4 Kompetensi Guru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

KOMPETENSI PEDAGOGIK

Pengertian
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran dapat diberi arti sebagai kegiatan
sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai
tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan
membelajarkan.
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos
yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak lakilaki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke sekolah
(Uyoh Sadullah; www.rezaeryani.com http://groups.yahoo.com/group/rezaeryani). Menurut
Prof. Dr. J. Hoogeveld (Belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah
membimbing anak kea rah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld (1980) membedakan istilah pedagogik dengan
istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan
pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi artinya
pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik,
membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif
mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan
pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan seni mengajar
anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan
pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan
psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan
kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat
menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti
oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari pendekatan andragogi yang
diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan
seterusnya.
Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik
adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif
antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah sejumlah
kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.
1. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik
Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi ialah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi; (1) pemahaman terhadap
peserta didik, (2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar, (4)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogik ialah kemampuan dalam pengolahan
pembelajaran peserta didik yang meliputi; a) pemahaman wawasan atau landaskan
kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan kurikulum/silabus, d)

perancangan pembelajaran, e) pemanfaatan teknologi pembelajaran, f) evaluasi proses dan


hasil belajar, g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut di atas dengan kompetensi pedagogik maka
guru mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut:1) Mengaktualisasikan landasan
mengajar, 2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), 3) Mengenal siswa, 4) Menguasai
teori motivasi, 5) Mengenali lingkungan masyarakat, 6) Menguasai penyusunan kurikulum,
7) Menguasai teknik penyusunan RPP, 8) Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll.

Kompetensi guru ialah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk mencapai
tingkatan guru profesional. Kompetensi pedagogik antara lain:
(1) menguasai landasan mengajar, (2) menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), (3)
mengenal siswa, (4) menguasai teori motivasi, (5) mengenal lingkungan masyarakat, (6)
menguasai penyusunan kurikulum, (7) menguasai teknik penyusunan RPP, (8) menguasai
pengetahuan evaluasi pembelajaran.

KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Pengertian Kompetensi Kepribadian
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki.
Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam
makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari
kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan baik sering dikatakan
bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila
seseorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat,
maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian baik atau tidak berakhlak mulia.
Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh kepribadian. Lebih
lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap
keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah
guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan siswa terutama bagi siswa yang masih kecil dan mereka yang
mengalami kegoncangan jiwa.
Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan,
guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan
adalah figur yang paripurna. Itulah kesan guru sebagai sosok ideal. Guru adalah mitrasiswa
dalam kebaikan. Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik. Tidak ada

seorang guru pun yang bermaksud menjerumuskan siswanya ke lembah kenistaan. Guru
adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang siswa, karena ia yang memberikan
santapan rohani dan pendidikan akhlak, memberikan jalan kebenaran. Maka menghormati
guru berarti menghormati siswa, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak-anak
bangsa.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan
masyarakat memerlukan kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang
diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap
(attitude), nilai-niai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour)
dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta
legalitas kewenangan mengajar. Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi
kepribadian antara lain adalah sebagai berikut.
1. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No.19
Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
2. Menurut Samani, Mukhlas (2008;6) secara rinci kompetensi kepribadian mencakup
hal-hal sebagai berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c) mantap, d)
berwibawa, e) stabil, f) dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, j) mau siap
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Menurut Djaman Satori (2007;2.5) yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak
harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.
Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri
yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Hal
ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi
model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh
filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi
kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan
demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu
wujud sosok manusia yang utuh.
Seseorang yang berstatus sebagai guru adakalanya tidak selamanya dapat menjaga wibawa
dan citra sebagai guru di mata siswa dan masyarakat. Sehingga masih ada sebagian guru yang
mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media masa sering diberitakan tentang oknumoknum guru yang melakukan satu tindakan asusila, asosial, dan amoral. Perbuatan itu tidak
sepatutnya dilakukan oleh guru. Karenanya guru harus menjaga citra tersebut.
Profil guru ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan
hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, tidak membatasi tugas dan tanggung
jawabnya tidak sebatas dinding sekolah. Masyarakat juga jangan hanya menuntut pengabdian
guru, tetapi kesejahteraan guru pun perlu diperhatikan. Guru dengan kemuliaannya, dalam

menjalankan tugas tidak mengenal lelah, hujan dan panas bukan rintangan bagi guru yang
penuh dedikasi dan loyalitas untuk turun ke sekolah agar dapat bersatu jiwa dalam perpisahan
raga dengan siswa. Raga guru dan siswa boleh berpisah, tapi jiwa keduanya tidak dapat
dipisahkan (dwitunggal). Oleh karena itu dalam benak guru hanya ada satu kiat bagaimana
mendidik siswa agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama,
nusa dan bangsa di masa yang akan datang.
Posisi guru dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan satu tujuan. Seiring
dalam arti kesamaan langakh dalam mencapai tujuan bersama siswa berusaha mencapai citacitanya dan guru dengan ikhlas mengantar mereka ke depan pintu gerbang cita-cita. Itulah
barangkali sikap guruyang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia kewajiban guru adalah
menciptakan khairunnas yakni manusia yang baik.
Sebagai manusia yang mempunyai kepribadian, maka kehadiran guru di tengah-tengah
masyarakat adalah suatu kenyataan yang memang diperlukan oleh masyarakat. Posisi
kehidupan guru yang demikian itu tentunya akan mendapat penilaian yang beragam dari
dunia sekitarnya kadang kala disanjung dan ada pula disalahkan. Peran guru mendapat
perhatian luas dari masyarakat, hal ini menuntut dedikasi yang tinggi dari orang-orang yang
berkecimpung di dunia keguruan. Tidak berlebihan kiranya ada pendapat bahwa kegagalan
dalam pembangunan bermula dari kegagalan membangun pendidikan. Tidak berlebihan
kiranya ada pendapat bahwa kegagalan pembangunan bermula dari kegagalan pendidikan.

1. Peran Kompetensi Kepribadian


Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, panutan, contoh,
teladan, bagi siswa. Dengan kompetensi kepribadian yang dimilikinya maka guru bukan saja
sebagai pendidik dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya
yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut Wuri handayani.
Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan,
membangkitkan motivasi belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belaang.
Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya
sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar,
pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca.
Dalam relasi interpersonal antar guru dan siswa tercipta situasi pendidikan yang
memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan
member contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala
problematiknya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan
telada dan contoh dalam membimbing, mengembangkan kreativitas dan membangkitkan
motivasi belajar.
1. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal, yang artinya harus dimliki
guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang mennjang

terhadap keberhasilan tugas guru yang diembannya. Kompetensi kepribadian guru enurut
Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Pempilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseuruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh
seoran guru.
3. Penapiln upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya
Menurut Djaman, dk 2007;2-6-2.10) kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara
lain sebagai berikut
1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban
untukmeningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Guru memiliki kelebihan ibandingkan yang lain. Oleh Karena itu perlu dikembangkan
rasa prcaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang
besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan
yang dihadapinya.
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berberbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya
berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan
menyepakatinya untuk mecapai tujuan bersama maka dituntut seorang guru untuk
bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai
permaslahan yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak mentup
diri dari hal-hal yang berada di luar dirinya.
5. Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, hal ini menuntut
kesabaran dalam mencapainya. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet
melaksaakan proses pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi
membutuhkan proses yang panjang.
6. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam
bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.
7. Guru mapu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan,
kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
8. Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang
lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.

9. Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
yang positif maupun yang negative.
10. Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan
profesinyasebagai innovator dan kreator.

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku
sehari-hari. Ha ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia
sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya
yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi
kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus
dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta
membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap
dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang
dipimpinnya.

KOMPETENSI PROFESIONAL

Pengertian Kompetensi Profesional


Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap,
dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008;6) yang dimaksud dengan kompetensi
profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi dan atau seni
yang diampunya meliputi penguasaan;
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya.

2. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan/atau seni yang relevan
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.
Bagi guru yang merupakan tenaga profesional di bidang kependidikan dalam kaitannya
dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki
kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi
profesional guru sebagai tenaga kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability
personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan
serta sikap yang lebih mantap dan memadai, sehingga mampu mengelola proses belajar
mengajar secara efektif. Tingkatan kedua adalah guru sebagai innovator, yakni sebagai
tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para
guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan kterampilan serta sikap yang tepat
terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.
Tingkatan ketiga adalah guru sebagai visioner. Selain menghayati kualifikasi yang pertama
dan kedua guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru
harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang
dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Guru yang profesional akan tercermin
dalam pelaksanaan pengabdian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya
pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan
minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki
kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui
organisasi profesi, buku, seminar, dan semacamnya.
Sementara itu guru profesional mempunyai sikap dan sifat terpuji adalah; (1) bersikap adil;
(2) percaya dan suka kepada siswanya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa di
hadapan peserta didik; (5) penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7)
bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka
dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto,
2002). Dengan profesionalisme maka masa depan guru mempunyai peran ganda yakni
sebagai pendidi (teacher), pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer (learning
manager).
Jika profesionalisme keguruan itu dikaitkan dengan akuntabilitas public, profesi bukanlah hal
yang ringan, melainkan sesuatu yang mengharuskan pelayanan di tingkat kualifikasi
profesional yang lebih memadai. Secara sederhana kualifikasi profesional kependidikan guru
mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Kapabilitas personal (person capability), artinya guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif.

2. Guru sebagai innovator yang berarti memiliki komitmen terhadap upaya perubahan
dan informasi. Guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus penyebar ide
pembaharuan yang efektif.
3. Guru sebagai developer yang berarti ia harus memiliki visi keguruan yang mantap dan
luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan (the future
thinking) dalam menjawab tantangan-tantangan zaman yang dihadapi oleh sektor
pendidikan sebagai sebuah sistem.

1. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional


Menurut Cooper ada 4 komponen kompetensi profesional, yaitu; (1) mempunyai pengetahuan
tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang
studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman
sejawat dan bidang studi yang dibinanya, dan (4) mempunyai keterampilan dalam teknikl
mengajar. Menurut (Johnson, 1980) kompetensi profesional mencakup: (1) penguasaan
materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep
dasar keilmuan yang diajarkan dari bahan yang diajarkannya itu; (2) penguasaan dan
penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; dan (3) penguasaan
proses-proses kependidikan, keguruan pembelajaran siswa. Menurut Depdikbud, (1980) ada
10 kemampuan dasar guru, yaitu; (1) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep
dasar keilmuannya, (2) pengelolaan program belajar mengajar, (3) pengelolaan kelas, (4)
penggunaan media dan sumber pembelajaran, (5) penguasaan landasan-landasan
kependidikan, (6) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (7) penilaian prestasi siswa, (8)
pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (9) pengenalan dan
penyelenggaraan administrasi sekolah, serta (10) pemahaman prinsip-prinsip dan
pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka banyak kemampuan profesional yang harus dimiliki guru
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi. Penguasaaan ini menjadi
landasan pokok untuk keterampilan mengajar.
2. Kemampuan mengelola program pembelajaran yang mencakup merumuskan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran,
kemampuan menggunakan metode/model mengajar, kemampuan menyusun langkahlangkah kegiatan pembelajaran, kemampuan mengenal potensi (entry behavior)
peserta didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran
redmedial.
3. Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan ini antara lain adalah; a) mengatur tata
ruang kelas, b) menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.
4. Kemampuan mengelola dan penggunaan media serta sumber belajar. Kemampuan ini
pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Termasuk

dalam kemampuan ini adalah mampu membuat alat bantu pembelajaran,


menggunakan dan mengelola laboratorium, menggunakan perpustakaan.
5. Kemampuan penguasaan tentang landasan kependidikan. Kemampuan menguasai
landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan kegiatan sebagai berikut; a)
mempelajari konsep, landasan dan asas kependidikan, b) mengenal fungsi sekolah
sebagai lembaga sosial, c) mengenali kemampuan dan karakteristik fisik dan
psikologis peserta didik.
6. Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik. Yang dimaksud dengan
kemampuan ini menilai prestasi belajar peserta didik atau siswa adalah kemampuan
mengukur perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran
dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program. Dalam setiap pekerjaan
evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu:
a)

Prestasi belajar berupa pernyataan dalam bentuk angka dan tingkah laku,

b)
Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkungan yang mengamatinya melalui
penghargaan atas prestasi yang dicapainya, serta
c)
Keunggulan program yang dibuat guru, karena relevan dengan kebutuhan peserta didik
dan lingkungannya.
1. Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah. Di samping melaksanakan proses belajar mengajar, menurut
Nawawi (1989), diharapkan guru membantu kepala sekolah dalam menghadapi
berbagai kegiatan pendidikan lainnya yang digariskan dalam kurikulum, guru perlu
memahami pula prinsip-prinsip dasar tentang organisasi dan pengelolaan sekolah,
bimbingan dan penyuluhan termasuk bimbingan karier, program kokurikuler dan
ekstrakurikuler, perpustakaan sekolah serta hal-hal yang terkait.
2. Kemampuan menguasai metode berpikir. Metode dan pendekatan setiap bidang studi
berbeda-beda.
3. Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional. Ilmu pengetahuan dan
teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Guru harus terus menerus mengembangkan dirinya agar
wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan
profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
10. Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik.
Bantuan dan bimbingan kepada peserta didik sangat diperlukan agar peserta didik dapat
mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar di kelas. Untuk itu, guru
perlu memahami berbagai teknik bimbingan belajar dan dapat memilihnya dengan tepat
untuk membantu para peserta didik.
11. Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan. Setiap guru perlu
memiliki kemampuan untuk memahami/melakukan penelitian sehingga mereka perlu

memiliki wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara melaksanakan
penelitian pendidikan. Khususnya penelitian tindakan kelas (classroom action research).
12. Kemampuan memahami karakteristik peserta didik. Guru dituntut memiliki pemahaman
yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan
bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
13. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah. Di samping kegiatan akademis,
guru harus mampu menyelenggarakan administrasi sekolah.
14. Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan. Seorang guru diharapkan
berperan sebagai inovator atau agen perubahan maka guru perlu memiliki wawasan yang
memadai mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin
dikembangkan pada jenjang pendidikan. Wawasan ini perlu dimiliki oleh setiap guru agar
dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak cenderung bertindak secara rutin, tetapi selalu
memikirkan cara-cara baru yang mungkin dapat diterapkan di sekolah, yang sekaligus dapat
meningkatkan kegairahan kerja mereka.
15. Kemampuan/berani mengambil keputusan. Guru harus memiliki kemampuan mengambil
keputusan pendidikan agar ia tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian. Semua
tindakannya akan memberikan dampak tersendiri bagi peserta didik sehingga apabila guru
tidak berani mengambil tindakan kependidikan, siswa akan menjadi korban kebimbangan.
16. Kemampuan memahami kurikulum dan perkembangannya. Salah satu tugas guru adalah
melaksanakan kurikulum dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami
konsep-konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam perkembangan kurikulum.
17. Kemampuan bekerja berencana dan terprogram. Guru dituntut untuk dapat bekerja
teratur, tahap demi tahap, tanpa menghilangkan kreativitasnya. Rencana dan program tersebut
akan menjadi pola kerja guru sehingga tahap pencapaian pendidikan dapat dinilai dan
dijadikan umpan balik bagi kelanjutan peningkatan tahap pendidikan. Keteraturan dan
keterlibatan kerja ini pun akan memberikan warna dalam proses pendidikan atau proses
belajar mengajar.
18. Kemampuan menggunakan waktu secara tepat. Makna tepat waktu di sini bukan sekedar
masuk dan keluar kelas tepat pada waktunya, melainkan juga guru harus pandai membuat
program kegiatan dengan durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak membosankan.

Kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi
yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi
profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan
tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan
PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

KOMPETENSI SOSIAL

1. Pengertian Kompetensi Sosial


Yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut Achmad Sanusi
(1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru.
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab
pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan
dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan
melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial. Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya
senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan norma moral.
1. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal
sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi
yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas
kemanusiaan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah
penceramah jaman.
Menurut Djaman Satori (2007), kompetensi sosial adalah sebagai berikut.
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
2. Bersikap simpatik.
3.

Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.

4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.

5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).


Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi sosial
ialah kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat.
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku.
5. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup kompetensi sosial seperti tersebut di atas maka inti
dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui
komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesame guru, siswa, orang tua siswa, dan
masyarakat sekitar, dll. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial seperti
kelompok bermain, kelompok kerjasama, alim ulama, pengajian, remaja, dll.
Pengertian interaksi sosial ini amat berguna dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai
masalah masyarakat, termasuk masalah pembelajaran. Tanpa interaksi sosial mungkin terjadi
kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan hidup memang terjadi apabila
para anggota masyarakat bekerja sama, saling berbicara, saling berbagi pengalaman, bahkan
juga saling besaing dan berselisih. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu
pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Secara umum
dapat dikatakan bahwa, untuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Dan interaksi sosial
merupaka syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Suatu interaksi sosial tidak mungkin berlangsung tanpa terjadinya kontak sosial (sosial
contact) dan komunikasi. Apabila kita berbicara dengan seseorang, itu berarti ada kontak
antara kita dengan orang itu. Berbicara itu bisa secara langsung, bisa melalui telepon, surat,
radio, dan sebagainya. Dalam kehidupan keluarga di rumah, kontak sosial hamper selalu
terjadi di antara sesame anggota keluarga. Kontak sosial dalam keluarga ini bisa terjadi antara
seorang anggota dengan beberapa atau semua anggota keluarga yang lain, sebagaimana
halnya antara seorang anggota masyarakat dengan beberapa atau banyak anggota masyarakat
yang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat dapat juga dijumpai kontak antara kelompok
yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain.
Dalam arsitektur di Indonesia (Irawan Maryono dan L. Edison Silalahi, 1985) disebutkan
bahwa ada empat bentuk interaksi sosial antara lain adalah; 1) kerja sama (co-operation), 2)
persaingan (competition), 3) pertentangan, 4) akomodasi. Co-operation adalah kerja sama
antara individu atau antar kelompok manusia dalam masyarakat guna mencapai tujuan
tertentu secara bersama-sama pula. Bentuk lain yang dapat digolongkan sebagai kerja sama
antara lain adalah asimilasi dan alkulurasi di dalam kebudayaan. Asimilasi merupakan proses
sosial atau proses masyarakat menuju satu perubahan yang positif karena adanya perpaduan
budaya antar kelompok sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan alkulturasi adalah

penggabungan dua unsur kebudayaan atau lebih menjadi kebudayaan baru namun unsur
aslinya tidak hilang. Persaingan ialah salah satu bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh
antar individu atau antar kelompok manusia dalam masyarakat. Mereka bersaing untuk
memperoleh atau mencapai tujuan tertentu melalui bidang-bidang kehidupan tanpa kekerasan
dan tanpa ancaman. Sedangkan pertentangan adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang
dilakukan oleh antar individu atau antar kelompok manusia dalam masyarakat guna mencapai
tujuan tertentu dengan kekerasan dan ancaman. Akomodasi sebagai salah satu bentuk
interaksi sosial yang berada dalam keseimbangan dan masing-masing kelompok masyarakat
melebur untuk membentuk norma-norma, aturan, nilai (adat) baru yang berlaku dan
disepakati dalam masyarakat setempat. Adapun tujuan adanya akomodasi ini antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia dalam masyarakat
akibat adanya perbedaan paham.
2. Mencegah meledaknya atau munculnya satu konflik untuk sementara waktu.
3. Sebagai wahana melakukan kerja sama antara orang atau kelompok manusia dalam
masyarakat.
4. Mendorong terbangunnya peleburan (pembauran) antara kelompok yang terpisah atau
bertentangan.
Interaksi sosial melalui proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru, siswa, segenap
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Pada pembicaraan antara guru dengan siswa
atau dengan orang tua siswa mungkin saja terjadi secara timbale balik. Dalam interaksi sosial
yang terpenting adalah membangun komunikasi, yaitu bahwa seseorang memberikan
penafsiran pada perilaku orang lain, baik berwujud pembicaraan, gerak-gerik, ataupun sikap.
Di dalam kelas berlangsung interaksi sosial; ada yang sifatnya bekerja sama (co-operation),
persaingan (competition), pertentangan, akomodasi. Pertentangan dapat menjurus kepada
bentrokan fisik. Sebagai guru, maka saudaa berusaha mendamaikan. Dan mereka pada
akhirnya berdamai juga, tetapi perdamaian itu rupa-rupanya hanya penyelesaian yang
diterima untuk sementara waktu saja.
Di mata masyarakat, guru adalah orang yang mendidik, mengajar, dan memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah, mesjid, di rumah, atau di tempat lainnya. Guru
mengemban tanggung jawab tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah.
Guru melakukan pembinaan tidak hanya secara kelompok, tetapi juga secara individual. Hal
ini mau tidak mau menuntut agar guru selalu memperhatikan tingkah laku, sikap, dan
perbuatan siswanya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.
1. Fungsi Kompetensi Sosial
Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta
secara aktif dalam proses pembangunan. Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam
pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat
berperan sangat penting, yakni sebagai;1) motivator dan innovator dalam pembangunan

pendidikan, 2) perintis dan pelopor pendidikan. 3) peneliti dan pengkaji ilmu pengetahuan, 4)
pengabdian.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan
kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang
dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang
diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya
tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Beberapa
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain; terampil berkomunikasi, bersikap
simpatik, dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, pandai bergaul
dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

DAFTAR PUSTAKA

Djaman, Satori, dkk, 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.


Mulyasa, E, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cetakan keempat.
Saudagar, Fachruddin, dk, 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:
Gaung Persada Press.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar
Nasional Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai