Kelahiran Dan Masa Kecil Nabi Muhammad Shallallahu
Kelahiran Dan Masa Kecil Nabi Muhammad Shallallahu
Kelahiran Dan Masa Kecil Nabi Muhammad Shallallahu
Sidik
Artinya jujur dan berkata benar. Rasul harus jujur dalam menyampaikan wahyu dari Allah
SWT dan dalam perkataan-perkataan yang berkaitan dengan persoalan dunia.
Amanah
Tabligh
Artinya menyampaikan. Rasul harus menyampaikan risalah atau ajaran yang diperintahkan
oleh Allah SWT kepada umat manusia.
Fathonah
Artinya pandai, cerdas, dan bijaksana. Sifat ini diperlukan agar rasul bisa menegakkan
argumentasi untuk mengalahkan musuh.
Dikisahkan bahwa Abu Jahal mengirim surat undangan kepada Habib ibn Malik, seorang raja di
Syam. Maka, Habib berangkat bersama 12.000 pasukan berkuda menuju Makkah. Saat tiba di Kota
Abtha, sebuah daerah dekat Makkah, Abu Jahal beserta para pembesar Quraisy menyambutnya
dengan memberikan budak dan perhiasan. Setelah duduk berhadapan, Habib bertanya kepada Abu
Jahal tentang Muhammad.
"Tuan, bertanyalah tentang Bani Hasyim!" pinta Abu Habib menukas, "Siapakah Muhammad?"
Pembesar Quraisy yang menemui Abu Jahal menjawab, "Kami mengenalnya sejak kecil sebagai
orang yang jujur dan bisa dipercaya. Saat berusia 40 tahun, ia berbalik menghina dan merendahkan
tuhan kami. la dakwahkan agama baru yang berbeda dari agama kami!"
"Bawalah ia ke hadapanku dengan suka rela! Bila tidak mau, paksalah!" kata Habib.
Maka, seseorang pergi memanggil Rasulullah SAW, yang tanpa rasa takut sedikit pun datang
menemui Habib ditemani sahabat setianya, Abu Bakar, dan istrinya, Khadijah.
Ketika Rasulullah SAW tiba di hadapan Habib, wajah beliau tampak bercahaya sehingga Habib
tertegun dan berkata, "Hai Muhammad, engkau tahu bahwa setiap nabi memiliki mukjizat. Apakah
kau juga memilikinya?"
Habib berkata, " Aku ingin kau membuat matahari terbenam dan bulan merendah ke bumi, terbelah
menjadi dua. Kemudian bulan itu bersatu lagi di atas kepalamu dan bersaksi atas kerasulanmu!
Setelah itu, bulan kembali lagi ke langit dan bercahaya seperti purnama dan selanjutnya terbenam
kembali serta matahari muncul seperti sedia kala!"
Mendengar permintaan Habib, Abu Jahal tersenyum dan berkata, "Sungguh benar apa yang Tuan
katakan! Permintaan Tuan sungguh luar biasa!"
Rasulullah SAW pergi meninggalkan Habib menuju Jabal Abu Qubaisy dan mendirikan shalat dua
rakaat. Setelah itu, beliau berdoa kepada Allah. Sejurus kemudian, Malaikat Jibril datang dan berkata,
"Assalamu'alaikum, ya Rasulullah. Allah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman, 'Kekasihku,
janganlah kau bersedih dan bersusah hati! Aku selalu bersamamu. Pergilah temui mereka! Kuatkan
hujahmu. Ketahuilah, Aku telah menundukkan matahari dan bulan, juga siang dan malam.’”
Saat itu hari beranjak sore dan matahari condong ke barat hingga akhirnya terbenam di ufuk barat.
Semesta diliputi kegelapan, kemudian muncul bulan purnama. Setelah bulan berada tepat di atas
Rasulullah, beliau memberi isyarat dengan jarinya. Bulan itu bergerak turun dan berhenti di hadapan
beliau. Lalu ia terbelah dua bagian.
Selanjutnya, bulan berpadu lagi di atas kepala beliau dan bersaksi, "Aku bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Setelah itu bulan kembali naik ke langit dan matahari muncul kembali seperti semula, karena saat itu
belum datang waktunya untuk terbenam. Meskipun mukjizat ditampakkan begitu nyata, tetap saja
Abu Jahal dan para pengikutnya menganggapnya sebagai sihir. Mereka tetap tak mau beriman.
Orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan melakukan perjalanan dagang pada musim dingin dan
musim panas. Saat musim dingin, mereka melakukan perjalanan ke Yaman. Sedangkan saat musim
panas, mereka berdagang ke Syam.
Pada saat itu, musim panas sedang berlangsung. Abu Thalib dan orang-orang Quraisy bersiap untuk
berdagang ke Syam. Ia menyiapkan tunggangan dan perbekalan yang akan dibawa.
Saat tahu Abu Thalib dan rombongan dagangnya akan berangkat ke Syam, Muhammad ingin ikut.
Mendengar keinginan dari keponakan tersayangnya itu, Abu Thalib menjadi luluh. Ia tidak tega
meninggalkan Muhammad di Makkah.
“Demi Allah,” kata Abu Thalib kepada Fathimah istrinya. “Aku harus membawanya pergi
bersamaku.”
Saat itu, usia Muhammad baru 12 tahun. Perjalanan ke Syam sangat jauh untuk anak seusianya.
Fathimah mengkhawatirkan keponakannya itu. Namun ia tidak membantah keputusan suaminya. Ia
tahu, suaminya sangat mencintai Muhammad.
“Dia tidak boleh berpisah denganku,” kata Abu Thalib. “Dan aku tidak boleh berpisah dengannya
untuk selama-lamanya.”
Rombongan dagang itu pun mulai meninggalkan Makkah. Setelah menempuh perjalanan yang sangat
panjang, rombongan dagang Quraisy tiba di Bushra. Kawasan itu termasuk dalam wilayah Syam.
Rombongan itu memutuskan untuk beristirahat di Bushra.
Mereka melewati biara besar milik seorang pendeta Nasrani. Pendeta itu bernama Jirjis. Namun
orang-orang lebih mengenalnya sebagai Buhaira. Pendeta Buhaira dikenal sebagai orang yang pintar
ilmu agama.
Rombongan berhenti di bawah pohon yang rindang. Rupanya, Buhaira memperhatikan rombongan
dagang dari Makkah itu. Dari dalam biaranya, ia menyaksikan awan menaungi mereka. sepanjang
perjalanan, Buharia melihat pohon-pohon turut memayungi mereka.
Pendeta Buhaira menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan. Setelah itu, ia keluar dan
menemui rombongan tersebut. Pendeta Buhaira melihat Muhammad dan segera menghampirinya. Ia
memegang tangan Muhammad.
“Inilah penghulu para rasul. Inilah rasul utusan Tuhan alam semesta. Inilah orang yang diutus oleh
Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Kata Pendeta Buhaira.
“Sungguh,” kata Pendeta Buhaira. “Ketika kalian mendekati Aqabah, semua batu dan pohon
merunduk. Batu dan pohon tidak akan bersujud kecuali di situ ada seorang nabi.
Pendeta Buhaira kemudian memperingatkan Abu Thalib agar segera membawa keponakannya
tersebut kembali ke negeri asal mereka. “Jagalah ia dari kejahatan orang-orang Yahudi! Demi Allah,
jika mereka melihat seperti yang aku lihat, niscaya mereka akan membunuhnya.”
Abu Thalib yang mendengar perkataan tersebut langsung mempercayainya. Setelah mengucapkan
terima kasih, rombongan Abu Thalib lantas bergegas pergi. Mereka meninggalkan biara Buhaira.