Tugas II Satuan Operasi Devi
Tugas II Satuan Operasi Devi
Tugas II Satuan Operasi Devi
Jenis komponen yang akan dipisahkan biasanya berupa padatan tak terlarut dari suatu
suspensi, yang dipisahkan dengan cara melewatkan suspensi tersebut melalui membran
berpori. Untuk keperluan memisahkan padatan dari suspensi ini, terdapat berbagai jenis
umum filter yang biasa digunakan sesuai dengan karakteristik yang diinginkan antara lain
sebagai berikut :
a. Loose rigid media, misalnya pasir, gravel, tanah diatome, arang.
b. Fixed rigid media, seperti karbon berpori, porselin, alumina lebur, baja berpori,
anyaman benang baja.
c. Flexible media, seperti bahan tekstil, serat gelas, anyaman benang baja fleksibel, serat
kapas, serat wol, kertas dan membran lainnya.
2. Buatlah diagram alir proses single stage extraction pada daging (64% air, 20% lemak, 16%
nonextractable solids) dan isopropyl alcohol dengan perbandingan 1: 5 ratio. Isopropyl
alcohol larut dalam air, campuran keduanya disebut sebagai solven total. Asumsikan lemak
larut dalam solven campuran. Setelah mencapai kesetimbangan komposisi rafinat adalah
10% dari total lemak dan solven. Tentukan kandungan lemak pada ektrak dan solvent-free
solids.
Gambar 1.1 Extraction using mixer settler unit
Diketahui :
I = Aliran masuk daging (feed) (dengan komposisi : 64% air, 20% lemak, 16% non-extractable
solids) = 100 kg
S = Aliran masuk isopropyl alcohol (Solvent) = 1:5, maka S = 5 x 100 = 500kg
T = Total = solute +solvent + solid
Y = Aliran rafinat (extract) = 10% dari (total lemak dan solven)
R = Solvent Free-solid = R = XS-XE
XE = Fraksi lemak ekstraksi = XE = Y/ (Y+S)
XS = 1,0 karena 100% lemak larut dalam isopropyl alcohol (asumsi)
52
100
0,9 44
c. Solvent free-solid ( R )
R = XS – XE
XE = Y / (Y+S)
XE = 52 kg / (52kg + 500kg)
XE = 0,09 kg
R = XS-XE
R = 1-0,09
R = 0,91 kg
Jadi, kandungan lemak pada ekstrak adalah 10,4 kg (dengan asumsi berat daging awal
100kg) dan kandungan lemak pada solvent-free solid adalah 0,18 kg (dengan asumsi berat
daging awal 100kg)
3. Untuk mengatasi keterbatasan sistem ekstraks konvensional maka saat ini telah
dikembangkan metode ekstraksi nonkonvensional seperti ektraksi dengan bantuan enzim
(enzyme-assisted extraction, EAE), Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro (microwave
assisted eztraction, MAE), pulsed electic field assisted extraction (PEFAE), dan ekstraksi
fluida superkritis (SFE). Gambarkan masing – masing tehnik dan metode ektraksi non
konvensional tersebut serta sebutkan aplikasinya pada industri pangan.
Microwave extraction (MAE) adalah teknik dalam mengekstraksi bahan – bahan terlarut
di dalam sampel dengan pelarut air dan bantuan energi gelombang mikro sebagai sumber
energinya, sehingga memiliki kontrol terhadap suhu yang lebih baik dibandingkan proses
pemanasan konvensional. Frekuensi gelombang elektromagnetik yang digunakan yaitu
berfrekuensi tinggi dengan rentang frekuensi dari 0,3 hingga 300 GHz. Kelebihan MAE adalah
meminimalkan penggunaan pelarut organik, efisien waktu, metode ekstraksi ramah lingkungan,
serta akurasi dan presisi yang lebih tinggi. Cara kerja metode MAE adalah pemanasan muncul
tepat di inti bahan yang sedang dipanaskan dan panas menyebar dari dalam ke luar bahan
tersebut sehingga senyawa aktif dapat terdorong keluar bahan tersebut dan tercampur dengan
pelarut. Transesterifikasi dapat secara efektif dan efisien dengan bantuan radiasi gelombang
mikro, hal ini dikarenakan fenomena konduksi ionik dan rotasi dipol menyebabkan peningkatan
panas serta absorbsi energi gelombang mikro selektif terhadap molekul polar.
Aplikasi pada industri pangan yaitu : Pengambilan minyak mikroalga dengan metode
Microwave Assited Extraction (MAE).
c. Pulsed electic field assisted extraction (PEFAE)
Ekstraksi dengan metode nontermal dengan memanfaatkan aliran listrik. PEF (Pulsed
Electric Field adalah pemberian tegangan listrik pada bahan yang dimaksudkan untuk merusak
dinding sel tanpa merusak komponen bioaktif yang ada di dalam sel. PEF menerapkan medan
listrik tinggi yang dikontakkan dengan bahan diantara dua elektroda dalam waktu singkat.
Menurut Janositz dan Knoor (2010), perlakuan dengan PEF dapat meningkatkan produksi
metabolit sekunder yang berhubungan dengan pengaturan pertahanan sel hidup akibat adanya
medan listrik, akumulasi, dan tarik menarik partikel bermuatan pada membran sel yang tidak
konduktif sehingga menyebabkan pengurangan ketebalan atau rusaknya membran sel. Rusak
atau pecahnya membran akan mengakibatkan laju difusi produk keluar meningkat pada saat
ekstraksi sehingga menghasilkan rendeman yang lebh tinggi.
Parameter proses utama yang menentukan perlakuan PEF diantaranya adalah kekuatan
medan listrik, lebar pulsa, jumlah pulsa, waktu pemaparan, frekuensi, energi masukan spesifik,
suhu dan desain chamber. Parameter kontrol dasar yang mempengaruhi densitas energi yang
diterapkan selama proses PEF adalah tegangan listrik dan waktu paparan. Metode PEF ini
sangat efektif karena tidak merubah warna, bau, rasa dan kandungan gizi serta nutrisi pada
bahan perlakuan. Aplikasi pada industri pangan : Peningkatan rendeman dan kualitas ektrak
tanin biji pinang (Areca catechu L.) sebagai sumber antioksidan dengan metode PEF.
d. Ekstraksi fluida superkritis (SFE)
Hariyadi, P., Suyatma, N.E., Hartari, A. (2022). Satuan Operasi Industri Pangan. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka
Wirajana, I.N., dkk. (2019). Suhu dan Waktu Optimum Proses Ekstraksi Antosianin dalam Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dengan a-L-Arabinofuranosidase. Jurnal kimia 13 (1), Januari 2019 :
88-94
Barqi, W. S. (2015). Pengambilan Minyak Chlorella sp. Dengan Metode Microwave Assisted
Extraction. Jurnal Bahan Alam Terbarukan 4 (1) (2015) 34-41
Ahsan, A.M. (2018). Analisa Kebutuhan Energi PEF (Pulsed Electric Field) Sebagai
Perlakuan Pendahuluan serta Pengaruhnya Terhadap Rendeman dan Kualitas Ekstrak Tanin Biji
Pinang (Area catechu L.). Malang : Universitas Brawijaya
Puspitasari, E.D. dan Sondari, D. (2017). Teknologi Ekstraksi Fluida Superkritis dan Maserasi
pada Zingiber Officinalle Roscoe : Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Fitokimia. Jurnal Sains
Materi Indonesia Vol. 18, No.2, Januari 2017, hal. 74-80