MAKALAH Zinda

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERTANIAN KONSERVASI

Di susun oleh:

ZINDA YULI YANTI (01012100007)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSI RAWAS

LUBUKLINGGAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ungkapan kepada Allah swt.atas segala rahmat dan anugerah yang telah
dilimpahkan-nya sehingga makalah yang berjudul’’pertanian konservasi’’dapat penulis selesaikan
dengan baik dinan tepat waktu.

Makalah ini di buat dalam rangkah memenuhi tugas mata kuliah pertanian berkelanjutan.kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.hal ini di sebabkan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan Memotivasi agar
lebih baik lagi untuk kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pertanian konservasi adalah salah satu alternatif model pada praktek pertanian di lahan kering yang
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas tanaman,efisien usahatani,dan kualitas
lingkungan melalui perbaikan kuliatas tanah.

Mengapa pada lahan pertanian perlu adanya tindakan konservasi Konservasi lahan
pertanian di lahan kering perlu dilakukan, karena berfungsi bagi kehidupan dunia pertanian itu
sendiri. Konservasi tanah berarti bagaimana kita menggunakan tanah agar dapat memberikan
manfaat yang optimum bagi kepentingan petani itu sendiri.

Sejarah menunjukan bahwa upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dapat
tercapai dengan penerapan input teknologi, akan tetapi keberlanjutan produksi tidak dapat
dipertahankan.

Penurunan produktifitas tanaman disebabkan oleh beberapa faktor antara lain terbatasnya input
teknologi sesuai rekomendasi anjura dan degradasi lahan.Pertanian konservasi sebagai salah satu
solusi yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki, memelihara dan mempertahankan sumber daya
lahan.

Pertanian Konservasi sebagai salah satu langkah konstruktif yang dikembangkan guna peningkatan
kualitas berpikir penyuluh pertanian, sehingga mampu memperbaiki pola pendampingan dan
penerapan teknologi pertanian ke tingkat kelompok tani dan petani.

Pratek lapangan penerapan Pertanian Konservasi bagi penyuluh pertanian lapangan (PPL)
dimaksudkan agar peserta mampu menerapkan tahapan pelaksanaan kegiatan pertanian konservasi
berdasarkan kondisi spesifik lokalita. Aplikasi Pertanian Konservasi di lahan BPP Kecamatan
Golewa Kabupaten Ngada,diharapkan dapat menjadi Demplot pembelajaran bagi PPL, Kelompok
tani dan Petani di sekitar wilayah kerja BPP Golewa.

Apa itu sistem pertanian konservasi?

Pertanian konservasi merupakan sistem pertanian yang meng-integrasikan teknik konservasi tanah
dan air ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
petani, meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi dan keseimbangan air dapat
dipertahankan sehingga system.
1.2 Tujuan

1.2.1 metode pelaksana pertanian konservasi ?

1.2.2 definisi pertanian konservasi?

1.2.3 contoh alat dan bahan untuk pertanian konservasi?

1.2.4 cara kerja atau tahapan pembuatan pertanian konservasi?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 jelaskan apa saja metode pelaksana pertanian konservasi

Pelaksana kegiatan praktek lapangan pk di tahan Bpp golewa melibatkan kelompok


pelaksana Pk.oleh karna itu sebelum praktek lapangan,dilakukan sosialisasi sekaligus
identifikasih poktan pelaksana Pk.sehingga penyuluh dan kelompok tanah mempunyai
keseragaman presepsi tentang apa yg akan di lalukan yaitu:

 METODE VEGETATIF
 METODE MEKANIK
 METODE KIMIA
1. metode vegetative
Metode vegetatif merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian
bagian tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi
erosi tanah. Dalam knservasi tanah dan air metode vegeatif memiliki fungsi melindungi
tanah terhadap perusakan butir butir hujan yang jatuh dan melindungi tanah terhadap
perusakan air yang mengalir di permukaan tanah serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi
tanah dan penahanan udara yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.

2. metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap
dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah
bekerja untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan mengalirkan aliran
permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar
infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan udara bagi
tanaman. Meode mekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah,
pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, parit
pengelak, teras, penahan atau waduk, tanggul, kolam balong, rorak, drainase dan irigasi
dll.

3. Metode Kimia
Menggunakan bahan kimia baik berua senyawa sintetik maupun bahan alami yang
sudah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan agregat tanah dan
mencegah erosi. Misalnya salah satu usaha dalam penggunaan senyawa organik sintetik
sebagai kondisioner tanah oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa senyawa
sintetik organik tertentu dapat memperbaiki agregat tanah secara efektif antara beberapa
bahan yang digunakan adalah campuran dimetil diklorosilan dan metil -tricholorosilane
yang Mulus MCS. Bahan kimia ini berupa cairan yang mudah menguap dan gas yang
terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa ini terbentuk menyebabkan tanah
agregat menjadi stabil.

2.2. definisi pertanian konservasi


pertanian konservasi adalah salah satu alternatif model pada praktek pertanian di
lahan kering yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas tanaman,
efisiensi USAhatani, dan kualitas lingkungan melalui perbaikan kualitas tanah. Tulisan
ini membahas prospek penerapan pertanian konservasi untuk meningkatkan kualitas
tanah dan produktivitas lahan kering. Model pertanian konservasi lebih menekankan pada
perbaikan kandungan bahan organik tanah melalui kombinasi 3 pendekatan yaitu olah
tanah minimum, pemulsaan, dan pengaturan pola tanam. Introduksi model pertanian
konservasi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang umumnya lahan
pertaniannya berskala sempit (<1 ha) dihadapkan pada masalah perkembangan gulma
dan penurunan produktivitas pada fase awal implementasi, dan lahan yang tidak bersih
sehingga berpotensi memicu munculnya hama dan penyakit tertentu. Namun demikian,
model pertanian konservasi ini berpotensi untuk mengubah lahan kering terdegradasi atau
tidak produktif menjadi lahan pertanian produktif dengan efisiensi USAhatani yang
tinggi. Dengan manfaat jangka panjang tersebut, maka implementasi pertanian konservasi
di lahan kering, yang potensinya mencapai 29,4 juta ha, akan meningkatkan secara
signifikan kontribusi lahan kering terhadap upaya mempertahankan swasembada pangan
nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani lahan kering. Diperlukan proses dan
modifikasi untuk mengadaptasikan teknologi ini yang disesuaikan dengan karakteristik
agroekosistem, konidisi sosial, dan ekonomi lokal setempat, sehingga berbagai kendala
adopsi dapat diminimalisir dan manfaat dapat dioptimalkan baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Selain itu, diperlukan dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan,
advokasi, dan bantuan input USAhatani untuk meminimalisir resiko kerugian petani
terutama pada tahap awal implementasi teknologi.

2.3 contoh alat dan bahan untuk pertanian konservasi?

Contoh nya:
1. Cagar Alam. Cagar alam merupakan bagian dari suaka alam termasuk di dalamnya suaka
margasatwa. ...
2. Suaka Margasatwa. Fungsi auaka margasatwa sama halnya dengan fungsi cagar alam. ...
3. Taman Nasional. ...
4. Taman Laut. ...
5.Kebun Raya. ...
6. Taman Hutan Raya (Tahura) ...
7. Hutan Bakau.
Alat dan bahan:
1.pancul 1. benih jagung
2.skop 2.kacang-kacangan
3.linggis 3.bokasih
4.talia rapiah 4. jerami
5.ember
6.ajir
7.karung
8.Alat tanam
9.meter rol

2.4 cara kerja atau tahapan pembuatan pertanian konservasi

 Lahan Demplot dibagi menjadi tiga bagian dengan ukuran panjang = 19 m, lebar = 7 m dan
lorong antara bidang selebar = 1 m.
 Bidang I yang terletak paling timur diperuntukan kegiatan olah lubang, dengan ukuran lubang
tanam ; 40x40x40 cm
 Jarak antar lubang dalam baris 40 cm dan antara baris 80 cm, mengingat tingkat kemiringan
lahan > 5%, maka diterapkan pola segitiga sama kaki untuk lubang antara baris.
 Tanah galian dipisahkan antara tanah lapisan top soil dan tanah dasar
 Jumlah lubang tanam sebanyak 63 lubang tanam.
 Setelah lubang tanam dirapikan, campurkan tanah lapisan topsoli dengan bokashi sebanyak 5
kg/lubang, masukan tanah dasar ke dalam lubang tanam ± ¼ bagian lubang tanam, lalu masukan
campuran bokashi dan topsoil kedalam lubang hingga penuh dan membentuk cembung ke atas
permukaan lubang tanam.
 Pembuatan lubang tanam jagung dengan ukuran 40x40 dan ditambahkan satu lubang tanam di
tengahnya, selanjutnya pembuatan lubang tanam untuk kedelai di lorong antar baris lubang
tanam jagung dengan jarak 20 cm dari bibir lubang tanam jagung dan 20 cm dalam baris kedelai.
 Penanaman jagung sebanyak 1 biji per lubang tanam, sedangkan untuk kedelai 2 biji per lubang
tanam.
 Pemulsaan dengan cara menebarkan jerami di atas permukaan bidang lahan I secara merata,
dengan ketebalan jerami ± 0,5 s/d 1 cm.
 Pembuatan jalur tanam dengan menggunakan handtractor pada lahan III, dengan jarak antara
jalur 80 cm.
 Pemberian pupuk dasar Bokashi sebanyak 2,5 kg per meter, selanjutnya bokashi dicampur secara
merata dengan tanah hasil pembentukan alur.
 Penanaman jagung dengan menggunakan alat tanam yang mana jarak tanamnya telah diatur pada
alat tanam yang digunakan (20cm x20 cm) dengan jumlah benih jagung 1 biji per lubang tanam.
 Pembuatan lubang tanam kedelai dalam jalur jagung dengan jarak 20 cm dari jalur jagung dan 20
cm dalam baris kedelai.
 Penanaman kedelai dengan jumlah benih 2 biji per lubang tanam.
 Pemulsaan dengan cara menebarkan jerami secara merata dengan ketebalan 0,5 sampai dengan 1
cm di atas permukaan lahan III.
 Pada lahan II sebagai pembanding, diterapkan pola budidaya konvensional dengan pola tanam
tumpangsari jagung dan kedelai, tanpa pemulsaan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Usaha tani konservasi akan dapat terlaksana bilamana petani mampu merubah orientasi usaha
taninya, dan merubah perilaku pemanfaatan lahan. Temuan utama dari penelitian ini
mengungkapkan bahwa bentuk usaha tani yang dijalankan petani kelompok konservasi, sangat
berpengaruh dalam pengembangan usaha tani konservasi. Orientasi usaha tani yang dijalankan
yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari telah mempengaruhi petani dalam
mengembangkan usaha tani yang dijalankan. Mereka belum mengem-bangkan usaha tani
konservasi karena keterbatasan kemampuan dan banyaknya risiko pelaksanaannya. Barbier
dalam Arifin mengungkapkan bahwa penerapan teknik konservasi pada usaha tani yang
dijalankan sangat tergantung dengan keuntungan yang dinikmati petani. Petani yang berada di
lapisan atas mungkin dapat menerapkannya secara terus menerus karena tingginya tingkat
produktivitas dan penerimaan yang diperoleh dari usaha taninya. Sedangkan petani miskin
dengan penghasilan pas-pasan mungkin sadar akan manfaat teknologi tersebut, tetapi tidak
mampu untuk menerapkannya. Memahami apa yang diungkapkan Barbier tersebut terlihat,
bahwa sesungguhnya pelaksanaan usaha tani konser-vasi menuntut kesiapan petani, walau pun
petani menyadari akan pentingnya penerapan teknologi tersebut dalam menjalankan usaha
taninya, akan tetapi karena rendahnya kemampuan yang dimiliki petani menyebabkan mereka
sulit untuk mewujudkan apa sebenarnya berguna untuk kemajuannya
2. Usaha tani konservasi belum berpengaruh pada petani dalam merubah orientasi usaha tani.
Kesimpulan dari temuan ini adalah bahwa usaha tani konservasi belum menjadi pilihan bagi
petani untuk dikembangkan. Meskipun melaksanakan usaha tani adalah aktivitas utama dari
petani kelompok konservasi, akan tetapi mereka belum mengambangkan usaha tani konservasi.
Melaksanakan usaha tani konservasi membutuhkan modal dan hasilnya belum tentu
menguntungkan. Risiko melaksana-kan usaha tani konservasi bukannya hanya gagal panen,
tetapi juga masalah harga. Hasil usaha tani dipentingkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
keluarga. Oleh karena itu tanaman yang selalu diusahakan dalam menjalankan usaha tani adalah
tanaman padi. Tanaman padi selalu diolah sepanjang tahun, karena mengutamakan tanaman padi,
maka jenis tanaman lain belum dikembangkan dalam usaha tani yang dijalankan.
3. Usaha tani konservasi akan dapat terlaksana bilamana perhatian petani dalam memanfaatkan
lahan dapat mengembangkan pentingnya lahan basah dan lahan kering. Kesimpulan dari temuan
ini adalah bahwa pemanfaatan lahan yang dialkukan petani belum mendukung pengembangan
usaha tani konservasi. Lahan yang mereka miliki belum seluruhnya dikelola secara maksimal.
Keberadaan lahan kering yang dikelola untuk mengembangkan lahan tani konservasi ternyata
belum mendukung peningkatan kesejahteraan petani.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan dari penelitian yang telah diuraikan di atas, maka untuk
pengembangan petani melalui pola subsidi yang dilakukan pemerintah dapat terlaksana
kelangsungan-nya, disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Upaya pengembangan pertanian agar usaha tani yang di-jalankan dapat berkembang dan dapat
meningkatkan kesejah-teraannya, tetap perlu dilaku-kan. Hal ini mengingat petani pedesaan
merupakan petani kecil yang memiliki banyak keterbatasan, sehingga masih memerlukan
pembinaan.
2. Usaha tani konservasi bukanlah sesuatu yang baru bagi petani, akan tetapi belum menjadi pilihan
untuk dikembangkan karena terbatasnya modal usaha. Untuk itu dalam mengatasi kesulitan
modal perlu difasilitasi pemberian pinjaman modal usaha oleh pemerintah / swasta dengan
persyaratan yang tidak terlalu menyulitkan petani.
3. Perlunya program pembinaan yang dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan petani. Hal
ini mengingat karena petanilah yang diharapkan akan dapat menjalankan usaha tani konservasi.
Jika kemampuan petani tidak ditingkatkan, maka upaya pelaksanaan usaha tani konservasi
melalui swadaya petani sulit dilaksanakan.
4. Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan secara terprogram dalam meningkatkan pengetahuan
petani, terutama dalam bidang ekonomi, sehingga pengetahuan petani tentang pasar dari hasil
produksinya menjadi luas. Hal ini penting untuk menjadikan petani dapat menyesuaikan jenis
tanaman yang diusahakan sesuai dengan permintaan pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Abizar. (1991). Analisa Taksonomi ; Makalah pada PENLOK Penelitian Kualitatif Tingkat
Madya. Bukit Tinggi : APDN. Anonim. (1985). Unit Percontohan UPSA Memicu Peningkatan
Pendapatan Petani. Jakarta : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rahabilitasi. Anonim. (2000).
Kependudukan Masa Depan, Terjemahan (Soerjani, Muhammad). Jakarta : Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan. Arifin, Bustanul. (2001). Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia. Jakarta
: Erlangga. Arsyad, Sintanala,dkk. (1972). Tiada Panen Yang Gampang ; Dilema Pertanian di Negara-
negara Berkembang. Jakarta : Direktorat Pendidikan Direktorat JenderalDepartemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Azmi. (1980). Pengantar Tentang Studi Kualitatif, Kerangka Penataran dan Tinjauan
Umum. Bukut Tinggi : Proyek Pengembangan Belajar dan Mengajar. Asy’ari, Imam Sapari. (1983).
Sosiologi kota dan Desa. Surabaya : Usaha Nasional. Black, James A, dan Champion, Dean. J. (1992).
Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Eresco. Bishop, C.E, dan W.D. Toussaint. (1997).
Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian, Terjemahan (Team Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada).
Jakarta : Mutiara. Bogdan, Robert C, dan Biklen, Sari Knop. (1998). Qualitative Research In Education ;
An Introduction to Theory and Methods. Boston, London : Ally and Bacon. Bogdan, Robert.C dan
Taylor, Steven J. (2002). Kualitatif Dasar-Dasar Peneltian. Budianto, Joko. (1999). Peran Strategis
Penelitian Tanah, Iklim dan Pupuk Dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ; Proseding Seminar
Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Jakarta : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Carnoy, Martin. (1995).
International Encyclopedia Of Economics Of Education. Cambridge, UK : Cambridge University Press.
Daniel, Moehar. (2002). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bina Aksara. Dibyo, Prabowo,
Penyunting. (1985). Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam. Yogyakarta : BPFE. Efendi Rahim, Supli.
(2000). Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta : Bumi
Aksara. Gemmel, Norman. (1992). Ilmu Ekonomi Pembangunan, Beberapa Survey. Jakarta : UP3ES.
Hidayat, Achmad dan Mulyani Anny. (1999). Potensi Sumber Daya lahan untuk Pengembangan
Komoditas Penghasil Devisa ; Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Tanah : Pusat Pene-litian
Tanah, Iklim dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertani-an Departemen Pertanian.
Johnston, Mary, at all. (1978). Membina Masyarakat Pem-bangunan ; Kumpulan Kasus-kasus
Pengembangan Masyarakat. Surakarta : Yayasan Indonesia. Kasryno, Faisal. (2000). Sumber Daya
Manusia dan Pengelo-laan Lahan Pertanian di Pedesaan Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Agro
ekonomi. Vol18 no1 dan 2 Koentjaraningrat. (1964). Masyarakat Indonesia Masa Kini. Jakarta :
Yayasan Badan Penerbit Fakultaas Ekonomi UMU Indonesia. Latif, Kamila. (1990). Pendapatan Rumah
Tangga Petani Miskin di Kab Lima puluh Kota. Tesis.Padang : PPS UNAND Lincoln, Yuona,S.
Egon.G.Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage publication. Inc,Beverlyhills. Moleong, Lexi
J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Miles, Mathew B, dan
Hubbermen,A. Michael. (1984). Kualitatif Data Analysis ; a Sourcebook of New Method. Beverlyhills :
Sage Publication. Mubyarto. (1988). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES Nasution. (1988).
Metode Penelitian NaturalistikKualitatif. Bandung : Tarsito. Rukmana, Rahmat. (1995). Teknik
Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Jakarta : Kanisius. Rusman, Bujang. (1989). Konservasi tanah
dan Air. Padang : PPS UNAND. Soerjadi. (1997). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Raja Garvindo Persada. Sontang Manik, Karden Eddy. (2003). Pengelolaan Lingku-ngan
Hidup. Jakarta : Djambaran. Semangen, Haryono. Penyunting. (1995). Pembangunan Pertanian Di
Wilayah Kering Indonesia, Proseding Kon- frensi Internasional Pembangunan Pertanian Semi arid Nusa
Tenggara Timur, Timor-Timur dan Maluku Tenggara. Surirpi, (2002). Pelestarian Sumber Daya tanah
dan Air. Yogyakarta : Andi. Syafaat, Nizwar,dkk. (2003). Dinamika ndikator ekonomi Makro Sektor
Pertanian dan Kesejahteraan petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultur Policy Analysis )
Vol 1 Nomor 1 Soekartaw. (1994).Pembangunan Pertanian. Jakarta : Grafindo Perkasa. ( ).Ilmu Usaha
Tani. Spradley, James P. (1980). Participant Observation. New York : Holt Reneltart, and Wiston.
Soetomo, Greg. (1997). Kekalahan Manusia Petani, Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Pertanian.
Yogyakarta : Kamsius. Tivy, Joy dan O’Here. (1995). Human Impact On The Ecosystem. Singapore :
Longmen Singapore Publishers Ptd Utd. Tohir, Kaslan A. (1983). Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha
Tani Indonesia. Jakarta : Bina Aksara. Toto Soetrisno, Cornelis. (1989). Bimbingan Praktis Pola Tanam
Pada Lahan Kritis. Bandung : Armico

Anda mungkin juga menyukai