Kehidupan Nabi Muhammad Ketika Masih Kecil Dan Remaja
Kehidupan Nabi Muhammad Ketika Masih Kecil Dan Remaja
Kehidupan Nabi Muhammad Ketika Masih Kecil Dan Remaja
Pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun Gajah, Nabi Muhammad saw dilahirkan di kota
Mekkah, atau tanggal 20 April 571 M. Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luar biasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api di kerajaan Persia,
hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah, dibawah pimpinan raja
Abrahah. Ia adalah gubernur dari kerajaan Nasrani Abbessinia yang memerintah di Yaman.
Tujuannya adalah untuk menghancurkan Ka’bah. Pasukan Abrahah hancur binasa oleh pasukan
Ababil yang dikirim oleh Allah dengan senjata batu kerikil yang terbakar.
Ibu Nabi Muhammad SAW bernama Siti Aminah dan Ayah beliau bernama Abdullah bin
Abdul Muthalib, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan
Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir ke dunia hanya untuk membawa nur Muhammad ke
dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia
besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam,
walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu
riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut
karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan
berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kepada wanita ini, ia tidak
sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke
hadirat Allah SWT dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia
menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya
seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik-
baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti
Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada di dalam
rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik-baik hingga
kelahirannya”. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika
Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri
dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Abdul Muthalib, kakeknya menyambut kelahiran cucunya dengan riang gembira, langsung
dibawa thawaf mengelilingi Ka’bah dan diberi nama Muhammad. Muhammad disusui oleh
Halimah As-Sa’diyah dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin hingga berusia 5 tahun. Halimah As-
Sa’diyah bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak
kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada
padanya. Selama dua tahun Muhammad tinggal di sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh
Syaima’, puterinya. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat
sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan badannya. Muhammad
diserahkan kembali pada ibunya saat berusia 5 tahun. Lalu beliau diajak ibunya pergi ke Madinah
dengan maksud untuk diperkenalkan pada keluarga neneknya Bani Najjar dan untuk menziarahi
makam ayahnya.Dalam perjalanan pulang dari Madinah itu sang ibu Siti Aminah sakit lalu wafat di
suatu tempat yang bernama Abwa’ dan dimakamkan juga di sana, ketika itu beliau berusia 6 tahun.
Selesai pemakaman ibunya, beliau meneruskan perjalanan pulang bersama kakeknya,
Abdul Muthalib. Dan selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya sampai berumur 8 tahun. Kakeknya
amat sayang kepada Muhammad karena Muhammad adalah seorang yatim piatu. Nabi Muhammad
adalah keturunan Qusyai pahlawan suku Quraisy dari golongan Arab Bani Ismail.
Setelah kepergian sang kakek, Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, putra
Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri
(Muhammad). Saat berusia 12 tahun, beliau ikut pamannya Abu Thalib menggembala kambing
disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Syiria ,
Libanon dan Palestina). Pada waktu itu sang paman dan beliau bertemu dengan seorang pendeta
nasrani yang sangat alim bernama Buhaira. Pendeta itu mengetahui tanda-tanda kenabian atas diri
Nabi Muhammad SAW melalui kitab Taurat dan Injil. Ia berpesan pada Abu Thalib agar benar-
benar melindungi beliau dan segera mengajaknya kembali pulang, karena khawatir terjadi sesuatu
bila bertemu dengan orang Yahudi.
Masa remaja Nabi Muhammad dilalui dalam sebuah lingkungan yang sangat kondusif. Walaupun
Nabi melewati masa remajanya tanpa didampingi kedua orang tuanya, namun Abu Thalib sebagai
paman dan adik kandung dari ayahanda Abdullah telah mengambil alih fungsi orang tua dengan
sangat baik. Abu Thalib memperlakukan Muhammad dengan penuh kasih sayang melebihi putranya
sendiri. Rasa sayang yang ditampilkan tentu saja bukan sikap sayang yang memanjakan, tapi yang
bersifat mendidik. Bersama pamannya, Nabi hidup dengan sederhana karena Abu Talib adalah
orang yang sederhana secara materi dan gaya hidup. Kesederhanaan itu membuat Nabi menjadi
sosok yang mudah berempati pada kaum lemah, miskin dan terpinggirkan.
Nabi juga dikenal aktif dalam kehidupan sosial dan dikenal sebagai pekerja keras. Ia melakukan
pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yang sebaya. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia
tinggal di Mekah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pekan-pekan yang berdekatan
dengan ‘Ukaz, Majanna dan Dhu’l-Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh penyair-
penyair Mudhahhabat dan Mu’allaqat. Beberapa aktivitas dan perilaku Nabi dalam kehidupan masa
remajanya yang tercatat sejarah antara lain:
Perjalanan Ke Syam. Kaum Quraisy terbiasa bepergian ke Syam (sekarang Suriah) sekali
setiap tahun untuk berdagang. Sebab hal itu merupakan sumber utama untuk mendapatkan
pekerjaan. Abu Thalib berencana untuk bepergian tanpa mengajak Muhammad. Namun, atas
desakan kemenakannya tersebut, akhirnya sang paman mengalah dan ini menjadi perjalanan
Nabi ke Suriah pada usia 12 tahun. Dalam perjalan inilah keduanya bertemu dengan pendeta
Nasrani bernama Buhaira yang melihat tanda-tanda Nabi terakhir pada diri Muhammad.
Menjadi penggembala kambing. Nabi Muhammad menggembala kambing milik kerabat
dan orang-orang Makkah ke sekeliling gurun untuk merumput. Gaji yang didapatnya
diberikan pada pamannya.
Meninggalkan tradisi buruk. Muhammad muda menghindari semua perilaku buruk yang
menjadi tradisi di kalangan pemuda seusiannya pada masa itu seperti berjudi, berzina,
meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga beliau dikenali sebagai
As Sadiq (yang benar) dan Al Amin (yang dapat dipercaya).
Ikut perang Fijar. Nabi berpartisipasi dalam perang Fijar. Fijar adalah peperangan yang
terjadi antara keluarga keturunan Kinanah dan Quraisy dengan keluarga keturunan Qais
yang bertujuan untuk memerangi para pendurhaka yang melanggar kesepakatan. Perang ini
terjadi di Nakhlah sebuah tempat yang berada antara kota Makkah dan Thaif. Saat ini usia
Nabi sekitar antara 14 sampai 15 tahun. Dalam usia yang demikian muda, maka
keikutsertaan Nabi dalam perang Nabi dalam perang Fijar bukanlah ikut bertempur. Beliau
hanya bertugas mengumpulkan panah yang datang dari pihak musuh ke garis kaum
Quraisy..
Kesimpulan
Masa remaja yakni pada usia antara 12 sampai 21 tahun harus diisi dengan berbagai kegiatan positif
seperti pendidikan formal dan non-formal, aktivitas organisasi, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Intinya, jangan sampai dalam usia produktif ini menjadi pengangguran tanpa aktivitas yang berarti.