Kti Firdha

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 183

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN

TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN


KELUARGA BERENCANA PADA “NY. D” DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI KLINIK PRATAMA
KASIH IBU GALANG KABUPATEN
DELI SERDANG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
FIRDHA AKBAR
NIM. 210208023

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2024
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN
TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN
KELUARGA BERENCANA PADA “NY. D” DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI KLINIK PRATAMA
KASIH IBU GALANG KABUPATEN
DELI SERDANG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya


Kebidanan Pada Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Pendidikan
Vokasi Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :
FIRDHA AKBAR
NIM. 210208023

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN


TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN
KELUARGA BERENCANA PADA “NY. D” DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI KLINIK PRATAMA
KASIH IBU GALANG KABUPATEN
DELI SERDANG

Karya Tulis Ini Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Ujian Sidang Karya
Tulis Ilmiah Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Pendidikan Vokasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Tanggal 17 Mei 2024

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Yunida Turisna Octavia, SKM., MKM ( )

Penguji 1 : Mestika Lumbantoruan, SKM., MKM ( )

Disetujui oleh, Medan, 17 Mei 2024


Fakultas Pendidikan Vokasi Program Studi DIII Kebidanan
Dekan Ketua

(Elsarika Damanik, SST., M.Kes., Ph.D) (Christina Roos Etty, SST., M.Kes)

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA

1. Nama Lengkap : Firdha Akbar

2. Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 07 Januari 2002

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dusun I Aman Damai

7. Email : [email protected]

8. Nama Orang Tua

Ayah : Chairil Akbar

Ibu : Novita Erlina

9. Anak Ke : 2 (Dua) dari 5 (Lima) bersaudara

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006 - 2007 : TK Raudhatul Athfal Al Furqan

2. Tahun 2007 - 2013 : SD Madrasah Ibtidaiyah Al Furqan

3. Tahun 2013 - 2016 : SMP Islam Terpadu Swasta Al Furqan

4. Tahun 2016 - 2019 : SMK Kesehatan Galang Insan Mandiri

5. Tahun 2021 - 2024 : Menyelesaikan Program D-III Kebidanan

Di Universitas Sari Mutiara Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus, dan Keluarga Berencana Pada

“Ny. D” Dengan Ketuban Pecah Dini di Klinik Pratama Kasih Ibu Galang”

yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan D-III

Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Dalam hal ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan

kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, SH., MM., Selaku Ketua Yayasan Sari

Mutiara Indonesia Medan.

2. Ibu Dr. Dra. Ivan Elisabeth Purba, S.H., M.Kes., Selaku Rektor Universitas

Sari Mutiara Indonesia Medan.

3. Ibu Elsarika Damanik, SST. M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Pendidikan

Vokasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.

4. Ibu Christina Roos Etty, SST, M.Kes, Selaku Ketua Program Studi D-III

Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang telah memberikan

kesempatan Menyusun Karya Tulis Ilmiah.

5. Ibu Yunida Turisna Octavia Simanjuntak, SKM., MKM, Selaku Pembimbing

I Saya yang telah memberikan bimbingan, saran serta memberikan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ibu Mestika Lumbantoruan, SKM.,MKM, Selaku penguji yang telah bersedia

menguji dan memberikan masukan kepada penulis sehinga Karya Tulis

Ilmiah ini terselesaikan

iii
7. Ibu Bd. Misriah, S.Tr.Keb, Selaku pimpinan klinik yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis dalam melakukan penyusunan Karya Tulis Ilmiah di

Klinik Pratama Kasih Ibu Galang.

8. Ibu Ny. D dan keluarga responden atas kerjasamanya yang baik untuk

kelancaran proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

9. Seluruh staff Dosen Universitas Sari Mutiara Medan Indonesia

10. Terkhusus buat kedua orang tua tercinta ayahanda Chairil Akbar dan Ibunda

Novita Erlina dan ke 3 adik saya Sultan, Intania, dan Amoy dan tante saya

Bdn. Muna yang telah memberikan dukungan kepada saya melalui doa-doa

nya, sehingga saya dapat bertahan dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Seluruh teman-teman DIII Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Medan Angkatan 2021, Fretty Keziah dan Diah Ningrum yang berjuang sama

sama dalam menjalani perkuliahan ini sampai pada penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini.

12. Kepada Member BTS yang telah menghibur, memberikan semangat lewat

lagu-lagu, konten, foto-foto yang membuat diri semakin bersemangat dalam

mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah Subhana Wata’alaa senantiasa memberikan hikmat dan

perbuatan baik yang diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi

semua pihak yang membaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, 17 Mei 2024

Penulis

Firdha Akbar

iv
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Firdha Akbar (210208023)


Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan Trimester III, Persalinan,
Nifas, Neonatus Dan Keluarga Berencana Pada “Ny. D” Dengan Ketuban
Pecah Dini Di Klinik Pratama Kasih Ibu Galang Kabupaten Deli Serdang

RINGKASAN
Continuity of care (COC) adalah memberikan pelayanan yang terus menerus mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana oleh bidan. Jumlah angka kematian ibu
(AKI) dengan kasus ketuban pecah dini sebesar 82 per 100.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan
angka kematian bayi (AKB) dengan indikasi ketuban pecah dini sebesar 94 per seribu kelahiran
hidup. Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu. Ketuban Pecah Dini (KPD) masih menjadi permasalahan
dalam bidang obstetri. Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu faktor resiko tinggi yang
dapat secara langsung menyebabkan kematian ibu atau bayinya.Ada beberapa faktor yang
memengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD) diantaranya usia kehamilan, paritas, umur ibu,
pekerjaan dimana usia kehamilan merupakan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu
hamil akan mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm 3,
merupakan terjadi pembesaran uterus dan peregangan berulang sehingga mudah terjadi Ketuban
Pecah Dini.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, ibu bersalin, Ketuban Pecah


Dini

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................6
1.3 Tujuan Penyusunan KTI.................................................................6
1.4 Manfaat ..........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan ...............................9
2.1.1 Pengertian Kehamilan ........................................................9
2.1.2 Tanda Gejala Kehamilan ....................................................9
2.1.3 Klasifikasi Trimester ........................................................13
2.1.4 Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan ...14
2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan .................................................21
2.1.6 Ketidaknyamanan Ibu Selama Hamil ...............................22
2.1.7 Konsep Kehamilan (Antenatal Care) ...............................25
2.1.8 Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi ...........................32
2.1.9 Asuhan / Penatalaksanaan Antenatal Care ..........................37
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan ..............................47
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan ..................................................47
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan............................47
2.2.3 Kebutuhan Dasar Selama Persalinan ................................49
2.2.4 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Persalinan .................53
2.2.5 Asuhan Penatalaksanaan Persalinan .................................59
2.2.6 Ketuban Pecah Dini ..........................................................64
2.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir ...................................65
2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL) ..................................65
2.3.2 Klasifikasi Bayi Baru Lahir (BBL) ..................................67
2.3.3 Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) ................................68
2.3.4 Faktor-Faktor Predisposisi Infeksi pada BBL ..................69
2.3.5 Pencegahan Infeksi Pada Bayi Baru Lahir (BBL) ..............70
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui .....71
2.5.1 Pengertian Masa Nifas .....................................................71
2.5.2 Perubahan fisiologi dan psikologis pada masa nifas ........71
2.5 ASI Ekslusif. ................................................................................80
2.6 Perawatan Payudara. ....................................................................81

vi
2.6.1 Masalah dalam pemberian ASI ........................................83
2.7 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus ...............................83
2.7.1 Konsep Dasar Neonatus ....................................................83
2.7.2 Asuhan kebidanan neonatus .............................................83
2.8 Keluarga Berencana. ....................................................................84
2.8.1 Konsep Dasar KB................................................................84
2.8.2 Manfaat dan Tujuan KB ......................................................84
2.8.3 Tahapan Konseling KB .......................................................86
2.8.4 Konsep dasar asuha kebidanan Keluarga Berencana .........88
BAB III TINJAUAN KASUS ..........................................................................90
3.1 Manajemen Asuhanebidanan kehamilan. ......................................90
3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Bayi
Baru Lahir (BBL) ...................................................................... 110
3.3 Asuhan Kebidanan Masa Nifas .................................................134
3.4 Asuhan Kebidanan Neonatus ....................................................142
3.5 Manajemen Keluarga Berencana ..............................................151
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................153
4.1 Asuhan Kehamilan ....................................................................153
4.2 Asuhan Persalinan .....................................................................157
4.3 Asuhan Kebidanan Nifas ...........................................................160
4.4 Asuhan Masa Neonatus .............................................................163
4.5 Asuhan KB ................................................................................162
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................163
5.1 Simpulan ....................................................................................163
5.2 Saran ..........................................................................................164
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal .................................................. 27

Tabel 2.2 Indeks Masa Tubuh Selama Kehamilan .......................................... 28

Tabel 2.3 Perubahan TFU Dalam Kehamilan ................................................. 29

Tabel 2.4 Pemberian Vaksin TT ...................................................................... 30

Tabel 2.5 Involusi Uterus ................................................................................ 72

Tabel 2.6 Perubahan Lochea ........................................................................... 73

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skor Poedji Rochjati ................................................................... 34

Gambar 2.2 Lembar Partograf (Bagian Depan) .............................................. 61

Gambar 2.3 Lembar Partograf (Bagian Belakang) ......................................... 62

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Melakukan Studi Kasus

Lampiran 2. Surat Balasan Menyelesaikan Studi Kasus

Lampiran 3. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 4. Surat Kunjungan

Lampiran 5. Lembar Konsul

Lampiran 6. KEP USM-Indonesia

Lampiran 7. Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan secara komprehensif merupakan asuhan yang diberikan

pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir atau neonatus, nifas serta pada

keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana (KB) suatu kondisi fisiologis tetapi harus diwaspadai terhadap kondisi

yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janin (Septiani 2022).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisologis. Setiap

perempuan yang memiliki organ reproduksi yang sehat, telah mengalami

menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat

maka besar kemungkinan akan terjadi kehamilan (Nelly Nugrawati 2021).

Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel sperma

sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan implantasi di dalam ovum sampai lahirnya

janin kehamilan berlangsung selama 9 bulan yang dihitung mulai dari tanggal

haid terakhir hingga tafsiran lahir nya bayi (Ajeng 2022) selama kehamilannya

ibu memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi

dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya

menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil

yakni perubahan secara mental salah satunya nyeri punggung atau perubahan pada

struktur otot bagian luar di akibatkan oleh beban Rahim yang semakin meningkat

(Putri, Novianti, dan Maryani 2021)

1
2

Kehamilan, sebagai tahapan alami, mengandung risiko yang butuh

pemahaman. Salah satu risiko utama bagi wanita hamil adalah ketuban pecah dini.

Fenomena ini menunjukkan perlunya kesadaran dan pengawasan kesehatan

selama masa kehamilan. Penting untuk memahami tanda-tanda dan faktor risiko

yang mungkin memengaruhi kondisi tersebut, serta mengambil langkah-langkah

pencegahan yang sesuai. Dalam menjalani proses kehamilan, konsultasi dengan

tenaga medis dan mengikuti pedoman perawatan yang disarankan sangatlah

penting untuk memastikan kesejahteraan ibu dan bayi yang dikandungnya.

(Putri,Novianti, dan Maryani 2021).

Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana selaput ketuban yang

mengelilingi janin pecah sebelum persalinan dimulai, biasanya terjadi sebelum

usia kehamilan mencapai 37 minggu. Hal ini dapat menyebabkan berbagai

masalah, termasuk risiko infeksi bagi janin dan ibu, serta meningkatkan

kemungkinan persalinan prematur. Ketuban pecah dini juga dapat mengakibatkan

komplikasi serius seperti infeksi uterus atau gangguan pernapasan pada bayi yang

belum siap lahir. (Data Whorld Health Organization, 2023).

Ketuban Pecah Dini/ Early Premature Ruptur Of Membrane (PROM)

adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi

kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm. KPD merupakan masalah

penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu

dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan

bayi.(Teuku I, Syarwani,DKK 2020).

Menurut World Health Organization (WHO 2023), jumlah kematian ibu di

seluruh dunia mencapai 287.000 kematian. Sementara itu jumlah total kematian
3

ibu (MMR) di ASEAN adalah 1033 per 100,000 kelahiran hidup (data Statistik

ASEAN 2023). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 189 per 100.000 kelahiran. Kondisi ini

jauh dari target yang diinginkan oleh Sustainable Development Goals (SDGs)

yang menetapkan batas maksimum AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup

sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Faktor terjadinya KPD berdasarkan faktor predisposisi adalah dilatasi

servik, overdistensi uterus, infeksi koriodesidual, perdarahan dalam kehamilan,

amniosinteis, persalinan preterm, ekonomi rendah, merokok. Beberapa faktor

yang memungkinkan menjadi faktor predisposisi adalah serviks inkompetensia,

merokok, infeksi, faktor multiparitas, usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas

35 tahun, keadaan sosial ekonomi, riwayat KPD sebelumnya, trauma, kelelahan

ibu saat bekerja. Faktor-faktor penyerta yang mengakibatkan KPD seperti umur,

paritas, anemia, pekerjaan, riwayat KPD sebelumnya, presentasi janin dan berat

badan bayi lahir. Faktor obstetrik yang mengakibatkan KPD terdiri dari multipara,

malposisi, gemeli, disposisi dan serviks inkompeten.(Siti Marinda.DKK 2020).

Pecah ketuban, walaupun merupakan bagian alami dari proses persalinan,

dapat menimbulkan masalah jika terjadi terlalu dini, terutama jika belum terlihat

tanda-tanda persalinan atau jika janin belum cukup matang. Meskipun masih

belum sepenuhnya dipahami, beberapa penyebab risiko pecah ketuban dini selama

kehamilan termasuk infeksi, peregangan berlebihan pada kantung ketuban karena

terlalu banyak cairan ketuban, perdarahan pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan, riwayat pecah ketuban dini pada kehamilan sebelumnya, kebiasaan

merokok atau menggunakan NAPZA selama kehamilan, kekurangan gizi,


4

kehamilan dengan bayi kembar, jarak yang singkat antara kehamilan, riwayat

operasi pada leher rahim, dan riwayat melahirkan bayi prematur. Itulah mengapa

penting bagi wanita hamil untuk selalu memperhatikan kesehatan dan

mendapatkan perawatan prenatal yang memadai.(Siti Marinda.DKK 2020).

Penanganan ketuban pecah dini bervariasi tergantung pada beberapa faktor

seperti usia kehamilan, kondisi janin, dan kesehatan ibu. Untuk kehamilan di

bawah 23 minggu, memberikan obat pelemas rahim serta cairan ketuban

tambahan. Namun, kemungkinan kelangsungan hidup janin pada usia ini sangat

kecil, dengan risiko cacat mental atau fisik.(Siti Marinda,DKK 2020)

Pada usia kehamilan 23-34 minggu, menunda kelahiran untuk memberi

waktu janin berkembang dengan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi

dan kortikosteroid untuk perkembangan paru-paru janin. Jika ketuban pecah dini

terjadi antara 34-37 minggu, disarankan induksi persalinan untuk mencegah

infeksi pada bayi.(Kemenkes,2020).

Untuk menjaga agar ketuban tidak pecah secara prematur selama masa

kehamilan, perlu diperhatikan asupan gizi yang memadai, termasuk asam folat,

kalsium, dan zat besi. Hindari merokok, konsumsi alkohol, dan obat-obatan

terlarang karena dapat meningkatkan risiko komplikasi. Jaga kebersihan diri untuk

mencegah infeksi, istirahat yang cukup, dan hindari tekanan langsung pada perut

dengan menghindari aktivitas fisik yang berat. Selalu waspada terhadap tanda-

tanda bahaya seperti pendarahan vagina atau nyeri perut yang parah, dan lakukan

pemeriksaan prenatal secara rutin dengan dokter untuk memantau kesehatan ibu

dan janin secara menyeluruh. Dengan menjaga gaya hidup sehat dan perawatan

medis yang teratur, risiko ketuban pecah dini dapat dikurangi, memberikan
5

peluang yang lebih baik bagi kesehatan ibu dan bayi yang sedang dikandung.(Siti

Marinda,DKK 2020).

Setelah ketuban pecah dini (KPD), tindakan medis dan perawatan yang

cepat dan tepat sangat penting. Langkah pertama adalah segera mencari bantuan

medis untuk evaluasi menyeluruh terhadap ibu dan bayi. Bidan akan melakukan

pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi cairan ketuban yang keluar, mencari

tanda-tanda infeksi atau masalah lainnya. Detak jantung janin juga akan dipantau

untuk memastikan bahwa bayi dalam kondisi baik. Pada beberapa kasus,

pemberian antibiotik mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi pada ibu dan

bayi. Selain itu, istirahat yang cukup dan asupan cairan yang adekuat sangat

penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pasca pulang dari klinik, penting

untuk memantau tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri panggul, atau

keluarnya cairan berbau busuk dari vagina. Selain itu, pemantauan rutin terhadap

gerakan janin perlu dilakukan. Kunjungan rutin ke bidan juga harus dijadwalkan

untuk memastikan bahwa tidak ada komplikasi yang berkembang. Pendidikan dan

dukungan juga penting, membantu ibu memahami tanda-tanda bahaya dan

langkah-langkah yang harus diambil. Dengan pemantauan yang tepat dan

perawatan yang tepat waktu, risiko komplikasi dapat diminimalkan, dan ibu serta

bayi dapat tetap sehat.(Irma, Nur 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas, Permasalahan yang dihadapi dalam

penyusunan asuhan kebidanan bagi Ny. D dengan kasus ketuban pecah dini di

Klinik Pratama Kasih Ibu Galang Kabupaten Deli Serdang meliputi penyediaan

informasi yang komprehensif mengenai kondisi tersebut, penggunaan sumber

yang terpercaya, pemantauan dan perawatan yang tepat selama trimester III
6

kehamilan hingga masa nifas, serta penanganan neonatus dan perencanaan

keluarga. Selain itu, pentingnya memperhatikan faktor-faktor sosial dan ekonomi

yang memengaruhi asuhan kebidanan, pemberdayaan pasien untuk mengenali

tanda-tanda dan langkah-langkah pencegahan, serta koordinasi tim medis yang

terintegrasi dan dukungan keluarga dalam proses perawatan dan pemulihan.

Dengan menyoroti permasalahan-permasalahan ini, diharapkan asuhan

kebidanan yang disusun dapat menjadi lebih terperinci, relevan, dan efektif dalam

menangani kasus ketuban pecah dini pada Ny. D di Klinik Pratama Kasih Ibu

Galang Kabupaten Deli Serdang dengan judul penelitian “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Kehamilan Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus Dan

Keluarga Berencana Pada “Ny. D” Dengan Ketuban Pecah Dini Di Klinik

Pratama Kasih Ibu Galang Kabupaten Deli Serdang”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah “

Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas,

Neonatus, dan Keluarga Berencana Pada Ny. D dengan Ketuban Pecah Dini di

Klinik Pratama Kasih Ibu Galang”

1.3 Tujuan Penyusunan KTI

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan dan mengidentifikasi Pelayanan Asuhan Kebidanan

secara Komprehensif pada Ny. D 27 tahun G3P1A1 dari kehamilan ,Persalinan,

Nifas, Neonatus, dan Akseptor Keluarga Berencana di Klinik Pratama Kasih Ibu

Galang.
7

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan,

Persalinan, Nifas, Neonatus Sampai Dengan Keluarga Berencana Pada Ny. D

b. Merumuskan Diagnosa Dan Masalah Kebidanan lSesuai Dengan Prioritas Pada

Ibu Hamil, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, Sampai Dengan Keluarga

Berencana Pada Ny. D

c. Mengidentifikasi Masalah Potensial Pada Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pada Ibu Hamil, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan Keluarga Berencana

Pada Ny. D

d. Memberikan Tindakan Segera Dalam Mengatasi Masalah Potensial Pada

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Hamil, Persalinan, Nifas, Bayi

Baru Lahir, dan Keluarga Berencana Pada Ny. D

e. Menyusun Perencanaan Pada Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Hamil, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir,

dan Keluarga Berencana Pada Ny. D

f. Melakukan Implementasi Pada Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu

Hamil, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan Keluarga Berencana Pada Ny.

g. Melakukan Evaluasi Pada Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Hamil,

Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan Keluarga Berencana Pada Ny. D
8

1.4 Manfaat

1. Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan acuan referensi di

perpustakaan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan program studi D-III

Kebidanan dan sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang

akan melanjutkan penelitian mengenai penyebab terjadinya ketuban pecah dini

pada ibu bersalin serta dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk

meningkatkan mutu pendidikan kebidanan.

2. Bagi Bidan

Untuk memampukan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

komprehensif terkhusus pada ibu hamil, persalinan, nifas, dan keluarga berencana

dengan Ketuban Pecah Dini.

3. Bagi Klien

Mendapatkan wawasan mengenai asuhan kebidan yang sesuai selama

kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir yang sesuai sehingga

dapat mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Penulis

Pengalaman baru bagi peneliti, meningkatkan ilmu dan menambah wawasan

peneliti tentang asuhan kebidanan secara komprehensif terjadinya ketuban pecah

dini pada ibu bersalin, dalam melakukan penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan keadaan seorang wanita yang didalam rahimnya

terdapat embrio dimulai saat masa konsepsi hingga lahirnya janin

(Husanah,2022). World Health Organization menjelaskan tentang kehamilan

merupakan proses sembilan bulan atau lebih, dimana seorang perempuan

membawa embrio dan janin yang sedang berkembang di dalam rahimnya (WHO,

2020)(Lara, 2022)

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan

merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan

berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah,

2019).

2.1.2 Tanda Gejala Kehamilan

Menurut Sutanto & Fitriana (2019) secara klinis tanda-tanda kehamilan

dapat dibagi dalam 3 kategori besar, yaitu :

1) Tanda dan gejala kehamilan pasti

Tanda dan gejala kehamilan pasti, antara lain:

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

9
10

Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan bulan ke5 atau ke-6

denyut jantung bayi terkadang dapat didengar menggunakan instrument yang

dibuat untuk mendengarkan, seperti stetoskop atau fetoskop. Sutanto &

Fitriana (2019)

b. Tanda Chadwick

Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi kebiru-biruan.

c. Tanda Piscaseck

Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena embrio biasanya

terletak disebelah atas, dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.

d. Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton hicks).

e. Teraba ballotement.

f. Reaksi kehamilan positif

g. Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya. Sebagian besar ibu mulai

merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan lima bulan.

h. Nyeri atau payudara yang terasa membesar, keras, sensitif dengan sentuhan.

Tanda ini muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah konsepsi (pembuahan).

Dalam waktu 2 minggu setelah konsepsi, payudara seorang wanita hamil akan

mengalami perubahan untuk persiapan produksi ASI yang dipengaruhi oleh

hormon estrogen dan progesterone

i. Mudah lelah, lemas, pusing, dan pingsan adalah gejala kehamilan yang

disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah dalam kehamilan atau kadar gula

darah yang rendah.


11

j. Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini dilakukan

dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di laboratorium dengan urine

atau darah ibu

k. Bercak perdarahan. Terjadi ketika telur yang sudah dibuahi berimplantasi

(melekat) ke dinding rahim sekitar 10-14 hari setelah fertilisasi (pembuahan).

Tipe perdarahan umumnya sedikit, bercak bulat, berwarna lebih cerah dari

darah haid, dan tidak berlangsung lama. (Sutanto & Fitriana (2019)

2) Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti (Presumtif)

a. Amenorea

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus atau endometrium tidak

dilepaskan sehingga amenorea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda

kehamilan. Namun, hal ini tidak dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena

amenorea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik tumor hipofisis

perubahan factor-faktor lingkungan, gizi buruk, masalah emosi, atau menopause

(berhenti haid) yang paling sering gangguan emosional terutama pada mereka

yang tidak ingin hamil atau malahan mereka yang ingin sekali hamil dikenal

dengan pseudocyesis atau hamil semu. (Sutanto & Fitriana (2019)

b. Mual

Banyak ibu hamil yang merasakan mual di pagi hari (morning sickness),

namun ada beberapa ibu yang mual sepanjang hari. Kemungkinan penyebab lain

dari mual adalah penyakit atau parsit.(Fatimah,2019)

c. Perubahan Payudara

Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi

hal ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada
12

pengguna kontrasepsi hormonal menderita tumor otak atau ovarium, pengguna

rutin obat pemenang, dan hamil semu. Payudara lebih lunak, sensitive, gatal dan

berdenyut seperti kesemutan dan jika disentuh terasa nyeri. Hal ini menunjukkan

peningkatan produksi hormone esterogen dan progesterone.(Sutanto & Fitriana

(2019)

d. Ibu sering berkemih

Tanda ini terjadi pada 3 bulan pertama dan 1 hingga 2 bulan terakhir

kehamilan. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah stress, infeksi, diabetes,

ataupun infeksi saluran kemih.(Sutanto & Fitriana (2019)

e. Ngidam

Tidak suka atau tidak ingin makanan tertentu merupakan ciri khas ibu hamil.

Penyebabnya adalah perubahan hormone.

f. Miksi

Miksi sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.

g. Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di

muka (Chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea

nigra=grisea). (Sutanto & Fitriana (2019)

3) Tanda dan Gejala Kehamilan Palsu

a. Pseudocyesis (kehamilan palsu)

Merupakan keyakinan dimana seorang wanita merasakan dirinya sedang

hamil namun sebenarnya ia tidak hamil. Wanita yang mengalami pseudocyesis

akan merasakan sebagian besar atau bahkan semua tandatanda dan gejala
13

kehamilan. Meskipun penyebab pastinya masih belum diketahui, dokter

menduga bahwa faktor psikologislah yang mungkin menjadi penyebab tubuh

untuk “berpikir bahwa ia hamil”.(Hikmah lestari,2020)

Tanda-tanda kehamilan palsu :

1. Gangguan menstruasi

2. Payudara membesar dan mengencang, perubahan pada putting dan mungkin

produksi ASI

3. Merasakan pergerakan janin

4. Mual dan muntah

5. Kenaikan berat badan. (Sutanto & Fitriana, 2019)

2.1.3 Klasifikasi Trimester

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu: (Fatimah, 2017 dalam

Wulandari, C., 2021).

a. Trimester Pertama (1 - 12 minggu)

Trimester pertama adalah dari minggu pertama sampai 12 dan termasuk

pembuahan. Trimester pertama dapat dibagi lagi menjadi periode embrionik

dan janin. Periode embrio dimulai pada saat pembuahan (usia perkembangan)

atau pada usia kehamilan 2 sampai 10 minggu. Akhir periode embrionik dan

awal periode janin terjadi 8 minggu setelah pembuahan (usia perkembangan)

atau 10 minggu setelah dimulainya periode menstruasi terakhir. Pada minggu

ke 12 denyut janin dapat terlihat jelas dengan ultrasound, gerakan pertama

dimulai, jenis kelamin dapat diketahui, ginjal memproduksi urine.


14

b. Trimester Dua (13 - 28 minggu)

Trimester kedua adalah dari minggu ke-13 hingga ke 28. Sekitar pertengahan

trimester kedua, pergerakan janin bisa terasa. Pada minggu ke-28, lebih dari

90% bayi dapat bertahan hidup di luar rahim jika diberikan perawatan medis

berkualitas tinggi (Stephanie et al., 2016). Pada akhir trimester dua janin dapat

bernapas, menelan dan mengatur suhu, surfactan terbentuk didalam paru paru,

mata mulai membuka dan menutup, dan ukuran janin 2/3 pada saat lahir.

c. Trimester Tiga (29 – 40 minggu)

Trimester ketiga adalah dari 29 minggu sampai kira kira 40 minggu dan

diakhiri dengan bayi lahir. Pada trimester tiga seluruh. uterus terisi oleh bayi

sehingga tidak bebas bergerak/berputar banyak. Simpanan lemak cokelat

berkembang dibawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir,

antibody ibu ditransfer ke janin, janin mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan

fosfor. Sementara ibu merasakan ketidaknyamanan seperti sering buang air

kecil, kaki bengkak, sakit punggung dan susah tidur. Braxton hick meningkat

karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan.

2.1.4 Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan

Perubahan yang dapat terjadi pada seluruh tubuh wanita secara fisiologis,

(Yuliatin 2019) yaitu :

a. Uterus

Peningkatan ukuran uterus disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan

dilatasi pembuluh darah, hiperplas dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan

jaringan fibroelastis yang sudah ada), perkembangan desidua. Selain itu,


15

pembesaran uterus pada trimester pertama juga akibat pengaruh hormon

estrogen dan progesteron yang tinggi (Wijayanti, 2021).

Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan

pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16

minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir, di atas

32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Serviks uteri mengalami

hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron

(tanda Goodell). Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan

gejala keputihan. Ismus uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang dan

melunak yang disebut tanda Hegar. Berat uterus perempuan tidak hamil adalah

30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus mengalami peningkatan sampai

pada akhir kehamilan (40 minggu) mencapai 1000 gram (1 kg).

b. Vagina / vulva

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama

persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat

longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina. Peningkatan

vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwik,

suatu tanda kemungkinan kehamilan yang dapat muncul pada minggu keenam

tapi mudah terlihat pada minggu kedelapan kehamilan.

c. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama

fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium

tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru,

tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.


16

d. Payudara

Rasa kesemutan nyeri tekan pada payudara yang secara bertahap

mengalami pembesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan

suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol, keras, lebih erektil, dan

pada awal kehamilan keluar cairan jernih (kolostrum). Areola menjadi lebih

gelap/berpigmen terbentuk warna merah muda. Rasa penuh, peningkatan

sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu

enam kehamilan.

1) Progestron

Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum

dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini

meningkat selama hamil dan menjelang persalinan mengalami penurunan.

Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesteron

diperkirakan :

a) Menurunkan tonus otot polos:

b) Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual

c) Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan berjalan lambat,

menyebabkan reabsorbsi air meningkat, akibatnya ibu hamil mengalami

konstipasi.

d) Tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas menurun.

e) Tonus vesica urinaria dan ureter menurun menyebabkan terjadi statis urine.

f) Menurunkan tonus vaskuler yaitu menyebabkan tekanan diastolik menurun

sehingga terjadi dilatasi vena.


17

g) Meningkatkan suhu tubuh

h) Meningkatkan cadangan lemak

i) Memicu over breathing yaitu tekanan CO2 (Pa CO2) arterial dan alveolar

menurun.

j) Memicu perkembangan payudara

2) Estrogen

Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium. Selanjutnya

estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya meningkat

beratus kali lipat, out put estrogen maksimum 30 –40 mg/hari. Kadar terus

meningkat menjelang aterm. Aktivitas estrogen adalah :

a) Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus

b) Bersama dengan progesterone memicu pertumbuhan payudara

c) Merubah konsitusi komiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan

menyebabkan servik elastic, kapsul persendian melunak, mobilitas

persendian meningkat.

d) Retensi air

e) Menurunkan sekresi natrium.

3) Kortisol

Merangsang peningkatan produksi insulin dan meningkatkan resistensi

perifer ibu pada insulin, misalnya jaringan tidak bisa menggunakan insulin.

Hal ini mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak insulin.

Sel-sel beta normal Langerhans pada pankreas dapat memenuhi kebutuhan

insulin pada ibu hamil yang secara terus menerus tetap meningkat sampai
18

aterm. Ada sebagian ibu hamil mengalami peningkatan gula darah hal ini

dapat disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin.

4) Human Chorionic gonadotropin (HCG)

Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda hormon

ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh plasenta. HCG

dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan darah ibu hamil pada 11 hari

setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil pada 12–14 hari

setelah kehamilan. Kandungan HCG pada ibu hamil mengalami puncaknya

pada 8-11 minggu umur kehamilan. Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk

memastikan adanya kehamilan karena kadarnya bervariasi, sehingga dengan

adanya kadar HCG yang meningkat bukan merupakan tanda pasti hamil tetapi

merupakan tanda kemungkinan hamil.

Kadar HCG kurang dari 5 mlU/ml dinyatakan tidak hamil dan kadar HCG

lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil. Apabila kadar HCG rendah

maka kemungkinan kesalahan HPHT, akan mengalami keguguran atau

kehamilan ektopik. Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart

maka kemungkinan kesalahan HPHT, hamil Mola Hydatidosa atau hamil

kembar. HCG akan kembali kadarnya seperti semula pada 4-6 mg setelah

keguguran, sehingga apabila ibu hamil baru mengalami keguguran maka

kadarnya masih bisa seperti positif hamil jadi hati–hati dalam menentukan

diagnosa, apabila ada ibu hamil yang mengalami keguguran untuk

menentukan diagnosa tidak cukup dengan pemeriksaan HCG tetapi

memerlukan pemeriksaan lain.


19

5) Human Placental Lactogen Kadar

Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat seiring

dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan. Hormon ini mempunyai

efek laktogenik dan antagonis insulin. HPL juga bersifat diabetogenik

sehingga menyebabkan kebutuhan insulin pada wanita hamil meningkat.

6) Relaxin

Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama kehamilan, kadar

tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran fisiologis belum jelas, diduga

berperan penting dalam maturasi servik.

7) Hormon Hipofisis

Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan, namun

kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan kolostrum.

Pada saat persalinan setelah plasenta lahir maka kadar prolaktin menurun,

penurunan ini berlangsung terus sampai pada saat ibu menyusui.

8) Sistem Peredaran Darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh- pembuluh darah yang

membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan akan bertambah secara

fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume

darah akan bertambah banyak, kira – kira 25% dengan puncak kehamilan 32

minggu.

9) Pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon tubuh terhadap

percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus


20

dan payudara. Selama masa hamil, perubahan pada pusat menyebabkan

penurunan ambang karbondioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan

kebutuhan napas meningkat, sehingga beberapa wanita hamil mengeluh

mengalami sesak saat istirahat.

10) Sistem Perkemihan Hormon

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar,

tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju

filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih dapat

tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III,

menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. kadar

kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini

dianggap normal.

11) Sistem Pencernaan

Pada awal kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami mual dan

muntah, kemudian kehamilan berlanjut terjadi penurunan asam lambung yang

melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Selain itu,

menurunnya peristaltik menyebabkan mual dan konstipasi. Konstipasi juga

disebabkan karena tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal

kehamilan dan kembali pada akhir kehamilan. Meningkatnya aliran darah ke

panggul dan tekanan vena menyebabkan hemoroid pada akhir kehamilan.

12) Pertambahan Berat Badan

Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu

terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira kira
21

antara 6,5 kg -10 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan

sekitar 1,5 kg per minggu.

13) Rasa Cemas Pada Ibu Hamil

Rasa cemas yang terjadi pada ibu hamil merupakan suatu respon

emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, faktor penyebabnya

biasanya berhubungan dengan kondisi ibu yang merasa cemas dengan

kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman pernah

abortus di kehamilan sebelumnya, rasa aman dan nyaman dalam menjalani

kehamilannya, penemuan jati diri dan dukungan dari keluarga, selain itu

dapat dilihat dari ibu hamil yang mudah tersinggung sulit bergaul dan

berkomunikasi, sulit tidur bahkan sampai kejang otot (K. Sari, 2019).

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu perdarahan, bengkak di

kaki, tangan, dan wajah yang disertai sakit kepala hebat, kadang disertai dengan

hipertensi serta terdapat protein urine merupakan tanda dan gejala pre-eklampsia,

demam tinggi, keluar air ketuban dan gerakan janin menurun. Kematian ibu

sebagian besar terjadi selama kehamilan sehingga sangatlah penting untuk

mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)

Pada kehamilan trimester III ada beberapa tanda bahaya yang perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi ataupun kegawat daruratan.

Menurut Kementerian Kesehatan RI tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu:

a. Demam tinggi, menggigil dan berkeringat.

b. Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang.
22

c. Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya.

d. Perdarahan.

e. Air ketuban keluar sebelum waktunya.

f. Diare berulang.(Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)

2.1.6 Ketidaknyamanan Ibu Selama Hamil

Selama kehamilan tubuh akan mengalami beberapa perubahan baik itu

perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis. Perubahan tersebut

merupakan hal yang wajar bagi ibu hamil karena penyesuaian tubuh terhadap

keberadaan janin di dalam rahim. Perubahan fisiologis yang umum terjadi adalah

perut semakin membesar, gerakan janin aktif, hiperpigmentasi kulit, payudara

membesar, sikap tubuh menjadi lordosis. Perubahan psikologis yang umum terjadi

adalah kecemasan, khawatir, takut, fantasi (Deswani dkk, 2019).

1. Sembelit/Susah

buang air besar Penurunan frekuensi buang air besar yang disertai dengan

perubahan karakteristik feaces yang menjadi keras sehingga sulit pada saat

defekasi.

2. Mudah Lelah

Angka Kejadian kelelahan selama kehamilan adalah yang paling umum

selama trimester pertama, 60 % terjadi pada trimester 3.

3. Sering kencing

Sering buang air kecil dikeluhkan oleh ibu hamil sebanyak 59% pada

trimester pertama, 61% pada trimester kedua dan sekitar 81% pada trimester

tiga kehamilan.
23

4. Kenaikan Berat Badan

Pertambahan berat badan ibu akan terlihat signifikan di trimester ini. Ini

wajar karena bayi masih berkembang dan membuat perut ibu semakin besar.

Selain itu, ukuran plasenta, volume cairan ketuban, dan rahim yang

bertambah, serta payudara yang membesar, menjadi alasan mengapa berat

badan ibu meningkat. Pada trimester ketiga ini, disarankan untuk tak hanya

makan banyak saja. Perhatikan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan

karena makanan disalurkan ke janin. Berat badan ibu yang memiliki IMT

normal sebelum hamil, akan naik sekitar 11-16 kilogram dari berat badan

semula.

5. Mengalami Kontraksi

Jika perut ibu terasa sakit selama trimester ketiga ini, jangan panik. Gejala ini

memang menyerupai tanda persalinan semakin dekat, tetapi tidak selalu

begitu. Walaupun gejalanya mirip, rasa sakit perut tersebut bisa saja adalah

kontraksi palsu. Cara membedakan kontraksi palsu dengan kontraksi yang

sesungguhnya adalah kontraksi palsu tidak sesakit kontraksi jelang

melahirkan, bisa hilang dengan sendirinya jika ibu berhenti melakukan

aktivitas atau mengubah posisi duduk atau tidur, tidak muncul secara rutin,

serta waktu kontraksi tidak berlangsung lama.

6. Sakit Punggung

Selama kehamilan, ibu mengalami perubahan hormon yang menyebabkan

sendi di antara tulang-tulang panggul meregang. Hal itu sebenarnya

menguntungkan ibu, karena bayi akan lebih mudah dikeluarkan saat


24

persalinan nanti. Namun, dampak peregangan sendi tersebut membuat ibu

jadi sakit punggung.

7. Napas

Menjadi Lebih Pendek Pada trimester ketiga, perkembangan janin yang

semakin besar akan menekan diafragma, yaitu otot di bawah paru-paru yang

membantu proses pengambilan udara, sehingga posisinya naik sekitar 4

sentimeter. Rahim yang membesar dan ikut menekan juga menyebabkan

kapasitas paru-paru berkurang. Kondisi inilah yang menyebabkan napas ibu

menjadi lebih pendek dan sesak napas saat melakukan aktivitas yang berat.

8. Heartburn

Heartburn adalah kondisi yang sering dialami oleh ibu hamil pada trimester

ketiga. Dada terasa panas dan seperti terbakar karena asam lambung yang

naik ke kerongkongan. Penyebab heartburn adalah adanya hormon kehamilan

yang membuat otot esofagus bagian bawah, yang memisahkan kerongkongan

dengan lambung, menjadi longgar, sehingga asam lambung bisa naik ke

kerongkongan. Selain itu, rahim yang membesar menekan perut dan

mendorong asam lambung naik.

9. Beberapa Bagian Tubuh Bengkak Jangan kaget ketika melihat kaki, jari-jari

tangan, dan pergelangan kaki jadi membengkak di periode terakhir kehamilan

ini. Kondisi tersebut bisa terjadi karena perut ibu yang membesar membuat

pembuluh darah yang ada di sekitar rahim tertekan. Akibatnya aliran darah

terhambat dan menyebabkan penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh,

sehingga bengkak (K. E. Sari et al., 2022).


25

2.1.7 Konsep Kehamilan (Antenatal Care)

1. Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan secara

berkala oleh tenaga kesehatan professional untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu hamil berserta janin yang dikandungnya. Pentingnya pengetahuan

ibu hamil tentang Antenatal Care agar dapat melakukan kunjungan kehamilan

secara teratur minimal 6 kali selama masa kehamilan. (Kemenkes RI, 2020)

2. Tujuan Antenatal Care

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care selama kehamilan

untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan

janin. Setiap wanita hamil ingin memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada

kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum

berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan

pemeriksaan Antenatal Care (Kemenkes RI,2020). Tujuan pelayanan Antenatal

Care menurut Kementrian Kesehatan (2020) adalah :

a. Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin di dalamnya.

b. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi selama

kehamilan sejak usia dini,termasuk riwayat penyakit dan pembedahan.

c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.


26

d. Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan dengan

selamat dan meminimalkan trauma yang mungkin terjadi selama persalinan.

e. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak agar

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

g. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik dan dapat

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

3. Kunjungan Antenatal Care

Ibu hamil perlu disampaikan tentang adanya Resiko Tinggi dalam

kehamilan, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan skrining atau deteksi dini

terhadap faktor resiko ibu hamil secara proaktif, skrining ini dilakukan sedini

mungkin pada awal kehamilan atau trimester pertama oleh petugas kesehatan

atau non kesehatan yang terlatih di masyarakat, antara lain ibu-ibu PKK, Kader

kesehatan, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Skrining pada antenatal care,

dapat melalui kunjungan rumah yang merupakan langkah awal dari

pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi

untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining pertama dilakukan untuk

memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan faktor

resiko (Rufaindah, 2021).

Kehamilam Resiko Tinggi dapat ditemukan pada Ibu hamil dengan

mengamati dan menemukan faktor resikonyasedini mungkin pada awal

kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Selanjutnya

pada setiap kunjungan antenatal care dilakukan skrining berulang, secara


27

periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan

(Wariyaka et al., 2022).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1, K4, dan K6. Cakupan K1 adalah jumlah

ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat

kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester, dibandingkan jumlah

sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

Sedangkan, cakupan K6 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit enam kali pemeriksaan

serta minimal dua kali pemeriksaan dokter.

Tabel 2.1
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Kunjungan Minimal Waktu Kunjungan Yang


Dianjurkan
I 2x Sebelum minggu ke 16
II 2x Antara minggu ke 24-28
III 2x Antara minggu ke 30-32
Antara minggu ke 36-38

Tujuan pemeriksaan kehamilan untuk memantau jalannya kehamilan,

memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi, meningkatkan dan

memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu dan bayi, serta mencegah

komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan.


28

4. Standar Asuhan Antenatal Care

Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang diberikan

kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10T menurut Kementerian

Kesehatan RI (2021), adalah sebagai berikut:

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan.

Penimbangan berat badan pada pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.Penambahan

berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

kilogram setiap bulan nya menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan di lakukan untuk

menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang

dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya KPD (Ketuban Pecah Dini)

atau PROPM (Premature Rupture Of Membrane).

Tabel 2.2
Indeks Masa Tubuh Selama Kehamilan

Kenaikan Berat Badan Menurut Kemenkes 2019

2. Tekanan Darah.

Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan

darah diatas 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi

disertai edema wajah atau tungkai bawah atau proteinurine)


29

3. Tilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Ibu shamil

dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4. Tinggi Fundus Uteri / Tinggi Rahim (TFU)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal di lakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan.Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.Standar pengukuran

menggunakan pita pengukuran setelah kehamilan 24 minggu.

Tabel 2.3
Perubahan TFU Dalam Kehamilan

Umurkehamilan Panjang cm Pembesaran Uterus


( Minggu) ( Leopold )
12 Minggu 1 – 3 jari diatas symphisis
16 Minggu Pertengahan antara
symphisis – pusat
20 Minggu 3 jari dibawah pusat
24 Minggu 24-25 cm Setinggi Pusat
28 Minggu 26,7 cm 3 Jari diatas pusat
32 Minggu 27 cm Pertengahan pusat
xyphoid
36 Minggu 30-33 cm Dua/tiga jari dibawah PX
40 Minggu 40 cm 3 jari dibawah PX
Sumber : AMO.2019
30

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Presentasi janin dilakukan pada akhir trimester 2 dan selanjutnya setiap kali

kunjugan antenatal. Pemeriksaan ini di maksudkan untuk mengetahui letak

janin. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester 1 dan selanjutnya setiap

kali kunjungan antenatal.Djj lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat

lebih dari 160 kali/menit menunjukan adanya gawat janin.

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus bila diperlukan.

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum,ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil harus skrining status

imunisasi T nya.Pemberian imunisasi TT1 pada ibu hamil minimal memiliki

status imunisasi TT2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus.

Ibu hamil dengan status imunisasi T5 tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Tabel 2.4
Pemberian Vaksin TT
Pemberian Selang Waktu Minimal
TT 1 Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan)
TT 2 4 minggu setelah TT 1 (pada kehamilan)
TT 3 6 bulan setelah TT 2 ( pada kehamilan , jika selang waktu
minimal terpenuhi)
TT 4 1 tahun setelah TT 3
TT 5 1 tahun setelah TT 4
Buku Saku Kebidanan

7. Beri tablet Tambah Darah (Fe).

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet

tambah darah (tablet zat besi) an asam folat minimal 90 tablet selama

kehamilan yang di berikan sejak kontak pertama.


31

8. Tes / periksa laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil ada 2 yaitu, pemeriksaan lab rutin,

pemeriksaan yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu, golongan darah,

hemoglobin, protein urine, glukosa. Sedangkan pemeriksaan laboratorium

khusus yaitu, pemeriksaan laboratorium lain yang di lakukan atas indikasi pada

ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

9. Tata laksana / penanganan khusus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan laboratorium,

setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan

standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Standar tata laksana kasus juga

dapat dimaksudkan untuk memberikan penatalaksanaan secara khusus masalah

diluar kehamilan yang dialami ibu berkaitan dengan penyakit lain. Kasus-kasus

yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Bundarini

and Fitriahadi, 2019).

10. Temu wicara / konseling.

Temu wicara dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan sesuai dengan

permasalahan yang ditemukan menggunakan media yang ada diantaranya

adalah dengan menggunakan buku KIA (Bundarini and Fitriahadi, 2019). Saat

melakukan temu wicara, ibu hamil seringkali bertanya mengenai pencegahan

komplikasi kehamilan, masalah kesehatan bahkan mengenai perencanaan

persalinan yang diinginkan oleh ibu hamil agar tetap merasa nyaman. Layanan

temu wicara ini juga diperlukan untuk menyepakati rencana-rencana kelahiran,

rujukan bila diperlukan, bimbingan pengasuhan bayi saat sudah terlahir dan

pemakaian KB paska persalinan (Prasetyo, 2022).


32

2.1.8 Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi

1. Kehamilan resiko tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan

ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Wiwin, 2019). Kehamilan

risiko tinggi dibagi menjadi 3 kategori menurut Rochjati (2014)(Rahuyu, 2022),

yaitu:

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko ataupenyulit

sehingga kemungkinan besar ibu akan melahirkan secara normal dengan ibu

dan janinnya dalam keadaan hidup sehat.

b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan skor 6-10

Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor risiko / penyulit baik

yang berasal dari ibu maupun janinnya sehingga memungkinkan terjadinya

kegawatan saat kehamilan maupun persalinan namun tidak darurat.

c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRTS) dengan jumlah skor >12

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan kehamilan dengan faktor

risiko:

a) Perdarahan sebelum bayi lahir

Dimana hal ini akan memberikan dampak gawat dan darurat pada ibu dan

janinnya sehingga membutuhkan rujukan tepat waktu dan penanganan segera

yang adekuat untuk menyelamatkan dua nyawa.

b) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih

Dimana tingkat kegawatannya meningkat sehingga pertolongan persalinan

harus di rumah sakit dengan ditolong oleh dokter spesialis (Puspita 2021).
33

c) Faktor-faktor Kehamilan Resiko Tinggi

1. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun

2. Jumlah anak sebelumnya > 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun

4. KEK dengan Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm atau penambahan berat

badan < 9 kg selama masa kehamilan

5. Anemia dengan Haemoglobin < 11 g/dl

6. Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang

belakang

7. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,

kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelaianan endokrin (diabetes

militus, sistemik lupus, eritematosus, dll), tumor dan keganansan

8. Riwayat kehamilan buruk seperti keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, partus prematur dan bayi

dengan cacat kongenital

9. Kelainan jumlah janin seperti kehamilan ganda dan janin dempet

10. Kelainan besar janin seperti pertumbuhan janin terhambat, janin besar

(Wiwin, 2019).

d) Skor Poedji Rochjati

Skor poedji rochjati ini memiliki beberapa fungsi bagi ibu hamil dan

tenaga Kesehatan. Bagi ibu hamil dapat digunakan sebagai Komunikasi

Informasi Edukasi (KIE) karena skor mudah diterima, biaya, dan

transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat.


34

Bagi tenaga Kesehatan dapat digunakan sebagai Early Warning Sign

(tanda peringatan dini) agar lebih waspada. Semakin tinggi skor, maka

dibutuhkan penilian kritis / pertimbangan klinis dan penanganan yang

lebih intensif (Puspita, 2021).

Gambar 2.1
Skor Poedji Rochjati

e) Dampak Kehamilan Risiko Tinggi

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko tinggi sendiri

dapat berdampak antara lain :

1) Dampak Kehamilan Berisiko bagi Ibu

a) Dampak Fisik

Dampak fisik Menurut Prawiroharjo, dampak kehamilan berisiko bagi ibu

secara fisik adalah sebagai berikut:


35

i. Keguguran (abortus)

Keguguran merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat

hidup. Keguguran dini terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu dan

keguguran tahap lanjut terjadi antara usia kehamilan 12 minggu-20

minggu.

ii. Partus macet

Partus macet merupakan pola persalinan yang abnormal dimana terjadi

fase laten dan fase aktif memanjang/melambat bahkan berhenti ditandai

dengan berhentinya dilatasi serviks atau penurunan janin secara total atau

keduanya.

iii. Perdarahan ante partum dan post partum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya

daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.18,24 Perdarahan

postpartum merupakan perdarahan lebih dari 500-6000 ml dalam waktu

24 jam setelah bayi lahir.

Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) terjadi

dalam 24 jam setelah anak lahir.

b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) terjadi

setelah 24 jam kelahiran, antara hari ke 5 sampai hari ke 25

postpartum.
36

iv. IUFD

IUFD (Intra Uterine Fetal Death) merupakan kematian janin dalam rahim

sebelum terjadi proses persalinan, usia kehamilan 28 minggu keatas atau

berat janin 1000 gram dapat juga mengakibatkan kelahiran mati. Ibu yang

mengalami kehamilan berisiko menyebabkan meningkatnya faktor risiko

terjadinya IUFD. Bila janin dalam kandungan tidak segera dikeluarkan

selama lebih dari 4 minggu dapat menyebabkan terjadinya kelainan darah

(hipofibrinogemia) yang lebih besar.

v. Keracunan dalam kehamilan (Pre eklamsia) & kejang (Eklamsia)

Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan yang biasanya terjadi pada

trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua.

Preeklamsia serta gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang

menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh kehamilan.

Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama kematian serta

penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia.

2) Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin

Menurut Prawiroharjo, dampak kehamilan berisiko bagi janin adalah

sebagai berikut:

a. Bayi lahir belum cukup bulan

Bayi lahir belum cukup bulan dapat disebut bayi preterm maupun bayi

prematur. Bayi Preterm merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang

dari 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. Hal ini dapat

disebabakan oleh faktor maternal seperti toksemia, hipertensi, malnutrisi

maupun penyakit penyerta lainnya (Sofiyana, 2019).


37

b. Bayi lahir dengan BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab paling besar lahirnya bayi

BBLR adalah masalah selama kehamilan pada ibu, dapat berupa penyakit

penyerta pada ibu, kurang nutrisi, maupun usia ibu (Sofiyana, 2019).

f) Penatalaksaan Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang lebih

difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan.

Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif

yang berkualitas minimal 4 kali dengan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada

trimester II dan 2 kali pada trimester III, termasuk minimal 1 kali kunjungan

diantar suami/pasangan atau anggota keluarga (Puspita, 2021).

2.1.9 Asuhan/ Penatalaksanaan Antenatal Care

Menurut Suryati Romauli (2021), pengkajian data ibu hamil dimulai saat

pasien masuk yang dilanjutkan secara terus-menerus selama proses asuhan

kebidanan berlangsung titik data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber

melalui tiga macam teknik yaitu wawancara atau anamnesis observasi dan

pemeriksaan fisik.
38

Wawancara adalah perbincangan terarah dengan cara tatap muka dalam

pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relevan dengan pasien.

Observasi adalah pengumpulan data melalui indra penglihatan atau perilaku

pasien, ekspresi wajah, bau, suhu dan lain-lain. Pemeriksaan fisik adalah proses

untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan menggunakan instrumen

tertentu.

Manajemen hellen varney bukan hanya terdiri dari pemikiran dan

tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang

komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses

manajemen(Wijayanti, 2021).

I. Pengkajian

A. Data subyektif

1. Identitas

a. Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-

hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan

b. Umur : Untuk mengetahui apakah ibu termasuk berisiko tinggi

atau tidak

c. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa

d. Pendidikan : Uuntuk memudahkan pemberian KIE

e. Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

f. Alamat : Ditanyakan untuk mengetahui alamat pasien dan untuk

mempermudah kunjungan rumah bila perlu


39

2. Alasan datang/ Keluhan utama

Keluhan utama ditulis singkat jelas, dua atau tiga kata yang

merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan

kesehatan.

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang meliputi: penyakit jantung, hipertensi,

DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, ati, Malaria, penyakit kelamin,

HIV/AIDS.

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Riwayat kesehatan sekarang meliputi: penyakit jantung, hipertensi,

DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, Malaria, penyakit kelamin,

HIV/AID.Riwayat penyakit keluarga

b. Riwayat kesehatan sekarang

meliputi: penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma,

Epilepsi, ati, Malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS serta riwayat

keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, HPHT, siklus haid, volume,

perdarahan pervagina, dan flour albus (keputihan).

5. Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri (Gravida(G)... Para(P)... Abortus(Ab)... Anak

Hidup(Ah)..) meliputi : perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas


40

yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,

BB lahir bayi<2500 gram atau >4000 gram serta masalah selama

kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

a. Riwayat hamil ini

Riwayat kehamilan ini meliputi: Riwayat ANC, gerakan janin, tanda-

tanda bahaya/penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi,

termasuk jamu, kekhawatiran ibu.

b. Riwayat KB

Riwayat KB meliputi: jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga, dan

tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan berhenti.

c. Riwayat Perkawinan

Riwayat perkawinan terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke,

usia ibu saat perkawinan, dan lama perkawinan.

d. Pola kebutuhan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari meliputi: pola nitrisi (makan dan minum),

Eliminasi (BAB dan BAK), personal hygine, aktivitas dan istirahat.

e. Riwayat Psikososial

Riwayat Psikososial meliputi: pengetahuan dan respon ibu terhadap

kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di

rumah, respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan

penolong yang diinginkan ibu.


41

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a) Kesadaran Umum

Kesadaran umum meliputi: tingkat energi, keadaan emosi dan postur

badan ibu selama pemeriksaan, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB).

b) Kesadaran

Kesadaran merupakan suatu pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk

memperoleh data dan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosa.

Penilaiannya dapat secara kualitatif (composmentis, apatis, somnolen,

sopor, koma, delirium) dan kuantitatif (diukur menurut skala koma).

c) Tanda-tanda Vital (TTV)

Tanda-tanda vital: tekanan darah (90/70-130/90 mmHg), suhu badan

(36,5-37,0C), frekuensi denyut nadi (N: 60100×/menit), dan pernafasan

(16-28x/menit).

2. Pemeriksaan fisik

a) Kepala : Meliputi oedema wajah, cloasma dan wajah gravidarum

b) Mata : Mata (kelopak mata pucat, warna sklera)

c) Hidung : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran polip

pada hidung yang dapat berpengaruh pada jalan nafas.

d) Telinga : Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan telinga apakah

terdapat serumen atau tidak karena bisa berpengaruh pada

pendengaran.

e) Gilut : Mulut (rahang pucat, kebersihan), keadaan gigi (karies,

karang, tonsil)
42

f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

g) Payudara : Simetris, terdapat hipermigmentasi aerola mamae, puting

susu menonjol dan tidak ada nyeri tekan

h) Abdomen : Adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra, stiae

gravidarum),tinggi fundus uteri (TFU) dengan tangan jika usia

kehamilan 12 minggu, dan dengan pita ukuran jika usia

kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi abdomen untuk

mengetahui letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari

36 minggu), DJJ janin dengan fetoskop jika usia kehamilan

lebih dari 18 minggu.

Mengukur TFU normalnya

TM I : 12 minggu : 3 jari di atas di shympisis.

TM II : 16 minggu : Pertengahan shympisis pusat

20 minggu : 3 jari dibawah pusat

24 minggu : Setinggi pusat

TM III : 28 minggu : 3 jari diatas pusat

32 minggu : Pertengahanpusat-prosesus

xiphoideus (PX)

Leopold I : Pemeriksaan untuk menentukan tinggi fundus Uteri dan

bagian janin yang berada di fundus. Jika dibagian fundus teraba

bulat, melenting dan lunak (Bokong), apabila di bagian pintu atas

panggul teraba bulat, keras dan melenting (kepala).(Wijayanti,

2021)
43

Leopold II : Menentukan Batas samping rahim kanan dan kiri, untuk

menentukan letak punggung janin dan pada letak lintang,

menentukan letak kepala janin. Jika bagian kanan ibu teraba

keras, panjang seperti papan (puka), dan apabila bagian kiri ibu

teraba bulat, bagian terkecil janin (ekstremitas). (Wijayanti, 2021)

Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin dan memastikan

apakah bagian terbawah sudah masuk ke pintu atas panggul atau

belum. Jika kepala masih bisa digoyangkan berarti belum masuk

PAP dan apabila kepala sudah tidak bisa digoyangkan berarti

sudah masuk PAP (Wijayanti, 2021)

Leopold IV : Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan

menentukan konvergen (kedua jari- jari pemeriksa menyatu yang

artinya bagian terendah janin belum masuk panggul) atau

Divergen (kedua jari-jari pemeriksa tidak menyatu yang artinya

bagian terendah janin sudah masuk panggul).(Wijayanti, 2021)

Pemeriksaan DJJ : Dilakukan untuk mengetahui Denyut Jantung Janin.

Dalam keadaan normal 120-160 x/menit.

i) Genetalia : Luka, varises, kondiloma, cairan (warna, konsistensi,

jumlah, bau), keadaan kelenjar bartolini (pembekakan, cairan,

kista), nyeri tekan.

j) Anus : Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.

k) Ekstermitas : Oedema kaki dan tangan, pucat pada kuku jari, varises,

reflek patella (++)


44

3. Pemeriksaan penunjang

a. Hemoglobin : Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin

<11 gram/dl, jadi ibu hamil harus memiliki kadar hemoglobin >11

gram/dl.

b. Golongan darah : Untuk Menyiapkan pendonor darah apabila sewaktu-

waktu dibutuhkan karena situasi kegawat daruratan

c. USG : Untuk melihat apakah janin tunggal atau kembar, untuk melihat

tafsiran berat janin, untuk melihat kesesuain panggul dan kepala janin.

d. Protein Urin : Untuk mengetahui kandungan protein pada urine

e. PITC : Pemeriksaan dilakukan pada trimester I untuk mencegah

penularan virus HIV kepada anaknya selama masa kehamilan.( et al.,

2019)

II. Identifikasi diagnosa atau masalah

Ds : Data subjektif merupakan data yang berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang berhubungan langsung dengan diagnosis.

Do : Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik lain.

Dx : Diagnosa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.


45

III. Merumuskan diagnosa / masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi adanya masalah atau diagnosa

potensial lain, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat waspada bila diagnosa atau masalah potensial ini

benar-benar terjadi dan yang paling penting adalah melakukan asuhan yang

aman. Masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu hamil resiko tinggi dengan

usia > 35 tahun adalah terjadinya preeklamsi / eklamsia, anemia, diabetes

gestasional, dan ketuban pecah dini dan bagi bayi dapat terjadi kelainan

konginetal dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR).

IV. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera

Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain berdasarkan kondisi pasien.

V. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh

Langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian data pada langkah sebelumnya.

Jika ada informasi atau data yang tidak lengkap bisa di lengkapi. Juga bisa

mencerminkan rasional yang benar atau valid.

Berikut ini contoh rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu hamil

trimester III, yaitu sebagai berikut :

1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

R/ persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan tindakan

yang akan dilakukan sehingga ibu tenang.


46

2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan ynag dialami ibu seperti sering kencing,

mudah lelah dan kecemasan yang dirasakan ibu.

R/ agar ibu tidak cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini

3. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga istirahat yang cukup

R/ pemenuhan kebutuhan istirahat ibu

4. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

R/ deteksi dini terjadinya komplikasi ibu dan janin

5. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat terapi tablet Fe dan cara meminumnya.

R/ untuk mencegah anemia pada ibu

6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda mulainya persalinan

R/ ibu tau dan tidak cemas saat ada tanda-tanda persalinan

7. Anjurkan ibu untuk merencanakan persalinan di bidan demi kenyamanan

dan keamanan ibu dan bayi

R/ keselamatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik

8. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi atau apabila

ibu terdapat keluhan, tanda-tanda bahaya kehamilan ataupun terdapat tanda-

tanda persalinan

R/ pemantauan kondisi ibu dan janin

VI. Pelaksanaan asuhan kebidanan

Pada langkah ini didan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan

secara efektif dan aman. Penatalaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh

bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Walau

bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki
47

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau

rencananya benar-benar terlaksana).

VII. Evaluasi

Pada langkah ini bidab akan mengetahui tingkat pengetahuan atau

pemahaman ibu terhadap asuhan yang diberikan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan

2.2.1 Konsep dasar persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup

berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput

janin dari tubuh ibu (Sulfiyanti, 2022).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat

kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat (Walyani, 2021).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain

(Diana, 2019).

Asuhan sayang ibu mengutamakan keamanan, kenyamanan serta

kepuasan pasien bersalin selama berada di klinik (Amir et al., 2021).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Griya Kebonagung (2019) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi persalinan antara lain:


48

1. Passenger

Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan

normal. Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta

juga harus melalui jalan lahir.

2. Passage (Panggul ibu)

Jalan lahir yang merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin

terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. (Ririn

Widyastuti & Indonesia, 2021)

3. Power (Kekuatan)

His adalah kekuatan yang mendorong janin pada saat persalinan. Pada

presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai

masuk ke dalam rongga panggul. Ibu melakukan kontraksi involunter dan

volunteer secara bersamaan.

4. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi

tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih

hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak

meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.

5. Psychologic Respons

Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi

wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin

mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan


49

wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan

dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan

kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan

dengan bayi.(Sulfiyanti, 2022).

2.2.3 Kebutuhan dasar selama persalinan

Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut (Walyani, 2021) sebagai berikut :

a. Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul

perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan

takut dapat meningkatkan otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah

yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan. Dukungan dapat

diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga, teman, bidan

maupun dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat

sejak dalam kelas-kelas antenatal, mereka dapat membuat laporan tentang

kemajuan ibu dan cara terus menerus memantau kemajuan persalinan.

1. Makanan yang Dianjurkan Selama Persalinan

Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu yang makan

saat persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah

lemak, sup, dan jus buah-buahan. Nutrisi dan hidrasi sangat penting selama

proses persalinan untuk memastikan kecukupan energi dan mempertahankan

keseimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan

isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan lambung

cocok untuk awal persalinan.


50

Jenis makanan dan cairan yang dianjurkan dikonsumsi pada Ibu bersalin

adalah sebagai berikut:

1) Makanan

a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih

dalam tahap awal persalinan (KALA 1). Dikarenakan ibu makan beberapa

kali dalam porsi kecil karena lebih mudah dicerna dari pada hanya makan

satu kali tapi porsi besar.

b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar -agar, atau sup.

Saat persalinan proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu

menghindari makanan yang butuh waktu lama untuk dicerna.

c. Pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu memberikan energi

cepat. Untuk menyimpan cadangan energi, ibu bisa pilih gandum atau

pasta.

d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau

makanan yang menimbulkan gas.

2) Minuman

a. Minuman yogurt rendah lemak.

b. Kaldu jernih.

c. Air mineral.

d. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang

dibutuhkan saat persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri dengan

mencampurkan air putih dengan sedikit perasan lemon.

e. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau pisang ke

dalam smoothie untuk menambah energi.


51

f. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.

3) Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan

dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene baik

dapat membuat ibu merasa aman dan nyaman, mengurangi kelelahan,

mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan

integritas jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan

personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya:

membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu

untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.

4) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu

bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II,

III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada

ibu untuk mencoba relax tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini

dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak

untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal

menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan

ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak

mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan

observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat

kelelahan. Namun sebagai bidan, memberi motivasi ibu untuk memberikan


52

ASI dan harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses

persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat

reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

5) Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I

dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi

ibu yang dilakukan pada kala I. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih

sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatife -

alternatif posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu

tidak efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga

agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan

memahami posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari

intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal.

Semakin normal proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan:

a. Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,

menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan klien dapat

mengendalikan persalinannya secara alamiah.

b. Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman dan

tenang.

c. Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri bukanlah

posisi berbaring.
53

2.2.4 Perubahan fisiologi dan psikologi persalinan

Menurut Elisabeth (2021), ada beberapa perubahan yang dialami selama

persalinan, yaitu

1. Perubahan Fisologis

1) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-

sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim

(SBR), regangan dari serviks, regangan dan tarikan peritoneum, itu semua

terjadi pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang

harus diperhatikan dalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik,

kekutan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan

mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interfal

antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

2) Perubahan-perubahan Uterus

Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) danmSegmen Bawah Rahim (SBR).

Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih besar,

dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan

aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya

persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal

dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri

yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya

persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan serviks

mengadakan relaksasi dan dilatasi.


54

3) Perubahan pada serviks

Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,

pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim,

dan serviks.

4) Perubahan pada vagina dan panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,

terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin

sehingga menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu

regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan

atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak pada vulva.

5) Perubahan fisik

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah suatu

kebutuhan manusia yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia (Mahruni,

2022).

Pada saat proses persalinan ada juga ibu yang tidak menyadari

pentingnya kebutuhan nutrisi. Hal ini dibuktikan dengan minimnya

keinginan ibu dalam berkomunikasi dengan bidan dalam hal pola nutrisi

saat peralinan. Pada keadaan tersebut, bidan tetap harus mencoba

memberikan pelayanan sesuai standar dengan mengidentifikasi kebutuhan

nutrisi ibu bersalin. Prinsif ini sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan

“women centered care” (Sri Nuriaty et al., 2022).


55

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada

ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan

dengan lancar dan fisiologis. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus

diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan nutrisi, kebutuhan

eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan personal hygiene,

kebutuhan mobilisasi dan kebutuhan pengaturan posisi (Rohmawati et al.,

2022).

2. Perubahan psikologis pada ibu bersalin

Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami

persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan

antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan

yang di terima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan

pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi

yang dikandungnya merupakan bayi yang di inginkan atau tidak.

Dukungan yang di terima atau tidak diterima oleh seorang wanita di

lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang

mendampinginya, sangat memengaruhi aspek psikologinya pada saat

kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya

timbul secara berkelanjutan.

2.2.5 Asuhan Penatalaksanaan Persalinan

Manajemen Asuhan Persalinan

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan.

Menurut Hallen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama pada

data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini berhubungan dengan masalah
56

dari sudut pandang pasien atau anamnesis. Pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

berhubungan langsung dengan diagnosis biasanya ibu mengeluh sakit

perut kenceng-kenceng yang teratur dan keluar cairan lendir bercampur

darah

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), yang diperoleh

dari hasil observasi , hasil pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium

atau pemeriksaan diagnostik lain .

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum

Tingkat energi, keadaan emosi dan postur badan ibu selama pemeriksaan,

tinggi badan (TB), berat badan (BB).

b. Kesadaran

Kesadaran merupakan suatu pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk

memperoleh data dan sebagai dasar dalam menegakkan

diagnosa.Penilaiannya dapat secara kualitatif (composmentis, apatis,

somnolen, sopor, koma, delirium) dan kuantitatif (diukur menurut skala

koma).

c. Tanda-tanda Vital

1. Pemeriksaan Fisik

Muka : Meliputi oedema wajah, cloasma gravidarum.

Mata : Mata (kelopak mata pucat, warna sklera).

Payudara : Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi


57

areola, keadaan putih susu, kolostrum, atau cairan lain,

retraksi, massa dan pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen : Adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,

striae gravidarum), tinggi fundus uteri (TFU)

Leopold I : Menentukan TFU dan bagian atas yang ada difundus.

Leopold II : Menentukan batas samping/bagian kanan dan kiri rahim ibu

dan menentukan letak punggung janin.

Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin

Leopold IV : Menentukan apakah kepala janin sudah masuk PAP

A : Analisis atau assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

P : Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

interprestasi data

1. Kala I Persalinan

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat( frekuensi dan

kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka

lengkap (10cm). Kala I terdiri dari 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten

a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan sampai

pembukaan 3 cm.

b. Pada umumnya terjadi selama 8 jam.

2) Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu:


58

a. Fase akselerasi

b. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4 cm

c. Fase dilatasi maksimal

d. Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung cepat dari 4cm

menjadi 9cm.

e. Fase deselerasi

f. Pembukaan serviks menjadi lembut, dalam waktu 2 jam dari pembukaan

9 menjadi 10cm.

Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar 8 jam.

Kecepatan pembukaan serviks 1cm/jam (primipara) atau lebih dari 1cm

hingga 2 cm (multipara).

b. Pemantauan kemajuan persalinan kala I dengan partograf.

a) Pengertian partograf

Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi

atau riwayat dan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan dan alat.

b) Kemajuan persalinan

Menurut Hidayat dan Sujiyatini (2018) hal yang diamati pada kemajuan

persalinan dalam menggunakan partograf adalah:

1) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks dinailaipada saat melakukan pemeriksaan vagina

dan ditandai dengan hurf (x).garis waspada adalah sebua garis yang

dimulai pada saat pembukaan servik 4 cm hingga titik pembukaan

penuh yang diperkirakan dengan laju 1 cm per jam.

2) Penurunan bagian terbawa janin


59

Metode perlimaan dapat mempermudah penilaian terhadap turunnya

kepalamaka evaluasi penilaian dilakukan setiap 4 jam melalui

pemeriksaan luar dengan perlimaan diatas simphisis, yaitu dengan

memakai 5 jari, sebelum dilakukan pemeriksaan dalam. Bila kepada

masih berada diatas PAP maka masih dapat diraba dengan 5 jari

(rapat)dicatat dengan 5/5, pada angka 5 digaris vertikal sumbu X pada

partograf yang ditandai dengan “O”. Selanjutnya pada kepala yang

sudah turun maka akan teraba sebagian kepala di atas simphisis (PAP)

oleh beberapa jari 4/5, 3/5, 2/5, yang pada partograf turunnya kepala

ditandai dengan “O” dan dihubungkan dengan garis lurus (Lusiana,

2021).

3) Kontraksi uterus (His)

Persalinan yang berlangsung normal his akan terasa makin lama makin

kuat, dan frekuensinya bertambah. Pengamatan his dilakukan tiap 1 jam

dalam fase laten dan tiap ½ jam pada fase aktif. Frekuensi his diamati

dalam 10 menit lama his dihitung dalam detik dengan cara mempalpasi

perut, pada partograf jumlah his digambarkan dengan kotak yang terdiri

dari 5 kotak sesuai dengan jumlah his dalam 10 menit. Lama his

(duration) digambarkan pada partograf berupa arsiran di dalam kotak:

(titik -titik) 20 menit, (garis -garis) 20 –40 detik, (kotak dihitamkan)

>40 detik (Lusiana,2021).

4) Keadaan janin

a) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap setengah jam yang diamati

adalah frekuensi dalam satu menit dan keterauran denyut jantung


60

janin, pada parograf denyut jantung janin di catat dibagian atas, ada

penebalan garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas

normal denyut jantung janin.

b) Warna dan selaput ketuban

Catat temuan –temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ

dengan menggunakan lambang –lambang berikut ini:

U : Selaput ketuban masih utuh.

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah.

K : Air ketuban pecah tapi sudah kering.

5) Moulage tulang kepala janin

Moulage berguna untuk memperkirakan seberapa jauh kepala bisa

menyesuaikan dengan bagian keras panggul.

6) Keadaan ibu

Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase aktif adalah:DJJ setiap

30 menit, Frekuensidan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit, Nadi

setiap 30 menit tandai dengan titik, pembukaan serviks setiap 4 jam,

penurunan tiap 4 jam tandai dengan panah, tekanan darah setiap 4 jam,

suhu setiap 2 jam.Urine, aseton, protein tiap 2 –4 jam (catat setiap kali

berkemih).
61

Gambar 2.2 Lembar Partograf (Bagian Depan)


62

Gambar 2.3 Lembar Partograf ( Bagian Belakang)

Sumber: WHO Labour Care Guide


63

2. Kala II Persalinan

Persalinan kala II ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran

bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya

adalah :

1) Pembukaan serviks telah lengkap (10cm) atau

2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.

Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam

dasar panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengeda. Wanita merasa

adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar.

Kemudian perineum mulai menonjol dan melebar dengan membukanya

anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak

di vulva saat ada his. Dengan ketuban his dan mengedan maksimal kepala

dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu

melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi

untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

3. Kala III persalinan

Perslinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri.


64

4. Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post

partum.

2.2.6 Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya atau ruptur selaput ketuban

sebelum terjadinya persalinan. Berdasarkan waktu terjadinya, KPD dibedakan

menjadi dua yaitu premature rupture of membranes (PROM) dan preterm

premature rupture of membranes (PPROM). PROM terjadi pada atau setelah

usia gestasi 37 minggu dan disebut juga KPD aterm. PPROM atau disebut juga

KPD preterm terjadi sebelum usia gestasi 37 minggu (1).(Mellisa, 2021)

KPD merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas dalam

bidang obstetrik. Penyebab terjadinya KPD belum dapat ditentukan secara pasti

(Nurkhayati & Hasanah, 2020)

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini sangat berbahaya karena merupakan salah satu

factor penyebab asfiksia neonatorum dan infeksi (Muntoha et al., 2019)

Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan

persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian

meternalperinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana

selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi

sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya (Wilda

dan Suparji, 2020)


65

2.3 Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)

Fisiologi Neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses

vital neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine kekehidupan

rekstrauterin. Namun, neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh.

(Juliana,2019).

Menurut Kamus Besar Kedokteran Dorland, dijelaskan bahwa neonatal

adalah bayi baru lahir hingga berumur 4 (empat) minggu. Menurut kamus

kesehatan neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari

(Reni Heryani, 2019)

Tabel 2.5
Apgar Score
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat/biru Tubuh merak, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh badan ekstremitas biru kemerahan
Pulse
Tidak ada < 100 < 100
(denyut jantung)
Grimace (tonus Ektermitas edikit
Tidak ada Gerakan aktif
otot) fleksi
Actifity Langsung
Tidak ada Sedikit gerakan
(aktivitas) menangis
Respiration Lemah /tidak
Tidak ada Menangis
(pernafasan) teratur
APGAR SKOR Sumber :Hasiyah Jamil, dkk.

Asuhan yang di berikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah

kelahiran (Mutmainnah dkk,2019) antara lain :

1. Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna dan aktivitasnya

2. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :


66

a. Memandikan minimal 6 jam atau minimal suhu 36,5OC

b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala harus tertutup.

3. Lakukan pemeriksaan fisik

a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan

dan bertindak lembut

c. Lihat, dengar, dan rasakan

d. Rekam atau catat hasil pengamatan

e. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah segera cari bantuan lebih

lanjut

4. Pemberian vitamin K

a. Mencegah terjadinya pendarahan karena defisiensi vit.K

b. Bayi cukup bulan atau normal diberikan 1 mg/ hari peroral selama 3 hari

c. Bayi berisiko 0,5mg-1mg perperenteral/IM

5. Identifikasi BBL :

a. Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia

b. Alat yang digunakan harus kebal air, tepinya halus dan tidak melukai,

tidak mudak sobek dan tidak mudah lepas

c. Harus tercantum, nama bayi, tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,

unit, nama lengkap ibu

d. Pada tiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,

tanggal lahir, nomor identifikasi

6. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :


67

a. Pemberian nutrisi

Berikan ASI sesering keinganan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara

ibu penuh). Frekuensi menyusui adalah setiap 2-3 jam. Pastikan bayi

mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat

perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.

Berikan ASI saja atau secara ekslusif samapai umur 6 bulan.

b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi.

Suhu ruangan setidaknya 18-21C, jika bayi kedinginan, harus didekap erat

ke tubuh ibu. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur

(misalnya botol berisi air panas).

c. Mencegah infeksi

Cuci tangan sebelum memegang bayi. Jaga tali pusat bayi dalam keadaan

selalu bersih dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor,

cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul

perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.

2.3.2 Klasifikasi Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Manuaba,

2019) yaitu :

a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant) : <37 minggu

2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu

3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih

b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:

1) Berat lahir rendah : <2500 gram


68

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

3) Berat lahir lebih : >4000 gram

2.3.3 Infeksi Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Infeksi

Infeksi adalah infeksi bakteri umum yang biasanya terjadi pada bulan

pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir terjadi

pada masa neonatal, intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan respon

tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain.

Infeksi terjadi pada kurang dari satu persen bayi baru lahir tetapi merupakan

penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir (Sembiring, 2019).

Adapun pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring,2019):

1) Infeksi dini

Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan. Biasanya

didapat dari organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion.

2) Infeksi lanjutan

Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan

pasca lahir. Infeksi lanjutan didapat dari kontak langsung atau tak

langsung yang ditemukan dari lingkungan.

b. Penyebab infeksi

1. Infeksi bacterial

Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti

Escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, lensielia, staphylococcus

aureus, dan coccus gonococcus (Sembiring, 2019).


69

2. Infeksi virus

Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain

Cytomegalo Virus (CMV), rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang

sering menyebabkan infeksi yang didapat antara lain herpes simplex

virus, varicellazoster virus, hepatitis, Respiratory Syncial Virus (RSV)

(Sembiring, 2019).

3. Infeksi parasit / jamur

Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun

sistemik, infeksi biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital

yang sering ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering

menimbulkan kelainan/cacat kongenital (Sembiring, 2019).

2.3.4 Faktor-Faktor Predisposisi Infeksi Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

a) Faktor maternal

Status sosial ekonomi ibu ras dan latar belakang cendrung

mempengaruhi terjadinya infeksi pada bayi. Ibu yang berstatus sosio

ekonomi rendah menyebabkan nutrisi dan status gizinya tidak baik. Selain

status sosial ekonomi faktor jumlah paritas ibu, umur ibu, kurangnya

perawatan prenatal, ketuban pecah dini dan prosedur selama persalinan

(Sembiring, 2019).

b) Faktor neonatal

Prematuritas merupakan faktor risiko utama untuk infeksi neonatal

umumnya imunitas kurang bulan lebih rendah dari bayi cukup bulan. Laki-

laki dan kehamilan kembar juga ikut mempengaruhi. Insiden infeksi pada
70

bayi lakilaki empat kali lebih besar dari bayi perempuan, menegaskan

kemungkinan adanya faktor-faktor seks (Sembiring, 2019).

2.3.5 Pencegahan Infeksi Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus pada

bayi karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat

penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan

untuk pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak

dengan bayi.

b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.

c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan benang tali

pusat telah disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola

karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan

bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.

d. Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan bersentuhan

dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setelah

digunakan).

e. Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya, dengan

mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).

f. Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air bersih,

hangat, dan sabun setiap hari.

g. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan


71

orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Setiyani

dkk, 2020).

2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui

2.4.1 Pengertian Masa Nifas

Menurut Dr. Taufan Nugroho (2021), penegrtian masa nifas adalah :

1) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan.

2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-

kira 6 minggu.

3) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran

yang meliputi minggu-minggu berikutnyapada waktu saluran reproduksi

kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

4) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang pada

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.

2.5.2 Perubahan fisiologi dan psikologis pada masa nifas

Menurut Astutik (2019) terdapat delapan perubahan fisiologi pada masa

nifas yaitu:

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.


72

Tabel 2.5 : Involusi uterus

Involusi TFU Berat Uterus ( gr )


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat 500
Symphisis
2 minggu Tidak teraba di atas 350
symphisis
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut

a) Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi

yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga

membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot

atrofi.

b) Atrofijaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

c) Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang

sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi

selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon

estrogen dan progesteron.

d) Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta


73

serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan

mengecil seperti sebelum hamil.

2. Lochea

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs

plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama

dengan sisa cairan.Percampuran antara darah dan desidua inilah yang

dinamakan lokia.Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang

lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat

dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.5
Perubahan Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo,sisa
menoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lender
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan atau Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leokosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati
(Sumber: Astutik,2018)
74

b. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. setelah peregangan,

ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6

minggu persalinan serviks akan menutup

c. Vulva dan Vagina

Perubahan pada vulva dan vagina adalah :

a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur.

b) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepala keadaan tidak hamil.

c) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

e. Perineum

Perubahan yang terjadi pada perineum adalah :

a) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi ang bergerak maju

b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti

keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur dari pada keadaan

sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka

pada masa nifas perlu dilakukan senam kagel.

f. Payudara

Perubahan payudara dapat meliputi :


75

a) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan

hormone prolactin stelah persalinan.

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-

2 atau hari ke-3 stelah persalinanj.

c) Payudara menjadi besar dank eras sebagai tanga mulainya proses

laktasi.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa

hal, diantaranya adalah tingginya kadar progesteron yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, dan dapat meningkatkan kolestrol

darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar

progesteron juga mulai menurun. Namun,demikian, faal usus memerlukan

waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

c. Perubahan Pada Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini dikarenakan

kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah

bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-

36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan.

d. Perubahan Sistem Mukuloskeletal

Kadar relaksin dan progesterone berkurang hingga mencapai kadar

normal dalam waktu tujuh hari, namun akibat yang di timbulkan pada
76

jaringan fibrosa, otot dan ligament memerlukan waktu empat sampai lima

bulan untuk berfungsi seperti sebelum hamil. Pada masa nifas awal,

ligament masih dalam masa kondisi terpanjangdan sendi-sendi berada dalam

kondisi kurang stabil. Hal ini bearti wanita berada dalam kondisi paling

rentan mengalami masalah muskoloskeletal. Ambulasi bisa dimulai 4-8 jam

nifas, dengan ambulasi dini akan membantu mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi.

e. Perubahan pada Sistem Integumen

Perubahan sistem integument pada masa nifas diantaranya :

a. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Hal ini menyebabkan ibu nifas yang

semula memiliki hyperpigmentasi pada kulit saat kehamilan secara

berangsur-angsur menghilang sehingga pada bagian perut akan muncul

garis-garis putih .

b. Perubahan pembuluh darah yang tampat pada kulit karena kehamilan dan

akan menghilang pada saat estrogen menurun.

f. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah

kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan

hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen

mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun

kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak

begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.


77

g. Perubahan Pada Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam nifas. Progesteron

turun pada hari ke-3 nifas. Kadar prolactin dalam darah berangsur-angsur

hilang. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain :

a. Hormon plasenta

Human Chorionik Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 masa nifas.

b. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari hipotalamus posterior, untuk merangsang

kontraksi otot uterus berkontraksi dan pada payudara untuk pengeluaran

air susu

c. Hormon pituitary

Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang

tidakmenyusui menurun dalam waktu 2 minggu, FSH dan LH meningkat

pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah

sehingga ovulasi terjadi.

d. Hipotalamik pituitary ovarium

1. Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi

lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara wanita laktasi sekitar 15%

menstruasi setelah 12 minggu. Diantaranya wanita yang tidak lataksi

40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90%

setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama

anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama

anovulasi.
78

h. Perubahan Pada Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama masa

nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih

mengental dengan meningkatnya viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematrokit dengan

hemoglobin pada hari ke 3-7 masa nifas dan akan kembali normal dalam 4-5

minggu masa nifas.

Menurut Astutik (2019) Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas berbeda

antara individu satu dengan lainnya, periode ini diekspresikan oleh Reva

Rubin yaitu dalam memasuki peran menjadi seorang ibu, seorang wanita

mengalami masa adaptasi psikologis yang terbagi dalam fase-fase berikut:

1) Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ciri-ciri

yang bisa diperlihatkan adalah :

a. Ibu nifas masih pasif dan sangat tergantung

b. Fokus perhatian ibu adalah pada dirinnya sendiri.

c. Ibu nifas lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan

yang dialami sehingga pengalaman selama proses persalinan

diceritakan secara berulang-ulang dan lebih suka didengarkan

d. Kebutuhan tidur meningkat, sehingga diperlukan istirahat yang

cukup karena baru saja melaluiproses persalinan yang melelahkan


79

e. Nafsu makan meningkat

2) Taking Hold

Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan penyuluhan

tentang perawatan bayi ataupun perawatan masa nifas sehingga ibu nifas

memiliki rasa percaya diri untuk merawatn dan bertanggung jawab atas

bayinya. Adapun ciri-ciri fase taking hold, antara lain :

a. Ibu nifas sudah bisa menikmatu peran sebagai seorang ibu

b. Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masihmembutuhkan

orang lain untuk membantu

c. Ibu nifas lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima

tanggung jawab terhadap perawatan bayi

d. Ibu nifas merasa khawatir akan ketidak mampuan sertatanggung

jawab dalam merawat bayi

e. Persaan ibu nifas sangat sensitif sehingga mudah tersinggung, maka

diperlukan komunikasi dan dukungan yang positif dari keluarga

selain bimbingan dan dorongan tenaga kesehatan untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu.

3) Letting go

Fase ini terjadi setelah hari-10 masa nifas atau pada saat ibu nifas sudah

berada di rumah. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan

menyesuaikan diri dengan tanggung jawab peran barunya. Selain itu

keinginan untuk merawat bayi secara mandiri serta bertanggung jawab

terhadap diri dan bayinya.


80

2.5 ASI Eksklusif

Menurut Rafika Alfiyani, dkk(2022), pengertian ASI eksklusif adalah bayi

hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim4 . Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan

atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). Pemberian ASI saja tanpa

makanan pendamping apapun sampai bayi berusia enam bulan akan mempunyai

manfaat yang luar biasa bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi di samping

meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi4 . Pemberian ASI secara eksklusif

di usia 0-6 bulan dipandang sangat strategis, karena pada usia tersebut kondisi

bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai macam penyakit.

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam

jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko

kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan yang dihasilkan pada hari

pertama sampai dengan hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI

mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan

kolostrum tetapi lemak dan kalorinya lebih tinggi dengan warna susu yang lebih

putih. Selain mengandung zat makanan, ASI juga mengandung enzim tertentu

yang berfungsi sebagai zat penyerap yang tidak akan menganggu enzim lain di
81

usus. Susu formula tidak mengandung enzim tersebut sehingga penyerapan

makanan sepenuhnya bergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.

2.6 Perawatan payudara

Menurut Griya Kebonagung (2019), cara merawat payudara adalah sbagai

berikut:

1. Pelajari bagaimana memposisikan si kecil dan mulutnya dengan benar ketika

menyusui. Pastikan mulut si kecil mencakup sebagian besar areola (area gelap

di sekitar puting) Anda, jangan hanya puting. Jika posisi mulut si kecil benar,

anda pun akan merasa nyaman, tidak merasa pegal, serta membantu

mencegah puting terasa sakit dan mencegah masalah payudara lainnya.

2. Cobalah posisi menyusui yang berbeda. Ada beberapa posisi menyusui yang

dapat Anda coba. Temukan posisi terbaik untuk Anda dan si kecil serta minta

saran dokter atau bidan tentang cara memegang dan menyusui bayi dengan

benar. Anda mungkin menemukan bahwa posisi tertentu memudahkan bayi

untuk menyusu dengan benar dan jauh lebih nyaman.

3. Cegah si kecil agar tidak menggigit. Pada usia 3-4 bulan, gigi pada bayi

mungkin sedang mulai tumbuh. Untuk mencegah agar puting tidak digigit,

hentikan isapan ASI setelah si kecil selesai menyusui atau ketika tertidur.

Untuk menghentikan isapan ASI, selipkan jari Anda ke sisi mulut si kecil.

4. Menyusui si kecil secara teratur. Susui si kecil setiap 2-3 jam. Anda mungkin

perlu membangunkan si kecil pada malam hari untuk memberinya ASI. Si

kecil harus menyusu dari kedua payudara sama banyaknya selama sehari. Jika

pada jam 8 si kecil menyusu dari payudara kanan maka pada jam 10 tawarkan

payudara kiri Anda.


82

5. Jika payudara Anda sakit, mulai susui si kecil pada payudara yang tidak sakit,

kemudian pada payudara yang sakit. Si kecil sering kali menyusui dengan

lebih lembut atau tenang pada susuan yang kedua.

6. Taruh kompres dingin untuk mengebaskan daerah payudara yang sakit

sebelum menyusui. Menaruh sesuatu yang dingin di payudara dapat

membantu menumpulkan rasa sakit.

Dan usai menyusui, merawat payudara bisa diterapkan dengan:

1. Bersihkan puting dengan lembut tanpa menggunakan sabun atau sampo

hingga bersih. Jangan aplikasikan alkohol, lotion, atau parfum pada puting.

Gunakan salep antibakteri untuk mengatasi puting pecah-pecah.

2. Oleskan salep yang mengandung senyawa tunggal lanolin pada puting setiap

kali selesai menyusui. Ini akan mengurangi rasa sakit atau nyeri dan membuat

luka sembuh lebih cepat tanpa membentuk keropeng. Bekas salep tidak perlu

dicuci sebelum menyusui dan aman bagi bayi.

3. Jika payudara sakit ketika menyusui, berhenti menyusui secara langsung dan

gunakan pompa ASI selama beberapa hari.

4. Jika merasa puting Anda datar atau masuk ke dalam, segera pergi ke dokter.

5. Setiap selesai menyusui, oleskan beberapa tetes ASI pada puting Anda dan

biarkan hingga kering. ASI melembapkan dan melindungi puting dari infeksi.

2.6.1 Masalah dalam pemberian ASI

Masalah Pada Ibu Nifas Berikut masalah pada ibu nifas(Cahaya,2021)

1. Perdarahan lewat jalan lahir

2. Keluar cairan berbau dari jalan lahi


83

3. Demam lebih dari 2 hari

4. Bengkak dimuka,tangan dan kaki mungkin dengan sakit kepala dan kejang-

kejang

5. Payudara bengkak,kemerahan disertai rasa sakit.

6. Gangguan buang air kecil

7. Merasa sedih terus-menerus.

2.7 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus

2.7.1 Konsep Dasar Neonatus

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ektrauterin (Lestari,Agus Diah. 2018). Neonatal adalah masa sejak lahir sampai

dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0

hari (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah

bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Ainiyah,

Aimmatul. 2018).

2.7.2 Asuhan kebidanan neonatus

Asuhan Neonatus

1. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di

atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya

(bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

2. Segera melakukan tindakan membungkus kepala dan badan bayi dengan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi.


84

3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.dan

lakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memaang

klem kedua 2 cm dari klem pertama (keasrah ibu)

4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari guntingdan

memotong tali pusat di antara klem tersebut.

5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basan dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

membiarkan tali pusat terbuka.

6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya serta mulai melakukan pemberian ASI jika ibu menghendaki

(Sarwono, 2019)

2.8 Keluarga Berencana

2.8.1 Konsep Dasar KB

Keluarga berencana merupakan usaha suami – istri untuk mengukur jumlah

dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi

atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Purwoastuti,Elisabeth

Siwi Walyani. 2019).

2.8.2 Manfaat dan Tujuan KB

1. Manfaat KB Program KB memiliki banyak manfaat bagi kesehatan,

kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga di Indonesia. Manfaat dari KB

menurut (Septiyani, Yopi. 2018) antara lain:

a. Menurunkan Risiko Kanker Rahim dan Serviks

b. Menghindari Kehamilan yang Tidak Diharapkan


85

c. Mencegah Penyakit Menular Seksual

d. Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi

e. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

f. Menghasilkan Keluarga yang Berkualitas

g. Menjamin Pendidikan Anak Lebih Baik.

2. Tujuan KB

Tujuan Keluarga Berencana menurut (Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani.

2018) sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga

berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.KB Terpilih

Kontrasepsi yang ingin digunakan oleh Ny.D yaitu kontrasepsi suntik 3

bulan, yang akan dijelaskan sebagai berikut (Susilawati, Sri. 2019):

1. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang di suntikkan ke

dalam tubuh wanita secara periodic dan mengandung hormonal, kemudian

masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit oleh tubuh yang berguna untuk

mencegah timbulnya kehamilan.


86

2. Kontrasepsi Suntik Progestin

Kontrasepsi Suntik adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek

progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan suspense steril mendroxy

progesterone acetate dalam air, yang mengandung progesterone acetate 150 mg.

kontrasepsi ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang

lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.

Metode kontrasepsi yang digunakan yaitu depoprovera, mengandung 150 mg

DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat), yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara di suntik intramuscular.

2.8.3 Tahapan Konseling KB

Menurut (dr Harni, dkk. 2020) dalam memberikan konseling, khususnya

bagi calon klien KB baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah

dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak

perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuiakan diri dengan

kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada

langkah satu dibandingkan pada langkah yang lainnya. Kata kunci SATU TUJU

adalah sebagai berikut:

1. SA : Sapa dan salam kepada pasien secara terbuka dan sopan. Berikan

perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman

serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun merasa percaya

diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan

apa yang dapat di perolehnya.

2. T: Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk

berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan


87

reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta mmmkeadaan kesehatan dan

kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang di inginkan klien.

Berikan perhatian kepada klien mmmapa yang disampaikan klien sesuai

dengan kata-kata, perlihatkan bahwa kita memahami dengan itu kita dapat

membantunya.

3. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis

kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang dia pilih,serta

jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif

kontrasepsi lain.

4. TU : Bantulah klien untuk menentukan pilihan. Bantulah klien berfikir

mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

Doronglah klien untuk menunjukan keinginan dan mengajukan pertanyaan.

Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan

kriteria dan keinginan klien terhadap setiap kontrasepsi. Tanyakan juga

apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.

5. J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan

alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut

digunakandan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien

untuk bertanya dan petugs menjawab secara jelas dan terbuka. Berilah

penjelasan juga tentang mamfaat ganda metode kontrasepsi. Misalnya

kondom yang dapat mencegah Infeksi Menuluar Seksual (IMS). Cek

pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi.


88

6. U :Perlunya dilakukannya kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah

perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan

atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

2.9.4 Konsep dasar asuha kebidanan Keluarga Berencana

Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP (Asih,

Risneni. 2019) :

1. S (Data Subjektif)

Pengkajian data yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung/ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis, data akan menguatkan diagnosis

yang akan disusun. Data yang ditulis hanya yang mendukung dari diagnose

saja.

2. O (Data Objektif)

Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik

dan informasi dari keluargaatau orang lain dapat dimasukkan dalam data

objektif, data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.

3. A (Assessment/Analysis)

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesehatanimpulan) dari data

subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan


89

pasien, data terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.

Analisis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat yang menyangkut

diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan (tindakan mandiri, kolaborasi dan

rujukan).

4. P (Planning)/Penatalaksanaan

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. P menurut Elen Varney masuk pada

langkah kelima, keenam dan ketujuh. Pelaksanaan asuhan sesuai rencana

yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi

masalah pasien.
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.D


UMUR 27 TAHUN, USIA KEHAMILAN 36 MINGGU DI KLINIK
PRATAMA KASIH IBU GALANG KABUPATEN DELI SERDANG

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III

Pada tanggal : 4 Januari 2024 Pukul : 14.00 wib

Oleh : Firdha Akbar

I. PENGUMPULAN DATA

A. DATA SUBJEKTIF

Nama Klien : Ny. D Nama Suami : Tn.F

Umur : 27 thn Umur : 29 thn

Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : BHL

Alamat : Ujung Rambe Kec. Galang

B. ANAMNESA (Data Subjektif)

1. Alasan kunjungan saat ini : ibu ingin memeriksakan kehamilannya

2. Keluhan-keluhan : ibu mengatakan mengalami bengkak pada

kaki 1 minggu yang lalu dikarenakan bekerja

mengutip karet dipohon setiap harinya,ibu juga

mengatakan jarang meminum vitamin Fe

karena malas, dan nyeri pada pinggang.

90
91

3. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan pertama kali haid saat berusia 14 tahun, siklus haid 28 hari,

lama menstruasi ± 7 hari, banyaknya ± 3 kali ganti pembalut, konsistensi cair,

warna darah merah segar, tidak dismenorhoe, dan tidak ada keluhan yang lain.

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

Kompli
Bayi Nifas
kasi
Usia Jenisp
N Tgllahir/ Penol
keha ersalin Panj
o umur ong Jenis
milan an Ib Ba Berat ang Kea Lact Keadaa
Kela
u yi Badan Bada daan asi n
min
n
28/05/2020/ 39 Norm 2700g 47
1 - - Bidan P Baik Baik Baik
3 th mg al r cm
2 ABORTUS/ hamil tanggal 04/12/2023
3 KEHAMILAN INI

5. Riwayat Nifas Yang Lalu : Ibu mengeluh dalam merawat bayinya dan

Mengalami baby blues setelah persalinan, tidak

ada tanda-tanda infeksi masa nifas seperti

cairan yang keluar berbau busuk, pengeluaran

air Asi tidak lancar, ibu meyusui anaknya

hingga usia 3 bulan dan memberikan makanan

pendamping Asi sejak usia 5 bulan.

6. Riwayat kehamilan ini : ibu mengatakan ini kehamilan ketiga

7. HPHT : 18 Mei 2023

a. TTP : 25 Febuari 2024

b. Keluhan-keluhan :

Trimester I :-

Trimester II : 1 x ANC di klinik bidan usia kehamilan 27 minggu


92

Keluhan : sakit gigi,dan sakit pinggang

Therapy/ obat : Menganjurkan ibu untuk memilih tidur dengan posisi

miring kesamping kiri dan jangan terlentang, memberi ibu

tablet Fe, Betamol, Ctm

Trimester III : -

Pergerakan anak pertama kali : Usia kehamilan 20 minggu pertama

5. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu :

Ibu mengatakan jarang meminum vitamin secara teratur, terkadang ibu lupa

meminum vitamin tetapi dalam 1 minggu hanya 3 kali ibu meminum vitamin.

Dalam kandungan vitamin asam folat dosisnya 400 mcg atau sekitar 0,4 mg

setiap hari. Manfaat asam folat ibu hamil untuk menurunkan risiko komplikasi

kehamilan, menurunkan risiko preeklamasia, menurunkan risiko ketuban pecah

dini, mencegah cacat tabung saraf janin, membantu manfaat plasenta,

membantu prosuksi sel darah merah, mencegah penyakit jantung bawaan janin.

Jika ibu hanya meminum asam folat dalam 1 minggu 3 kali , ibu hanya

mendapatkan 1600 mcg atau 1,6 mg.

6. Riwayat Tetanus Toxoid (TT)

Ibu mengatakan belum pernah di berikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) yang

pertama.

7. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kecelakaan/perdarahan : ibu mengatakan pernah mengalami

Kecelakaan lalu lintas

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


93

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti

HIV/AIDS, TBC, IMS (Infeksi Menular Seksual) dan Hepatitis, penyakit

menurun seperti Jantung dan Ginjal. Ibu juga mengatakan tidak pernah

menderita alergi, baik dari makanan ataupun obat-obatan.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga dari ibu ataupun suami tidak pernah menderita penyakit jantung,

Hipertensi dan Diabetes Millitus, HIV/AIDS, TBC, IMS (Infeksi Menular

Seksual). Ibu mengatakan tidak pernah menderita alergi, baik dari makanan

ataupun obat-obatan.

4. Kebiasaan

Merokok : Tidak Pernah

Minum jamu-jamuan : Tidak Pernah

Minum-minuman keras : Tidak Pernah

Makan dan minuman pantang : Tidak Pernah

Perubahan pola makan : Nafsu makan bertambah

8. Pola Nutrisi

Pola nutrisi ibu sebelum hamil, frekuensi makan 2x1, porsi makan dengan 1

centong nasi dengan lauk pauk 1 potong ikan, sayur 1 mangkok sedang.

Minum air putih 7-8 gelas/hari, terkadang ibu memakan buah 7 hari sekali

seperti buah pisang, apel dan jeruk, dan pengakuan ibu hanya meminum

susu pada usia kehamilan 3 bulan, dan kadang ibu setelah minum susu

bumil ibu merasa mual.

Pola nutrisi ibu sesudah hamil, porsi ibu 2x sehari, porsi makan dengan 1

centong nasi dengan lauk pauk seperti ( ½ potong ikan, dan tempe) tetapi
94

ibu mengatakan setiap pagi hari hanya sarapan dengan 1 potong roti dan ibu

jarang sekali memakan makanan seperti sayur, dan ibu tidak mengkonsumsi

susu bumil karena merasa mual. Minum air putih 7-8 gelas/hari, dan kadang

– kadang ibu memakan buah buahan seperti ( 1 buah pisang, dan 1 buah

apel) jika ada uang.

9. Pola Eliminasi

1. BAK ± 8 – 10 kali/hari terutama pada malam hari warna jernih

kekuningan, tidak ada keluhan pada saat BAK

2. BAB ibu tidak teratur terkadang hanya 2 hari sekali, konsistensi padat,

warna kuning kecoklatan, tidak ada keluhan pada saat BAB

10. Pola Aktivitas, istirahat dan tidur

1. Aktivitas

Selama ibu hamil, ibu masih membantu melakukan pekerjaan suami

seperti bekerja di perkebunan karet dan ibu melakukan pekerjaan dirumah

seperti ( memasak, menyapu, dan mengepel)

2. Istirahat dan Tidur

Ibu mengatakan pada siang hari pada waktu istirahat ibu tidur hanya 30

menit/hari, kadang ibu hanya duduk di kursi dan meluruskan kaki saja, dan

tidur malam ibu mengatakan hanya 6 - 7 jam perhari

11. Kebersihan Personal Hygiene

Ibu mengatakan bahwa Mandi 2 – 3 kali sehari, sikat gigi 3 kali sehari dan

keramas 1 hari sekali. Sehingga badan atau kulit ibu menjadi jauh lebih

terlihat tampak lebih bersih dan segar dari sebelumnya dan jauh lebih sehat.
95

12. Personal payudara

Sebelum hamil, Ibu mengatakan jarang membersihkan mammae dan

memakai Bra yang berkawat pada saat tidur atau melakukan aktivitas. Selama

hamil, ibu mengatakan setiap mandi selalu membersihkan mammae dan pada

saat tidur malam tidak pernah menggunakan Bra.

13. Hubungan Sexual

1. Sebelum hamil ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 – 3kali

dalam seminggu dan tidak ada keluhan saat melakukan hubungan seksual

2. Setelah hamil ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1-2 kali

dalam seminggu

3. Suami mengerti dan memaklumi dengan keadaan ibu karena dalam masa

kehamilan

14. Senam Hamil

Sebelum hamil maupun setelah hamil ibu mengatakan tidak pernah

melakukan senam hamil atau Yoga.

15. Psikologi Ibu

1. Kehamilan ini

Ibu mengatakan kehamilan ini diinginkan, ibu juga mengharapkan

kehamilan ini tidak akan terjadi lagi seperti kehamilan sebelumnya yaitu

mengaborsi janinnya dan ibu berdoa dan berharap semoga persalinannya

berjalan dengan normal serta anak yang dilahirkan selamat dan sehat

2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini

Bahagia, ibu dan keluarga bersuka cita dalam menerima kehamilan ini
96

3. Dukungan suami / keluarga terhadap kehamilan

Suami mengatakan selalu setia dengan menemani ibu untuk

memeriksakan kehamilannya, begitu juga dengan keluarga yang sering

mengunjungi ibu dengan membawa makanan kesukaan ibu

4. Mengambil keputusan dalam keluarga

Suami, ibu berharap suami dapat mendampingi ibu saat persalinan nanti

5. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga

Hubungan yang sangat harmonis dan selalu mendoakan kesehatan ibu

dan bayi.

6. Riwayat Psiko-sosio-spiritual

Secara psikologis ibu mengatakan selama mendekati persalinan akan

merasa cemas dan kawatir dengan keadaannya.

16. Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan tidak mempunyai adat istiadat yang dapat merugikan

kesehatan seperti minum (akar fatimah) untuk mempercepat kelahiran

17. Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan bahwasannya ibu bekerja untuk membantu suaminya di

perkebunan sawit dengan penghasilan satu bulan yaitu sebesar:

Rp.1.000.000., akan tetapi untuk kehidupan sehari hari saja masih bisa

dikatakan tidak mencukupi, sementara itu ibu mengatakan bahwasannya ibu

tidak mempunyai tabungan yang cukup untuk membiayai semua total biaya

persalinan
97

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1. Pemeriksaan Umum

b. Status emosional : Composmentis

c. Pemeriksaan fisik umum : BB sebelum hamil : 55 kg

BB sesudah hamil : 59 kg

TB : 155 cm

Lila : 23 cm

d. Tanda vital : TD : 100/60mmHg

Pols : 80 x/menit

RR : 24 x/menit

Temp : 36,5 0C

2. Pemeriksaan Khusus

a. kepala

Rambut : rambut panjang hitam, kulit kepala bersih, rambut

tidak rontok

Muka : tidak tampak cloasma gravidarum, tidak tampak

oedema dan tidak terlihat pucat

Mata : simetris konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik

b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran

vena jugularis

c. Dada dan Axila :

Mammae : bentuk simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada retraksi

dada, puting susu kiri dan kanan menonjol


98

Axilla : Tidak ada tumor di axilla dan tidak ada nyeri tekan di axilla

d. Abdomen :

a. Inspeksi

1) tampak striae gravidarum, tidak tampak luka bekas operasi, tidak ada

nyeri epigastrium, tidak ada bising usus, tidak ada kembung, dan

tidak ada nyeri tekan

2) Palpasi

1. Payudara : Tidak ada massa, ada pengeluaran ASI

2. Abdomen : Palpasi (Leopold I – leopold IV)

1) Leopold 1 : TFU : teraba satu bagian bulat, lembek dan

tidak melenting, 3jari diatas pusat, 25cm

2) Leopold 2 : Bagian kiri ibu terdapat punggung janin

3) Leopold 3 : Bagian terbawah janin yaitu kepala

4) Leopold 4 : belum masuk pintu atas panggul (PAP)

3. Auskultasi

DJJ : Denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat,

dan teratur dengan frekuensi 140 kali per menit.

4. TBJ : (TFU – n) x 155 = (25 cm – 11) x 155 =11 x 155 = 2.170

Gram

e. Ekstremitas :

1) Oedema pada tangan/jari :Tidak Ada

2) Oedema ekstremitas bawah : Ada pada ekstremitas bawah

3) Varices : Tidak Ada varices


99

4) Reflek patella : (+/+) kanan/kiri

5) Kelainan : Tidak Ada

f. Anogenital

1) Vula Vagina : Tidak ada bekas luka pada perineum, pada

vulva dan vagina tidak ada oedema, tidak ada fistula, tidak ada

peradangan, pengeluaran vaginam normal.

2) Rektum : tidak ada hemorroid

2. Data Penunjang

1. Hb : 10% gr

2. Protein urine : Tidak Dilakukan

3. Glukose Urine : 105 g/dl

4. Golongan darah : AB ( Sesuai KTP)

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN

Ny. D, G3P1A1 usia 27 tahun, usia kehamilan 33 minggu, janin tunggal, hidup,

intra uteri, bagian terendah kepala, dengan anemia ringan

Masalah :

1. Ibu merasa tampak lemas dan terlihat pucat

2. Mengkonsumsi Tablet Fe/ Asam Folat tidak teratur

3. Bengkak pada kaki sejak 1 minggu yang lalu

4. Nyeri pada pinggang setiap harinya

5. Anemia ringan

Kebutuhan :
100

1. Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian

vitamin B kompleks dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat

besi

2. Informasi tentang personal hygiene, aktivitas, dan istirahat

3. Informasi anemia ringan

4. Informasi tanda-tanda bahaya kehamilan

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL

Anemia Ringan

IV. TINDAKAN SEGERA

Pemberian tablet tambah darah dan KIE mengenai nutrisi tinggi zat besi.

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

Perencanaan asuhan yang akan dilakukan:

1. Menginformasikan kepada ibu tentang kondisi kehamilannya saat ini

2. Informasikan kepada suami dan keluarga untuk memberikan support

kepada ibu

3. Informasikan kepada ibu tentang kaki bengkak pada ibu

4. Informasikan tentang pola makan dan gizi seimbang

5. Informasikan pemberian tablet fe

6. Informasikan personal hygiene

7. Informasikan latihan senam hamil dan Gerakan relaksasi untuk

mengurangi mudah lelah

8. Informasikan tanda-tanda bahaya TM III

9. Menginformasikan kepada ibu untuk datang kunjungan ulang tanggal 24

Desember 2023 atau ketika ibu memiliki keluhan


101

VI. PELAKSANAAN

1. Melakukan komunikasi interpersonal dengan ibu untuk menciptakan

suasana nyaman dan menjalin hubungan saling percaya antara ibu dan

bidan, menjelaskan kepada ibu keadaan janin baik, kehamilan ibu sudah 33

minggu, G3P1A1, hasil pemeriksaan TD 110/70 mmHg, T 36,8 oC, TFU 25

cm, DJJ 142x/i, keadaan ibu pusing,lemas,cepat lelah, terkadang sesak

napas jika mencium asap rokok merupakan akibat dari penurunan HB dalam

darah yang jumlahnya 10g%.

2. Menganjurkan suami atau keluarga untuk selalu menyemangati dan

memberikan rasa nyaman dan kasih sayang kepada ibu, dan tak lupa untuk

selalu berada didekat istri selama kehamilan hingga persalinan yang akan

datang, dan selalu mengelus perut ibu dan berbicara kepada sang buah hati.

3. Memberitahu kepada ibu bahwa bengkak pada kaki ibu adalah hal fisiologis

kehamilan. Karena disebabkan pembesaran uterus pada ibu hamil

mengakibatkan tekanan pada vena pelvik sehingga menimbulkan gangguan

sirkulasi.

Cara untuk mengurangi atau mencegah pembengkakan pada kaki yaitu,

hindari makanan yang berkadar garam tinggi, hindari duduk/berdiri dalam

jangka waktu lama, makan-makanan tinggi protein, istirahat dan naikan

tungkai selama 20-10 menit berulang ulang.

4. Penkes sehari-hari TM III :

1. Mengatur pola istirahat dan tidur yang baik yaitu dengan tidur siang ±2

jam perhari atau beristirahat ketika merasa lelah dan mengurangi aktifitas

yang berat . Kemudian tidur malam yang cukup yaitu ±8 jam sehari.
102

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi nafas di sela-sela waktu

istirahat ibu. Relaksasi nafas dapat membantu ibu dalam mengurangi rasa

nyeri dan cemas yang sedang ibu alami.

3. Menganjurkan ibu mengerjakan aktivitas sehari hari asal hal tersebut tidak

memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi ibu pekerja ia boleh tetap

masuk kerja sampai menjelang partus dan mengurangi aktivitas yang

berlebihan dan berat.

4. Penkes Gizi ibu selama TM III :

Menganjurkan ibu agar tetap makan nasi 3 kali sehari , mengonsumsi

makanan yang mengandung tinggi kalsium yang baik untuk tulang seperti

telur jika bisa mengonsumsinya 1 butir/hari, ikan laut 1 potong/hari, susu 1

gelas/hari jika tidak bisa mengonsumsi susu khusus untuk ibu hamil, ibu

juga bisa mengonsumsi jenis susu lainnya seperti susu tiga sapi, namun

tidak dianjurkan terlalu sering karena dapat mengganggu pencernaan ibu ,

buah-buahan seperti pisang 1 buah/hari dan pepaya bisa dikonsumsi satu

potong kecil setiap hari. Jika tidak mendapatkan buah pisang dan pepaya,

ibu juga bisa mengonsumsi buah lain seperti tomat maupuin buah-buahan

yang mudah di dapatkan di sekitarnya. Sayur-sayuran yang beraneka ragam

setiap harinya seperti kangkung 5 sendok makan setiap makan, wortel,

bayam dan sayur-sayuran lainnya terutama yang mengandung banyak zat

besi yang mudah ibu dapatkan disekitarnya. Namun ibu harus

mengusahakan mengonsumsi sayur-sayuran yang beraneka ragam, karena

beda sayur pasti beda khasiatnya. Dan ibu juga bisa mengonsumsi jenis

kacang-kacangan, roti, gandum, karena baik untuk pembentukan tulang


103

5. Penkes Penkes pentingnya pemberian penambah darah TM III

Memberitahukan kepada ibu betapa pentingnya tablet Fe bagi ibu saat

kandungan sudah berusia mulai dari 24 minggu sampai sebelum melahirkan

karena tablet Fe merupakan tablet yang diperlukan tubuh untuk

pembentukan hemoglobin atau sel darah merah agar ibu tidak kekurangan

darah ketika persalinan, tablet Fe diminum pada malam hari saja yaitu

sehari sekali setelah makan atau pada saat sebelum tidur, dosis tablet Fe bagi

ibu hamil, Dalam kandungan vitamin asam folat dosisnya 400 mcg atau

sekitar 0,4 mg setiap hari. Manfaat asam folat ibu hamil untuk menurunkan

risiko komplikasi kehamilan, menurunkan risiko preeklamasia, menurunkan

risiko ketuban pecah dini, mencegah cacat tabung saraf janin, membantu

manfaat plasenta, membantu prosuksi sel darah merah, mencegah penyakit

jantung bawaan janin. Jika ibu hanya meminum asam folat dalam 1 minggu

3 kali , ibu hanya mendapatkan 1600 mcg atau 1,6 mg.

6. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan,baik dari cara cebok

selepas BAK ataupun BAB yaitu dengan menggunakan air hangat yang

tidak di diiamkan selama berhari-hari dengan mengusap jalan lahir/vagina

dari depan ke belakang(ke bagian anus) agar kotoran atau kuman yang dari

anus tidak masuk lagi ke arah jalan lahir. Menganjurkan ibu untuk

mengganti celana dalam paling sedikit 2 kali sehari, memakai celana dalam

yang menyerap, memakai pakaian longgar yang menyerap keringat.

Mengusahakan mandi setiap harinya, mencuci rambut 1 kali/2 hari, rajin

menggosok gigi maka dianjurkan menggosok gigi setiap pagi dan malam

sebelum tidur, serta menggunting kuku.


104

7. Memberitahu ibu pentingnya senam hamil bagi ibu contohnya gerakan

relaksasi yaitu dengan menarik nafas dalam dari hidung dan membuangnya

perlahan dari mulut dan juga mengajarkan ibu gerakan gerakan sederhana

seperti

a. Gerakan pertama yaitu posisi berdiri dan tangan di pinggang, gerakan

leher kekanan dan kekiri untuk meregangkan otot leher

b. Gerakan sederhana dengan melakukan latihan dasar kaki dan menggerak

kan telapak kaki kedepan dan kebelakangguna membantu sirkulasi vena

dan mencegah pembengkakan di kaki

c. Tidur terlentang dengan 1 kaki lurus dan satu kaki ditekuk kemudian

dorong kembali ke depan lakukan bergantian dengan kasih lainnya

digunakan untuk latihan dasar panggul

d. Pada gerakan selanjutnta yang yaitu berbaring dengan posisi miring.

Angkatlah kaki perlahan-lahan lalu turunkan. Dilakukan bergantian

dengan kaki satunya yang berguna untuk menguatkan otot paha

e. Gerakan selanjutnya yaitu berbaring telentang, kedua lutut dipegang

dengan tangan kemudian tarik nafas dan berlatih mengejan

f. Gerakan selanjutnya yaitu sikap merangkak meletakkan kepala diantara

kedua tangan lakukan menolehke samping selanjutkan turunkan badan

sehingga menyentuh kasur. Bertahan pada posisi ini selama kurang

lebih 1 menit

g. Gerakan selanjutnya yaitu gerakan menggunakan jimbol. Gerakan ini

dapat melibatkan suami untuk menjadi pegangan istri.


105

h. Diakhiri dengan gerakan relaksasi

8. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, nyeri

perut yang hebat, bengkak pada wajah dan tangan, bayi kurang bergerak

seperti biasa, keluar ketuban sebelum waktunya.

9. Menginformasikan kepada ibu untuk datang apabila ada tanda tanda

persalinan dan jika ada keluhan.

VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti tentang keadaan dia saat ini

2. Keluarga memahami dan mensuport ibu

3. Ibu mengerti tentang cara meringankan atau mencegah pembesaran

pada kaki

4. Ibu mengerti dan memahami aktivitas sehari-hari selama hamil dan

berusaha akan menjalankannya

5. Ibu mengerti dan memahami gizi yang penting selama kehamilan ini

6. Ibu sudah menerima obat yang diberikan dan berjanji akan

mengkonsumsi secara teratur

7. Ibu sudah mengerti dan mau melakukan dan menjaga kebersihan

dirinya dengan melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan

8. Ibu mengerti tanda bahaya Trimester III

9. Ibu bersedia datang kembali untuk memeriksakan kehamilannya atau

jika ada tanda-tanda bahaya.


106

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 22 Januari 2024 Pukul : 17.36 WIB

Subjektif (S)

Ny. D 27 tahun, G3P1A1 datang untuk melakukan kunjungan ulang, ibu

dengan posisi lemas, mengatakan sudah melakukan posisi kaki lebih tinggi,

bengkak pada kaki sudah berkurang, ibu sudah mengkonsumsi vitamin secara

rutin, ibu mengatakan mudah lelah,ibu tidak melakukan senam yoga/ rileksasi

pada pernafasan, dan nyeri pada pinggang yang ibu alami belum berkurang

jika melakukan pekerjaan,dan anemia ringan

Objektif (O)

1. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis.

3) Tanda-tanda Vital :

TD : 90/80 mmHg

Nadi : 80 x/i

Pernafasan : 19 x/i

Suhu : 36,5°C

4) BB sebelum hamil : 55 kg

5) BB sesudah hamil : 59 kg

6) LILA : 23 cm

7) HPHT : 18-05-2023

8) Usia Kehamilan : 35-36 Minggu


107

2. Palpasi leopold

1) Leopold I : TFU 26 cm, Teraba melenting, tidak bulat, lunak

2) Leopold II : Teraba satu bagian panjang memapan di perut sisi

kanan dan bagian terkecil di sisikiri perut ibu (PUKA)

3) Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan mudah digoyangkan

(Kepala)

4) Leopold IV : Teraba bagian terdepan belum memasuki PAP

(konvergen).

5) TBJ : (26 - 11) x 155 = 2.325 gram.

6) DJJ : 143 x/i

2. Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 10 g/dl : -

Analisa (A)

Diagnosa : Ibu G3P1A1 usia kehamilan 35-36 minggu, intrauteri, punggung

kanan, janin tunggal, janin hidup, presentasi kepala, keadaan janin

baik, dan keadaan ibu lemah

Masalah : masih merasakan pusing ketika terlalu lama berdiri maupun

duduk, lemas, nyeri pada pinggang, tidak melakukan senam

yoga/rileksasi pada pernafasan pada ibu dan janin, dan dengan

anemia ringan

Kebutuhan : Kebutuhan Nutrisi, cara mengatasi nyeri pinggang, penkes senam

yoga/ rileksasi pernafasan pada janin dan ibu, dan dengan anemia

ringan
108

Penatalaksanaan (P)

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan ibu. Tanda-tanda vital

ibu normal, usia kehamilan ibu 36-37 minggu, letak janin sudah bagus, Djj

nya terdengar 143x/menit, keadaan janin baik, keadaan ibu pucat.

Ibu telah mengetahui dengan hasil pemeriksaannya.

2. Melakukan prenatal yoga yang terdiri dari breating atau pemanasan

dengan melatih pernafasan ibu hamil, butterfly pose, squats, cat and cow

pose, dan posisi pendinginan durasi yoga dilakukan selama 30 menit

dengan 10 menit istirahat.

Ibu memahami dan mampu melakukan Gerakan yoga di sela istirahat atau

pada saat tidak ada aktivitas

3. Pentingnya tablet Fe pada ibu hamil

tablet Fe merupakan tablet yang diperlukan tubuh untuk pembentukan

hemoglobin atau sel darah merah agar ibu tidak kekurangan darah ketika

persalinan, tablet Fe diminum pada malam hari saja yaitu sehari sekali

setelah makan atau pada saat sebelum tidur, dosis tablet Fe bagi ibu hamil,

Dalam kandungan vitamin asam folat dosisnya 400 mcg atau sekitar 0,4

mg setiap hari. Manfaat asam folat ibu hamil untuk menurunkan risiko

komplikasi kehamilan, menurunkan risiko preeklamasia, menurunkan

risiko ketuban pecah dini, mencegah cacat tabung saraf janin, membantu

manfaat plasenta, membantu prosuksi sel darah merah, mencegah penyakit

jantung bawaan janin. Jika ibu hanya meminum asam folat dalam 1

minggu 5 kali , ibu hanya mendapatkan 2000 mcg atau 20 mg.


109

3. Memberitahu ibu agar mengurangi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

cukup berat. Ibu mau melakukannya

4. Memberitahu ibu tanda-tanda awal persalinan yaitu perut mulas yang

teratur timbul semakin sering dan semakin lama dan keluar lender

bercampu darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban dari jalan lahir,

jika hal tersebut terjadi maka segera datang ke bpm atau ke klinik terdekat.

Ibu mengerti tanda-tanda awal persalinan.

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dan apabila

mengalami tanda-tanda bahaya dan persalinan segera untuk pergi ke klinik

terdekat.

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 26-01-2024 Pukul : 13.00 WIB

SUBJEKTIF (S)

1. ini adalah kunjungan ulang ibu

2. ibu tidak melakukan senam hamil

3. HB ibu sudah normal 11 g/dl

4. ibu mengatakan pergerakan janinnya sangat aktif.

5. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi vitamin asam folat secara teratur

6. Ibu mengatakan sudah tidak merasa pusing tetapi ibu masih nyeri pada

pinggang yang belum teratasi

7. ibu merasakan perut mules namun datangnya sekali dengan durasi yang

tidak lama dan tidak terlalu kuat


110

OBJEKTIF (O)

1. KU ibu baik

2. Tanda vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/i

Respirasi : 20 x/i

Suhu : 36,5 0C

Analisa (A)

Dx : Ny. D usia 27 tahun, hamil 36 minggu

Masalah : merasa perut mules yang datangnya sebentar dan tidak teratur, nyeri

pada pinggang yang belum teratasi dikarenakn ibu masih bekerja.

Kebutuhan : penyebab keluhan yang ibu alami dan cara mengatasinya

Pelaksanaan (P)

1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa dari hasil pemeriksaan yang

dilakukan, keadaan ibu sudah membaik. Ibu dan keluarga mengerti dengan

hasil pemeriksaannya.

2. Memberitahu ibu pentingnya senam hamil bagi ibu contohnya gerakan

relaksasi yaitu dengan menarik nafas dalam dari hidung dan membuangnya

perlahan dari mulut dan juga mengajarkan ibu gerakan gerakan sederhana

seperti

a. Gerakan pertama yaitu posisi berdiri dan tangan di pinggang, gerakan

leher kekanan dan kekiri untuk meregangkan otot leher

b. Gerakan sederhana dengan melakukan latihan dasar kaki dan menggerak


111

kan telapak kaki kedepan dan kebelakangguna membantu sirkulasi vena

dan mencegah pembengkakan di kaki

c. Tidur terlentang dengan 1 kaki lurus dan satu kaki ditekuk kemudian

dorong kembali ke depan lakukan bergantian dengan kasih lainnya

digunakan untuk latihan dasar panggul

d. Pada gerakan selanjutnta yang yaitu berbaring dengan posisi miring.

Angkatlah kaki perlahan-lahan lalu turunkan. Dilakukan bergantian

dengan kaki satunya yang berguna untuk menguatkan otot paha

e. Gerakan selanjutnya yaitu berbaring telentang, kedua lutut dipegang

dengan tangan kemudian tarik nafas dan berlatih mengejan

f. Gerakan selanjutnya yaitu sikap merangkak meletakkan kepala diantara

kedua tangan lakukan menolehke samping selanjutkan turunkan badan

sehingga menyentuh kasur. Bertahan pada posisi ini selama kurang

lebih 1 menit

g. Gerakan selanjutnya yaitu gerakan menggunakan jimbol. Gerakan ini

dapat melibatkan suami untuk menjadi pegangan istri.

h. Diakhiri dengan gerakan relaksasi

3. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu alami disebut dengan

kontraksi palsu yaitu adanya rasa mules atau kram perut menjelang

persalinan yang datang sebentar dan tidak teratur. Namun pembukaan belum

ada, ibu dianjurkan untuk tidak khawatir dan tetap memperhatikan tanda-

tanda persalinan. Ibu mengerti yang dijelaskan


112

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan seksual Bersama suami

karena kandungan sperma dapat mempercepat pematangan serviks dan

membuka serviks. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

5. Mengingatkan ibu untuk mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi saat

persalinan nanti dan administrasi untuk dibawa ketika ibu akan bersalin. Ibu

sudah mengerti

6. Mengingatkan ibu akan tanda-tanda persalinan dan jika ibu sudah

mengalaminya segera datang kembali membawa perlengkapan untuk

bersalin.

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 31 Januari 2024 Pukul : 07.30 WIB

Data Subjektif (S)

a. Ibu mengatakan masih sering merasakan nyeri pinggang menjalar ke perut

sejak tanggal 4 januari 2024

b. Ibu mengatakan tidak melakukan senam yoga atau gerakan rileksasi yang

sudah dianjurkan

c. Ibu mengatakan sering buang air kecil

d. Ibu mengatakan merasakan mules-mules namun hilang timbul

e. Ibu mengeluarkan tanda untuk bersalin

f. Ibu diantar ke klinik oleh suaminya

Data Objektif (O)

a. KU ibu baik

b. Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg


113

Nadi : 80 x/i

Respirasi : 20x/i

Suhu : 36 0C

c. Berat Badan

Kunjungan sebelumnya : 55 KG

Kunjungan saat ini : 59 KG

Kenaikan BB : 4 KG

d. Usia kehamilan : 36 minggu 3 hari

e. His 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik konsistensi kuat

g. DJJ + Frekuensi 145x/menit

Pemeriksaan Dalam :

a. VT : 3 CM

b. Ketuban : Negatif

c. Portio : Tebal Lunak

d. Molage : Tidak Ada

Pemeriksaan Penunjang

a. HB : 11,7 g/dl

b. Glucose urine : 112 mg/dl

Analisa (A)

Ny. D 27 tahun G3P1A1 hamil 36 minggu 4 hari

Pelaksanaan (P)

1. Menjelaskan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan baik. TD : 110/80 mmHg,

Temp : 360C, DJJ : 145 kali/menit, VT : pembukaan 3 cm, ketuban negatif ,

TFU 27 CM, PU-KA (punggung kanan)


114

2. Memberitahu ibu sering BAK merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan

dikarenakan janin dan uterus yang semakin membersar dan menekan kantung

kemih ibu sehingga ingin BAK semakin sering.

3. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan, baik dari cara cebok

selepas BAK ataupun BAB yaitu dengan menggunakan air hangat yang tidak

didiamkan selama berhari-hari dengan mengusap jalan lahir/vagina dari depan

ke belakang (kebagian anus) agar kotoran atau kuman yang dari anus tidak

masuk lagi ke arah vagina. Menganjurkan ibu untuk mengganti celana dalam

paling sedikit 3 kali sehari, memakai celana dalam yang menyerap, memakan

pakaian longgar yang menyerap keringat. Mengusahakan mandi setiap

harinya, mencuci rambut 1 kali atau 2 hari, rajin menggosok gigi maka

dianjurkan setiap pagi dan malam sebelum tidur.

4. Menginformasikan kepada suami/keluarga untuk terus memberikan dukungan

kepada ibu, suami/keluarga bersedia memberikan dukungan kepada ibu. Tetap

memberikan ibu dukungan dan semangat untuk menghadapi persalinan karena

sebentar lagi ibu akan bertemu dengan sibuah hati.

5. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu alami disebut dengan

kontraksi palsu yaitu adanya rasa mules atau kram perut menjelang persalinan

yang datang sebentar dan tidak teratur. Namun pembukaan sudah ada, ibu

dianjurkan untuk tidak khawatir dan tetap rileksasi dalam menghadapi

persalinan.

6. Menganjurkan ibu untuk mengurangi mobilisasi karena ketuban sudah pecah.

Ibu mengerti penjelasan bidan

7. Memantau keadaan umum ibu, TTV, DJJ, dan HIS setiap 30 menit sekali.
115

Pukul TD Temp Nadi DJJ HIS


07.30 110/70 36,5C 80x/i 148x/i 2x25x10
08.00
08.30 82x/i 155x/i 2x25x10
09.00
09.30 100/80 36,7C 82 x/i 138x/i 2x27x10
10.00
10.30 82x/i 140x/i 2x27x10
11.00

11.30 120/80 36,5C 80x/i 148x/i 2x25x10


12.00
12.30 80x/i 150x/i 2x25x10
13.00
13.30 120/80 36,5C 80x/i 153x/i 2x25x10
14.00
14.30 82x/i 155x/i 2x28x10
15.00

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi dengan menarik nafas

dari mulut jika terjadi kontraksi, ibu mengerti dan mau melakukannya.

9. Mengingatkan kembali ibu untuk mempersiapkan perlengkapan ibu dan

bayi untuk persalinan. Ibu bersedia dan sudah mempersiapkannya.

10. Menganjurkan ibu untuk selalu berkomunikasi dengan janin, seperti

mengelus perut ibu, membacakan doa, saat duduk elus perut sambal

memberikan ucapan pujian.


116

3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir

(BBL)

KALA I FASE LATEN

Tanggal 31 Januari 2024 Pukul 15.00 WIB

Ibu datang pukul 07.30 WIB dengan keluhan merasa mules pada perut yang

menjalar ke pinggang semakin lama semakin sering dan keluar cairan dari jalan

lahir pukul 06.45 WIB.

Subjektif

1. Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang ketiga dan pernah

keguguran

2. HPHT 18 Mei 2023. TTP 25 Febuari 2024

3. Usia kehamilan 36 minggu 4 hari kala I dengan Fase Laten

4. Ibu mengatakan adanya pengeluaran cairan atau lendir dari jalan lahir dan

mengeluh merasa mules-mules yang hilang timbul sejak kemarin malam

Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan : Gelisah, Cemas

b. Tekanan darah : 100/60 mmHg

c. Nadi : 24x/i

d. Pols : 80x/i

e. Temp : 36,50C

f. DJJ : 150x/i

g. HIS : 2x/10 menit/10 detik


117

2. Pemeriksaan Dalam

a. Pembukaan : 6 cm

b. Dinding Vagina : Licin

c. Ketuban : Negatif (-)

d. Penurunan : 2/5

e. Molase : Tidak Ada

Kepala sudah masuk PAP (hodge III)

ANALISA

Dx : Ny.D usia 27 Tahun G3P1A1 usia kehamilan 36 minggu 4 hari

Masalah : Kala I fase laten, ibu merasa cemas dengan persalinanya karena

dari jalan lahir ibu merembes cairan yang berwarna jernih dan berbau amis

Kebutuhan : beri informasi pada ibu mengenai keadaan persalinannya dengan

ketuban pecah dini.

Diagnosa Potensial : Potensial terjadi infeksi pada ibu dan bayi

Ibu : partus lama, infeksi puerpuralis, perdarahan post

partum, atonia uteri

janin : IUFD dan IPFD, Asfiksia, Prematuritas

Antisipasi :

a. Mandiri : 1. Istirahat/bedrest total

2. Support ibu menghadapi persalinan

b. Kolaborasi : 1. Observasi keadaan umum dan kemajuan persalinan

PELAKSANAAN

1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin baik.

Setelah dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya ibu dalam inpartu kala I fase
118

laten dengan pembukaan 8cm. Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi

ibu dan janin

2. Menganjurkan ibu untuk miring kiri supaya aliran oksigen kejanin tetap

lancer dan melarang ibu untuk jalan-jalan karena air ketuban sudah pecah 8

jam yang lalu.

3. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dengan

makan dan minum tidak harus banyak sesuai dengan keinginan ibu.

Memberitahu ibu bahwa proses persalinan membutuhkan banyak tenaga dan

cairan. Ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan bersedia memenuhi

kebutuhan nutrisi dan cairan.

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menghirup udara dari hidung

dan mengeluarkan secara perlahan dari mulut. Ibu mengerti cara rileksasi

5. Mengajari ibu menggunakan jim ball untuk mempercepat penurunan kepala

janin sambil menggosok punggung ibu untuk membantu ibu mengurangi rasa

sakit.

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB agar penurunan

kepala bayi tidak terhambat.

7. Menganjurkan ibu untuk berdoa dan menyerahkan segalanya pada tuhan

Tanggal 31 Januari 2024 Pukul 16.05 WIB

Kala I

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan his datang semakin sering dan semakin kuat

2. Ibu tampak berkeringat dan kesakitan ketika his datang


119

OBJEKTIF

a. Keadaan umum : Baik

b. Keadaan emosional : composmentis

c. Tanda vital

TD : 110/80 mmHg

Pols : 84x/i

HR : 24x/i

Suhu : 36,70C

d. Ekstermitas kiri atas : terpasang infus RL 500cc - 20 tetesan tpm lancar

Pemeriksaan Obstetrik

DJJ : 152x/menit, teratur, kuat, pumctum maximun di bawah pusat sebelah

Kanan

Pemeriksaan Dalam

a. Vulva dan vagina : Tidak ada polip, licin,tidak ada benjolan, tidak ad

kondiloma, dan tidak kemerahan

b. Portio : Lunak

c. Pembukaan : 8 cm

d. Ketuban : Negatif

e. Penurunan : Hodge III

f. Molase : Tidak ada

g. Pelepasan : Lendir bercampur darah

ANALISA

Diagnosa : Ny. D umur 27 tahun G3P1A1 usia kehamilan 36


120

minggu 4 hari janin tunggal hidup, intra uterin,

presentasi kepala, inpartu kala I fase laten

Diagnosa Potensial : potensial terjadi infeksi pada ibu dan bayi

Ibu : Partus lama, infeksi puerpuralis, perdarahan post partum, atonia uteri

Janin : IUFD, IPFD, Askfiksia, prematuritas

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa saat ini kondisi ibu

dan janin dalam keadaan baik setelah dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya

adalah ibu dalam inpartu kala I fase laten dengan pembukaan sudah lengkap.

2. Menganjurkan ibu untuk tidak mengejan ketika his datang, ibu cukup

menarik nafas yang panjang dan buang dengan cara ditiup. Ibu melakukannya

dengan baik.

3. Menyiapkan partus set, heacting set, resusitasi bayi, pakaian ibu dan bayi.

a. Partus set : 2 buah klem, gunting tali pusat, umbilical, kateter, gunting

episiotomi, klem ½ kocher, bengkok, kom tempat plasenta, 2 buah sarung

tangan, air DTT, kassa steril, spuit 3cc, oksitosin 10 IU, duck steril,

vitamin K 1.

b. Heacting set : 1 buah gunting, 1 buah pinset anatomi, 1 buah pinset cirugis,

benang cut gat, jarum kulit dan pemegang jarum.

c. Resusitas bayi : 2 handuk kering, sungkup, bengkok, lampu sorot, meja

resusitasi, stetoskop, selimut, penghisap lendir (deelee)

d. Pakaian ibu : kain jarik, baju kancing depan, celana dalam, pembalut

e. Pakaian bayi : baju,popok, bedong, sarung tangan, sarung kaki dan topi.
121

KALA II

( 31 Januri 2024, Pukul 16.10 WIB)

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang semakin lama semakin kuat dan

teratur

2. Ibu mengatakan ingin BAB dan adanya dorongan untuk mengejan.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Keadaan emosional : Composmentis

c. Tanda Vital :

TD : 110/80 mmHg

Pols : 84x/menit

HR : 24x/menit

d. Ekstremitas kiri atas : terpasang infus RL 500 CC

Pemeriksaan Obstetrik

DJJ : 156x/menit, teratur, pumctum maximun di bawah pusat sebelah

kanan.

HIS : 5x10x55

Pemeriksaan Dalam

a. Vulva dan vagina : tidak ada polip, licin, tidak ada benjolan, tidak ada

kemerahan

b. Portio : Tidak teraba

c. Pembukaan : 10 cm
122

d. Ketuban : Negatif

e. Presentase : Kepala

f. Penurunan : Hodge IV (0/5)

g. Molase : Tidak ada

h. Pelepasan : Lendir bercampur darah

ANALISA

Diagnosa : Ny. D umur 27 tahun G3P1A1 usia kehamilan 36 minggu 4 hari

janin tunggal hidup, intra uterin, presentase kepala, inpartu kala II.

Masalah : Ibu semakin tidak kuat menahan sakit saat his

Kebutuhan : Asuhan kebidanan persalinan kala II

PENATALAKSANAAN

1. Pukul 16.10 wib. Mengenali tanda-tanda gejala kala II serta memberitahu ibu

bahwa pembukaan sudah lengkap.

2. Memberi dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi,

menawarkan minum atau mengipasi ibu.

3. Mengenali tanda dan gejala kala II adanya rasa ingin meneran, perineum

menonjol, tekanan anus, episemen menipis 100%, portio lunak, vulka

terbuka.

4. Menyiapkan pertolongan persalinan yaitu memastikan kembali kelengkapan

peralatan, bahan dan obat-obatan essensial untuk menolong persalinan dan

penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

5. Tetap memantau kemajuan persalinan, membantu ibu memilih posisi yang

nyaman untuk ibu mengejan, meminta ibu untuk tetap melakukan relaksasi

saat his datang.


123

6. Melakukan persiapan persalinan dan pertolongan persalinan

7. Memakai APD, celemek, topi,kacamata,masker

8. Melepaskan semua perhiasan.

9. Pakai handscun steril

10. Melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap : lakukan vulva

hygiene, masukkan 1 jari kedalam vagina lalu diiringi dengan jari satu lagi

yang menggunakan handscun.

11. Buka sarung tangan dan masukkan ke air Klorin

12. Memeriksa DJJ: 155x/i

13. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan

14. Mengatur posisi ibu dalam membimbing ibu mengedan pilih posisi bersalin

litotomi. Menganjurkan suami untuk mendampingi persalinan. Sesuai dengan

kemauan ibu.

15. Bimbing ibu untuk mengedan selama his , anjurkan untuk mengambil napas.

Minta ibu bernapas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir.

16. Buka tutup partus set dan dekatkan ke bad

17. Pakai handscun steril kanan dan kiri

18. Lahirkan kepala bayi : Mintalah ibu untuk mengedan atau memberikan

sedikit dorongan saat kepala bayi lahir, letakkan satu tangan ke kepala bayi

agar defleksi tidak terlalu cepat, menahan perineum dengan satu tangan

lainnya jika diperlukan , membersihkan muka bayi dari kotoran lendir/darah,

periksa tali pusat

19. Lahirkan bahu dan anggota tubuh bayi : Biarkan kepala bayi berputar dengan

sendirinya, Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi, Lakukan
124

tarkan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan, Lakukan tarikan

lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang, Selipkan satu tangan Anda

ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambal me nyangga kepala dan

selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh

bayi seluruhnya, lalu IMD

20. Lalu klem tali pusat, pastikan bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit

dengan si ibu, bungkus bayi terlindung dengan baik

21. Tanggal 31 Januari 2024. Bayi lahir spontan pukul 16.10 WIB telah dilakukan

pertolongan persalinan kala II bayi lahir bugar , tidak langsung menangis,

usaha bernafas lambat tak teratur, jenis kelamin laki-laki, gerakan sedikit,

warna kulit sedikit biru/ pucat, BB 2450 Gram, PB 45 cm, LK: 33 cm, anus

berlubang APGAR SCORE 4-5-7.

Tanggal 31 Januari 2024 Pukul 16.40 WIB

KALA III

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran anaknya

tetapi ibu cemas karena bayi tidak segera menangis.

2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

OBJEKTIF

1. Keadaan umum ibu baik, TD : 120/80 mmHg, Tm: 370C, RR : 22 x/i,

pols: 84 x/i

2. Plasenta belum lahir.

3. Abdomen : kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari

di bawah pusat, kandung kemih kosong.


125

4. Pada Inpeksi terdapat robekan jalan lahir derajat 2 dan perdarahan 200 cc

ANALISA

Diagnosa Ny. D P2A1 Kaka III

PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kondisi ibu saat ini

2. Melakukan manajemen aktif kala III

1) Memastikan janin tunggal

2) Memberitahukan ibu bahwa ia akan disuntikan, menyuntikan oksitoksin

10 UI IM 1/3 paha bagian luar.

3) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah lahir bayi jepit tali pusat

pada sekitar 3cm dari pusat umbilikus lalu potong dan ikat tali pusat

lalu IMD

4) Setelah ada tanda pelepasan plasenta (uterus globuler, tali pusat

memanjang, semburan darah ), memindahkan klem 5-10 cm depan

vulva, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan dorso cranial.

5) Memindahkan lagi klem 5-10 cm depan vulva, PTT sejajar lantai, dorso

cranial, melahirkan plasenta searah sumbu jalan lahir, memutar searah

jarum jam dengan hati-hati.

6) Mengajari ibu masase fundus uteri.

7) Memeriksa kedua sisi plasenta untuk memastikan kelengkapan

plasenta.

8) Memeriksa ada/tidaknya robekan jalan lahir.

9) Melakukan penjahitan Luka perineum dengan heacting set dengan

teknik jelujur
126

3. Menilai perdarahan

1) periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan pastikan selaputnya lengkap dan utuh

2) terdapat laserasi derajat I dan dilakukan penjahitan

3) menjaga personal hgiene dengan membersihkan ibu dan mengganti

pakaian ibu.

4. Tanggal 31 januari 2024 pukul 16.40 WIB

Plasenta lahir spontan selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, tali pusat,

perdarahan 200cc, kontraksi keras,TFU 2 jari dibawah pusat terdapat

laserasi derajat II.

KALA IV

31 januari 2024, pukul : 16.45 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan lega karena ari-ari bayinya sudah lahir.

2. Ibu tampak lemas dan berkeringat

3. Ibu merasa mules pada perutnya

4. Ibu merasa cemas dengan anaknya

OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran :Compos mentis

3. Tanda-tanda Vital :

TD : 110/70 mmHg.

Suhu : 36,50C,

respirasi : 22 x/menit,
127

nadi : 82 x/menit.

4. TFU : 2 jari di bawah pusat.

5. Kontraksi uterus : baik.

6. Perdarahan pervaginam : ±150 cc

7. Perinium : Tidak ada episiotomi

8. Terdapat robekan jalan lahir derajat 2 dan sudah dijahit

ANALISA

Diagnosa : Ny.L usia 26 tahun dengan usia kehamilan 36 minggu inpartu Kala IV

PELAKSANAAN

1. Mengobservasi keadaan umum ibu

2. Melakukan IMD dengan memberi ibu waktu melakukan kontak fisik

dengan sang anak

3. Mengevaluasi robekan perineum yang mengakibatkan perdarahan aktif.

Jenis menjahit yang dilakukan ialah 2 penjahitan dengan jahit subcutis.

4. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervagina. Dengan terus memantau kondisi ibu jam kedepan (setiap 15

menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua)

5. Memastikan kandung kemih kosong

6. Melakukan perawatan neonatal esensial lainnya yaitu melakukan

antropometri, suntik Vit k secara IM.

7. Kenakan pakaian bayi secara lengkap (baju, Bedong, popok, topi)

8. Memberikan imunisasi hb0 di paha kiri anterolateral baik setelah 1 jam

diberikan suntikan vitamin K.


128

9. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai

kontraksi memantau tanda bahaya pada ibu dan menganjurkan ibu untuk

memanggil petugas medis bila ada yang diperlukan.

10. Memeriksa tanda-tanda vital : Td=120/80mmhg, Tm=36°C, RR=24x/i

11. Memeriksa kembali kondisi bayi bernapas dengan baik(42x/I) serta Suhu

tubuh normal(36°C)

12. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

13. Bersihkan badan ibu dengan air DTT:

- Lap ibu dengan kain yang dicelupkan ke rdtt dari depan ke belakang serta

bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

- Lap bed ibu dengan DDT dan keringkan

- Setelah bersih dan kering bantu ibu menggunakan baju bedong dan softex

ibu dengan baik

- Pastikan Ibu merasa nyaman dengan pakaiannya dan kasurnya.

14. Bersihkan semua peralatan dan sterilkan dengan memasak di air mendidih

selama 25 menit dan simpan pada tempat semula

15. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

16. Mengganti infus RL drip oxytocin dengan cairan infus RL biasa jika sudah

habis.

17. Memindahkan ibu ke bangsal nifas setelah 2 jam

18. Dekontaminasi tempat bersalin lalu membersihkan diri

19. Melengkapi partograf

20.
129

Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Hari : Rabu

Tanggal / Jam : 31 Januari 2024 / 16.10 WIB

Tempat : Ruangan VK, Klinik Pratama Kasih Ibu Galang

SUBJEKTIF

a. Bayi lahir normal dan spontan

b. Bayi tidak segera menangis

c. Warna kulit bayi merah / kebiruan (pucat)

d. Usaha bernafas lambat tidak teratur

OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Lemah

2. Penilaian awal : Bayi tidak segera menangis, usaha nafas tidak

teratur, gerakan sedikit

3. Jenis kelamin : laki-laki

4. Apgar score : 5-4-7

Tanda 0 1 2 Jumlah
nilai
Menit Frekuensi ( ) Tidak Ada (√) < 100 ( ) > 100
ke 1 jantung

Usaha ( ) Tidak Ada (√) Lambat tak ( ) Menangis


bernafas beratur kuat

Tonus otot ( ) Lumpuh (√) Fleksi sedikit ( ) Gerakan aktif 4

Refleks ( ) Tak (√) Gerakan ( ) Menangis


bereaksi sedikit tumbuh

Warna (√) Biru / pucat ( ) Tubuh merah ( ) seluruh


ekstremitas biru merah
130

Menit Frekuensi ( ) Tidak Ada (√) < 100 ( ) > 100


ke 2 jantung

Usaha ( ) Tidak Ada (√) Lambat tak ( ) Menangis


bernafas beratur kuat

Tonus otot ( ) Lumpuh (√) Fleksi sedikit ( ) Gerakan aktif 5

(√) Gerakan
Refleksi ( ) Tak sedikit tumbuh ( ) Menangis
bereaksi
(√) Tubuh merah ( ) seluruh
Warna ( ) Biru / pucat ekstremitas biru merah

Menit Frekuensi ( ) Tidak Ada ( ) < 100 (√) > 100


ke 3 jantung

Usaha ( ) Tidak Ada ( ) Lambat tak (√) Menangis


bernafas beratur kuat

( ) Gerakan aktif 7
Tonus otot ( ) Lumpuh (√) Fleksi sedikit

( ) Menangis
Refleksi ( ) Tak (√) Gerakan
bereaksi sedikit tumbuh (√) seluruh
merah
Warna ( ) Biru / pucat ( ) Tubuh merah
ekstremitas biru

5. Tanda-tanda vital :

a. Pernafasan : 30x/menit

b. Nadi : <100x/menit

c. Suhu :360C

6. Pemeriksaan Antropometri :

a. Berat Badan : 2450 gram

b. Panjang Badan : 45 cm

c. Lingkap Kepala : 33cm


131

d. Lingkar Dada : 33

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Tidak ada benjolan cepal hematoma dan caput

succedaneum

b. Ubun-ubun : Ada, berdenyut

c. Muka : Simetris antara muka kanan dan kiri

d. Mata : Tidak ada perdarahan konjungtiva, tidak strabismus,

tidak katarak congenital

e. Telinga : Pengeluaran tdk ada, bentuk simetris

f. Mulut : Labio palatozkizis tidak ada

g. Hidung : Lubang ada, cuping tidak ada

h. Leher : Tidak terdapat kelenjar

i. Dada : Simetris, pergerakan bernafas lambat, puting susu

ada

j. Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat

k. Punggung : Bentuk normal, kelainan tidak ada

l. Ekstremitas : Tangan ada, tidak polidaktil dan sindaktil

m. Genitalia : Kelainan tidak ada, lubang uretra ada

n. Anus : Ada

8. Pengobservasian refleks

a. Refleks Moro : Tidak Ada

b. Refleks Rooting : Tidak Ada

c. Refleks Glabella : Tidak Ada


132

d. Refleks Graphs / Plantar : Tidak Ada

e. Refleks Sucking : Tidak Ada

f. Refleks Tonic Neck : Tidak Ada

ANALISA

Diagnosa : Bayi Ny.D Lahir normal

DS : Bayi Ny.D umur 1 menit setelah lahir dengan asfiksia sedang

Masalah : Bayi mengalami kesulitan nafas / asfiksia sedang

Dasar : Ketuban Pecah Dini Dengan Fase Laten 10 jam 30 Menit

Kebutuhan : Pembebasan jalan nafas, mengeringkan tubuh bayi dan menjaga

kehangatan tubuh bayi

TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir

PELAKSANAAN

1. Melakukan langkah awal resusitasi

a. Menghangatkan tubuh bayi dengan menyelimuti badan dan kepala

b. Mengatur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi

c. Menghisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung

d. Keringkan kembali tubuh bayi dengan cara menyeluruh sambil

melakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak

kaki, menggosok punggung, perut, dada dengan telapak tangan,

kemudian mengganti kain yang basah dengan yang bersih dan hangatkan

bayi lalu bungkus dengan kain tersebut.

2. Melakukan penilaian pernafasan, frekuensi jantung, warna kulit, pergerakan

tonus otot pada bayi.


133

Pernafasan : 30x/menit

Frekuensi jantung : < 100x/menit

Warna kulit : Kebiruan

Gerakan tonus otot : Lemah

3. Lakukan resusitasi dengan menggunakan balon sungkup, lakukan ventilasi

percobaan 2 kali dengan melihat apakah dada bayi mengembang

4. Menilai kembali keadaan bayi

Pernafasan : 30x/menit

Frekuensi jantung : < 100x/menit

Warna kulit : Kebiruan

Gerakan tonus otot : Lemah

5. Lakukan kembali ventilasi defenitif dengan balon sungkup 20 kali dalam 30

detik.

6. Menilai kembali keadaan bayi

Pernafasan : 50x/menit

Frekuensi jantung : > 100x/menit

Warna kulit : Kemerahan

Gerakan tonus otot : Baik

7. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu dan keluarga bahwa bayi

berhasil ditolong.

8. Menganjurkan ibu untuk IMD jika bayi sudah membaik


134

3.3 Asuhan Kebidanan Masa Nifas

DATA PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus 6 Jam Pasca Persalinan

Tanggal : 31 Januari 2024

Pukul : 22.15 WIB

Pengkaji : Firdha Akbar

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi nya

2. ibu mengatakan ASI nya sudah keluar namun masih sedikit

3. Bayi sudah menyusu sebanyak 2x dengan durasi 10-15 menit, hisapan

sedikit kuat. Setelah disusukan bayi kembali tidur

4. Bayi sudah BAB 1X pada pukul 19.00 wib dengan konsistensi lembek

serta bewarna hijau kehitaman. Bayi sudah BAK sebanyak 2x

5. Ibu dibantu oleh suami dalam mengganti popok bayi setelah BAK dan

BAB

OBJEKTIF

1. Keadaan umum ibu : Baik

2. Kesadaran : Composmentris

3. TTV :TD : 110/70 mmHg.

Suhu : 36,50C,

respirasi : 22 x/menit,

nadi : 82 x/menit.

4. TFU : 2 jari di bawah pusat.


135

5. Kontraksi uterus : Baik.

6. Payudara

Pengeluaran : kolostrum

Bentuk : simetris

Puting susu : menonjol

Konsistensi : encer

7. Pengeluaran Lochea

Warna : merah kehitaman

Jlh : 100cc

Bau : Tidak berbau

Konsistensi : Encer

ANALISA

Dx : Ny. D Usia 27 tahun P2A1 Post Partum 6 jam lalu

Masalah : mules pada bagian bawah perutnya.

Kebutuhan :

1. informasi pengukuean tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan,

dan nadi

2. informasi periksaan tinggi fundus, kontraksi uterus, lokhea,

perdarahan, tanda infeksi, kondisi perineum

3. informasi kebutuhan gizi seimbang, kebersihan, istirahat,

mobilisasi dini

4. informasi pemberian ASI awal dan perawatan payudara


136

PELAKSANAAN

1. Memberitahukan Keadaan ibu saat ini : TD=120/80 mmhg, Tm=36,

4°C.Ibu sudah mengetahui kondisinya

2. Periksa tinggi fundus ibu 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

keras,terdapat lochea rubra ( warna merah kehitaman, berbau amis)

terdapat luka jahitan derajat II.

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat tidur. ibu sudah istirahat

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan IMD. IMD sudah dilakukan

5. Menganjurkan suami untuk mendukung Ibu seperti : membantu ibu

mengurus bayinya,membantu ibu melakukan personal hygiene, membantu

ibu memberikan makan dan minum dan membantu ibu untuk duduk

membanting ibu untuk berkemih dan bergerak.suami bersedia mendukung

istri

6. Menganjurkan ibu untuk berkemih. ibu sudah berkemih

7. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase seperti dengan

cara mengusap perut searah jarum jam selama 30 detik.ibu dan keluarga

mengerti penjelasan bidan

8. Menganjurkan ibu untuk mandi dan dibantu oleh suami.ibu sudah mandi
137

DATA PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus kedua Pasca Persalinan

3 Hari post partum tanggal 3 febuari 2024 pukul : 10.00 wib

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan perut masih merasa mules sedikit

2. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik

3. Ibu mengatakan pengeluaran ASI-nya sedikit lancar

4. Ibu mengatakan mandi masih dibantu

OBJEKTIF

1. KU baik

2. Tanda vital

TD : 125/70 mmHg Suhu : 36,5C

TFU : Pertengahan simpisis pubis

3. Pemeriksan fisik

a) Muka : tidak pucat

b) Mata : sclera putih, konjungtiva merah muda

c) Mulut : bibir lembab

d) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada bendungan vena

jugularis

e) Payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, putting

menonjol, pengeluaran ASI +/+

f) Abdomen : tidak ada bekas operasi, terdapat striae, linea nigra,linea alba,

kontraksi uterus baik, TFU pertengahan simpisis ke pusat, kandung kemih

kosong
138

g) Genetalia : pengeluaran lochea sanguinolenta (baunya amis, konsistensi

cair, dan warnanya merah kecoklatan dan berlendir). Jahitan sudah mulai

mengering

h) Ekstremitas : tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek patella +/+

ANALISA

Ny. D umur 27 tahun 3 hari post partum

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu TTV dalam batas

normal, TFU pertengahan pusat, ASI keluar lancar, kontraksi baik,

konsistensi keras, pengeluaran vagina merah kecoklatan serta berlendir.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu (tidak ada tanda-

tanda demam dan infeksi pada ibu, dalam keadaan baik)

3. Memastikan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi misalnya

susu, teelur, kacang-kacangan, sayur-sayuran, supaya asi ibu lancar serta

memperbanyak minum yaitu 9-10 gelas/hari agar pencernaan ibu dan

produksi ASI lancar.

4. Mengingatkan ibu untuk beristirahat yang cukup, kembali melakukan

rutinitas rumah tangga secara bertahap

5. Menganjurkan ibu personal hygiene seperti membersihkan seluruh tubuh

ibu dan bagian kemaluan, karena pada masa ini ibu rentan terkena infeksi

menyarankan ibu untuk personal hygiene ibu mandi 2x/hari, keramas

3x/minggu, mengganti pakaian ibu jika lembab atau basah.

6. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan ada atau tidak tanda-tanda

penyulis pada bagian payudara ibu (ibu menyusui dengan baik dan benar

serta tidak ada penyulit yang ibu alami.


139

DATA PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus Ketiga Pasca Persalinan

Tanggal : 15 Febuari 2024 pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan istirahat tidur malamnya kurang karena anaknya rewel di

malam hari

2. Ibu mengatakan perineumnya tidak basah

3. Ibu mengatakan sudah bisa BAB dan BAK

OBJEKTIF

1. Hasil TTV: Td= 120/80mmhg, Tm= 36,3°C

2. Pendarahan pervaginam:pengeluaran lokhea

3. Luka perineum sudah kering

4. Tanda infeksi : tidak ada

5. Kontraksi uterus : normal

6. TFU: tiga jari di bawah pusat Pusat

ANALISA

Diagnosa: Ny. D 27 tahun p2A1 15 hari post partum

PELAKSANAAN

1. Memastikan involusi uteri ibu berjalan normal, TFU pertengahan pusat

dan simpisis, kontraksi uterus terba akeras, tidak ada perdarahan yang

abnormal dan tidak berbau (ibu dalam keadaan normal)

2. Menilai tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu ( tidak ada tanda-tanda

demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik)


140

3. Memberitahukan pada ibu untuk mengatur pola tidur Ibu bisa tidur di sela-

sela Anaknya tidur

4. Memberitahukan kepada suami agar selalu mendukung ibu dan membantu

ibu dalam mengurus anaknya dan mengurus rumah juga memberikan

makanan yang Bergizi

5. Memberitahukan pada ibu agar melakukan pekerjaan secara bertahap dan

jangan langsung melakukan pekerjaan berat

6. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara

7. MenganJurkan Ibu agar mengisi bayinya dengan ASI selama 6 bulan atau

lebih

8. Memberitahukan Ibu cara merawat payudara yaitu dengan: memakai bra

yang tidak sempit, rutin pijat payudara ,bersihkan puting payudara pelan-

pelan, menyusui dengan,posisi yang benar yaitu dengan bayi dipegang

dengan satu lengan ,perut bayi menempel ke tubuh ibu ,mulut berada di

puting susu ,lengan bawah merangkul tubuh bayi,telinga dan lengan bayi

atas berada dalam satu garis.

9. Menganjurkan Ibu agar mandi dua kali sehari menggosok gigi keramas

dan melakukan vulva hygiene

10. Mengajarkan ibumakan 3 kali sehari dan mengkonsumsi makanan yang

gizi seimbang yaitu sayur-sayuran hijau makanan yang mengandung

protein tinggi kalsium dan vitamin

11. Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya imunisasi setiap bulan

12. Menunjukkan pada ibu cara memandikan bayi yang baik


141

DATA PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus Keempat Pasca Persalinan

Tanggal : 10 Maret 2024 Pukul : 11.00 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan ASI ibu lancar

2. Ibu mengatakakan bayinya tidak rewel dan bisa istirahat di sela anaknya

tertidur

3. Ibu mengatakan dia bahagia merawat anaknya

4. Ibu mengatakan sudah bisa memasak menyapu dan melakukan pekerjaan

rumah lainnya dan dibantu dengan suami

OBJEKTIF

1. Hasil TTV : TD = 120/80mmhg, Temp = 36,3°C

2. Tanda infeksi : Tidak ada

3. Kandung kemih : kosong

ANALISA

Diagnosa: Ny. D usia 27 tahun P2A1 nifas hari ke 39 post partum

PELAKSANAAN

1. Memeriksa dan memberitahukan keadaan ibu: TD = 120/80mmhg, Temp=

36,3°C

2. Memberitahukan pada ibu untuk mengatur pola tidur Ibu bisa tidur di sela-

sela anaknya tidur

3. Memberitahukan kepada suami agar selalu mendukung ibu dan membantu

ibu dalam mengurus anaknya dan mengurus rumah juga memberikan

makanan yang Bergizi


142

4. Memberitahukan pada ibu agar melakukan pekerjaan secara bertahap dan

jangan langsung melakukan pekerjaan berat

5. Menganjurkan Ibu agar mengisi bayinya dengan ASI selama 6 bulan atau

lebih

6. Mengingatkan kembali ubu untuk istirahat yang cukup dan mengingatkan

kembali pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur yang

menjadi kuang karena gangguan bayi yaitu dengan cara ibu ikut tidur pada

saat bayi tidur

7. Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya imunisasi setiap bulan

8. Memberikan konseling ibu tentang KB

3.4 Asuhan Kebidanan Neonatus

Tanggal : 31 Januari 2024

Pukul : 16.10 WIB

SUBJEKTIF

1. Riwayat kehamilan : G3P1A1, Usia kehamilan preterm, bayi dalam keadaan

sehat.

2. By. Ny. D lahir tanggal 31 Januari 2024 pukul 16.10 wib berjenis kelamin

laki-laki

3. Ibu mengatakan bayi nya tidak rewel, bergerak aktif, belum BAB, namun

sudah BAK 1 kali warna kuning dan bayi sudah IMD.

4. Ibu berniat akan memberikan asi ekslusif pada anaknya\


143

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : 1 menit pertama kurang baik, 5 menit kemudian kesadaran

bayi kembali normal

Penilaian awal APGAR score : 3/5/7

c. Pemeriksaan vital :

Suhu : 36C

Pernapasan : 40x/menit

Nadi : 120x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

a) Berat badan : 2450 Gram

b) Panjang badan : 40 cm

c) Lingkar kepala : 33 cm

d) Ld/lp : 33 cm

3. Pemeriksaan fisik secara sistematis

a. Kepala : Tidak ada cepal haematoma, tidak ada caput succedenum,

tidak ada moulase, tidak ada daerah cekung pada ubun-ubun

b. Wajah : Tidak oedema

c. Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,

tidak ada pengeluaran cairan dari mata

d. Telinga : Simetris, sejajar dengan garis mata, lubang telinga positif,

tidak ada pengeluaran cairan

e. Hidung : Lubang hidung +/+, septum +, tidak ada polip, tidak ada

pernapasan cuping hidung


144

f. Mulut : Tidak ada labioskizis, tidak ada palatoskizis serta tidak ada

labiopalatoskizis

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar

thyroid, serta tidak ada distensia vena Dada : Tidak ada

pernafasan retraksi dinding dada

h. Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada polidaktili, andaktili maupun

sindaktili, tidak ada fraktur klavikula, tidak ada fraktur

humerous

i. Abdomen : Konsistensi lunak, permukaan cembung, tidak ada

kelainan, tidak ada benjolan

j. Tali Pusat : Bersih, tidak ada perdarahan dan tanda infeksi serta

terdapat 1 vena dan 2 arteri

k. Punggung : Tidak ada kelainan

l. Genetalia : penis 1,skrotum lengkap

m. Anus : Positif (+)

n. Kulit : Kemerahan, tidak ada ruam, ada tanda lahir di kaki

kanan

o. Ekstremitas bawah : Tidak ada polidaktili, tidak ada sindaktili serta

andaktili

4. Pemeriksaan Refleks

a) Refleks moro (kejut) : Ada 5 menit setelah lahir

b) Refleks rooting (mencari) : Ada 3 menit setelah lahirr

c) Refleks palmar graps (menggenggam : Ada 3 menit setelah lahir


145

d) Refleks sucking (menghisap) : Ada 5 menit setelah lahir

ANALISA

Diagnosa : Neonatus belum cukup bulan sesuai masa kehamilan.

Masalah : Asfiksia Sedang

Kebutuhan : Perawatan bayi baru lahir

PELAKSANAAN

1. Setelah bayi lahir langsung dilakukan kontak kulit dengan ibunya, jaga

kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi

2. Merawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda vital dan

tangisan bayi

3. Menjaga kehormatan bayi dengan memakaikan bedong dengan rapi dan

bersih

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan imd dan imd telah berhasil

5. Memberikan injeksi HB 0 sebanyak 0,5 cc secara im

6. Memandikan bayi

7. Melakukan perawatan tali pusat setelah bayi dimandikan.

DATA PERKEMBANGAN

KUNJUNGAN I ( KN I )

1 hari neonatus tanggal 1 febuari 2024 pukul 08.00 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat, bayi menyusu dengan kuat

2. Bayi sudah BAB 2 kali sehari dengan warna coklat kehijauan, konsistensi

lunak, dan BAK 5-6 kali warna kuning


146

3. Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah dan belum kering

4. Bayi belum dimandikan

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pernapasan 48x/i, nadi 140 x/i, suhu 36,5C

3. Berat badan 2450 gr

4. Panjang badan 40 cm

5. Refleks menghisap baik

6. Tali pusat masih basah belum kering

ANALISA

Diagnosa : By. Ny. D usia 1 hari

Kebutuhan :

1. menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat

2. informasi tanda-tanda bahaya pada bayi

3. perawatan tali pusat

4. pastikan ibu memberikan ASI ekslusif

5. informasi personal hygiene

PENATALAKSANAAN

1. Tetap menganjurkan ibu untuk menjaga suhu bayinya tetap hangat

2. Periksa tanda-tanda bahaya seperti tidak mau minum, kejang teraba

demam, pusat bau, badan tampak kuning


147

3. Mempertahankan sisa tali pusat ditutup dengan kain kasa tanpa tambahan

annya, lihatlah popok dibawah puntung tali pusat, luka pusat dijaga tetan

kening dan bersih sampai sisa tali pusat mengering dan perhatikan tanda-

anda infeksi pada tali pusat

4. Memastikan ibu tetap memberikan ASI eksklusif atau sampai 6 bulan

tanpa tambahan makanan lain.

5. Memandikan bayi dan mengingatkan orangtua bayi untuk tetap

memperhatikan kebersihan bayinya jaga bayi dalam keadaan bersih

dengan menggantikan popok atau selimut sesuai keperluan.

Data Perkembangan II (KN 2)

Hari Neonatus tanggal 3 Februari 2024 pukul 09.00 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan tali pusat belum kering masih sedikit basah

2. Ibu mengatakan bayinya rewel terutama pada malam hari Bayinya kuat

minum ASI.

OBJEKTIF

1. Keadaan umum bavi bark

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Permafasan 48 x/1, Nadi 130 x/t, Suhu 36 °C

3. Berat badan bayi 2450 gram

4. Panjang badan bayi 40 cm

5. Refleks menghisap baik

6. Warna kulit kemerahan


148

ANALISA

Diagnosa : By. Ny. D cukup bulan usia 6 hari

Kebutuhan :

1. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat

2. Informasi tanda-tanda bahaya pada bayi

3. Perawatan tali pusat

4. Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif

5. Informasi personal hygiene

6. Informasi imunisasi

7. Informasi kunjungan ulang

PELAKSANAAN

1. Tetap menganjurkan ibu untuk menjaga suhu bayinya tetap hangat

2. Periksa tanda-tanda bahaya seperti tidak mau minum, kejang, teraba

demam, tali pusat bau, badan tampak kuning.

3. Lakukan perawatan tali pusat walupun belum puput tapi dijaga selalu

kering dan bersih sampai sisa tali pusat mengering, perhatikan tanda-tanda

infeksi pada tali pusat dan bayi sudah dapat dimandikan sendiri

4. Memastikan ibu tetap memberikan ASI eksklusif atau sampai 6 bulan

tanpa tambahan makanan lain.

5. Memandikan bayi dan tetap menganjurkan kepada orangtua untuk tetap

memperhatikan kebersihan bayinya jaga bayi dalam keadaan bersih

dengan menggantikan popok atau selimut sesuai keperluan


149

6. Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya untuk mengikuti posyandu

serta imunisasi: BCG+ polio (1 bulan) + DPT+ polio 2 (bulan) + DPT 2+

polio 3(3 bulan) DPT 3+ Polio 4 (4 bulan) campak (9 bulan).

Kunjungan III (KN 3)

8 hari neonatus tanggal 09 Februari 2024 pukul 10.00 WIB

SUBJEKTIF

Bayinya sudah dimandikan dibantu oleh ibu mertua. Bayi menyusu kuat. Bayi

tidak rewel lagi.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum bayi baik

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pernafasan 48 x/i, Nadi 130 x/i, Suhu 36 °C

3. Pemeriksaan Fisik

a. Berat badan bayi 2450 gram

b. Panjang badan bayi 40 cm

c. Tali pusat kering tidak ada tanda infeksi

d. Refleks menghisap baik.

e. Warna kulit kemerahan

ANALISA

Diagnosa By. Ny. D cukup bulan usia 8 hari

Kebutuhan:

1. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat


150

2. Informasi tanda-tanda bahaya pada bayı

3. Perawatan tali pusat

4. Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif

5. Informasi personal hygiene

6. Informasi imunisasi

PELAKSANAAN

1. Tetap menganjurkan ibu untuk menjaga suhu bayinya tetap hangat.

2. Periksa tanda-tanda bahaya seperti tidak mau minum, kejang, teraba

demam, tali pusat bau, badan tampak kuning.

3. Lakukan perawatan tali pusat walupun sudah puput tetap dijaga selalu

kering dan bersih sampai sisa tali pusat mengering, perhatikan tanda-tanda

infeksi pada tali pusat dan bayi sudah dapat dimandikan sendiri.

4. Memastikan ibu tetap memberikan ASI eksklusif atau sampai 6 bulan tanpa

tambahan makanan lain.

5. Tetap menganjurkan kepada orang tua untuk tetap memperhatikan

kebersihan bayinya jaga bayi dalam keadaan bersih dengan menggantikan

popok atau selimut sesuai keperluan.

6. Tetap mengingatkan ibu untuk membawa bayinya untuk mengikuti

posyandu serta imunisasi: BCG+ polio (1 bulan) + DPT+ polio 2 (bulan) +

DPT 2+ polio 3 (3 bulan) DPT 3-Polio 4 (4 bulan) campak (9 bulan).


151

3.5 Manajemen Keluarga Berencana

Tanggal : 10 Maret 2024

Pukul : 10.00 WIB

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan ingin menunda kehamilannya.

2. Ibu mengatakan sedang menyusui anaknya

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Status Generalis : Baik

b. Tanda vital

TD : 130/80 mmhg Nadi : 80x/i

RR : 20x/i Suhu : 36,7 oC

TB : 154 cm BB : 53 kg

2. Pemeriksaan Fisik

a. Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola mammae, puting susu

menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada

bendungan ASI, pengeluaran ASI (+/+).

b. Abdomen

1) TFU : Tidak teraba, kandung kemih kosong.

2) Perut : Tidak ada nyeri pada baguan perut

c. Genitalia : Bersih, tidak berbau dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

d. Ekstremitas : Simetris, tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas.


152

3. Pemeriksaan Penunjang

Planotest : (-) negatife

ANALISA

Diagnosa : NY. D usia 27 tahun ingin menunda kehamilannya.

Kebutuhan : KIE penggunaan kontrasepsi yang tepat untuk ibu menyusui

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik dan

tidak sedang hamil.

2. Menjelaskan kepada ibu dan suami jenis-jenis kontrasepsi yang tepat pada

ibu menyusui

3. Membantu ibu dan suami untuk memilih kontrasepsi yang tepat

4. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan menguraikan tentang asuhan kebidanan yang

dilakukan secara berkesinambungan atau komprehensisf yang dimulai dari masa

kehamilan trimester ke III, persalinan, bayi baru lahir, neonatus, sampai menjadi

akseptor KB yang membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan kasus

yang terjadi. Pembahasan yang dilakukan sesuai dengan manajaemen kebidanan

dengan metode Varney dan pendokumentasian SOAP yang dimulai dari

pengkajian data subjektif, objektif, dan penentuan analisa data serta

penatalaksanaan asuhan kebidanan samapai kepada evaluasi.

Pembahasan diupayakan agar dapat diambil kesimpulan untuk mendapatkan

solusi dari kesenjangan teori dan kasus yang terjadi di lapangan, sehingga dapat

dijadikan sebagai bentuk tindak lanjut untuk pelaksanaan asuhan kebidanan yang

tepat, sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan khususnya pada pasien Ny. D

G3P1A1 dimulai dari masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai

dengan keluarga berencana.

4.1 Asuhan Kehamilan

1. Pengkajian

Pada pengkajian, terdapat pengumpulan data subjektif dan pengumpulan

data objektif. Pada pengkajian pertama 4 Januari 2024, didapatkan data

subjektif Ny.D usia 27 tahun, pekerjaan harian buruh, ini merupakan

kehamilan ketiga ibu. Pada saat melakukan kunjungan ibu mengelur mudah

153
154

lelah saat beraktifitas. Menurut Andina, dkk (2021) Selama kehamilan

normal, hampir semua sisem organ mengalami perubahan anatomis dan

fungsional. Setiap wanita hamil mengalami penambahan berat badan yang

berarti, janin juga tumbuh dan berkembang. Dimana kondisi ini yang

menyebabkan ibu mengalami mudah lelah.

Selama kehamilan, Ny. D melakukan kunjungan kehamilan setiap 1 bulan

sekali. Pada pelaksanaan penulis melakukan 4 kali kunjungan pada Ny.D.

Menurut Kemenkes RI (2020) kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan

dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester ke II dan 3 kali

pada trimester ke III.

Pada pengkajian ibu sudah mendapat informasi untuk mengurangi

melakukan pekerjaan yang berat dan mengatur pola istirahat.

2. Interpretasi data

Pada pelaksanaan kasus ini diagnosa pada ibu yaitu Ny. D usia 27 tahun

G3P1A1 dengan usia kehamilan 36 minggu, dengan masalah ekonomi

rendah, kelelahan ibu saat bekerja, anemia ringan,tidak senam/ yoga untuk

merileksasikan pernafasan, cemas dan sering buang air kecil yang

menyebabkan ibu kadang kurang istirahat pada malam hari. Adapun

kebutuhan yang diberikan kepada Ny. D yaitu informasi persiapan pesalinan,

penambah vitamin seperti asam folat untu anemia ringan, informasi cara

mengurangi mudah lelah, informasi menjaga kesehatan diri dengan menjaga

pola istirahat tidur, pola makan, kebersihan diri dan senam.


155

3. Diagnosa masalah potensial

Pada pengkajian terdapat diagnosa atau masalah potensial ditemukannya

anemia ringan dan ketuban pecah dini.

4. Tindakan segera

Pada pengkajian dibutuhkan tindakan segera karena adanya masalah potensial

dan kesenjangan antara teori dan kasus seperti pemberian vitamin penambah

darah dan KIE mengenai nutrisi tinggi zat besi.

5. Perencanaan

Perencanaan kepada Ny. D, yaitu memberikan informasi persiapan

persalinan,informasi tentang mengkonsumsi vitamin asam folat secara teratur,

informasi bagaimana mengurangi mudah lelah, informasi menjaga kesehatan

diri dengan menjaga pola istirahat tidur, menjaga kebersihan diri, dan

memberitahu pentingnya senam hamil.

6. Pelaksanaan

Pada kasus Ny. D, pelaksanaan yang dilakukan yaitu, informasi mengurangi

mudah lelah yang dirasakan ibu dengan melakukan gerakan relaksasi yaitu

dengan menarik nafas dalam dari hidung dan membuangnya perlahan dari

mulut dan dapat juga mengajarkan ibu gerakan-gerakan senam sederhana.

Memberitahu kepada ibu agar tidak terlalu cemas untuk menghadapi

pesalinan nantinya dan meyakinkan ibu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kesehatan diri dengan mengonsumsi

makanan yang mengandung protein, karbohidrat, vitamin serta kalori,

menganjurkan ibu untuk mempersiapkan keperluan selama persalinan nanti,

serta memberitahu ibu tanda bahaya selama kehamilan yaitu pendarahan.


156

Pada kunjungan kedua pada tanggal 22 Januari 2024 di usia kehamilan 36

minggu ibu mengatakan mudah lelah yang di rasakan ibu belum hilang, ibu

mengatakan nyeri pada pinggang belum berkurang, dan anemi ringan, namun

penulis tetap meyakinkan ibu bahwa sakit yang dirasakan ibu dapat ibu

hilangkan dengan gerakan relaksasi dan mengkonsumsi vitamin asam folat

secara teratus, dan mengkonsumsi makanan yang berprotein seperti (telur,

sayur, kacang-kacangan, dan ikan) dapat menaikkan HB ibu yang rendah.

Pada kunjungan ketiga, pada tanggal 26 Januari 2024 usia kehamilan 36

minggu ibu mengatakan tidak melakukan senam yoga, dan sudah

mengkonsumsi vitamin asam folat secara teratur, dan meningkatkan HB ibu

yang rendah menjadi normal, namun ibu mengatakan masih sedikit merasa

pusing dan nyeri pada pinggang belum teratasi. Rasa mudah lelah yang

dirasakan ibu sudah berkurang ketika ibu sudah tidak lagi melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang terlalu berat.

Pada kunjungan ke-empat, pada tanggal 31 Januari 2024 ibu mengatakan

sering merasakan nyeri pinggang menjalar ke perut, ibu mengatakan sering

buang air kecil dan ibu mengatakan keluar darah bercampur darah dari jalan

lahir yang menyebebkan ibu merasa cemas. Asuhan yang diberikan penulis,

memberikan dukungan dan semnagat kepada ibu untuk menghadapi

persalinan. Menganjurkan ibu untuk datang kembali ke klinik apabila ibu

mengalami kontraksi semakin sering.

7. Evaluasi

Ibu sudah mengerti tentang cara mengatasi nyeri pada pinggang,

mengkonsumsi vitamin secara teratur dan bersedia melakukan setiap asuhan

yang diberikan penulis.


157

4.2 Asuhan Persalinan

4.2.1 Kala I

Penelitian Lusiana, 2021 Kala I persalinan dimulai sejak adanya his yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan

pembukaan, sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Pada kasus Ny. D

bersama suami datang ke klinik pukul 08.25 WIB pada tanggal 31 Januari 2024,

dengan keluhan adanya pengeluaran lendir bercampur darah dan adanya

pengeluaran cairan berwarna keruh dari jalan lahir sejak pukul 07.45 WIB. Saat

kala I penulis melakukan 10 kali pemeriksaan pada Ny. D yakni pada pukul 08.25

WIB keadaan umum ibu baik, tanda vital dalam batas normal, pembukaan 3 cm,

Djj148x/i, his 2x10 menit/10 detik.

Setelah melakukan pemeriksaan pertama penulis melakukan pemasangan

infus RL drip oxytosin 20 tpm, menganjurkan ibu mengurangi mobilisasi karena

ketuban sudah pecah dan menganjurkan ibu mengambil posisi miring kiri. Tetap

melibatkan suami dan keluarga untuk tetapberada di samping ibu untuk

memberikan dukungan dan memberikan ibu nutrisi berupa makan minum. Pukul

16.00 WIB, keadaan umum ibu baik, tanda tanda vital dalam batas normal,

pembukaan 10 cm, djj 148x/i , His 4x10 menit/10 detik, ketuban negatif.

Sesuai dengan pembahasan diatas terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus dikarenakan ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap. Menurut Fadlun

dan Feryanto, 2019 Ketuban pecah dini di defenisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm

maupun pada kehamilan preterm. Tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus pada pelaksanaan karena dilakukan tindakan memberikan infus RL
158

drip oxytosin dan penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu dengan ketuban

pecah dini, selain membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke rumah

sakit dan melahirka bayi yang berumur lebih dari 36 minggu dalam 24 jam dari

pecahnya ketuban, pemberian infus RL drip oxytosin juga merupakan

penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.

4.2.2 Kala II

Pada kasus Ny.D Pukul 15.50 WIB ibu mengatakan mules semakin sering

dan adanya rasa ingin BAB. Sudah ada tanda tanda gejala kala II yaitu adanya

dorongan ingin meneran,adanya tekanan pada anus,perineum menonjol,vulva

membuka.Hasil pemeriksaan dalam portio tidak teraba,pembukaan 10 cm,

ketuban negatif,penurunan kepala sudah diatas PAP,posisi ubun ubun kecil kanan

depan dan belum ada molase. Bayi lahir pukul 16.10 wib,memeriksa janin kedua

dan segera memotong tali pusat,bayi tidak menangis, warna kulit biru, pucat, lalu

di resusitasikan.

Sesuai pembahasan diatas ditemukan adanya kesenjangan anatara kasus dan

teori.

4.2.3 Kala III

Pada kaus Ny. D 10 menit setelah bayi lahir terdapat tanda-tanda

pengeluaran plasenta dimana tali pusat bertambah panjang adanya semburan darah

dan kontraksi. Penulis membantu lahirnya plasenta, setelah plasenta lahir

selanjutnya penulis memeriksa kelengkapan kotiledon dimana kotiledon plasenta

lengkap dan selanjutnya melakukan massase pada perut ibu. Pada pembahasan ini

tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus dan pelaksanaan kasus sesuai

dengan teori.
159

4.2.4 Kala IV

Kala IV atau disebut juga kala pengawasan berlangsung setelah lahirnya

plasenta sampai 2 jam postpartum. Pada kala ini penulis melakukan pengawasan

kepada Ny. D dimana keadaan umum baik,TTV normal.

4.3 Asuhan Kebidanan Nifas

Pada Ny.D selama masa nifas dilakukan 4 kali kunjungan yang bertempat

dirumah ibu. Kunjugan pertama dilakukan pada 6 jam postpartum, kunjungan ke

dua pada hari ke 7, kunjungan ketiga pada hari ke 14, kunjungan ke empat pada

hari ke 40. Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI 2020) jumlah kunjungan

masa nifas terdapat 4 kali kunjungan. Kunjungan yang dilakukan 4 kali selama

nifas ini bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi serta menangani masalah-

masalah yang terjadi selama masa nifas pada kasus.

Kunjungan pertama masa nifas dilakukan saat 6 jam postpartum pada

tanggal 31 Januari 2024. Pada pengkajian data subjektif ditemukan Ibu

mengatakan asinya masih keluar sedikit,istirahat tidur ibu kurang dan ibu masih

takut BAK maupun BAB.Pada pemeriksaan tanda-tanda vital normal,

pemeriksaan fisik adanya pengeluaran lochea sanguinolenta, luka perineum belum

kering. Asuhan yang diberikan penulis pada ibu yaitu mengajari ibu ibu untuk

melakukan IMD, menganjurkan ibu untuk berkemih meminta suami ibu maupun

keluarga melakukan masase pada perut ibu.

Kunjungan nifas kedua pada 6 hari post partum tanggal 03 Feb 2024. Ibu

mengatakan ASI nya masih belum lancar, perineum ibu tidak basah, ibu sudah

bisa BAK dan BAB. Pada pemeriksaan fisik TFU sudah berada 1 jari diatas
160

simfisis, adanya pengeluaran lochea sanguinolenta. Asuhan yang diberikan

penulis kepada Ny. D yaitu untuk melakukan perawatan payudara dantetap

mengingatkan ibu untuk tetap menjaga pola gizi seimbang, tetap menjaga pola

kebersihan, dan pola istirahat.

Kunjungan nifas ketiga pada 14 hari post partum tanggal 15 Febuari 2024.

Pada hasil pemeriksaan ASI lancar dan bayi menyusui dengan baik. Keadaan ibu

baik tanda-tanda vital normal, TFU pertengahan simfisis, pengeluaran lochea

berwarna kecoklatan (Serosa). Hal ini sesuai dengan teori (Awaliah 2020) yang

menyatakan bahwa kunjungan ketiga masa nifas memastikan involusi uterus

berjalan dengan normal, menilai adanya tanda-tanda infeksi, memastikan ibu

mendapat cukup makan, cairan, dan istirahat, dan ibu dapat menyusui bayinya

dengan baik. Asuhan kebidanan yang diberikan adalah agar ibu tetap

mengkonsumsi makanan bergizi dan menu seimbang, menyusui bayinya secara on

demand tanpa tambahan susu formula.

Kunjungan nifas keempat 40 hari post partum tanggal 10-03-2024. Dari

hasil pemeriksaan ASI sudah lancar, ibu dapat menyusui dengan baik dan sesering

mungkin. Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital normal. Hal ini sesuai

dengan (WHO 2020) pengeluaran lochea pada masa nifas pada 1-3 hari berwarna

kemerahan (Rubra), 3-7 hari berwarna merah kekuningan (sanguinolenta), 8-14

hari berwarna merah kecoklatan (Serosa), dan pada 40 hari berwarna keputihan

(Alba), sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori. Asuhan kebidanan yang

diberikan adalah agar ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan menu
161

seimbang, menyusui bayinya kapan bayi memita tanpa tambahan susu formula

serta ibu diberikan KIE mengenai macam-macam alat kontrasepsi (KB).

4.4.Asuhan Masa Neonatus

Kunjungan neonatus yang dilakukan pada bayi Ny.D yaitu 4 kali.

Kunjungan pertama (KN 1) tanggal 1 Febuari 2024. Hasil anamnesa bayi

menyusu dengan baik, kehangatan dan kebersihan bayi selalu diperhatikan . Hasil

pemeriksaan fisik keadaan umum bayi baik, tali pusat bayi masih basah, namun

tidak ada tanda tanda infeksi. Asuhan yang diberikan menjaga suhu tubuh bayi

tetap hangat, informasi personal hygiene terutama pada perawatan tali

pusat,menganjurkan ibu untuk memberikan asi eksklusif, dan informasi

kunjungan ulang. Penelitian cahaya 2021 Asuhan yang diberikan pada neonatus

yaitu menyusukan bayi secara on demam atau sesuka bayi,memberikan asi

eksklusif tanpa campuran susu formula.Sehingga terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus karena pada kasus ibu memberikan tambahan susu formula

dikarenakan menurut ibu asinya tidak akan cukup untuk bayinya.

Kunjungan kedua (KN 2) tanggal 3 Febuari 2024 usia bayi 6 hari , dari hasil

pemeriksaan tali pusat telah lepas pada usia bayi 6 hari,bayinya rewel .hasil

pemeriksaan fisik kulit kemerahan, pusat kering dan tidak ada tanda infeksi.

Asuhan yang dilakukan penulis yaitu memberitahu ibu agar tetap menjaga pusat

agar tetap kering walaupun sudah puput, menganjurkan ibu untuk tetap

memberikan asi ekslusif. Menurut Cahaya, (2021) KN 2 Dilakukan pada hari ke-3

sampai hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,
162

pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-

tanda bahaya. Sehingga pada pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

Pada kunjungan ketiga (KN 3) pada tanggal 09 Febuari 2024 usia bayi 14

hari. Hasil anamnesa Bayi menyusu dengan baik, menganjurkan ibu untuk tetap

menjaga kehangatan bayi,menjaga kebersihan bayi dan tempat tidurnya.Tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada kunjungan neonatus ke 3.

Pada kasus ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana

seharusnya 1 jam ketika bayi lahir, seharusnya diberikan suntikan Vit K. Namun,

pada kasus di atas tidak diberikan.

4.5 Asuhan KB

Ny. D umur 27 tahun berencana menunda kehamilan dengan menggunakan

kontrasepsi. Hasil anamnesa ibu sedang menyusui dan ibu juga tidak ingin terlalu

lama menunda kehamilan, sehingga asuhan yang diberikan penulis adalah

menganjurkan ibu untuk menggunakan kontrasepsi yang tidak mengganggu ASI

ibu yaitu MAL, kondom. Dari hasil konseling ibu memilih penggunaan MAL

sebelum ibu menggunakan alat kontrasepsi lain. menurut BKKBN, 2020

penggunaan MAL bagi ibu menyusui secara eksklusif dapat mengurangi kejadian

pendarahan setelah persalinan. Sehingga kebutuhan yang diberikan kepada ibu

sesuai dengan teori.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

1. Pengkajian yang dilakukan dengan melakukan wawancara sehingga

ditemukan hasil pengkajian ibu mengeluh mudah lelah dengan aktifitas

sehari-hari bekerja mengutip karet bersama suaminya. Pasien bernama Ny. D

berusia 27 tahun. Penelitian Ayu W, dkk (2019) menunjukkan ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan kejadian KPD yang disebabkan munculnya

kontraksi dini ketika ibu lelah. Ibu mengaku kurang mengkonsumsi vitamin c

berupa buah dan sayur. Peneliti Dhanu, Rina Sinta 2019 meunjukkan bahwa

kurangnya asupan vitamin c berupa buah dan sayur selama kehamilan dapat

mengakibatkan ketuban pecah dini. Pada data objektif pemeriksaan genital

menunjukkan terdapat cairan jernih pada genetalia dan adanya cairan yang

berisi meconium. Menurut Fadlun dan Feryanto 2019, untuk menentukan

ketuban pecah dini bisa dilihat dari adanya pengeluaran air seperti urine dan

adanya cairan bercampur meconium.

2. Diagnosa yang terdapat pada kasus Ny. D usia 27 tahun G3P1A1 Hamil 36

minggu janin tunggal hidup intrauteri, presentasi kepala Inpartu Kala I Fase

Laten dengan Ketuban Pecah Dini

3. Diagnosa Potensial Infeksi, oligohidramnion, gawat janin bayi asfiksia. Pada

bayi Ny. D terjadi asfiksia ringan yaitu penilaian skor APGAR 7. Menurut

Windari dkk (2020) Terdapat hubungan KPD dengan kejadian asfiksia yg

disebabkan hipoksia janin dalam uterus.

163
164

4. Antisipasi dilakukan untukmenghindari diagnosa potensial : pemantauan TTV

dan DJJ, pemantauan tanda infeksi, pemberian antibiotik, induksi.

5. Perencanaan, Beritahu kondisi , beri dukungan memantau tanda infeksi dan

kesejahteraan janin dan pemberian induksi

6. Menurut Prawirohardjo (2019), adapun asuhan yang diberikan pada ibu

bersalin dengan KPD aterm adalah: Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa

ibu mengalami KPD dan tidak disarankan turun dari ranjang/ banyak

berjalan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga untuk

tidak cemas.melakukan pemantauan HIS, suhu & DJJ setiap 30 menit untuk

memantau tanda infeksi, melakukan kolaborasi (Induksi).

7. Evaluasi dilakukan terhadap keluarga, Ny. D dan Bayi Ny. D, memberi

penjelasan dan dukungan emosional. Hasil: Ny. A & keluarga merasa tenang

& paham keadaannya. pemantauan HIS, DJJ dan suhu setiap 30 menit

dilakukan untuk memantau kesejahteraan janin dan tanda infeksi, induksi

pijat oksi untuk menambah HIS dan mempersingkat kala I dan didapat HIS

meningkat dan kala I lebih cepat. Bayi Ny. D mengalami asfiksia ringan

namun tidak perlu mendapat perlakuan khusus karena setelah dievalusi bayi

apgar score membaik sehingga dilakukan asuhan pada bayi normal.

5.2 Saran

1. Bagi Ibu

Diharapkan kepada ibu untuk kehamilan berikutnya ibu mau mengurangi

jenis pekerjaan yang berat seperti mengangkat benda-benda berat, meminta

suami untuk membantu ibu dalam mengerjakan pekerjaannya, menjaga pola


165

istirahat ibu dengan istirahat 3 jam sekali ketika ibu menjaga warung makan

miliknya, dan lebih memperkuat mengonsumsi buah dan sayur atau sumber

vitamin C yaitu, jeruk, apel, kiwi, pepaya, tomat, strawbery, jambu biji. Untuk

sayuran dengan kandungan vitamin C paling banyak adalah: brokoli, cabai,

paprika, kembang kol, seledri, wortel dan mentimun.untuk menghindari

terjadinya ketuban pecah dini pada persalinan berikutnya.

2. Bagi Bidan

Diharapkan dapat dijadikan rekomendasi penatalaksanaan kasus KPD yang

terjadi di klinik dan diharapkan pengadaan kertas lakmus untuk menentukan

secara pasti anamnesis ketuban pecah dini.


DAFTAR PUSTAKA

2019, WHO. Kematian AKI Dan AKB Di Indonesia. 2019, AKI dan AKB.

Armini. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir. 2018. Kediri, Jawa Timur.

Hayati, Malahayati. Anemia Dalam Masa Kehamilan. 14 Mar. 2021. Indramayu,


Jawa barat.

Hikmah lestari, Nur. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 14 Mar. 2020, p.


kehamilan.

Irianti. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Persalinan Dan Bayi Baru


Lahir,Nifas. 2019, Kabupaten Taksimalaya, Jawa Barat.

Mariana. “Dalam Kehamilan.” Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Persalinan,


Bayi Baru Lahir Nifas Dan Menyusui, Aug. 2021. Fakultas Kesehatan
Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

Nasri Rani Wahyuni. Asuhan, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, CoMC.


2022, Kampar, Riau. Reading List : 48 references (2010-2020).

Ningsih, Irma. Tanda Dan Gejala Kehamilan. 18 June 2021, p. Mendik 1 RT.16
Kec. Long Kali Kab. Paser.

Rahayu, Indah. Manajemen Asuhan Pada Kehamilan. 2021. Kota Tangerang.

RI, Kemenkes. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dan Menyusui. 2020.

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dan Menyusui. 2020.

Kematian AKI Dan AKB Di Indonesia. 14 Mar. 2022, https: // AKI dan AKB di
Indonesia.

Saifuddin. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 3 Sept. 2019. Tangerang selatan.

Aritonang, Juneris, and Yunida Turisna Octavia Simanjuntak. "Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas." Yogyakarta: Deepublish Publisher (2021).

Sri Rahayuni, Nurul. Keluarga Berencana, Kontrasepsi. 2017, Demak, Kabupaten


Jawa Tengah.

Program Konseling, Informasi, Edukasi (KIE) Dalam Pelayanan KB. 2017.


Banja negara, Jawa Tengah.
Dewi Fajar Wati, Okta Zenita Siti Fatimah, Seventina Nurul Hidayah, 2023,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Ketuban
Pecah Dini di PMB R Jakarta Timur, Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 15 (1).

Dyah Fajarsari, Artathi Eka Suryandari, 2023, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Aghisna Kroya Tahun 2022,
Jurnal Bina Cipta Husada: Jurnal Kesehatan Dan Science 20 (1), 115-124.

Faizah Salsabila Kurniawan, Ricky Susanto, 2023, Karakteristik pasien ketuban


pecah dini (KPD) dengan persalinan preterm di RSUD Benyamin Guluh
Kolaka, Tarumanagara Medical Journal 5 (1), 47-51.

Hesti Via Hilyati, Sri Wahyuningsih, Agustina Widayati, 2023, Hubungan


Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Kala II Lama Pada Ibu Bersalin,
Jurnal Ilmiah Obsgin: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-
ISSN: 1979-3340 e-ISSN: 2685-7987 15 (2), 121-126

Ika Wulansari, Ramlah Mantoki, Anisa Ismail, Wahyudin N Hasan, Rivandi Halid,
2023, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Bersalin di Provinsi Gorontalo, Jurnal Keperawatan 15 (1),
303-310.

Ni Komang Anjelly Nitip Mori, 2024, Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan
Persalinan Prematur di RSUD Kabupaten Buleleng pada Tahun 2023,
Universitas Pendidikan Ganesha

Putri Febrianti, Ledy Octaviani Iqmy, Vida Wira Utami, Yulistiana Eva Yanti,
2023, Karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di rs
pertamina bintang amin bandar lampung pada tahun 2019-2021, Jurnal
Ilmiah Kesehatan Indonesia 1 (1), 10-26.

Rena Dwi Kusmawati, Maryam Maryam, Sri Haryati, 2024, Asuhan Kebidanan
Komprehensif Dengan Riwayat Sectio Caesarea Dan Ketuban Pecah Dini
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) 7 (1), 237-241.

Siti Fatimah, Mitayakuna Stianto, Alfira Fitriana, Melinda Damayanti, 2023,


Faktor Resiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan: Literature
Review Jurnal Insan Cendekia 10 (1), 81-91.

Teuku I Syarwani, Hermie MM Tendean, John JE Wantania, 2018, Gambaran


Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Manado Tahun 2018.. Medical Scope Journal 1 (2), 2020
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai