Skripsi Erisa Reviana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN ACTIVITY OF DAILY

LIVING (ADL) DENGAN DAYA INGAT PADA LANJUT USIA DI


PANTI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL
LANJUT USIA BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

SKRIPSI

Oleh :
ERISA REVIANA
NPM. 2214201210173

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


BANJARMASIN, 2023

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN ACTIVITY OF DAILY


LIVING (ADL) DENGAN DAYA INGAT PADA LANJUT USIA DI
PANTI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL
LANJUT USIA BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh :
ERISA REVIANA
NPM. 2214201210173

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

BANJARMASIN, 2023
PENGESAHAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

Skripsi, 20 Desember 2023


Erisa Reviana
2214201210173

Hubungan Antara Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) dengan Daya


Ingat pada Lanjut Usia di Panti Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia Budi Sejahtera Banjarbaru

Abstrak

Latar belakang: Peningkatan angka harapan hidup penduduk Indonesia


menjadikan meningkatnya angka ketergantungan pada lansia. Activity Of Daily
Living (ADL) sangat penting bagi setiap orang. Aktivitas sehari-hari mampu
memelihara daya konsentrasi dan daya ingat pada lansia. Tujuan : Untuk
mengetahui hubungan antara kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) dengan
daya ingat Pada Lanjut Usia di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia Budi Sejahtera Banjarbaru. Metode : Desain penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah desain penelitian korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 87 orang dari populasi lansia
di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru menggunakan teknik sampling jenis Non-Probabillity Sampling yaitu
Purposive Sampling, dengan uji statistik Spearman Rho dengan nilai kemaknaan α
= 0,05. Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara Kemampuan Activity of
Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru yang menunjukkan ρ value = 0,000
< α = 0,05 dengan nilai koefisien korelasi -0,457.

Kata Kunci: Lanjut Usia, Activity Of Daily Living (ADL), Daya Ingat
Daftar Rujukan: 45 (2005-2022)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan kasih-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul
“Hubungan Antara Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada
Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawwatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Izma Daud, Ns.,M.Kep selaku Ketua program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
4. Bapak Muhammad Anwari, Ns.,M.Kep selaku Pembimbing 1 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta dukungan untuk mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan
5. Bapak Sukarlan, SKM.,M.Kes selaku Pembimbing 2 yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran, serta dukungan untuk mengarahkan dalam penyusunan
skripsi ini
6. Bapak Ibu dosen pengajar dan seluruh staf pendidikan di Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
7. Seluruh pengelola serta lansia di Panti Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru yang telah membantu peneliti dalam
kelancaran penulisan proposal penelitian ini.
8. Orang tua, saudara dan keluarga saya tercinta yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun material serta selalu memanjatkan doa untuk
kesuksesan dan kelancaran urusan saya selama ini.
9. Para sahabat dan pasangan yang selalu memotivasi, saling membantu,
tempat berkeluh kesah, dan support system luar biasa yang tidak bisa
diucapkan dengan kata-kata
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal skripsi ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin
telah saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganuugerahkan
kasih sayang-Nya untuk kita semua. Aamiin.
11. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
heaving no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me
at all times.

Banjarmasin, 22 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii
PERNYATAAN ORISINILITAS PENELITIAN.......................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5
1.5 Penelitian Terkait ................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8


2.1 Lansia ..................................................................................... 8
2.2 Activity Of Daily Living (ADL)............................................... 19
2.3 Teori ....................................................................................... 34
2.4 Kerangka Konsep ................................................................... 41
2.5 Hipotesis ................................................................................ 42

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................... 43


3.1 Desain Penelitian ................................................................... 43
3.2 Variabel Penelitian ................................................................. 43
3.3 Definisi Operasional .............................................................. 44
3.4 Populasi dan Sample .............................................................. 45
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 48
3.6 Instrumen Penelitian .............................................................. 48
3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 49
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ........................... 50
3.9 Etika Penelitian ...................................................................... 52

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 60


4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................
4.2 Karakteristik Responden ........................................................
4.3 Analisa Univariat ...................................................................
4.4 Analisa Bivariat .....................................................................
4.5 Pembahasan ...........................................................................
4.6 Keterbatasan Penelitian ..........................................................
4.7 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan.....................

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................


5.1 Kesimpulan ............................................................................
5.2 Saran ......................................................................................

DAFTAR RUJUKAN....................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Kegiatan Lansia Bersifat Dasar (BADL)....................................... 27
Tabel 2.2 Kegiatan Lansia Bersifat Instrumental (IADL).............................. 28
Tabel 2.3 Pengkajian Indeks Barthel.............................................................. 30
Tabel 2.4 Pengkajian Indeks Katz.................................................................. 32
Tabel 2.5 Alat Ukur Daya Ingat Lansia......................................................... 39
Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................... 44
Tabel 3.2 Waktu Penelitian............................................................................ 44
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 1 Keranga Teori.................................................................................. 41
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Activity Of Daily Living (ADL)


Lampiran 2. Alat Ukur Daya Ingat Lansia
Lampiran 3. Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Data Lansia Di PPRSLU Budi Sejahtera Banjarbaru
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 6. Lembar Konsultasi Pembimbing 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun atau lebih baik laki-laki maupun perempuan.
Pada lansia biasanya akan mengalami perubahan yang diawali dengan
gangguan fisik dan kognitif. Keadaan ini ditandai dengan berbagai
penurunan fungsi biologis, yaitu penurunan kemampuan motorik akibat
pengeroposan tulang akibat proses menua. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya perubahan fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gerakan lambat dan melemahnya
tubuh (Kemenkes, 2021).

Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, khususnya bidang


kesehatan, telah menyebabkan peningkatan angka harapan hidup
penduduk dunia, termasuk Indonesia. Namun dibalik keberhasilan
peningkatan angka harapan hidup tersebut terdapat tantangan yang harus
dipersiapkan yaitu kenyataan bahwa Indonesia akan menghadapi beban
tiga kali lipat di masa depan yaitu di samping meningkatnya angka
kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak menular), juga akan
terjadi peningkatan angka beban tanggungan penduduk kelompok usia
produktif terhadap kelompok usia tidak produkif (Riskesdas, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) pada saat ini, PBB


memprediksikan jumlah kaum manula mencapai 600 juta jiwa di seluruh
dunia, atau setara dengan 8% total populasi penduduk dunia dan terus
meningkat hingga 1,1 miliar atau 13% di tahun 2035. Di kawasan Asia
Tenggara populasi Lansia sebesar 8 % atau sekitar 142 juta jiwa. Pada

1
2

tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun
ini, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000
(11,34 %) dari total populasi. (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, terdapat 29,3 juta


penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada 2021. Angka ini setara
dengan 10,82% dari total penduduk di Indonesia. Di dapatkan jumlah
lanjut usia di Kalimantan Selatan sebanyak 339.766. Kalimantan Selatan
memiliki mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota, salah satunya Kota
Banjarbaru memiliki jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 7.008 pada
kelompok umur (60-64 tahun), 5.061 pada kelompok umur (65-69), 2.656
pada kelompok umur (70-74), dan 2.373 pada kelompok umur (75 tahun
keatas).

Menurut Badan Pusat Statistik (2019) angka ketergantungan pada lansia


lebih banyak pada lansia laki-laki 9,62% dan pada perempuan 9,16%
dengan total 9,40%, rasio ketergantungan lansia terhadap penduduk
produktif yakni antara usia 15-59 tahun meningkat menjadi 15,01%.
Ketergantungan lansia ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah
satunya yakni penurunan fungsi tubuh pada lansia yang akan
menyebabkan penurunan status fungsional lansia yang akan menyebabkan
ketergantungan lansia dalam melakukan Activity Of Daily Living (ADL)
(Hidayat, 2022).

Activity Of Daily Living (ADL) sangat penting bagi setiap orang.


Mempertankan kemampuan ADL yang baik memiliki berbagai manfaat
salah satunya mendorong kemampuan daya ingat. Hal ini sejalan dengan
pendapat Wang, S (2021) yang menyatakan bahwa melakukan aktivitas
sehari-hari yang aktif pada lansia memiliki efek mencegah penurunan
daya ingat dan juga sejalan dengan pendapat Nurhidayati, T (2020) yang
3

menyatakan bahwa aktivitas sehari-hari mampu memelihara daya


konsentrasi dan daya ingat pada lansia.
Proses menua menyebabkan terjadinya banyak perubahan pada otak yang
dapat mengarah pada kemunduran fungsi kognitif. Kemunduran kognitif
sebenarnya merupakan suatu hal yang masuk akal terjadi dalam proses
menua. Perubahan tersebut terutama terjadi pada bagian prefrontal dari
otak yang memediasi fungsi eksekutif seperti perencanaan dan inisiatif,
serta perubahan pada volume hippocampus yang memiliki peran besar
dalam daya ingat manusia. Penurunan fungsi kognitif tentunya
mempengaruhi individu dan kehidupan sekitarnya termasuk keluarga.
Selain itu juga dapat menurunkan kepercayaan diri, kualitas hidup dan
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri. Selain penurunan
fungsi eksekutif, penurunan fungsi kognitif ditandai dengan penurunan
daya ingat maupun konsentrasi, kesulitan mempelajari hal baru atau
membuat keputusan, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang dan
tempat yang mempengaruhhi keidupan sehari-hari. (Merijanti, 2020)

Sesuai dengan teori kemunduran yang menyatakan dengan bertambahnya


usia, daya ingat akan mengalami penurunan. Perubahan neuron dan sinaps
otak sebagai pembentukan daya ingat juga mengalami penurunan seiring
bertambahnya usia. Akibat lainnya yaitu menyebabkan kemunduran
kualitas hidup yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan
aktivitas sehari–hari. Untuk mengetahui kemampuan penderita penurunan
daya ingat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, maka perlu dilakukan
pengukuran ADL. Dengan melakukan Activity Of Daily Living dengan
baik dapat mendorong kemampuan daya ingat menjadi lebih baik.
(Kushariyadi, K. 2017).

Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera


Banjarbaru merupakan tempat penitipan lansia. Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru terletak di dua
4

tempat yang berbeda yaitu di Landasan Ulin kota Bajarbaru dan di


Martapura Kabupaten Banjar. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan
pada 20 Juni 2023 didapatkan hasil observasi dari 10 orang lansia
sebanyak 6 lansia mengatakan terbatas dalam kemampuan aktivitas
sehari-hari dan perlu bantuan alat/orang lain untuk melakukannya seperti
tidak mampu mobilisasi atau berjalan sendiri, tidak dapat mandi sendiri
dan sering kali lupa untuk mengontrol BAB dan BAK. Sedangkan 4
orang lansia lainnya mengatakan mampu secara mandiri melakukan
aktivitas sehari-harinya dan tidak ada gangguan dalam daya ingat.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk


mengangkat judul penelitian tentang masalah “Hubungan Antara
Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada
Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Budi Sejahtera Banjarbaru”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara kemampuan Activity Of
Daily Living (ADL) dengan daya ingat Pada Lanjut Usia Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) dengan daya ingat
Pada Lanjut Usia di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru.
5

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi kemampuan Activity Of Daily
Living (ADL) pada lanjut usia di Panti Perlindungan
Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru.
1.3.2.2 Mengidentifikasi daya ingat Pada Lanjut Usia di
Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara kemampuan Activity
Of Daily Living (ADL) dengan daya ingat Pada Lanjut
Usia di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.4.1. Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi
Sejahtera Banjarbaru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan memberikan data tentang lanjut usia yang
mengalami penurunan kemampuan Activity Of Daily Living
(ADL) dengan kejadian daya ingat kepada Petugas Panti dan
Institusi terkait.
1.4.2. Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi
profesi kesehatan dalam menambah informasi dan wawasan
tentang hubungan antara kemampuan Activity Of Daily Living
(ADL) dengan daya ingat Pada Lanjut Usia. Selain itu, juga
dapat sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya
6

untuk meneliti permasalahan yang sama dengan variabel


berbeda.
1.4.3. Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
kepustakaan pada mata kuliah gerontik terkait tentang hubungan
antara kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) dengan daya
ingat Pada Lanjut Usia bagi seluruh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
1.4.4. Untuk Peneliti
Adapun manfaat penelitian ini sendiri sebagai sarana untuk
mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan
antara kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) dengan daya
ingat Pada Lanjut Usia serta memberikan pengalaman dalam
penerapan ilmu yang sudah didapat ke dalam kondisi yang
nyata.

1.5. Penelitian Terkait


1.5.1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlan, N., & Eny, K. tahun
2021 dengan judul Hubungan Demensia Dengan Tingkat
Kemandirian Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia Di
RT. 04 RW. 11 Jati Bening Pondok Gede Bekasi.

Persamaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu


kemampuan Activity Of Daily Living (ADL). Perbedaan
penelitian Nurlan, N., & Eny, K. (2021) dengan penulis terletak
pada variabel dependen, penelitian Nurlan, N., & Eny, K.
(2021) menggunakan demensia sebagai variabel dependen
sedangkan penelitian penulis menggunakan daya ingat sebagai
variabel dependen. Perbedaan lain pada penelitian ini adalah
terdapat pada tahun dan tempat penelitian.
7

1.5.2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari, C. W. M tahun 2022


dengan judul Hubungan Demensia Dengan Tingkat
Ketergantungan Pemenuhan ADL (Activity Of Daily Living)
Pada Lansia Di Panti.

Persamaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu


kemampuan Activity Of Daily Living (ADL). Perbedaan
penelitian Sari, C. W. M (2022) dengan penulis terletak pada
variabel dependen, penelitian Sari, C. W. M (2022)
menggunakan demensia sebagai variabel dependen sedangkan
penelitian penulis menggunakan daya ingat sebagai variabel
dependen. Perbedaan lain pada penelitian ini adalah terdapat
pada tahun dan tempat penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
2.1.1.Definsi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang berada pada
tahapan akhir dari fase kehidupannya (Tarigan, 2019). Lansia
merupakan anggota keluarga dan masyarakat yang jumlahnya
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan
hidup. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami
peningkatan (WHO, 2019).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia


adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami
penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

2.1.2.Batasan lansia
Batasan umur pada lansia dari waktu kewaktu berbeda-beda
(Nugroho, 2018). Berikut beberapa batasan umur menurut para ahli :
2.1.2.1 World Health Organization (WHO) menggolongkan
umur lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
c. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
d. Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
2.1.2.2 Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi
dalam dua tahap, meliputi :
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

8
9

2.1.2.3 Menurut burnside (1979), ada empat tahap lanjut usia,


meliputi:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old (usia 80-89 tahun)
d. Very old (usia 90 tahun keatas).

2.1.3.Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut (Kholifah, 2016) :
2.1.3.1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor
fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansia yang memiliki motivasi rendah dalam
melakukan kegiatan akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi akan memperlambat proses
kemunduran fisik .
2.1.3.2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini disebabkan oleh sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat dengan
pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang
lebih suka mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi lansia
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
2.1.3.3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut terjadi karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan
peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
10

lingkungan. Misalnya lansia memiliki kedudukan


sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena faktor usia.
2.1.3.4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia menyebabkan
mereka cenderung mengembangkan citra diri yang
buruk sehingga dapat memperlihatkan perilaku yang
buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Misalnya
lansia yang tinggal bersama keluarganya seringkali
tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap memiliki cara berpikir kuno yang membuuat
lansia menarik diri dari lingkungan, mudah
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.

2.1.4.Teori Proses Menua


Sehubungan dengan pendapat dan pandangan yang berbeda-beda,
maka terbentuklah teori mengenai proses menjadi tua yang berbeda-
beda. Decker dalam bukunya Social Gerontology mengemukakan
beberapa teori tentang proses menua (Nugroho, 2018) :
2.1.4.1. Teori-teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –
11

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan


fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak).
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow
virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
12

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,


kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah
sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2.1.4.2. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang
dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa
lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup)
Dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan
ke lanjut usia.
3) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Teori ini merupakan gabungan dari
teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni :
13

a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontak sosial
c. Berkurangnya kontak komitmen

2.1.5.Perubahan Pada Lansia


Seiring bertambahnya usia, terjadi proses penuaan degeneratif yang
mempengaruhi perubahan pada manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga perubahan kognitif, emosional, sosial dan seksual
(Kholifah, 2016).
2.1.5.1. Perubahan fisik
1) Sistem Indera
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap suara bising atau suara bernada tinggi,
suara yang tidak jelas, kata-kata yang sulit
dipahami, terjadi pada 50% kasus di atas usia 60
tahun
2) Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan
cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia:
Jaaringan penghubung (kolagen dan elastin),
kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
14

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago


dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:
jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak
dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap
gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan
fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan
struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi
seperti tendon, ligamen dan jaringan ikat
mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia
adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang. Kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem Respirasi
15

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan


ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume
cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan mengurangi kemampuan untuk
peregangan toraks.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran
fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
perasa menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
penurunan kapasitas penyimpanan, dan peredaran
darah kurang lancar.
7) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang terganggu seperti,
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan
anatomi dan atropi yang progresif pada serabut
saraf lansia. Pada lansia akan mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi lansia ditandai
dengan penyusutan indung telur dan Rahim, terjadi
atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
16

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya


penurunan secara ber angsur-angsur.
2.1.5.2. Perubahan kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
2.1.5.3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama perubahan fisik, terutama organ perasa.
2) Status Kesehhatan
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan saraf sensorik, menyebabkan kebutaan
dan tuli
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan
kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu hilangnya
hubungan dengan teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,
perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri
2.1.5.4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam
17

kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam pikiran dan


tindakannya sehari-hari
2.1.5.5. Perubahan psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami
penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit
fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka Cita (Bereavement)
Kematian pasangan, sahabat atau bahkan hewan
kesayangan bisa melemahkan pertahanan jiwa yang
sudah lemah di usia lanjut. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan
perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan
untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga bisa disebabkan oleh
tekanan lingkungan dan kemampuan beradaptasi
yang melemah
4) Gangguan Cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah
trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-
gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder
akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
18

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai


dengan waham (curiga), lansia sering merasa
tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/ diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.

6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah
atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.

2.1.6. Permasalahan dalam lansia


Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya yang
menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan tersebut menurut
(Kholifah, 2016) :
2.1.6.1. Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika
melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan
yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga
sering sakit.
2.1.6.2. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu
19

hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan orang-


orang sekitarnya.
2.1.6.3. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga
sangat kuat, sehingga tingkat perhatianlansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, orang lanjut usia
sering marah ketika sesuatu tidak sesuai dengan keinginan
pribadinya, dan mereka sering stres karena masalah
keuangan yang kurang terpenuhi
2.1.6.4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci
karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang
tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan kecemasan ketika menghadapi
masalah serius dalam hidup.

2.2. Activity Of Daily Living (ADL)


2.2.1. Definisi Activity Of Daily Living (ADL)
Activity of daily living (ADL) atau kehidupan sehari-hari menurut
Papalia & Feldman (2014), adalah kegiatan penting yang
mendukung kelangsungan hidup seperti makan, berpakaian, mandi,
dan berpergian di sekitar rumah. Jadi, activity of daily living dapat
disimpulkan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap
harinya (Triningtyas & Muhayati, 2018).

Menurut Stanley (2007) Dalam buku (Triningtyas & Muhayati,


2018), mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang
optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam
kehidupan sehari-hari. Macam aktivitas sehari-hari meliputi
20

aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas sosial. Aktifivas fisik,


merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga dimana hal ini sangat penting bagi kesehatan
mental. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan
aktivitas fisik seperti dikemukakan oleh Mathuranath (2004), dalam
Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah
berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah,
mencuci pakaian, dan sebagainya.

Aktivitas mental, cenderung mengarah kepada aktivitas pribadi.


Hal ini dikarenakan sifatnya yang memiliki keleluasaan pribadi.
Adanya aktivitas mental yang dilakukan oleh lansia akan
membantu pikiran lansia tetap aktif, mengembangkan hobi, dan
menikmati aktivitas di waktu luang yang menyenangkan. Contoh,
aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas mental seperti
dikemukakan oleh Mathuranath (2004), dalam Activities of Daily
Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara
baik, aktivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan
waktu untuk melakukan satu hal yang digemari.

Aktivitas sosial pada lanjut usia memberikan kontribusi paling


besar terhadap masa tua yang sukses. Aktivitas sosial merupakan
kemampuan lansia untuk menerima perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidupnya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan
dengan aktivitas sosial seperti dikemukakan oleh Mathuranath
(2004), dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People
adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, aktif dalam
aktivitas kelompok, dan sebagainya (Triningtyas & Muhayati,
2018).
21

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Activity


of daily living (ADL) atau kegiatan sehari-hari adalah semua
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang setiap harinya yang
memerlukan pengeluaran tenaga dimana hal ini sangat penting bagi
kesehatan untuk mendukung kelangsungan hidup seperti makan,
berpakaian, mandi, dan berpergian di sekitar rumah.

2.2.2. Manfaat Activity Of Daily Living (ADL)


Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) pada lansia diketahui
memiliki beberapa manfaat sebagai berikut (Ekasari et al., 2018) :
2.2.2.1 Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia.
Terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan
dan kemauan seksual pada lansia khususnya pria. Sejumlah
masalah organik dan jantung serta sistem peredaran darah,
sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat
menurunkan kapasitas dan gairah seks. Efek samping dari
berbagai obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
berbagai macam penyakit dapat menimbulkan masalah
organik, selain itu masalah psikologis juga berpengaruh
terhadap kemampuan untuk mempertahankan gairah seks.
2.2.2.2 Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.
2.2.2.3 Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak
mudah patah.
2.2.2.4 Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau
mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.
Pembatasan atas lingkup gerak sendi banyak terjadi pada
lansia, yang sering terjadi akibat keketatan/kekakuan otot
dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi.
Keketatan otot betis sering menghambat gerak dorso-fleksi
22

dan timbulnya kekuatan otot dorsoflektor sendi lutut yang


dipengaruhi untuk mencegah jatuh ke belakang.
2.2.2.5 Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah
untuk menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan
dalam melakukan aktivitas. Hal ini berhubungan dengan
ketidaktergantungan terhadap instrumen Activity Of Daily
Living (ADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini
seseorang lansia mampu melakukan aktivitas atau
berolahraga.
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Activity Of Daily Living (ADL)
Pada Lansia
Menurut Darmojo dan Martono (2015) faktor yang mempengaruhi
aktivitas sehari-hari pada lansia yaitu kelenturan, keseimbangan,
dan self efficacy atau keberdayagunaan kemandirian lansia. Hal ini
sangat berhubungan dengan kemandirian dalam aktifitas sehari-hari
yang membuat rasa percaya diri untuk dapat melakukannya dengan
mandiri dan keberanian dalam melakukan aktivitas. Rendahnya
rasa keberdayaan mandiri pada lansia dapat menurunkan kemauan
lansia dalam beraktivitas, sehingga lansia seringkali merasa takut
untuk mencoba hal baru atau takut akan tidak berhasil, sedangkan
Ekasari et al., 2018 menyebutkan perubahan kehidupan sosial
lansia tidak mencukupi, semangat hidup menurun, menyebabkan
Activity Of Daily Living (ADL) mereka akan berubah dan mungkin
tidak memiliki semangat menjalani kehidupannya. Perubahan
lingkungan dengan kurang rekreasi, transportasi yang memadai,
juga dapat berpengaruh kepada Activity Daily Living (ADL) lansia
itu sendiri.
2.2.3.1. Faktor dalam diri sendiri
1) Umur
Mobilitas dan aktifitas sehari-hari adalah hal yang
paling vital bagi kesehatan lansia. Perubahan yang
23

terjadi pada sistem muskuloskelatal terkait usia


pada lasia termasuk penurunan tinggi badan,
redistribusi massa otot dan lemak subkutan,
peningkatan porositas tulang, atrofit otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan
dan kekakuan sendi-sendi yang menyebabkan
peruahan penampilan, kelemahan dan lambatnya
pergerakan yang menyertai penuaan.

2) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk berpartisipasi
dalam aktivitas sehari-hari, sebagai contoh sistem
nervous mengumpulkan dan menghantarkan, dan
mengelola informasi dari lingkungan. Sistem
muskuluskoletal megkoordinasikan dengan sistem
nervous sehingga seseorang dapat merespon
sensori yang masuk dengan cara melakukan
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya
karena penyakit, atau trauma injuri dapat
mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-hari.
Penyakit kronis memiliki implikasi yang luas bagi
lansia maupun keuarganya, terutama munculnya
keluhan yang menyertai, penurunan kemandirian
lansia dalam melakukan aktifitas keseharian, dan
menurunnya partisipasi social lansia.
3) Fungsi kognitif
Koginitif adalah kemampuan berpikir dan memberi
rasional, termasuk proses mengingat, menilai,
orientasi, persepsi dan memperhatikan. Tingkat
24

fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan


seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor
stimulus untuk berfikir dan menyelasikan masalah.
Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi
kognitif yang meliputi perhatian memori, dan
kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari
fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir
logis dan menghambat kemandirian dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
4) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan
seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu
dan menampilkan informasi pada suatu cara yang
realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
komplek antara perilaku interpersonal dan
interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan
dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun
seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya,
tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi,
maka dapat mengakibatkan dirinya tidak senang
dengan kehidupannya, sehingga kebutuhan
psikologis harus terpenuhi agar kehidupan
emosionalnya menjadi stabil.
5) Tingkat stres
Stres adalah reaksi non-spesifik tubuh terhadap
berbagai kebutuhan. Faktor penyebab stres disebut
stressor, yang dapat timbul dari dalam tubuh atau
lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan
tubuh. Stres diperlukan dalam pertumbuhan dan
25

perkembangan. Stres dapat memberikan efek


negatif atau positif pada kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Ekasari et
al., 2018).
2.2.3.2. Faktor dari luar
1) Lingkungan keluarga
Keluarga masih menjadi tempat perlindungan yang
paling disukai para lansia. Lansia merupakan
kelompok lanjut usia yang rentan terhadap
permasalahan, baik masalah ekonomi, sosial,
budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh karena
itu agar lansia tetap sehat, sejahtera dan berguna
perlu didukung oleh lingkungan yang kondusif
seperti keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua,
anak dan cucu) dibawah satu atap makin sulit
dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah
perkotaan yang sempit, sehingga kurang
memungkinkan para lansia tiggal bersama anak.
Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti
kehilangan orang yang dicintai tergantung pada
jenis hubungan dan definisi peran sosial dalam
suatu hubunga keluarga. Selain rasa sakit psikologi
mendalam, seseorang yang berduka harus sering
belajar keterampilan dan peran baru untuk
mengelola tugas hidup yang baru, dengan
perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan,
kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat
sulit. Sosialisasi dan pola interaksi juga berubah.
Tetapi bagi orang lain yang memiliki dukungan
keluarga yang kuat dan mapan, pola interksi
independent maka proses perasaan kehilangan atau
26

kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga


seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi
rasa kehilagan dan kesepian.
2) Lingkungan tempat kerja
Pekerjaan sangat mempengaruhi situasi mereka
dalam bekerja, karena setiap kali seseorang bekerja,
ia memasuki situasi di mana ia bekerja. Tempat
yang nyaman akan membawa seseorang medorong
untuk bekerja dengan senang dan giat.
3) Ritme biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi,
yang mempengaruhi fungsi hidup manusia. Ritme
biologis membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisiknya. Beberapa faktor yang ikut
berperan pada irama sakardia diantaranya faktor
lingkungan seperti hari terang dan gelap. serta
cuaca yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Faktor-faktor ini menentukan jatah perkiraan untuk
makan dan bekerja (Ekasari et al., 2018).

2.2.4. Macam-macam Activity Of Daily Living (ADL) pada lansia


2.2.4.1. Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi
sendiri jika mandi), menerima bantuan untuk mandi hanya
satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki)
2.2.4.2. Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa
bantuan, mengambil baju dan memakai baju dengan
lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu, menerima
bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian
tetap tidak berpakaian.
27

2.2.4.3. Ke kamar kecil


Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan
baju tanpa bantuan dapat menggunakan objek untuk
menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan
dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan
pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar
kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian
setelah eliminasi, atau menggunakan bedpan atau pispot
pada malam hari, tidak ke kamar kecil untuk proses
eliminasi.
2.2.4.4. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke
dan dari kursi tanpa bantuan (mungkin menggunakan
alat/objek untuk mendukung seperti tempat atau alat bantu
jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi
dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
2.2.4.5. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh
diri sendiri, kadang-kadang mengalami ketidakmampuan
untuk mengontrol perkemihan dan defekasi, pengawasan
membantu mempertahankan kontrol urin atau defekasi,
kateter digunakan untuk kontinensia.
2.2.4.6. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali
mendapatkan bantuan dalam mengambil makanan sendiri,
menerima bantuan dalam makan sebagian atau sepenuhnya
dengan menggunakan selang atau cairan intravena (Ekasari
et al., 2018).
28

Kegiatan lansia berkaitan dengan aktivitas kehidupan


sehari- hari yang bersifat dasar dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kegiatan lansia berkaitan dengan aktivitas


kehidupan sehari- hari yang bersifat dasar

Komponen BADL Kegiatan Yang dilakukan

Kebersian diri Menyiapkan alat-alat mandi, Keluar dan


masuk kamar mandi serta menjaga

kebersihan diri dengan mandi, mencuci


rambut, menyisir rambut , menggosok gigi,
mencukur jenggot/kumis atau menggunakan
kosmetik/lotion

Berpakaian Menyiapkan pakaian sendiri sesuai kebutuan

Toileting BAK/BAB

Berpindah tempat/ Bangun dari tempat tidur, duduk lalu berjalan


Berjalan di sekitar ruangan

Makan Menyiapkan alat makan, makanan dan makan

sesuai kebutuhan

Sedangkan kegiatan lansia berkaitan dengan aktivitas


dengan kehidupan sehari-hari yang bersifat instrumental
(IADL) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kegiatan lansia berkaitan dengan aktivitas


kehidupan sehari- hari yang bersifat instrumental (IADL)

Komponen IADL Kegiatan Yang Dilakukan

Menyiapkan makan Menyiapkan bahan makanan yang akan


dimasak atau menyediakan makanan yang
29

sudah ada di panti

Melakukan Melakukan tugas sehari-hari seperti mencuci


pekerjaan rumah piring, menyapu, membersihkan kamar
tangga

Merapikan tempat Merapikan sprei, bantal, guling, selimut


tidur (melepas dan memasang)

Mencuci dan Mencuci, menjemur, menyetrika pakaian


menyetrika pakaian sendiri

Berbelanja Berbelanja di sekitar panti atau keluar panti

Melakukan Melakukan olahraga, kegiatan keagamaan dan


kegiatan sosial keterampilan lain

Menyiapkan makan Mengambil obat atau minum obat dengan


dan minum dosis dan waktu yang benar

Pengelolaan Mengatur pemasukan dan pengeluaran uang


keuangan

2.2.5. Alat Ukur Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL)


Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) mencakup kategori
yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori atau domain
seperti berpakaian, makan minum, toileting/hygiene pribadi, mandi,
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasionals, rekreasi. Instrumental
kebutuhan sehari-hari dasar, sering disebut Activity Of Daily Living
(ADL), yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air beasr dan buang air kecil dalam kategori dasar ADL ini,
sedangkan Sugiarto (2005) juga memasukkan kemampuan
mobilitas sebagai kategori ADL (Ekasari et al., 2018).

Penilaian status fungsional adalah metode untuk mengukur


kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
30

mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga


memudahkan pemilihan intervensi yang tepat. Pengukuran atau
pengkajian ADL atau status fungsional penting dilakukan untuk
mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia. Pengukuran
kemandirian ADL lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan
oleh para ahli. Seperti Katz Index, Barthel Index dan Functional
Actifities Questioner (FAQ). Untuk menilai ADL diperlukan alat
ukur yang handal, sahih, dan luas dipakai. Suatu alat ukur yang
baik untuk dapat dipakai secara luas harus melalui uji keandalan
dan kesahihan (Ekasari et al., 2018).

a. Barthel Index (BI)


Indeks Barthel adalah suatu indeks untuk mengukur kualitas
hidup seseorang dilihat dari kemampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living)
secara mandiri (Shafi'i, Sukiandra, & Mukhyarjon, 2016).

Indeks Barthel umum digunakan karena sifat pengerjaannya


yang sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus
karena hanya mengamati kemampuan pasien melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (Shafi'i, Sukiandra, &
Mukhyarjon, 2016).

Indeks Barthel berfungsi mengukur kemandirian fungsional


dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan. Tingkat kemandirian diklasifikasikan
menjadi 10 indikator (Hermansyah, Lina, & Aminoto,
31

2015). 10 indikator yaitu makan, mandi, Perawatan diri


(Grooming), berpakaian, buang air besar, buang air kecil,
penggunaan toilet, transfer (berpindah), mobilisasi
(bergerak), dan naik turun tangga ini diperoleh dari
pengkajian dengan instrument pengukuran Indeks Barthel
yang di adaptasi dari Saryono, 2013 (Idris & Estherine,
2016)

Tabel 2.3 Pengkajian Indeks Barthel

No. Kegiatan Nilai Keterangan


1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia
(Bladder)
1 Kadang-kadang inkontinensia
2 Kontinensia teratur
2. Mengontrol BAK (Bowel) 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang inkontinensia
2 Kontinensia teratur
3. Membersihkan diri (Lap, 0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat
gigi)
1 Mandiri
4. Toileting 0 Tergantung pertolongan orang
lain
1 Perlu pertolongan pada
beberapa aktivitas, tetapi
aktivitas masih bisa
dikerjakan sendiri
2 Mandiri
5. Makan (Feeding) 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang lain
2 Bantuan minimal 2 orang
3 Mandiri
6. Berpindah tempat dari 0 Tidak mampu
kursi ke tempat tidur
1 Butuh pertolongan orang lain
2 Bantuan minimal 2 orang
3 Mandiri
32

7. Mobilisasi atau berjalan 0 Tidak mampu


1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan orang
lain
3 Mandiri (kadang dibantu)
8. Berpakaian (Dressing) 0 Tergantung pertolongan orang
lain
1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
10. Mandi 2 Mandiri
0 Tergantung pertolongan orang
lain
1 Mandiri
Total Nilai
(Sumber: Saryono, 2013)

Keterangan :

0-4 : Ketergantungan total

5-8 : Ketergantungan berat

9-11 : Ketergantungan sedang

12-19 : Ketergantungan ringan

20 : Mandiri

b. Indeks Katz
Indeks Katz merupakan sebuah alat ukur untuk dapat
melihat status fungsi pada klien usia lanjut dengan
mengukur kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Dapat juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada lansia. Adapun aktivitas
yang dinilai menurut (Ritonga, 2018) adalah Bathing,
Dressing, Toileting, transferring, continence dan feeding.
33

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau


bantuan pribadi aktif, kecuali secara spesifik akan
digambarkan di bawah ini. Pengkajian ini didasarkan pada
kondisi aktual klien dan bukan pada kemampuan. Artinya
jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap
sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya
mampu

Tabel 2.4 Pengkajian Indeks Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung

1 Mandi

Mandiri :

Bantuan hanya pada satu bagian


mandi ( seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampu )
atau mandi sendiri sepenuhnya

Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu


bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri

2 Berpakaian

Mandiri :

Mengambil baju dari lemari,


memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.

Tergantung :

Tidak dapat memakai baju sendiri


atau hanya sebagian

3 Ke Kamar Kecil

Mandiri :

Masuk dan keluar dari kamar kecil


kemudian membersihkan genetalia
sendiri
34

Tergantung :

Menerima bantuan untuk masuk ke


kamar kecil dan menggunakan
pispot

4 Berpindah

Mandiri :

Berpindah ke dan dari tempat tidur


untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam naik atau turun dari


tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan

5 Kontinen

Mandiri :

BAK dan BAB seluruhnya


dikontrol sendiri

Tergantung :

Inkontinensia parsial atau total;


penggunaan kateter,pispot, enema
dan pembalut ( pampers )

6 Makan

Mandiri :

Mengambil makanan dari piring


dan menyuapinya sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam hal mengambil


makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral
(NGT)

(Sumber: Saryono, 2013)

Analisis hasil :
Nilai A :
35

Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB),


berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
Nilai C :
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
Nilai D :
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan

Nilai E :
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F :
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G :
Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
c. FIM/FAQ (Functional Independence Measure/Functional
Activities Questioner)
Skala ordinal dengan 18 item, 7 level dengan skor berkisar
antara 18-126; area yang dievaluasi; perawatan diri, kontrol
stingfer, transfer, lokomosi, komunikasi, dan kognitif sosial.
Alat penguukuran ini digunakan untuk menilai tingkat
ketergantungan pasien serta perubahan status pasien sebagai
respon terhadap rehabilitasi atau intervensi medis setelah
stroke, cedera otak traumatis, cedera tulang belakang,
kanker dan lain-lain.
36

2.3. Konsep Daya Ingat Pada Lansia


2.3.1. Definisi Daya Ingat
Di dalam kepala manusia terdapat bagian yang sangat kompleks,
sensitif, dan berperan besar dalam kehidupan manusia, yaitu otak.
Otak manusia adalah organ paling kompleks di dunia.
Kompleksitasnya dapat digambarkan dengan jumlah sel saraf
(neuron) yang jumlahnya lebih dari 100 miliar. Belum lagi jika
neuron-neuron ini dihubungkan bersama, maka jumlah sambungan
sel otak manusia bisa mencapai sekitar 100 triliun (Haryanto,
2010).

Otak adalah organ yang dinamis, yang tumbuh dan membentuk


jaringan antar saraf. Stimulasi sangat penting untuk pembentukan
jaringan antar sel saraf otak karena semakin sering otak distimulasi
maka semakin kuat pula hubungan antar sel saraf (Rahmah, 2008).
Otak mengatur dan mengkoordinasikan sebagian besar gerakan,
perilaku, dan fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah,
atau keseimbangan cairan dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung
jawab atas fungsi, misalnya dalam pengenalan, emosi, ingatan,
pembelajaran motorik, dan semua bentuk pembelajaran lainnya
(Muhammad, 2013).

Ingatan merupakan proses mengambil kembali informasi spesifik


dari simpanan ingatan, sedangkan lupa merupakan ketidak
mampuan mengambil kembali informasi yang disimpan. Dalam
ingatan terdapat kemampuan manusia untuk menyimpan,
memelihara, dan memanggil kembali informasi dan pengalaman
(Paramitasari, 2011). Selain itu, menurut Weiten (2010), memori
adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi dari
waktu ke waktuHal tersebut akan melalui 3 proses yaitu :
37

a. Encoding adalah sebuah proses saat informasi masuk ke


dalam penyimpanan ingatan.
b. Storage adalah proses menempatkan informasi yang
dikodekan ke dalam penyimpanan mental yang relative
permanen.
c. Retrieving adalah proses mendapatkan atau mengingat
informasi yang telah ditempatkan ke dalam penyimpanan
jangka pendek atau jangka panjang.

Secara fisiologis, memori adalah hasil perubahan kemampuan


penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai
akibat dari aktivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian
menghasilkan jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi
untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural
otak (Sherwood, 2012). Menurut Guyton (2012), jaras-jaras ini
penting karena ketika jaras-jaras ini ada dan menetap, maka akan
diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan
yang ada.
Memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka
pendek, dan memori jangka panjang. Informasi-informasi baru
yang diterima indera akan berhenti singkat di register sensorik,
jalan masuk ke memori. Informasi ditahan pada register sensorik
hingga informasi dipilih antara yang perlu atau tidak, selanjutnya
informasi dikirim ke memori jangka pendek. Di dalam memori
jangka pendek, informasi diubah menjadi bentuk penyajian
contohnya dalam bentuk kata. Selanjutnya informasi dikirim ke
memori jangka panjang. Apabila tidak dilakukan pengulangan pada
informasi tersebut maka memori akan menghilang (Setia Asih,
2013).
38

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Daya


Ingat adalah proses mengambil kembali informasi spesifik dari
simpanan ingatan sebagai kemampuan manusia untuk menyimpan,
memelihara, dan memanggil kembali informasi dan
pengalamannya dari waktu ke waktu.

2.3.2. Klasifikasi Daya Ingat


Penelitian telah menunjukkan bahwa memori terbagi dalam
beberapa jenis, masing-masing memori memiliki mekanisme unik
dalam menyimpan informasi, walaupun terbagi-bagi dalam
beberapa jenis yaitu :
2.3.2.1. Ingatan Jangka Pendek (Short Memory)
Memori jangka pendek adalah jenis memori yang hanya
berisikan sebagian kecil informasi yang kita gunakan.
Short memory memiiki 7 kapasitas, dengan kata lain
seorang manusia dewasa mampu mengingat 5-9 kapasitas
memori selama kurang lebih 15 hingga 30 detik , kecuali
informasi tersebut diulang-ulang atau di proses lebih jauh,
akan bertahan lama. Short memory lebih terbatas
kapasitasnya daripada sensory memory, tetapi bisa
bertahan lebih lama.short-term memory terbatas jumlah
item yang dapat disimpan, yaitu kira-kira 7 item, dan dapat
meningkat (Harianti, 2008).
2.3.2.2. Ingatan jangka panjang
Memori ini tidak terbatas dan berdurasi selamanya, anda
tentu dapat membayangkan betapa hebatnya diri kita
apabila mampu menggunakan memori ini secara maksimal
(Harianti, 2008).
2.3.2.3. Ingatan kerja
Memori kerja (working memory). Memori ini dapat
menyimpan informasi mulai dari beberapa menit hingga
39

beberapa jam kemudian. Biasanya, memori kerja berfungsi


mengubah informasi, dan tetap menjejaki perubahan dan
memperbarui memori, pemanggilan informasi, serta
membuat perbandingan, dan membagi perhatian (Harianti,
2008).
2.3.2.4. Ingatan perantara
Memori perantara adalah informasi yang keluar dari
memori jangka pendek dan memori kerja, kemudian masuk
ketempat penampungan sementara (Harianti, 2008).
2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Ingat
Menurut beberapa pendapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi memori yaitu:
2.3.3.1. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan seseorang,
wanita diduga lebih banyak dan cenderung untuk menjadi
pelupa. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal,
stress yang menyebabkan ingatan berkurang, akhirnya
mudah lupa (Susanto dkk, 2009).

2.3.3.2. Usia
Terjadi perbedaan-perbedaan dalam rentang memori
karena perbedaan usia salah satunya disebabkan karena
anak-anak yang lebih tua lebih banyak mengulang
angkaangka daripada anak-anak yang lebih muda.
Kecepatan dan efisiensi pemprosesan informasi juga
berperan, terutama kecepatan dalam item-item ingatan
yang biasanya di identifikasi. Kecepatan pengulangan
merupakan peramal yang sangat akurat bagi rentang
memori. Bahkan bila kecepatan pengulangan dikendalikan,
40

rentang memori anak usia 6 tahun sama dengan rentang


memori orang dewasa muda (Desmita, 2005).
2.3.3.3. Nutrisi
Gangguan gizi pada anak dapat mempengaruhi
perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Anak yang
menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-
tanda apatis, kurang menunjukkan perhatian terhadap
sekitar dan lambat bereaksi terhadap suatu rangsangan.
Umumnya anak yang menderita gangguan gizi
membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar
dibandingkan anak normal (Widyawati, 2004).
2.3.3.4. Stres
Di otak, kortisol akan menghambat fungsi hipokampus
yang sangat berperan dalam pembentukan memori.
Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik yang
berperan penting dalam pemprosesan dan penguatan
memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang.
Stres yang berkepanjangan menyebabkan hilangnya
neuron pada hipokampus dan akhirnya mengakibatkan
kerusakan memori (Rossman, 2010).

2.3.4. Gangguan Fungsi Memori Pada daya Ingat Lansia


Terdapat tiga tahapan penurunan fungsi memori pada lansia, mulai
dari yang dianggap normal sampai patologik ini berupa gangguan
fungsi memori ringan sampai berat (demensia) yaitu :
2.3.4.1. Mudah lupa (forgetfullnes)
Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini
sering dialami oleh usia lanjut. Frekuensinya meningkat
sesuai bertambahnya usia. Lebih kurang 39% pada usia 50
- 60 tahun dan angka ini menjadi 85% pada usia diatas 80
tahun. Istilah yang sering digunakan dalam kelompok ini
41

adalah Benign Senescent Forgetfullnes (BSF) atau Age


Associated Memory Impairment (AAMI). Ciri – ciri
kognitifnya adalah proses berfikir lambat, kurang
menggunakan strategi memori yang tepat, kesulitan
memusatkan perhatian, mudah beralih pada hal yang baru,
memerlukan waktu yang lama untuk mempelajari sesuatu
yang baru, memerlukan lebih banyak petunjuk untuk
mengingat kembali.
Berikut merupakan kriteria mudah lupa, yaitu :
a. Mudah lupa nama benda atau nama orang.
b. Memori untuk memanggil kembali (recall)
terganggu.
c. Memori untuk mengingat kembali (retrival)
terganggu.
d. Lebih banyak memelukan petunjuk untuk
mengenal kembali.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk daripada
menyebut namanya.
2.3.4.2. Mild Conitive Impairment ( MCI )
Mild Cognitive Impairment merupakan gejala antara
gangguan memori dan demensia. Sebagian besar pasien
dengan MCI menyadari akan adanya defisit memori.
Keluhan pada umumnya berupa frustasi, lambat dalam
menemukan benda atau mengingat nama orang, atau
kurang mampu melaksanakan aktivitas sehari – hari
sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Penelitan
menunjukan bahwa lebih dari separuh (50 - 80%) orang
yang mengalami MCI akan menderita demensia dalam
waktu 5 – 7 tahun mendatang. Dari berbagai penelitan di
berbagai negara pravalensi MCI berkisar antara 6,5 – 30%
42

pada golongan usia 60 tahun. Berikut merupakan kriteria


MCI, yaitu :
a. Gangguan memori yang dikeluhkan oleh pasiennya
sendiri, keluarga atau dokter yang memeriksanya.
b. Aktivitas sehari –hari masih normal.
c. Gangguan pada salah satu wilayah kognitif, yang
dibuktikan dengan skor jatuh dibawah 1,5 - 2,0
sampai dari rata – rata kelompok usia yang sesuai
dengan pasien.
d. Tidak ada tanda demensia.
2.3.4.3. Demensia
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progesif yang menyebabkan deteriorasi kognitif
dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi
sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari – hari.
Berikut merupakan kriteria demensia, yaitu :
a. Kemunduran memori dengan ciri-ciri : kehilangan
orientasi waktu, kehilangan memori jangka panjang
dan pendek, kehilangan informasi yang diperoleh,
tidak dapat mengingat daftar lima item atau nomor
telpon.
b. Kemunduran pemahaman.
c. Kemunduran kemapuan bicara dan bahasa.
d. Kemunduran komunikasi sosial.
2.3.5. Upaya Dalam Penanganan Gangguan Fungsi Memori Pada Lansia
Upaya yang sudah dilakukan pada lansia yang mengalami
gangguan fungsi memori yaitu :
2.3.5.1. Meningkatkan fungsi memori pada lansia dengan terapi
aktivitas kelompok salah satunya dengan terapi
reminiscene, karena lansia akan menggunakan masa
43

lalunya untuk mempertahankan pendapat dan kritik (Eni,


E, 2018)
2.3.5.2. Dengan tehnik Brain Gym atau senam otak, hal ini selain
dapat memperlancar aliran darah serta dapat merangsang
kedua otak untuk bekerja (Hukmiyah, A, 2019).
2.3.5.3. Dengan memperbanyak aktivitas fisik dan aktivitas sehari-
hari, hal ini dapat menstimulus pertumbuhan saraf yang
kemungkinan dapat menghambat penurunan fungsi
memori pada lansia (Rekawati, E, 2016).

2.3.6. Alat Ukur Daya Ingat Pada Lansia


Short Portable Mental Status Quesetionnaire (SPMSQ) adalah
instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui daya ingat
(memori) serta kemampuan intelektal pada lansia. Pada
penyusunan instrumen penelitian (Nurusalam, 2020) cara
pengukurannya berupa 10 pertanyaan dengan keterangan skornya
yaitu mengingat dengan baik 0-2, gangguan mengingat ringan 3-4,
gangguan mengingat sedang 5-7, gangguan mengingat berat 8-10.

Tabel 2.5 Alat ukur daya ingat pada lansia Short Portable Mental
Status Quesetionnaire (SPMSQ)

No Pertanyaan Jawaban
.

1. Tanggal, bulan, dan tahun berapakah


sekarang?

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Dimana alamat anda

5. Berapa usia anda


44

6. Kapan anda lahir? (Tanggal,bulan,tahun)

7. Siapa nama presiden sekarang?

8. Siapa nama presiden sebelum beliau?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Tuliskan hitungan mundur setiap kelipatan 2


dimulai angka 20?

(Sumber : Nurussalam,2020)
Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Kemampuan mengingat baik
Kesalahan 3-4 : Gangguan mengingat ringan
Kesalahan 5-7 : Gangguan mengingat sedang
Kesalahan 8-10: Gangguan mengingat berat

2.2.6. Kerangka Teori


Secara skematis, kerangka teori dapat digambarkan sebagai
berikut:
Skema 1. Kerangka Teori

Daya Ingat
Lansia Pemenuhan ADL -Mengingat
-Mengenali

Faktor Internal Faktor Eksternal

A. Umur A. Lingkungan a. Faktor Individu


B. Kesehatan keluarga b. Faktor objek
fisikologi B. Lingkungan yang diingat
C. Fungsi tempat kerja c. Faktor
fisikologi C. Tempat kerja lingkungan
D. Stress D. Ritme biologi

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
45

2.4. Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian Hubungan kemampuan Activity Of Daily
Living (ADL) dengan Daya Ingat pada lansia di Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru. Variabel yang
menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain yaitu Pemenuhan
Activity Of Daily Living (ADL) dan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel lain yaitu Daya Ingat.

Activity Of Daily Living Daya Ingat


(ADL)

2.5. Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis yang akan diajukan adalah ada Hubungan Antara
Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) dengan Daya Ingat pada
Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Budi Sejahtera Banjarbaru
H0 : Tidak terdapat hubungan antara Kemampuan Activity Of Daily
Living (ADL) dengan Daya Ingat pada Lanjut Usia Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru
HA : Terdapat hubungan antara Kemampuan Activity Of Daily Living
(ADL) dengan Daya Ingat pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan
Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian ini digunakan sebagai
suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data dan juga digunakan untuk
mengidentifikasikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam,
2020).

Jenis desain penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah desain
penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Cross-sectional merupakan rancangan penelitian yang mengumpulkan data
pada satu titik waktu tertentu yang berarti fenomena yang sedang di teliti
diambil selama satu periode dalam pengumpulan data. Cross-sectional mampu
menggambarkan suatu fenomena dan hubungannya dengan fenomena lain
(Polit & Beck, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Antara Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada
Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi
Sejahtera Banjarbaru

3.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu fasilitas
untuk pengukuran dan atau memanipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2020).
3.2.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi hasil atau
sebagai variabel prediktor (Gray et al., 2017). Adapun variabel
independen pada penelitian ini adalah Activity Of Daily Living (ADL).

45
46

3.2.2 Variabel Dependen


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat adalah faktor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas (Gray et al., 2017). Variabel dependen
pada penelitian ini adalah daya ingat lansia.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah sebuah konsep yang menentukan operasi yang
harus dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi yang
dibutuhkan. Definisi operasional harus sesuai dengan definisi konseptual
(Polit & Beck, 2012). Definisi operasional (DO) variabel disusun dalam
bentuk matrik, yang berisi : nama variabel, deskripsi variabel (DO), alat ukur,
hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal, interval dan
rasio). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga
konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta
membatasi ruang lingkup variabel (Surahman et al., 2016).

Tabel 3.1 Definisi Operasinal

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala ukur Kategori


Operasional

Kemampuan Kemampuan 1. Mengontrol Observasi Ordinal 0-4:


Activity Of lansia BAB (Bladder) (Suryono, Ketergantunga
Daily Living melakukan 2. Mengontrol 2013) n total
BAK (Bowel)
(ADL) aktivitas sehari-
3. Membersihkan 5-8:
hari diri (Lap,
Ketergantunga
muka, sisir
rambut, sikat n berat
gigi)
4. Toileting 9-11:
5. Makan Ketergantunga
(Feeding) n sedang
6. Berpindah
tempat dari 12-19:
kursi ke tempat Ketergantunga
tidur
47

7. Mobilisasi atau n ringan


beralan
8. Berpakaian 20: Mandiri
(Dressing)
9. Naik turun
tangga
10. Mandi
Daya Ingat Daya ingat Short Portable Kuisioner Ordinal 0-2 :
sebuah Mental Status (Nurussala Kemampuan
pengalaman Quesetionnaire m,2020) mengingat
yang akan (SPMSQ) baik
datang dimana penilaian untuk
ingatan itu mengetahui fungsi 3-4 :
meliputi intelektual lansia Gangguan
mengingat, mengingat
mengenali, ringan
ataupun
5-7:
memanggil
kembali Gangguan
informasi dan mengingat
pengalamannya sedang
dari waktu ke
waktu 8-10:
Gangguan
mengingat
berat

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus-kasus dimana seorang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Populasi tidak
terbatas pada subjek manusia saja. Populasi dapat terdiri dari populasi
yang dapat diakses dan populasi sasaran. Populasi yang dapat diakses
yaitu sesuai dengan kriteria yang telah tetapkan dan dapat diakses untuk
penelitian sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang ingin
disamaratakan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012). subjek manusia saja.
Populasi dapat terdiri dari populasi yang dapat diakses dan populasi
sasaran. Populasi yang dapat diakses yaitu sesuai dengan kriteria yang
48

telah tetapkan dan dapat diakses untuk penelitian sedangkan populasi


sasaran adalah populasi yang ingin disamaratakan oleh peneliti (Polit &
Beck, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang berjumlah
110 orang di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Budi Sejahtera Banjarbaru.

3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2016). Agar memperoleh sampel yang representatif
dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Adapun rumus
yang digunakan untuk mengukur sampel adalah rumus Slovin dalam
buku Nursalam (2016).
3.4.2.1. Cara menentukan jumlah sampel
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel
digunakan rumus Slovin, yakni ukuran sampel yang
merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan
presentasi kelonggaran ketidaktelitian (Nursalam, 2017).
Rumus :
N
n= 2
1+ N ( e )

Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir
(α = 0,05)

Berdasarkan atas perhitungan tersebut, maka dalam penelitian


ini peneliti menggunakan sampel sebanyak:
49

N
n= 2
1+ N ( e )

110
n= 2
1+110 ( 0 , 05 )
110
n= 2
1+110 ( 0,0025 )
110
n=
1+0,2775
110
n=
1,2775
n=86

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 86 orang lanjut usia di


Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Budi Sejahtera Banjarbaru.
3.4.2.2. Cara memilih sampel
Penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenis Non-
Probabillity Sampling yaitu Purposive Sampling adalah suatu
teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang
ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili
karakteristik populasinya (Sudibyo S, 2021). Sampel pada
penelitian ini juga ditentukan dengan beberapa kriteria yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Lansia yang mampu berkomunikasi secara aktif
b. Lansia yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Lansia yang sakit
b. Lansia dengan disabilitas
c. Lansia yang memiliki gangguan jiwa
50

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat
Penelitian ini di laksanakan di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan. Peneliti memilih lokasi ini karena jumlah lansia dilokasi
tersebut memenuhi sampel dari penelitian.
3.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret – Desember
Tabel 3.2 Waktu penelitian
No. Kegiatan Tahun 2023

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1. Mengajukan topik/judul

2. Studi pendahuluan

3. Penyusunan proposal

4. Seminar proposal

5. Revisi proposal

6. Pelaksanaan penelitian

7. Penyusunan laporan

8. Seminar skripsi

9. Revisi skripsi

10. Pengumpulan naskah skripsi

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
agar berjalan dengan lancar (Polit & Beck, 2012). Instrumen yang digunakan
untuk penelitian variabel instrument variabel Activity Of Daily Living (ADL)
51

menggunakan Barthel Indeks. dan Instrumen variabel daya ingat


menggunakan Short Portable Mental Status Quesetionnaire (SPMSQ).
3.6.1. Instrumen data demografi
Pada instrumen data demografi responden terdiri dari nomor
responden, nama inisial, umur, jenis kelamin, agama, status
pernikahan, suku dan tingkat pendidikan.

3.6.2. Instrumen daya ingat


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah daya ingat
berupa kuesioner 10 pertanyaan dengan parameter Short Portable
Mental Status Quesetionnaire (SPMSQ) dengan skor kesalahan 0-2
mengingat baik, kesalahan 3-4 gangguan mengingat ringan,
kesalahan 5-7 gangguan mengingat sedang, kesalahan 8-10
gangguan mengingat berat.
3.6.3. Instrumen Activity Of Daily Living (ADL)
Instrumen kemandirian lansia dalam Activity Of Daily Living
(ADL) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner Barthel Indeks yang merupakan instrumen
ukur yang andal dan sahih untuk lanjut usia di Indonesia. Pada
kuesioner Barthel Indeks terdiri dari 10 pertanyaan, setiap item
pertanyaan pada kuesioner ini menggunakan rating scale dengan
nilai 0-3. Dalam instrumen ini menggunakan skor maksimal
kuesioner Barthel Index adalah 20 dan skor minimal 0.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah proses mengumpulkan pendekatan dan karakteristik
dari subjek yang diperlukan untuk penelitian (Nurussalam 2016). Jenis
pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
primer yakni memperoleh data secara langsung dari responden melalui
kuesioner dan juga data sekunder yakni data yang diperoleh peneliti dari UPT
Pelayanan Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi
52

Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Alur pengumpulan data


yang dilakukan sebagai berikut :
3.7.1. Meminta surat izin dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan tentang rekomendasi
melakukan studi pendahuluan di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan
3.7.2. Setelah mendapat persetujuan dari UPT Pelayanan Panti Perlindungan
Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan, peneliti memulai studi pendahuluan dengan
mencari responden yang sesuai dengan kriteria sampel di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
3.7.3. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan, jika bersedia menjadi responden maka peneliti memberikan
lembar informed consent dan meminta responden untuk membaca
dengan seksama, jika responden mempunyai keterbatasan pengelihatan
peneliti akan membantu untuk membacakan.
3.7.4. Apabila responden setuju dengan prosedur yang tercantum pada
informed consent, peneliti meminta responden untuk mengisi dan
menandatangani lembar informed consent tersebut.
3.7.5. Saat pengisian kuesioner peneliti membacakan pertanyaan dan
memberikan waktu kepada responden untuk berpikir sebelum
menjawab, peneliti harus mendampingi responden dalam mengisi
jawaban sesuai pertanyaan pada lembar kuesioner
3.7.6. Peneliti akan memastikan bahwa semua pertanyaan dijawab oleh
responden. Setelah selesai, peneliti mengumpulkan kembali lembar
jawaban responden dan mengucapkan terima kasih atas kesediannya
menjadi responden.

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


53

3.8.1. Teknik Pengolahan data


Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang tepat dan
sistematis yang relevan dengan tujuan penelitian yang spesifik,
pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis sebuah penelitian (Gray et al.,
2017).

Setelah semua data terkumpul, peneliti akan memeriksa apakah semua


daftar pertanyaan telah diisi. Kemudian peneliti melakukan :
3.8.1.1. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban
responden menjadi dalam bentuk kuesioner yang telah
diperoleh dengan tujuan agar data yang dimaksud dapat diolah
secara teratur.
3.8.1.2. Coding
Mengubah jawaban responden yang telah diperoleh menjadi
bentuk angka yang berhubungan dengan variabel penelitian
dalam bentuk kode-kode yang dibuat sendiri oleh peneliti.

Tabel. 3.3 Kode kategori karakteristik responden

Karakteristik/Variabel Klasifikasi Kode

Umur 45-59 Tahun 1

60-69 Tahun 2

>70 Tahun 3

Jenis Kelamin Laki-laki 1

Perempuan 2

Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 1

SD 2

SMP 3
54

SMA 4

Perguruan Tinggi 5

Riwayat Penyakit kronis Ada 1

Tidak ada 2

Lama Tinggal ≤5 Tahun 1

5-10 Tahun 2

≥10 Tahun 3

3.8.1.3. Scoring
Menghitung skor yang telah diperoleh dari setiap responden
berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti.
3.8.1.4. Tabulating
Memasukkan hasil perhitungan kedalam bentuk tabel dan
melihat persentase dari jawaban pengelolaan data dengan
menggunkan komputerisasi.
Setelah data terkumpul dilakukan analisis untuk mendapatkan
gambaran data distribusi masing-masing variabel. Data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif dalam bentuk narasi,
presentase, dan tabel distribusi frekuensi dari variabel-variabel
penelitian.

3.8.2. Analisa Data


3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan tiap variabel
dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoatmojo, 2018). Menurut Arikunto dalam
Mulyani (2013) menyatakan bahwa untuk menganalisis data dari
55

subvariabel adalah dengan cara menjumlahkan jawaban sejumlah


responden berdasarkan kriteria kualitatif diatas dibandingkan
dengan jumlah seluruh responden dikalikan 100% dan di
interpretasikan kedalam bentuk :
a. 100% : Seluruhnya
b. 76-99% : Hampir Seluruhnya
c. 51-75% : Sebagian besar
d. 50% : Setengahnya
e. 26-49% : Hampir setengahnya
f. 1-25% : Sebagian kecil
g. 0% : Tidak satupun
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel
bebas dan terikat. Uji statistik yang digunakan penelitian ini adalah
uji Spearman Rho dengan nilai kemaknaan α = 0,05.
a. Jika nilai ρ <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (H0) ditolak yang
berarti ada hubungan kemampuan Activity Of Daily Living
ADL) dengan daya ingat.
b. Jika nilai ρ >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
alternatif (Ha) ditolak dan Hipotesis nol (H0) diterima yang
berarti tidak ada hubungan antara kemampuan Activity Of
Daily Living ADL) dengan daya ingat.
3.9 Etika Penelitian
Komite Etik Penelitian Fakultas Keperawwatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin telah memberikan persetujuan
sebelum penelitian ini dimulai. Persetujuan etik penelitian ini dengan No.
583/UMB/KE/IX/2023. Prinsip-prinsip etik yang digunakan dalam penelitian
ini lebih merujuk pada Pedoman Nasional Etik Penelitian (PNEPK) Kemenkes
RI (2022), antara lain :
3.9.1 Respect of person
56

Pada penelitian ini peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek


penelitian dengan memberikan informasi mengenai tujuan peneliti
melakukan penelitian. Peneliti meminta kesediaannya untuk menjadi
responden penelitian ini. Apabila calon responden tidak bersedia,
peneliti harus tetap menghormati keputusan calon responden. Sebagai
ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian,
peneliti memberikan formulir persetujuan subjek penelitian (Informed
consent) yang mencakup :
3.9.1.1 Autonomy (Otonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu memutuskan sendiri. Prinsip
otonomi merupakan berntuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan penjelasan secara
rinci mengenai kontrak waktu, tujuan, manfaat, prosedur
penelitian yang dilakukan, serta menjamin kerahasiaan data
dari responden. Penelitian dilakukan dengan persetujuan
responden, responden berpartisipasi secara sukarela tanpa ada
paksaan dan apabila responden menginginkan pengunduran
diri selama penelitian maka tidak mendapat sanksi apapun.

3.9.1.2 Informed Consent


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan 1 lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Isi informed consent yang diberikan kepada responden berupa
pengenalan diri siapa peneliti, dampak atau akibat yang
mungkin terjadi saat penelitian. Jika responden bersedia, maka
57

peneliti akan menghormati hak santri dengan tidak memaksa


santri menjadi responden.

Penelitian ini mendapatkan persetujuan dari responden secara


sukarela tanpa ada paksaan dan responden menandatangani di
lembar informed consent (persetujuan menjadi partisipan).

3.9.1.3 Anonymity (Tanpa nama)


Peneliti juga memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data pada hasil penelitian yang
disajikan. Peneliti tidak menyarankan responden untuk
memberikan nama pada lembar kuesioner.

Peneliti menjaga kerahasiaan selama penelitian yaitu dengan


cara menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data (kuesioner). Lembar tersebut hanya diberi kode nomor
dan inisial tertentu. Peserta diberi jaminan kerahasiaan datanya
dan namanya tidak akan dipublikasikan dalam penjelasan
penelitian

3.9.1.4 Confidentiality
Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa peneliti akan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
58

Peneliti menjelaskan ketika selesai penelitian data disimpan


dengan sebaik mungkin yaitu disimpan dalam lemari pribadi
peneliti kemudian dikunci dan kunci tersebut hanya peneliti
yang memegangnya sehingga dapat dipastikan tidak ada
seorangpun dapat mengakses data.

Selain itu data-data pribadi dalam penelitian ini tidak


dipublikasikan untuk umum, contoh pada naskah publikasi
nantinya tidak memuat secara detail mengenai data-data
pribadi responden.
3.9.2 Beneficence non-maleficence
Responden dilindungi dari penderitaan, paksaan, dan eksplotasi serta
peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk
meminimalkan bahaya (non-maleficience) atau kerugian dari suatu
penelitian, serta memaksimalkan manfaat (beneficience) dari penelitian
yang dilakukan. Prinsip nya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dan untuk tidak mencelakakannya.

Menyangkut kewajiban membantu orang lain dengan mengupayakan


manfaat maksimal dengan meminimalisir kerugian yang mungkin
timbul, dengan syarat :

3.9.2.1. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) disbanding manfaat


yang diharapkan.
3.9.2.2. Desain penelitian harus mematuhi persyaratan ilmiah
(scientific sound).
3.9.2.3. Peneliti mampu melaksanakan penelitian sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian.
3.9.2.4. Diikuti prinsip Do no harm (tidak merugikan/menyakiti)
subjek penelitian. Dengan demikian diperlukan upaya
perlindungan dari tindakan penyalahgunaan dengan
59

menyelaraskan beneficence dan non-maleficence (keuntungan


selaras dengan risiko yang timbul).
3.9.3 Prinsip Keadilan (Right to Justice)
Memberikan individu hak yang sama dan adil untuk dipilih atau terlibat
dalam penelitian tanpa diskriminasi SARA (suku, agama, ras, dan
antargolongan) dan diberikan penanganan yang sama dengan
menghormati seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk
memberikan penanganan terhadap masalah yang muncul selama
partisipasi dalam penelitian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.10 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Sejarah
Panti ini berdiri tahun 1977 dengan nama Sasana Tresna Werdha “Rawa
Sejahtera” berlokasi di Jl. A. Yani Km. 18.700 Kel. Landasan Ulin
Barat dengan daya tampung 50 orang, mengingat kondisi bangunan
kurang memenuhi syarat, maka sejak Tahun 1981 dipindahkan ke
lokasi yang baru yaitu Jl. A. Yani Km. 21.700 Landasan Ulin Tengah
Banjarbaru dengan nama Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia “Budi Sejahtera”
4.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan
a. Visi
Terwujudnya pelayanan bagi “Lansia” agar tentram lahir dan
bathin.
b. Misi
1) Memantapkan peran dan fungsi Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia.
3) Meningkatkan jangkauan pelayanan
4) Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan
c. Motto
Dengan kasih sayang dan profesionalisme kami melayani para
lansia
d. Tujuan
Tercipta dan terbinanya kondisi social masyarakat yang dinamis
yang memungkinkan terselenaggaranya Usaha Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia terlantar, sehingga mereka dapat menikmati
hari tuanya dengan tentram.

60
61

3.11 Karakteristik Responden


4.2.1 Karakteristik responden berdasarkan usia
Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan
usia yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia
No. Usia (tahun) Frekuensi (f) Presentase (%)

1. 45-59 Tahun 4 4,6 %

2 60-69 Tahun 27 31,0 %

3 >70 Tahun 56 64,4 %

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel Karakteristik responden berdasarkan usia di atas


Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia Budi Sejahtera Banjarbaru menunjukkan sebagian besar pada usia
>70 tahun yaitu 56 responden (64,4%).

4.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Laki-laki 40 46,0 %

2. Perempuan 47 54,0%

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di


atas Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial
62

Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru menunjukkan sebagian besar


berjenis kelamin perempuan tahun yaitu 47 responden (54,0%).

4.2.2 Karakteristik responden berdasarkan usia tingkat pendidikan


Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan usia tingkat pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Tidak Sekolah 21 24,1 %

2. SD 50 57,5%

3. SMP 9 10,3 %

4. SMA 6 6,9 %

5. Perguruan Tinggi 1 1,1 %

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel Karakteristik responden berdasarkan tingkat


pendidikan di atas Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru
menunjukkan sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan terakhir di
sekolah dasar yaitu 50 responden (57,5%).

4.2.3 Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit kronis


Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan
riwayat penyakit kronis yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit kronis
No. Penyakit kronis Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Ada 49 56,3 %

2. Tidak ada 38 43,7%


63

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel Karakteristik responden berdasarkan riwayat


penyakit kronis di atas Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru
menunjukkan sebagian besar memiliki penyakit kronis yaitu 49
responden (56,3%).

4.2.4 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal


Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan
lama tinggal yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal
No. Lama tinggal Frekuensi (f) Presentase (%)

1. ≤5 Tahun 42 48,3 %

2. 5-10 Tahun 33 37,9%

3. ≥10 Tahun 12 13,8%

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di


atas menunjukkan hampir setengahnya sudah ≤5 Tahun tinggal Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru yaitu 42 responden (48,3%).

3.12 Analisa Univariat


Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel Kemampuan
Activity of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada Lanjut Usia.
Penyajian analisis univariat disajikan berdasarkan kategori, distribusi
64

frekuensi presentase. Hasil analisa univariat secara terperinci disajikan dalam


beberapa penjelasan
4.3.1 Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru.
Dari hasil penelitian diperoleh Distribusi frekuensi Kemampuan
Activity of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Kemampuan Activity of Daily Living
(ADL) Pada Lanjut Usia

No. Kemampuan Activity of Frekuensi (f) Presentase (%)


Daily Living (ADL

1. Total 8 9,2 %

2. Berat 7 8,0 %

3. Sedang 9 10,3 %

4. Ringan 37 42,5 %

5. Mandiri 26 29,9 %

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)


Berdasarkan tabel di atas Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)
Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia Budi Sejahtera Banjarbaru menunjukkan hampir setengahnya
memiliki angka ketergantungan ringan yaitu 37 responden (42,5%).

4.3.1 Daya Ingat Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru.
Dari hasil penelitian diperoleh Distribusi frekuensi Daya Ingat Pada
Lanjut Usia sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi Daya Ingat Pada Lanjut Usia
65

No. Daya Ingat Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Baik 23 26,4 %

2. Ringan 26 29,9 %

3. Sedang 27 31,0 %

4. Berat 11 12,6 %

Total 87 100,0 %

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel di atas Gangguan mengingat Pada Lanjut Usia Di


Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru menunjukkan hampir setengahnya memiliki gangguan
mengingat sedang yaitu 27 responden (31,0%).
3.13 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan
Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada Lanjut
Usia Di Panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi
Sejahtera Banjarbaru. Uji statistik yang digunakan penelitian ini yaitu dengan
metode korelasi Spearman Rho dengan nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil uji
hipotesis dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Hubungan Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)


Dengan Daya Ingat
Daya Ingat

ADL Baik Ringan Sedang Berat Total

F % F % F % F % F %

Mandiri 10 11,5 8 9,2 7 8,0 1 1,1 26 30,0

Ringan 13 15,0 13 15,0 11 12,6 0 0 37 42,5

Sedang 0 0 5 5,7 4 4,6 0 0 9 10,3

Berat 0 0 0 0 4 4,6 3 3,4 7 8,0


66

Total 0 0 0 0 1 1,1 7 8,0 8 9,2

Total 23 26,5 26 30,0 27 31,0 11 12,6 87 100

Uji Spearman Rho ρ value = 0,000 < α = 0,05 dengan nilai koefisien korelasi -0,457

(Sumber : data primer, 2023)

Berdasarkan tabel diatas hasil responden yang memiliki Activity of Daily


Living (ADL) yang menunjukkan angka ketergantungan ringan dengan
memiliki daya ingat yang baik sebagian kecil yaitu 13 responden (15,0%) dan
ditemukan juga pada responden yang memiliki Activity of Daily Living (ADL)
dengan angka ketergantungan ringan dengan memiliki gangguan mengingat
ringan menunjukkan sebagian kecil yaitu 13 responden (15,0%).

Hasil penelitian menunjukkan ρ value = 0,000 < α = 0,05, ada hubungan yang
signifikan antara Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) Dengan Daya
Ingat. Nilai Koefisien korelasi -0,457 menujukkan arah hubungan kedua
variabel negatif yang artinya hubungan berlawanan arah, semakin tinggi skor
kemampuan Activity of Daily Living (ADL) maka semakin rendah skor daya
ingat.

3.14 Pembahasan
4.5.1. Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata berada pada
ketergantungan ringan dengan skor 15.14. Dengan kategori tertinggi
menunjukkan hampir setengahnya memiliki angka ketergantungan
ringan yaitu 37 responden (42,5%). Berdasarkan hasil penelitian dengan
alat ukur Activity of Daily Living (ADL) yaitu Indeks Barthel diperoleh
ketergantungan yang paling banyak terjadi pada lansia adalah
melakukan naik turun tangga (59%), mengontrol BAB (55%), dan
mobilisasi atau berjalan (46%).
67

Penyebab lansia memiliki ketergantungan adalah rendahnya rasa


keberdayaan mandiri pada diri lansia yang dapat menurunkan kemauan
lansia dalam melakukan aktivitas, sehingga lansia seringkali merasa
takut untuk mencoba hal baru atau takut akan tidak berhasil, sedangkan
Ekasari et al., 2018 menyebutkan perubahan kehidupan sosial lansia
tidak mencukupi, semangat hidup menurun, menyebabkan Activity of
Daily Living (ADL) mereka akan berubah dan mungkin tidak memiliki
semangat menjalani kehidupannya. Perubahan lingkungan dengan
kurang rekreasi, transportasi yang memadai, juga dapat berpengaruh
kepada Activity Daily Living (ADL) lansia itu sendiri.

Menurut Danguwole (2017) Activity of Daily Living (ADL) adalah


kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. Activity of Daily Living
(ADL) merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. Activity
of Daily Living (ADL) meliputi antara lain : ketoilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Activity of Daily Living
(ADL) adalah aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap
hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari
(Danguwole, 2017 dalam Suci dan Jepisa, 2020). Ketergantungan lanjut
usia disebabkan oleh kurang imobilitas fisik masalah itu yang sering di
jumpai pada lansia akibatnya berbagai masalah fisik, psikologis, dan
lingkungan yang di alami oleh lansia. Imobilisasi dapat menyebabkan
komplikasi hampir pada semua sistem organ. Kondisi kesehatan mental
lansia menunjukkan bahwa pada umumnya lansia tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari (Suci dan Jepisa, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan Activity of Daily Living


(ADL) akan dipengaruhi banyak hal. Baik dari segi usia maupun
kondisi kesehatan dari lansia itu sendiri. Berdasarkan usia reponden di
PPRSLU Budi Sejahtera hasil penelitian ini menunjukkan sebagian
68

besar berada pada usia >70 tahun (64.4%). Menurut Nadiah et al (2020)
Bertambahnya umur seseorang menyebabkan terjadinya penurunan
fungsi fisiologis sehingga pada lanjut usia rentan terkena penyakit.
Keluhan-keluhan kesehatan yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh
penyakit kronis. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Andriayani,
Sudirman dan Yuniarsih (2020) semakin bertambah tingkat usia
seseorang akan berdampak pada kemampuan individu dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari sehingga dibutuhkan
bantuan dari orang lain baik secara parsial maupun total sesuai dengan
tingkat ketergantungan dari lansia. Hal ini dikarenakan umur
mempengaruhi kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari pada lansia. Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal
yang paling vital bagi kesehatan lansia.

Menurut Purba et al (2022) bahwasanya umur adalah salah satu faktor


yang dapat mempengaruhi kemandirian pada lansia. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi usia seseorang akan lebih beresiko
mengalami masalah kesehatan karena lansia akan mengalami perubahan
akibat proses menua baik dari segi fisik, mental, ekonomi, psikososial,
kognitif dan spiritual. Usia memang menjadi salah satu faktor yang
dapat menyebabkan kemunduran kemandirian kemampuan ADL pada
lansia. Namun, tergantung dari kemamuan dan kemampuan setiap
masing-masing individu.

Kesimpulannya kategori tertinggi menunjukkan hampir setengahnya


memiliki angka ketergantungan ringan. Peneliti berasumsi bahwa
kemampuan Activity of Daily Living (ADL) pada lansia dipengaruhi
oleh usia dan riwayat penyakit kronis. Berdasarkan observasi yang
sudah dilakukan banyak lansia yang tinggal di panti melakukan
aktivitas secara mandiri, seperti mandi, makan, berjalan, toileting dan
lain-lain. Hal ini yang disebabkan salah satunya adalah ketidakinginan
69

lansia merepotkan atau meminta bantuan pada pengasuh. Dengan Self


efficacy (keberdayagunaan mandiri) menjadi suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan
aktivitas. Hal ini berhubungan dengan ketidaktergantungan terhadap
Activity of Daily Living (ADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini
seseorang lansia mampu melakukan aktivitas sehari-harinya.

4.5.2. Daya Ingat pada Lansia


Berdasarkan hasil penelitian menunjukan rata-rata mengalami gangguan
mengingat ringan dengan skor 4.43. Dengan kategori tertinggi
menunjukkan hampir setengahnya memiliki gangguan mengingat
sedang yaitu 27 responden (31,0%). Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan alat ukur daya ingat lansia Short Portable Mental Status
Quesetionnaire (SPMSQ) diperoleh gangguan mengingat paling banyak
yaitu pada mengingat tanggal, bulan dan tahun sekarang (88,5%),
gangguan mengingat kapan lansia tersebut lahir (70%), dan gangguan
mengingat presiden sebelum yang sekarang (51%).

Dilihat dari gangguan mengingat pada lansia paling banyak tidak


mampu mengingat tanggal, bulan dan tahun sekarang, gangguan
mengingat kapan lansia tersebut lahir, dan gangguan mengingat
presiden sebelum yang sekarang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah akan kurang
memperhatikan mengenai hal tersebut. Sehingga menyebabkan
kemampuan daya ingat tidak terasah. Lansia yang berpendidikan tinggi
daya ingatnya lebih baik dibandingkan lansia yang berpendidikan
rendah hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya lansia yang
berpendidikan tinggi otaknya terbiasa dilatih dengan pemikiran yang
berat dimana baik itu di dunia kerja ataupun saat dia mengenyam
pendidikan dan lain sebagainya, ibarat pisau semakin pisau tersebut
diasah maka semakin tajam pula, berbeda dengan pisau yang tidak
70

diasah. Begitupun dengan lansia yang tak pernah membiasakan otaknya


untuk berfikir secara kritis. Lansia tersebut mungkin dapat mengingat
tetapi dalam tempo waktu yang tidak selama daya ingat lansia yang
berpendidikan tinggi. Oleh karena itu Pendidikan sangat berhubungan
dengan kejadian gangguan daya ingat pada lansia.

Ingatan merupakan proses mengambil kembali informasi spesifik dari


simpanan ingatan, sedangkan lupa merupakan ketidak mampuan
mengambil kembali informasi yang disimpan. Dalam ingatan terdapat
kemampuan manusia untuk menyimpan, memelihara, dan memanggil
kembali informasi dan pengalaman (Paramitasari, 2011). Faktor jenis
kelamin mempengaruhi ingatan seseorang, wanita diduga lebih banyak
dan cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini disebabkan karena
pengaruh hormonal, stress yang menyebabkan ingatan berkurang,
akhirnya mudah lupa (Susanto dkk, 2009).

Menurut Ariestya, Lestari, dan Irianto (2022) jenis kelamin dan usia
dapat mempengaruhi kejadian gangguan daya ingat. Perempuan
umumnya memiliki aktivitas fisik yang lebih sedikit dibandingkan
dengan laki-laki. Semakin bertambahanya usia dapat mempengaruhi
otot dan kebugaran fisik. Hal ini menyebabkan aktivitas fisik berkurang
dan justru memperparah gangguan mengingat. Hal ini sejalan dengan
menurut Nazirah et al., (2021) Perempuan lebih beresiko mengalami
penurunan daya ingat. Hal ini mungkin disebabkan karena usia harapan
hidup perempuan lebih lama di bandingkan laki-laki. Semakin tinggi
usia harapan hidup perempuan maka semakin lama kesempatan lansia
perempuan untuk hidup, sehingga semakin besar kemungkinan
mengalami gangguan daya ingat. Hal ini berdasarkan pada hasil
penelitian di panti yang menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
lebih banyak mengalami gangguan daya ingat yaitu sebanyak 47 orang
(54%).
71

Kesimpulannya kategori tertinggi menunjukkan hampir setengahnya


memiliki gangguan mengingat sedang. Peneliti berasumsi bahwa daya
ingat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan.

4.5.3. Hubungan Antara Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)dengan


Daya Ingat pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara kemampuan
Activity of Daily Living (ADL) dengan daya ingat pada lansia di
PPRSLU Budi Sejahtera Banjarbaru. Dengan hasil penelitian
menunjukkan ρ value = 0,000 < α = 0,05, ada hubungan yang signifikan
antara Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) Dengan Daya Ingat.
Nilai Koefisien korelasi -0,457 menujukkan arah hubungan kedua
variabel negatif yang artinya hubungan berlawanan arah, yang artinya
semakin tinggi skor kemampuan Activity of Daily Living (ADL) maka
semakin rendah skor daya ingat.

Hal ini menunjukan seeorang dengan kemampuan Activity of Daily


Living (ADL) yang baik maka daya ingat yang dimiliki juga baik.
Sejalan dengan penelitian Taylor et al., (2019) bahwa terdapat
hubungan antara kemampuan ADL dengan demansia. Menurut Taylor
et al., (2019) pada lansia yang mengalami ketidakmampuan melakukan
Activity Of Daily Living (ADL) terdapat penurunan kognitif. Karena
kurangnya melakukan aktifitas fisik akibat dari ketidakmampuan
melakukan Activity Of Daily Living (ADL). Hal ini didukung dengan
pendapat Ariestya, Lestari, dan Irianto (2022) bahwa kurangnya
melakukan aktivitas fisik dapat memperparah penurunan daya ingat.

Lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya


untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apalagi proses
72

penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbulah


berbagai permasalahan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental,
perubahan psikososial, perubahan kognitif dan spiritual. Lansia akan
mengalami penurunan fungsi pada organ tubuhnya akibat dari
regenerasi sel yang mulai menurun, sehingga sangat mudah terserang
penyakit yang akhirnya mengalami penurunan kemampuan beradaptasi,
dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

Permasalahan antara Activity of Daily Living (ADL) dengan daya ingat


yaitu penurunan kemampuan Activity of Daily Living (ADL) dapat
mengakibatkan lansia susah mengingat dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian, mobilitas, dan
lain-lain. Penurunan pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) dari
gejala tersebut juga menyebabkan gangguan fungsi kemandirian dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.

Hal ini didukung menurut Istibsaroh (2021) pola aktifitas berpengaruh


terhadap kemampuan daya ingat pada setiap orang. Lansia perlu
berusaha tetap aktif dan sehat agar terhindar dari penurunan daya
ingat seperti jalan kaki setiap pagi ±10-15 menit, latihan kebugaran
secara teratur, menghindari stress karena tubuh akan mengeluarkan
hormon kortisol yang dapat merusak memori di otak sehingga
fungsi kognitif terganggu.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat


hubungan antara kemampuan Activity of Daily Living (ADL) dengan
daya ingat pada lansia di PPRSLU Budi Sejahtera Banjarbaru. Peneliti
73

berasumsi bahwa kejadian penurunan daya ingat dapat terjadi jika


seseorang kurang melakukan kegiatan sehari-hari.

3.15 Keterbatasan penelitian


Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini,
ada keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor agar dapat
lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam
menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini sendiri tentu memiliki
kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. Berikut
keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam proses pengambilan data,
informasi yang diberikan responden melalui kuisioner terkadang tidak
menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya, hal ini terjadi karena
adanya perbedaan pemikiran, anggapan, dan pemahaman yang berbeda tiap
responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam pengisian pendapat
responden dalam kuisionernya.

3.16 Implikasi
Hasil penelitian ini yang bisa diimplikasikan dalam keperawatan yaitu :
1. Memberikan informasi kepada pengurus panti untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dalam kemampuan Activity of Daily Living
(ADL) secara mandiri pada lanjut usia.
2. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional yang mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistic terutama dalam memenuhi kemampuan
Activity of Daily Living (ADL).
3. Melatih lansia untuk mandiri dengan memberikan makanan yang
bergizi untuk proses meningkatkan daya ingat pada lanjut usia.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1 Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru menunjukkan hampir setengahnya memiliki angka
ketergantungan ringan yaitu 37 responden (42,5%).
5.1.2 Gangguan mengingat Pada Lanjut Usia Di Panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru
menunjukkan hampir setengahnya memiliki gangguan mengingat
sedang yaitu 27 responden (31,0%).
5.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara Kemampuan Activity Of Daily
Living (ADL) Dengan Daya Ingat Pada Lanjut Usia Di Panti
Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera
Banjarbaru.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, maka peneliti dapat memberikan
saran kepada pihak-pihak sebagai berikut :
5.2.1 Bagi panti Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi
Sejahtera Banjarbaru
Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk sumber informasi
pengelola panti untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tentang
Activity Of Daily Living (ADL) seperti melakukan kegiatan secara
mandiri serta mengajarkan Activity Of Daily Living (ADL) yang tidak
mampu dilakukan pada lanjut usia di panti Perlindungan Dan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Budi Sejahtera Banjarbaru. Sedangkan
untuk Daya ingat pengelola panti bisa melaksanakan senam otak pada
lanjut usia dengan melakukan suatu gerakan sederhana seperti gerakan

74
75

meregangkan otot yang didesain untuk mengoptimalkan dan


meningkatkan daya ingat lansia.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini menjadi masukan untuk institusi pendidikan
keperawwatan sebagai referensi untuk mata kuliah gerontik dan profesi
keperawatan mengenai hubungan kemampuan Activity Of Daily Living
(ADL) dengan daya ingat pada lanjut usia.
5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Disarankan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan bagi
peneliti lain yang ingin meneliti tentang metode dan variabel berbeda
seperti hubungan kemampuan Activity Of Daily Living (ADL) terhadap
tingkat stress pada lanjut usia.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan senam otak


untuk peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Ners
Muda, 1(2), 139.

Andriyani, W. (2020). Literature review: Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kemandirian lansia dalam melakukan activity daily living. Nursing
Sciences Journal, 4(2), 65-80.

Ariestya, T. P., Lestari, A., & Irianto, G. (2022). HUBUNGAN AKTIVITAS


FISIK DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI PANTI
SOSIAL YAYASAN SRIKANDI BANDAR SURABAYA LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2021. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 8(2),
155-164.

Asih, S. Praptik. (2013). Pengaruh Terapi Humor terhadap Memori Jangka


Pendek Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan, Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto
76

Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik penduduk lanjut usia 2019. termuat
dalam : https://www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik penduduk lanjut usia 2021. termuat
dalam : https://www.bps.go.id

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas


Hidup Lansia. WINEKA MEDIA. http://www.winekamedia.com

Eni, E., & Safitri, A. (2018). Gangguan Kognitif terhadap Resiko Terjadinya
Jatuh Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8(01), 363-
371

Gray, J. R., Grove, S. K., & Sutherland, S. (2017). Burns And Grove’s The
Practice Of Nursing Research: Appraisal, Synthesis, And Generation of
Evidence. Elsevier, 8, 1–1192.

Guyton, A. C. (2012). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Ed. 3.


Ardianto (penterjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hardywinoto,S. (2005). Gerontology Tinjauan dari Berbagai Aspek. Cetakan


kedua. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Umum.

Harianti, D. (2008). Metode Jitu Meningkatkan Daya Ingat (Memory Power).


Jakarta: Tangga Pustaka

Haryanto, N. (2010). Ada apa dengan otak tengah. Gradien Mediatama.

Hermansyah, H., Lina, R. K., & Aminoto, T. (2015). Pengaruh Breathing


Exercise terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Werdha Ria
Pembangunan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2(2), 57-64.

Hukmiyah, A. N., Bachtiar, F., & Leksonowati, S. S. (2019). Pemberian


Brain Gym Exercise Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lanjut
Usia. Jurnal Vokasi Indonesia, 7(2), 2.

Istibsaroh, F. (2021). Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan Tidur dengan


Penurunan Daya Ingat pada Lansia. Indonesian Health Science
Journal, 1(1), 7-14.

Idris, D. N. T., & Purboningtyas, E. N. (2016). Activity of Daily Living


Penderita Kusta Berdasarkan Tingkat Cacat dengan Indeks
77

Barthel. JURNAL STIKES RS Baptis Kediri, 9(1).

Purboningtyas, E. N. (2016). Activity of Daily Living Penderita Kusta


Berdasarkan Tingkat Cacat dengan Indeks Barthel. JURNAL STIKES RS
Baptis Kediri, 9(1).

Kemenkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data Dan


Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–2. Termuat dalam:
http://www.depkes.go.id

Kemenkes RI. (2018). Populasi lansia diperkirakan meningkat hingga tahun


2025. Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes. (2022). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Nasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–158.
http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-
sehatdengan-pendekatan-keluarga.html

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik SDM Kesehatan.

Kushariyadi, K. (2017). Back Massage Modality Therapy for Elderly


Memory Care (Language) in Jember Long-term Care Facility. NurseLine
Journal, 2(1), 36-43.

Martono, H., & Pranaka, K. (2015). Buku Ajar Boedhy-Darmojo, Geriatri


(Ilmu Kesehatan Lanjut Usia)(B. Darmojo & H. Martono. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Muhammad, A. (2013). Tutorial Senam Otak Untuk Umum. Yogyakarta:


Flash Books

Nazirah, A., & Adriani, L. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Demensia Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kota
Lhokseumawe. Darussalam Indonesian Journal fo Nursing and
Midwifery, 4(1), 21-30.

Noor, C. A., & Merijanti, L. T. (2020). Hubungan antara aktivitas fisik


dengan fungsi kognitif pada lansia. Jurnal Biomedika dan
Kesehatan, 3(1), 8-14.

Notoatmojo. (2018). Motodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.


78

Nugroho, W. (2018). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik (M. Ester (ed.)).


Buku Kedokteran EGC.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Salemba Medika.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis Edisi 3. Salemba Medika.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research Principles And Methods
(L. W. & Wikins (ed.); Seventh). Cina.

Purba, E. P., Veronika, A., Ambarita, B., & Sinaga, D. (2022). Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) di
Panti Pemenang Jiwa. Healthcaring: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(1), 27-35.

Ritonga, N. L. (2018). Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan ADL


(Activity of Daily Living) dengan Metode Katz di Posyandu Lansia
Kelurahan Tegal Sari III Medan Area (Doctoral dissertation, Universitas
Sumatera Utara).

Riskesdas. (2018). Situasi dan Analisis Lanjut Usia (pp. 1-8). pp. 1-8

Sauliyusta, M., & Rekawati, E. (2016). Aktivitas fisik memengaruhi fungsi


kognitif lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2), 71-77.

Shafi’i, J., Sukiandra, R., & Mukhyarjon, M. (2016). Correlation of Stress


Hyperglycemia with Barthel Index in Acute Non-hemorrhagic Stroke
Patients at Neurology Ward of RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (Doctoral
dissertation, Riau University).

Sherwood,L. (2012). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Pendit


(Penterjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suci, H., & Jepisa, T. (2020). Dukungan Keluarga Untuk Pemenuhan


Activities Daily Living (ADL) Pada Lansia. JIK JURNAL ILMU
KESEHATAN, 4(1), 22-26

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. alfabeta.

Surahman, Rachmad, M., & Sudibyo Supardi. (2016). Metologi penelitian.


Pusdik SDM Kesehatan.
79

Tarigan, A. P. S. (2019). Proses Keperawatan dalam Meningkatkan


Kesehatan Lansia

Taylor, M. E., Brodie, M. A., van Schooten, K. S., Delbaere, K., Close, J. C.,
Payne, N., ... & Lord, S. R. (2019). Older people with dementia have
reduced daily-life activity and impaired daily-life gait when compared to
age-sex matched controls. Journal of Alzheimer's Disease, 71 (s1), S125
S135.

Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang


Lanjut Usia. AE MEDIA GRAFIKA.

Wang, S., Liu, H. Y., Cheng, Y. C., & Su, C. H. (2021). Exercise Dosage in
Reducing the Risk of Dementia Development: Mode, Duration, and
Intensity-A Narrative Review. International journal of environmental
research and public health, 18(24), 13331.
https://doi.org/10.3390/ijerph182413331
76

Anda mungkin juga menyukai