Hasil Diskusi Kelompok 7 Mengenai: " Teknik Budidaya Tanaman " Kelompok 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

HASIL DISKUSI KELOMPOK 7 MENGENAI:

“ TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN “

KELOMPOK 7 :

1. Desti Ananta Lestari (349)


2. Artia (325)
3. Rizky Lascavi
4. Soefyan Efendi

List yang nanyo kelompok 7

Kel 1 : Khairunisyah (D1A023025)

Apa yang di maksud dengan pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan


bagaimana cara pelaksanaannya?

Jawaban : Pengolahan sekunder adalah tahap kedua dalam proses pengolahan air
limbah yang bertujuan untuk mengurangi kandungan polutan. Pengolahan ini
biasanya menggunakan proses biologis, di mana mikroorganisme memecah bahan
organik dan polutan. Berikut ini adalah beberapa cara yang dilakukan dalam
pengolahan sekunder:

Pengendapan: Air limbah dialirkan melalui tangki sedimentasi sekunder


sehingga limbah padat dan mikroorganisme mengendap.

Lumpur aktif: Campuran limbah padat dan mikroorganisme yang


mengendap dapat dicampur dengan udara dan digunakan kembali. Lumpur aktif
dapat digunakan untuk memperbaiki tanah tanaman atau sebagai komponen
proses pembuatan gas metana.

Filter tetes: Salah satu metode umum dalam pengolahan sekunder.


Kontaktor biologis berputar: Salah satu metode umum dalam pengolahan
sekunder. Pengolahan aerobik: Biasanya digunakan di pabrik kota dan industri.
Pengolahan anaerobik: Direkomendasikan jika air limbah memiliki banyak nilai
kalori dan suhu yang relatif tinggi.
Pengolahan primer atau primary treatment adalah proses pengolahan air
limbah secara fisika atau kimia untuk menghilangkan padatan tersuspensi, koloid,
dan material lainnya. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam pengolahan
primer:

1. Penyaringan

Air limbah disaring menggunakan saringan besar untuk menghilangkan


objek besar seperti kaleng, kain perca, batang kayu, dan bungkus plastik. Padatan
yang terkumpul dibuang di tempat pembuangan akhir atau dibakar.

2. Penyariagan ruang grit

Air limbah disaring melalui ruang pasir untuk menghilangkan padatan


kasar seperti pecahan batu, logam, tulang, dan potongan besar lainnya.

3. Sedimentasi

Pengendapan fisik materi melalui bahan kimia seperti flokulan dan


koagulan. Lumpur yang dihasilkan dari proses ini disebut lumpur primer, dan air
yang sudah terbebas dari sebagian besar padatan mengalir ke tahap berikutnya.

Kel 2: Evans Simarmata D1A023049

Bagaimana cara pengolahan lahan yang efektif untuk meningkatkan hasil


tanam?

Jawaban: Pengolahan lahan yang efektif untuk meningkatkan hasil tanam dapat
dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

1. Pembajakan:

Membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah.


Pembajakan dilakukan setelah tanah cukup basah, dan kedalamannya sekitar 15–
25 cm. Pembajakan dapat dilakukan dengan menggunakan hewan ternak seperti
sapi atau kerbau, atau dengan mesin pertanian seperti traktor.

2. Penggaruan:
Menghancurkan bagian tanah yang keras atau menggumpal. Penggaruan
dilakukan setelah air dalam petakan dibuang, dengan kondisi masih macak-macak.

Pemupukan dasar: Menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas


tanah. Penyesuaian pH tanah: Menaburkan kapur dolomit untuk meningkatkan
kadar pH tanah.

Penambahan bahan organik: Menambahkan kompos, pupuk kandang, atau humus


untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Rotasi tanaman: Mengganti jenis tanaman yang ditanam pada suatu area setiap
musim tanam. Sistem drainase: Membuat saluran drainase untuk mengalirkan air.
Penyesuaian sistem pengairan: Sesuaikan sistem pengairan dengan kebutuhan
tanaman dan kondisi cuaca

Kelompok 3

Six Sagita Noviyanto (D1A023133)

Pertanyaan: Mengapa proses produksi dalam budidaya tanaman memiliki


risiko yang relatif tinggi?

Jawaban : Proses produksi dalam budidaya tanaman memiliki risiko yang relatif
tinggi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:

Cuaca dan iklim, terutama curah hujan. Curah hujan tinggi dapat
menyebabkan kelembapan yang tinggi, sehingga merangsang pertumbuhan jamur
yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.

Hama dan penyakit. Hama dan penyakit dapat diatasi dengan sanitasi
lingkungan secara rutin, mengatur rotasi tanaman, dan pengendalian hama
penyakit sebelum tersebar Benih. Benih bermutu dapat meningkatkan tingkat hasil
tanaman.

Kelompok 4: Pandu Kurniawan Saidi (D1A023217)

Apa yang dimaksud viabilitas dan kapasitas optimal dalam pemilihan bibit?

Jawaban :
1. Viabilitas: Viabilitas mengacu pada kemampuan hidup atau bertahan hidup
dari bibit. Ini mencakup kemampuan bibit untuk berkecambah dengan
baik, tumbuh, dan berkembang menjadi tanaman yang sehat. Bibit yang
memiliki viabilitas tinggi akan menunjukkan daya kecambah yang tinggi,
cepat tumbuh, dan memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi
tanaman yang produktif. Faktor-faktor seperti penyimpanan, kondisi
lingkungan, dan umur bibit bisa memengaruhi viabilitasnya.
2. Kapasitas Optimal: Kapasitas optimal merujuk pada potensi maksimum
bibit untuk tumbuh dan menghasilkan hasil yang tinggi dalam kondisi
lingkungan yang ideal. Ini berarti bibit memiliki karakteristik genetik dan
fisiologis yang optimal untuk beradaptasi dengan lingkungan tempatnya
ditanam, seperti kondisi tanah, cuaca, dan ketersediaan nutrisi. Bibit yang
memiliki kapasitas optimal akan memberikan hasil yang terbaik jika
ditanam dalam kondisi yang sesuai.

Kelompok 5 : Mastiur Esra Sipayung

D1A023301

Menurut teman teman,Apa tantangan terbesar dalam menerapkan teknik


budidaya yang berkelanjutan di Indonesia?

Jawaban : Tantangan terbesar dalam menerapkan teknik budidaya yang


berkelanjutan di Indonesia mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kebijakan. Berikut beberapa tantangan utama:

1. Perubahan Iklim dan Ketidakpastian Cuaca

Perubahan iklim berdampak langsung pada pertanian, termasuk peningkatan suhu,


curah hujan yang tidak menentu, dan bencana alam seperti banjir atau kekeringan.
Ketidakpastian cuaca mempersulit petani untuk merencanakan waktu tanam,
panen, dan pengelolaan sumber daya air secara efektif.

2. Degradasi Lahan dan Erosi

Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti penebangan hutan untuk


membuka lahan pertanian dan penggunaan pupuk kimia berlebihan menyebabkan
degradasi tanah, erosi, dan penurunan kesuburan tanah. Ini menjadi tantangan
dalam menjaga kualitas tanah jangka panjang untuk produksi pertanian.

3. Ketergantungan pada Pupuk dan Pestisida Kimia

Banyak petani masih sangat bergantung pada pupuk dan pestisida kimia untuk
meningkatkan hasil panen. Penggunaan berlebihan dapat merusak ekosistem
lokal, mencemari air tanah, dan mengurangi kesehatan tanah. Beralih ke pertanian
organik atau praktik berkelanjutan lainnya memerlukan pelatihan dan perubahan
kebiasaan yang sulit dilakukan.

4. Kurangnya Akses terhadap Teknologi dan Pengetahuan

Petani kecil di pedesaan seringkali tidak memiliki akses yang memadai terhadap
teknologi modern atau pengetahuan tentang teknik budidaya yang lebih ramah
lingkungan, seperti irigasi tetes atau rotasi tanaman. Minimnya penyuluhan dan
pendidikan menyebabkan lambatnya adopsi teknik-teknik berkelanjutan.

5. Tekanan Ekonomi dan Pasar

Petani sering menghadapi tekanan ekonomi untuk memaksimalkan produksi dan


pendapatan dalam jangka pendek, sehingga cenderung menggunakan metode
intensif yang merusak lingkungan. Harga pasar yang fluktuatif dan biaya produksi
yang tinggi juga menghambat penerapan teknik budidaya yang lebih ramah
lingkungan.

6. Kurangnya Dukungan Kebijakan dan Insentif

Meskipun pemerintah memiliki beberapa program untuk mendukung pertanian


berkelanjutan, masih ada tantangan dalam hal implementasi kebijakan di tingkat
lokal. Kurangnya insentif finansial bagi petani untuk beralih ke praktik
berkelanjutan atau terbatasnya bantuan untuk investasi di teknologi hijau menjadi
hambatan.

7. Fragmentasi Lahan
Lahan pertanian yang terfragmentasi menjadi petak-petak kecil menyebabkan
sulitnya menerapkan sistem pertanian berkelanjutan yang membutuhkan skala
lebih besar, seperti agroforestri atau sistem irigasi yang efisien.

8. Perubahan Pola Konsumsi dan Permintaan Pasar

Perubahan pola konsumsi menuju makanan instan dan produk-produk impor juga
dapat menurunkan permintaan terhadap produk lokal yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini membuat pasar untuk produk pertanian berkelanjutan menjadi
kurang kompetitif.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, perlu ada sinergi antara pemerintah,


petani, akademisi, dan sektor swasta dalam mendukung penelitian, pendidikan,
akses teknologi, dan kebijakan yang mendukung budidaya berkelanjutan.

Kelompok 6

Gery Febriawan D1A023289

Bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan air untuk irigasi?

Jawaban: Untuk mengoptimalkan penggunaan air untuk irigasi, Anda bisa


menggunakan teknik irigasi hemat dan menerapkan praktik pengelolaan air yang
baik:

Teknik irigasi hemat

Gunakan teknik irigasi yang sesuai dengan jenis tanah, ukuran lahan, dan sumber
pasokan air. Beberapa teknik irigasi hemat yang bisa Anda gunakan adalah:

Irigasi tetes: Air disalurkan langsung ke akar tanaman melalui pipa tetes, sehingga
meminimalkan penguapan dan kebocoran.

Irigasi sprinkler: Air disemprotkan ke tanaman dalam bentuk hujan buatan,


sehingga bisa menjangkau area yang lebih luas.
Irigasi permukaan: Air dialirkan ke permukaan tanah di sekitar tanaman, dengan
mengontrol jumlah dan kecepatan aliran air.

Anda mungkin juga menyukai