KB 2
KB 2
KB 2
Seorang guru profesional berbeda dari seorang teknisi, karena selain menguasai berbagai teknik
dan prosedur kerja, seorang profesional juga memiliki kesadaran yang mendalam tentang dampak sosial
dari pekerjaannya. Ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki pemahaman filosofis dan respons yang
bijaksana dalam menghadapi dan melaksanakan tugasnya. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga
profesional ditunjukkan melalui proses diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang berkelanjutan.
Berdasarkan definisi profesi beserta syarat-syaratnya yang telah dijelaskan, terdapat dampak
signifikan terhadap program pendidikan, terutama terkait dengan tenaga kependidikan. Dampak ini
berkaitan dengan aspek akuntabilitas.
Secara umum, terdapat tiga tingkat kualifikasi profesional bagi guru: kemampuan, inovator, dan
pengembang. Kemampuan mengacu pada harapan agar guru memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang memadai untuk mengelola proses pembelajaran secara efektif. Inovator merujuk pada guru
yang berkomitmen terhadap perubahan dan reformasi, diharapkan mampu menyebarluaskan ide-ide
pembaruan secara efektif.
Guru profesional didefinisikan sebagai individu yang memiliki keahlian khusus dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang luas di
bidangnya.
Profesionalitas guru mencerminkan kualitas sikap guru terhadap profesinya, serta tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Secara
bertahap, diharapkan guru dapat mencapai kriteria profesional sesuai dengan standar yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, PP 74 Tahun 2008, dan Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007, yaitu minimal berpendidikan S-1 atau D-IV serta lulus uji kompetensi di bidang pedagogik,
personal, sosial, dan profesional melalui proses sertifikasi.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, dan Permenag Nomor 16/2010, semua guru
di Indonesia harus memiliki kualifikasi akademik minimal D-IV atau S-1 di bidang studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan yang
setara, wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S-1 dari program studi yang
terakreditasi.
C. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki
seseorang hingga menjadi bagian dari diri mereka, sehingga mampu melakukan perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan baik (Fachrudin, 2011). Dengan demikian, kompetensi guru mencerminkan
kualitas sebenarnya dari seorang pendidik. Selvi dalam Aziz (2014) mengemukakan bahwa kompetensi
tidak hanya memengaruhi nilai, perilaku, komunikasi, tujuan, dan praktik, tetapi juga berpengaruh pada
pengembangan profesional dan kajian kurikulum guru. Dari beberapa definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang terwujud dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungan.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik,
yang mencakup pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, serta pengembangan potensi siswa (Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat 3 butir
a). Giertz dalam Asa Reygard (2010: 10) menjelaskan bahwa "kompetensi pedagogik dapat
digambarkan sebagai kemampuan dan kemauan untuk secara teratur menerapkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang mendukung pembelajaran siswa." Hakim (2015: 3) mendefinisikan kompetensi
ini sebagai kemampuan yang diperlukan dalam pengelolaan pembelajaran. Sementara itu, Shulman
dalam Liakopoulou (2011) menyatakan bahwa "pemikiran dan tindakan pedagogis melalui beberapa
tahap: a) pemahaman/persepsi; b) modifikasi/transformasi; c) pengajaran; d) evaluasi; e) umpan balik; f)
refleksi."
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik adalah salah satu jenis
kompetensi yang harus dikuasai oleh calon guru sesuai dengan standar pendidikan profesional.
Penjelasan mengenai kemampuan guru dalam pengelolaan siswa mencakup pemahaman tentang dasar-
dasar pendidikan, termasuk fungsi lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup, serta peran
keluarga dalam Pendidikan:
Seorang guru perlu memahami esensi pendidikan beserta konsep yang berhubungan, termasuk
fungsi dan peran institusi pendidikan, pendidikan sepanjang hayat, dampak peran keluarga dan
masyarakat, interaksi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, serta
inovasi dalam pendidikan (Jejen, 2011).
Guru harus mengenali siswa secara mendalam, memahami perkembangan yang telah dicapai,
kemampuan, kelebihan dan kekurangan, serta kendala yang dihadapi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Setiap guru menggunakan buku sebagai sumber pembelajaran. Banyak buku pelajaran dan buku
penunjang tersedia, dan guru dapat menyesuaikan materi dari buku yang telah distandardisasi oleh
Kemendikbud, khususnya Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
d. Perancangan pembelajaran
Menurut Naegie dalam Jejen (2011), guru yang efektif mengelola kelas dengan prosedur
tertentu dan mempersiapkannya dengan baik. Jika guru memberi tahu siswa sejak awal tentang harapan
perilaku dan pembelajaran di kelas, otoritas guru akan diperkuat, sehingga siswa lebih serius dalam
belajar.
Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar sebaiknya berasal dari guru, karena mereka
biasanya belum sepenuhnya menyadari pentingnya belajar.
Keberhasilan seorang guru sebagai pendidik profesional sangat bergantung pada pemahaman
tentang penilaian pendidikan dan kemampuan dalam melaksanakannya secara efektif.
Belajar adalah proses di mana pengetahuan, konsep, keterampilan, dan perilaku diperoleh,
dipahami, diterapkan, dan dikembangkan.
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
2. Kompetensi Kepribadian
Menurut Hall dalam Suyanto (2013), kepribadian dapat didefinisikan sebagai berikut:
"Kepribadian bukan sekadar rangkaian fakta biografi, tetapi sesuatu yang lebih umum dan bertahan
lama yang diinduksi dari fakta-fakta tersebut." Definisi ini menjelaskan konsep kepribadian yang abstrak
dengan merumuskan konstruksi yang lebih memiliki indikator empirik, sekaligus menekankan bahwa
teori kepribadian bukanlah sekadar rangkuman peristiwa-peristiwa.
a. Kepribadian yang stabil, dengan indikator utama: bertindak sesuai norma hukum dan
konsisten dalam tindakan sesuai norma yang berlaku.
b. Kepribadian yang dewasa, ditandai dengan: menunjukkan kemandirian dalam peran sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi.
c. Kepribadian yang bijaksana, dengan indikator: mengambil tindakan berdasarkan manfaat bagi
siswa, sekolah, dan masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Akhlak yang mulia dan bisa menjadi teladan, dengan indikator: bertindak sesuai norma
agama, iman dan takwa, kejujuran, keikhlasan, kepedulian, serta perilaku yang dapat dicontoh oleh
siswa.
e. Kepribadian yang berwibawa, ditunjukkan dengan perilaku yang memberikan dampak positif
bagi siswa dan dihormati oleh mereka (Suyanto dan Jihad: 2013).
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi aktif dengan siswa, rekan pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi ini mencakup:
a. Berkomunikasi dengan sopan, baik lisan, tulisan, maupun isyarat.
c. Berinteraksi dengan baik dengan siswa, rekan pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan
sekolah, dan orang tua/wali siswa.
e. Menerapkan prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan (UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen).
4. Kompetensi Profesional
Tugas guru adalah mentransfer pengetahuan kepada siswa. Seorang guru tidak hanya harus
mengetahui materi, tetapi juga memahami secara mendalam. Siswa diharapkan terus belajar untuk
memperluas pengetahuan terkait pelajaran yang diajarkan. Menurut Suyanto (2000), kompetensi
profesional mencakup pengetahuan yang luas di bidang studi, kemampuan memilih dan menggunakan
berbagai metode pengajaran dalam proses belajar mengajar.
a. Menguasai substansi keilmuan terkait bidang studi, yang berarti guru harus memahami materi
dalam kurikulum, konsep, metode, serta hubungan antar mata pelajaran, dan menerapkan konsep
keilmuan dalam pengajaran.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan, yang mengimplikasikan bahwa guru harus
memahami langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan bidang studi.
Seorang guru seharusnya menjadi pribadi yang istimewa, dan lebih baik jika ia mampu menjadi
sosok yang berarti bagi semua siswanya. Dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas, sumber daya
manusia, termasuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan, memiliki peranan yang sangat
penting. Menurut Jejen (2011), faktor terpenting dalam pendidikan adalah orang-orang yang bertugas
untuk mewujudkan perubahan yang direncanakan pada siswa. Ini hanya dapat dilakukan oleh kelompok
profesional yang memiliki kompetensi mengajar.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 (KMA 211/2011) tentang
Pedoman Pengembangan Standar Pendidikan Agama Islam di Sekolah, dalam bab IV huruf B nomor 2
dinyatakan bahwa pengembangan standar kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mencakup
enam kompetensi, yang terdiri dari empat kompetensi umum bagi guru dan dua kompetensi tambahan,
yaitu kompetensi spiritual dan kepemimpinan.