsi dalam seluruh tingkatan kehidupan manusia, orang kaya,
orang miskin, orang berpangkat sampai kepada orang biasa, bagi yang sehat atau
yang sakit, bahkan bagi segala lapasan umur manusia baik anak kecil, remaja,
atau dewasa sampai orang manula.

6. Pendekatan Keteladanan

Pendekatan ini berupaya untuk menyuguhkan keteladanan secara langsung


melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara warga sekolah, perilaku
pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya dengan mencerminkan akhlak terpuji,
maupun tidak langsung melalui berupa kisah-kisah para Nabi dan Rasul serta
para auliaus shalihin.

Anda mungkin juga menyukai