LP BBL - Hastika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

STAGE PERSALINAN & BBL FISIOLOGIS HOLISTIK

NAMA MAHASISWA : HASTIKA ULFATU NIKHMAH

NIM : P1337424823399

RUANG : POLI KIA DAN KB

TANGGAL PRAKTIK : 12 FEBRUARI – 2 MARET 2024

PEMBIMBING : YOHANA WAHYU PUJI R, S. Tr. Keb

BERKAS YANG DIKUMPULKAN :

HARI TANGGAL PENYERAHAN :

PENERIMA :
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR
DI PUSKESMAS AMBARAWA

Disusun Oleh :
Hastika Ulfatu Nikhmah
P1337424823399

Pembimbing Institusi :
Arum Lusiana, S.ST, M.Keb

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis


telah disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Bayi Baru Lahir yang
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang 2024
Mahasiswa

Hastika Ulfatu Nikhmah


NIM: P1337424823399

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Yohana Wahyu Puji R, S. Tr. Keb Arum Lusiana, S.SiT, M.Keb


NIP. 19790624 200801 2 008 NIP. 198205042008012017
LAPORAN PENDAHULUAN BBL
TINJAUAN TEORI

1.1. Konsep Bayi Baru Lahir Normal


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Neonatus atau bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 g sampai dengan 4000 g,
tanpa ada masalah atau kecacatan pada bayi sampai umur 28 hari. (Arfiana dan
Lusiana, 2016)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram. (Asuhan
Kebidanan anak dalam kontek keluarga: 1993) Asuhan segera pada bayi baru
lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran,
dilanjutkan sampai 24 jam setelah lahir (PPKC : 2004).
2. Ciri-ciri bayi lahir normal
Ciri-ciri bayi normal adalah (Arfiana dan Lusiana, 2016):
1. BB 2500 – 4000 gram
2. Panjang lahir 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 36 cm
5. Bunyi jantung pada menit pertama 160x/menit, kemudian turun 120 – 140
x/menit.
6. Pernafasan pada menit pertama 80x/menit, kemudian turun menjadi
40x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genetalia, labia mayora sudah menutupi labia minora (perempuan) testis
sudah turun di dalam scrotum (laki-laki).
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk baik.
12. Reflek moro baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
13. Graff reflek baik, bila diletakkan benda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam.
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.
3. Periode Transisional Bayi Baru Lahir
Karakteristik perilaku terlihat nyata selama jam transisi segera setelah lahir.
Masa transisi ini mencerminkan suatu kombinasi respon setelah lahir. Masa
transisi ini mencerminkan suatu kombinasi respons simpatik dan respons
parasimpatik (sebagai repons yang diberikan oleh kehadiran mucus, muntah dan
gerak peristaltic). Periode transisi dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Reaktivitas I (The First Period of Reactivity)
Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit. Selama
periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali pusat jelas. Warna kulit terlihat
sementara sianosis atau akrosianosis. Selama periode ini mata bayi membuka
dan bayi memperlihatkan perilaku siaga. Bayi mengkin menangis, terkejut
atau terpaku. Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan
kontak bayi dan ibu. Membiarkan ibu memegang bayi untuk mendukung
proses pengenalan. Beberapa bayi akan disusui selama periode ini. Bayi sering
mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan suara usus pada
umumnya terdengar setelah usia 30 menit. Bunyi usus menandakan sistem
pencernaan berfungsi dengan baik (Midwifery, 2004 dalam Armini 2017).
Lebih jelas dapat dilihat karakteristiknya, yaitu :
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi yang
cepat dengan irama yang tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai
80x/menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan
dengan keadaan perapasan cuping hidung.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis.
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun
tidak mempunyai pergerakan usus selama periode ini.
4) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mukus, menangis kuat, refleks
isap yang kuat. Selama periode ini mata bayi terbka lebih lama dari hari-
hariselanjutnya, saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai
proses periode perlekatan karena bayi baru lahar dapat mempertahankan
kontak mata untuk waktu yang lama.
Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama reaktivitas adalah
sebagai berikut :
1) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan setelah kelahiran.
2) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila/kulit berkisar antara 36,5˚C
dan 37 C dengan penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat di
atas kepala.
3) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilititasi perlekatan.
4) Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1 jam
pertama untuk meningkatkan interaksi antara orangtua dan bayi.
b) Fase tidur (Periode of Unresponsive Sleep)
Berlangsung selama 3 menit sampai 2 jam persalinan . tingkat pernapasan
menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan tidur, suara usus muncul tapi
berkurang. Jika mungkin, bayi tidak diganggu untuk pengujian utama dan
jangan memandikannya. Selama masa tidur memberikan kesempata pada bayi
untuk memulihkan diri dari proses persalinan dan periode transisi ke
kehidupan di luar uterin (Midwifery, 2004 dalam Armini 2017).
Karakteristik fase tidur:
1) Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan pernapasan
menurun. Selama tidur, frekuensi pernapasan dan nadi apikal kembali
ke nilai dasar.
2) Kestabilan warna kulit; terdaat akrosianosis. Bising usus bisa didengar.
Kebutuhan perawatan khusus diperlukan selama fase tidur :
Bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi orangtua tetap dapat
memeluk dan menggendong bayinya.
c) Periode Reaktivitas II (The Second Period of Reactivity)/ Transisi ke-III
Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan. Jantng bayi labil
dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan denga stimulus
lingkungan. Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktivitas
diantaranya adalah :
1) Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadap kemungkinan tersedak saat
pengeluaran mukus yang berlebihan yang dalam keadaan normal memang
terdapat mukus.
2) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera, jika
dibutuhkan (misalnya hentakan punggung bayi, miringkan bayi).
3) Kaji keinginan bayi untuk mengisap menelan
Periode transisi kekehidupan ekstrauterin berakhir setelah periode kedua
reaktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah persalinan. Kulit dan saluran
pencernaan neonatal belum terkolonisasi oleh beberapa tipe bacteria. Oleh
karena itu, neonatal jangan diprotecsi dari bacteria menguntungkan. Semua
perawat harus mencuci tangan tangan dan lengan bawah dengan sabun
antibacteria sebelum menyentuh bayi. Aktivitas ini merupakan proteksi yang
berguna terhadap infeksi neonatal.
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada BBL
1. Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi pernafasan pertama
pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan
rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan
cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 – 100 ml). Kehilangan 1/3
dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan
udara. Pernafasan pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan
abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekwensi dan dalamnya
pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Sebagai
sebab-sebab yang menimbulkan pernafasan yang pertama, dikemukakan:
 Rangsangan pada kulit bayi.
 Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
 Penimbunan CO2
Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah anak naik dan ini merupakan
rangsangan pernafasan.
 Kekurangan O2
 Pernafasan intrauterin
Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan dalam rahim, malahan
sudah menangis dalam rahim. Pernafasan di luar hanya merupakan
lanjutan dari gerakan pernafasan di dalam rahim.
 Pemeriksaan bayi
Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam beberapa detik setelah lahir
dan menangis dalam setengah menit.
2. Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula
darah dapat terjadi dengan 3 cara:
 Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu
ASI secepat mungkin setelah lahir).
 Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
 Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
3. Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Bayi baru lahir
dapat kehilangan panas melalui:
 Evaporasi : cairan menguap pada kulit yang basah.
 Konduksi : kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan
langsung dengan benda/alat yang suhunya lebih dingin.
 Konveksi : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang relatif dingin (25 oC
atau kurang)
 Radiasi : kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas
menyentuh permukaan yang lebih dingin.
4. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
 Penutupan foramen ovale atrium jantung.
 Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
 Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi volume dan
selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk mengalami
proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan
peningkatan tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan
menutup.
5. Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, juga hubungan antara osephagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi
muda. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc.
Faeces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental disebut mekonium. Faeces ini mengandung sejumlah cairan amnion,
verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada hari ke 4-5 warna tinja
menjadi coklat kehijauan. Air kencing, bila kandung kencing belum kosong pada
waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat
adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak
kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.
6. Perubahan berat badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran
(meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya
berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4
sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB
setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
7. Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar terdiri
dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
8. Sistem neoromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut memiliki tonus
kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai
kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang
untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna.
(Anonim: 2004)
5. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi
dengan kehidupan diluaruteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat
untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapunasuhannya sebagai berikut (Fraser
Diane, 2011):
1. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir,
melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke bayi,
membedongbayi dengan handuk yang kering.
Berikut ini adalah 11 tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini. Pertama–tama
dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, dalam
menolong ibu saat melahirkan disarankan untuk tidak atau mengurangi
penggunaan obat kimiawi. Bayi dibersihkan dan dikeringkan, kecuali
tangannya, tanpa menghilangkan vernik caseosanya, selanjutnya bayi
ditengkurapkan di perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Keduanya diselimuti, Bayi dapat diberi topi. Anjurkan ibu menyentuh bayi
untuk merangsang bayi mendekati puting susu, bayi dibiarkan mencari puting
susu ibu sendiri. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama
paling tidak satu jam walaupun proses menyusu awal sudah terjadi atau
sampai selesai menyusu awal. Tunda menimbang, mengukur, suntikan
vitamin K, dan memberikan tetes mata bayi sampai proses menyusu awal
selesai. (Anonym, 2012)
2. Membersihkan jalan nafas.
3. Memotong tali pusat.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh pada tahun 2018,
secara statistik Ibu melahirkan dengan penundaan pemotongan tali pusat akan
lebih cepat mengalami waktu puput tali pusatnya sebesar 1.5 kali
dibandingankan dengan yang segera dipotong sedangkan pada lama lahir
plasenta dan lama IMD tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap waktu
lahir plasenta dan lama IMD.
4. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama
maupun kartu identitas.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi bayi agar tidak tertukar dengan
bayi lainnya. Sehingga sangat diperlukan ketelitian dan perhatian untuk
pemasangan gelang bayi.
5. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir,
pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai
Apgar.
Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi
terhadap rangsangan (response to stimuli) yaitu dengan memasukan kateter ke
lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0,
1, dan 2.
Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi termasuk normal
(virgorous baby = nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar 4-6)
atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3). Bila nilai Apgar dalam 2
menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih
lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit,
kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan di kemudian hari
lebih besar. Berhubungan dengan itu, penilaian menurut Apgar dilakukan
selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit (Prawirohardjo, 2005).
Tabel 1. Cara penilaian APGAR (Mochtar, 1998)
Tanda vital 0 1 2

Denyut Tidak terdengar Dibawah 100/menit Diatas


jantung 100/menit
Pernapasan Hilang Lambat/ tak teratur/ normal
lemah bayi menangis
Tonus otot Flasid Sedang Baik gerakan
aktif
Refleksi Tak ada reaksi Reaksi berkurang Reaksi normal
iritasi
Warna kulit Biru atau Badan merah muda, Seluruhnya
pucat ekstremitas biru merah muda

Klasifikasi klinik nilai APGAR


a. Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3).
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan
natrikus Tanda vital 0 1 2 Denyut jantung Tidak terdengar Di bawah
100/menit Di atas 100/menit Pernapasan Hilang Lambat/ tak teratur/
lemah normal bayi menangis Tonus otot Flasid Sedang baik gerakan
aktif Refleksi iritasi Tak ada reaksi Reaksi berkurang Reaksi normal
Warna kulit Biru atau pucat Badan merah muda, ekstremitas biru
Seluruhnya merah muda 23 bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per
kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan,
diberikan via vena umbilikus.
b. Asfiksia ringan sedang (nilai Apgar 4-6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas normal kembali.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai Apgar 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai Apgar 10
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi,dkk (2018) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.
2. Pemeriksaaan fisik bayi.
3. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 –1 mg I.M.
Pemberian Vitamin K adalah untuk mencegah perdarahan karena
defisiensi Vitamin K. Vitamin K diberi secara injeksi 1 mg
intramuscular setelah 1 jam kontak ke kulit dan bayi selesai menyusu
untuk mencegah perdarahan dan membantu proses pembekuan darah yang
bisa saja terjadi pada bayi
4. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.
5. Lakukan perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah
terjadinya infeksi (Safitri, 2022). Perawatan tali pusat yang benar dilakukan
dengan cara tali pusat dicuci dengan air bersih dan sabun bilas dan keringkan
betul-betul dan pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka, terkena udara
dan tutupi dengan kassa bersih secara longgar (Pusdiknakes, 2013).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Safitri pada tahun 2022
menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir.
Baik buruknya tindakan seorang ibu dalam melakukan perawatan tali pusat
tergantmg dari pada reaksi atau respon dari ibu itu sendiri. Jika seormg ibu
besikap baik maka tindakan perawatan tali pusat akan baik, begitu pula
sebaliknya. hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman ibu dalarn
merawat tali pusat sebelumnya atau bahkan belum pemah merawat tali pusat
bayi sehingga ibu tidak memiliki gambaran bagaimana cara merawat tali pusal
yang baik dan benar sesuai dengan kesehatan. Oleh karena itu sangat penting
bagi Bidan/ nakes menyampaikan hal ini kepada ibu nifas.
6. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan
imunisasi HB 0.
Dalam penelitian terbaru diperoleh hasil bahwa Penerapan metode
kangguru efektif mengurangi nyeri dibandingkan dengan tanpa penerapan
metode kangguru. Oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan dapat
meningkatkan manajemen nyeri dengan menerapkan metode kangguru
sebagai asuhan kebidanan untuk mengurangi nyeri penyuntikan intra muscular
pada bayi baru lahir.(Selvi, 2020)
7. Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak
teratur, bayiberwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu meningkat, dll.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah tahun
2016 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi
baru lahir sebagian besar dengan tingkat pengetahuannya cukup. Sehingga
informasi tentang tanda- tanda bahaya bagi bayi sangat penting disampaikan
oleh Bidan atau nakes.
8. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi.
Mother-Baby Care (M-BC) merupakan sebuah konsep yang berupaya
memandirikan pasien (ibu nifas) dalam memenuhi kebutuhannya melalui
dukungan emosional yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada keluarga
baru. Konsep M-BC ini dalam bentuk kegiatan melatih ibu dan keluarga
dalam melakukan perawatan bayi baru lahir, meliputi memandikan bayi,
perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi dan stimulasi dini.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Vetty Priscilla pada tahun
2013 program M-BC berhasil diberikan kepada 10 responden, sehingga
menurut Vetty Priscilla M-BC perlu diterapkan inovasi model Mother Baby
Care (M-BC) dalam perawatan bayi baru lahir yang bertujuan untuk
memandirikan ibu postpartum. Disarankan terutama kepada petugas kesehatan
untuk mengunakan model ini sebagai salah satu inovasi dalam melakukan
perawatan bayi baru lahir.
2.2. Teori Manajemen Kebidanan
A. Pengertian
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Mufdlilah dkk, 2012). Langkah manajemen kebidanan menurut
Varney:
1. Langkah pertama pengumpulan data dasar
Langkah yang pertama adalah mengumpulkan data dasar yang
menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini
meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi,
meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan
rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan
laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan
adalah semua data yang bersal dari sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
2. Langkah kedua interpretasi data dasar
Langkah kedua, mulai dari data dasar menginterpretasi data untuk
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan
perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Diagnosis yang
dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang
tergolong pada nomeklatur standart diagnosis, sedangkan dengan perihal
yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.
3. Langkah ketiga, mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
Langkah ini, adalah langkah yang sangat penting dalam memberi
perawatan kesehatan yang aman. kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkain diagnosis dan masalah yang
sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat
melakukan antisipasi agar diagnosis / masalah tersebut tidak terjadi.
4. Langkah keempat, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera.
Langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan
tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang
lain massih bisa menunggu yang lain masih bisa menunggu beberapa
waktu lagi.
5. Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana asuhan yang
menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya.
Langkah ini meruoakan pengembangan masalah atau diagnosis yang
diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta
perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan
untuk melengkapi data dasar
6. Langkah keenam melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.
Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau
dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim
kesehatan lain. Apabila tidak dapat melkukan sendiri, bidan bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar
dilakukan.implementasi yang efesien akan meminimalkan waktu biaya
serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen
implementasi yang sangat penting adalah dokumentasi secara berkala,
akurat, dan menyeluruh.
7. Langkah ketujuh, evaluasi
Langkah ini evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar- benar telah mencapai tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah
kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.
Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengiplementasikan semua
tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak
diimplementasikan (Varney, 2020).
B. ASUHAN KEBIDANAN BAYU BARI LAHIR
1. Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari hasil anamnesis yang
dilakukan langsung kepada pasien disebut autoanamnesis, dapat juga
dilakukan terhadap orang tua, wali, orang terdekat pasien, atau sumber lain
yang disebut allo anamnesa. Data subjektif ini sangat penting dan sangat
menentukan dalam pemeriksaan klinis (Wahidiyat & Sastroasmoro, 2014).
a) Identitas Bayi
1) Nama
Untuk mengetahui nama bayi. (Matondang,dkk , 2013)
2) Tgl/Jam Lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Matondang,dkk , 2013)
3) Jenis Kelamin
Melihat bayi laki-laki atau perempuan. (Arfiana dan
Lusiana,2016)
b) Identitias Orang Tua Bayi
1) Nama
Untuk mengetahui identitas bayi tersebut, agar tidak keliru dengan
orang lain. (Matondang,dkk , 2013)
2) Umur
Untuk mengetahui umur orang tua bayi. (Matondang,dkk , 2013)
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada
Ibu selama memberikan asuhan. (Matondang,dkk , 2013)
4) Pendidikan
Untuk mengetahui pendidikan orang tua bayi. (Matondang,dkk ,
2013)
5) Pekerjaan
Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga apakah dapat
membiayai bayinya. (Matondang,dkk , 2013)
6) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, sehingga mempermudah
jika ada kunjungan rumah pada pasien. (Matondang,dkk , 2013)
c) Alasan Datang
Menurut Matondang dkk (2013), keluhan utama adalah keluhan atau
gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama
dikaji untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh pasien pada saat
datang ke tempat pelayanan kesehatan.
d) Riwayat Kesehatan Ibu Dan Keluarga
 Ibu (Riwayat kesehatan pada saat hamil)
Untuk mengetahui adanya hipertensi, tanda-tanda hipertensi,
preeklamsi, eklamsi, gangguan penglihatan, mual. Untuk
mengetahui apakah ada penyakit yang bisa mempengaruhi
pertumbuhan janin misalnya riwayat penyakit saat hamil dan
riwayat penyakit sistemik seperti jantung, ginjal,
asma/TBC,hepatitis, diabetes melitus (DM), hipertensi,epilepsi.
 Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular dan menahun misalnya : jantung, asma, diabetes
melitus epilepsi, dan lain-lain.
 Riwayat Kesehatan Anak
Imunisai (Status imunisasi pasien, khususnya imunisasi BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B)
 Riwayat penyakit yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita, mengetahui ada
tidaknya penyakit menular, menahun dan menurun.
 Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Tresnawati,
2013).
 Status Perkawinan Orang Tua
Perlu ditanyakan karena berhubungan dengan diharapkan atau
tidaknya bayi tersebut dalam keluarga. Dan juga berhubungan
dengan kondisi fisik dan mental bayi tersebut.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui adanya penyulit dalam kehamilannya yang
berkemungkinan bisa mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
 Riwayat Persalinan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui, bagaimana proses kelahiran normal atau
dengan trauma lahir dan ditolong oleh tenaga kesehatan atau
ditolong oleh dukun, dan adanya penyulit atau tidak.
 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Kehamilan cukup bulan atau kurang, lahir spontan atau dengan
tindakan, adanya penyakit atau penyulit nifas yang lalu.
e) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Pola Nutrisi
Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dengan hanya memberikan ASI
(ASI eksklusif). Memberikan ASI secara on demand, sebanyak
bayi mau, atau maksimal 2-4jam sekali harus selalu disusui.
(Arfiana dan Lusiana,2016)
 Pola Eliminasi
Eliminasi baik yaitu bayi berkemih dan buang air besar dalam 24
jam pertama setelah lahir. Buang air besar pertama adalah
mekoneum, yang berwarna coklat kehitaman. Bayi dengan nutrisi
ASI saja akan mengalami BAB sebanyak 8-10 kali sehari dengan
konsistensi lembek dan cenderung cair. Sedangkan pada bayi yang
telah minum susu formula frekuensi BAB akan lebih sedikit dan
konsistensi lebih padat. Bayi paling sedikit ,elakukan BAB 2-3kali
sehari. Bayi akan berkemih 7-10 kali sehari (Arfiana dan
Lusiana,2016)
 Pola Istirahat dan Tidur
Waktu tidur bayi 60-80% dari total kegiatan harian, sisanya
merupakan aktifitas terjaga/bangun, menangis, mengantuk, dan
aktifitas motorik kasar. (Arfiana dan Lusiana,2016)
 Pola Personal Hygiene
Bayi baru lahir dimandikan setelah minimal 6 jam dan suhu stabil.
Selanjutnya bayi dimandikan 2kali sehari, dengan menggunakan
air hangat. Rambut boleh dikeramasi setiap kali mandi, dengan
segera mengeringkan setiap kalli selesai mandi dan segera disusui,
agar bayi tidak kedinginan. (Arfiana dan Lusiana,2016).
2. Obyektif
a) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
i. Keadaan umum
Keadaan umum untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan
(Tresnawati,2013). Pengkajian meliputi Tangisan kuat /
merintih, gerakan aktif/lemah, warna kulit
kemerahan/sianosis/ikterik, turgornya baik/buruk.
ii. Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai : komposmentis,
apatik, samnolen, spoor dan koma (Matondang dkk, 2013).
iii. Vital sign
1) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 100-180 kali
permenit, jika kondisi bayi telah stabil dari 120-140 kali permenit.
(Marmi,dkk 2018)
2) Suhu
Bayi cukup bulan normal dan sehat serta tertutup pakaian hangat
akan mampu mempertahankan suhu tubuhnya 36,5-37,5 °C, jika
suhu lingkungan dipertahankan 18-21 °C, nutrisi (ASI) cukup dan
gerakannya tidak terhambat oleh bedong yang ketat. Bayi tidak
boleh kedinginan, tetapi juga tidak boleh kepanasan. (Arfiana dan
Lusiana,2016)
3) Pernafasan
Pernafasan normal pada bayi baru lahir rata-rata 40x/menit,
dengan jenis pernafasan diafragma dan abdomen, tanpa ada
retraksi dinding dada ataupun pernafasan cuping hidung. (Arfiana
dan Lusiana,2016)
2) Pengukuran antoprometri
a. Panjang Badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit pada
bayi cukup bulan normalnya adalah 48-53 cm. (Marmi,dkk 2018)
b. Berat Badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya adalah 2500-4000
gram. Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena dapat
terjadi penurunan berat badan agak cepat. (Marmi,dkk 2018)
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala BBL : 33-35 cm. Fontanel minor menutup pada
minggu 6-8. Fontanel mayor menutup pada bulan 16-18. (Arfiana
dan Lusiana,2016)
d. lingkar Dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm.
Sekitar 2cm lebih kecil daripada lingkar kepala. Pengukuran
dilakukan tepat pada garis buah dada. (Marmi,dkk 2018)
e. Lingkar Lengan
Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. LiLA laju tumbuh lambat, lahir 1cm. (Arfiana
dan Lusiana,2016)
b) Status Present
1) Kepala
Melihat dan meraba fontanel, molase, adanya pembengkakakan
(cephalhematoma), atau adanya cekungan. (Arfiana dan
Lusiana,2016)
2) Muka
Tampak asimetris atau tidak. (Matondang,dkk, 2013)
3) Mata
Inspeksi untuk mengetahui ada pembengkakan atau cairan yang
keluar. (Arfiana dan Lusiana,2016)
4) Hidung
Yang perlu diperiksa pada hidung bayi baru lahir adalah : bentuk
dan ukuran , lubang hidung. Bayi cukup bulan harus lebih dari 2,5
cm
5) Mulut
Melihat adanya kelainan bibir, tulang langit-langit (massa,
labioschisis, labiopalatoshisis). (Arfiana dan Lusiana,2016)
6) Telinga
Yang perlu diperiksa pada telinga adalah : kematangan atau
simetris, letak dan bentuk , ukuran, lubang telinga. (Marmi,dkk
2018)
7) Leher
Yang perlu diperiksa pada leher bayi baru lahir adalah : Bentuk,
massa : normal kelenjar tidak teraba. (Marmi,dkk 2018)
8) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan. (Muslihatun,
2010)
9) Ketiak
Ada tidaknya benjolan.
10) Pulmo/cor
Yang perlu diperiksa pada paru-paru bayi baru lahir :
1. Frekuensi nafas : 40-60 kali permenit
2. Bentuk dan gerak dada : simetri
3. Perkusi : normal
4. Auskultasi : gerakan/masuknya udara
11) Abdomen
Yang perlu diperiksa pada abdomen bayi baru lahir adalah :
1. Hernia, infeksi, perdarahan.
2. Bentuk abdomen : tegang atau cekung
3. Masa : normal tidak ada masa
12) Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun dalam
skrotum, orifisium uretrae diujung penis, kelainan (fimosis,
hipospedia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret,
dan lain-lain. (Marmi,dkk 2018)
13) Punggung
Melihat adanya pembengkakan, cekungan atau lubang, meraba
adanya spina bifida atau massa abnormal. (Arfiana dan
Lusiana,2016)
14) Anus
Melihat apakah berlubang, jika bayi sudah BAB tidak perlu
dilakukan colok dubur. (Arfiana dan Lusiana,2016)
15) Ekstremitas atas/bawah
Jari-jari lengkap, kanan 5, kiri 5, terpisah antara jari-jari, dan
mampu bergerak dengan baik. (Arfiana dan Lusiana,2016)
16) Kulit
Dilihat dan diraba apakah ada pertumbuhan jaringan, benjolan,
massa atau perubahan warna. (Arfiana dan Lusiana,2016)
17) Reflek
a. Rooting reflek (mencari)
b. Sucking reflek (menghisap)
c. Swallowing reflek (menelan)
d. Moro reflek (Goyangan tiba-tiba atau perubahan keseimbangan
akan menyebabkan ekstensi dan abduksi mendadak.. (Arfiana
dan Lusiana,2016)
e. Grasp reflek (Sentuhan pada telapak tangan atau kaki dekat
dasar jari, menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman
tangan berkurang setelah usia 3 bulan, diganti dengan gerakan
volunteer, genggaman kaki berkurang pada usia 8 bulan.
(Arfiana dan Lusiana,2016)
f. Tonic neck reflek (Apabila kepala bayi ditengokkan ke satu
sisi, lengan dan tungkai akan diekstensikan pada sisi tersebut,
sedangkan lengan dan tungkai pada sisi yang berlawanan
difleksikan, hilang pada usia 3-4 bulan, diganti dengan
pemosisian yang simetris pada kedua sisi tubuh).
g. Babinski reflek (Goresan sisi luar telapak kaki keatas dari tumit
sepanjang telapak kaki menyebabkan jari-jari kaki
hiperekstensi dan haluks dorsofleksi, menghilang setelah 1
tahun.
3. Analisa
a. Interpretasi data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada
langkah pertama.
b. Identifikasi masalah atau diagnose potensial
Melakukan identifikasi apakah ada masalah atau diagnose potensial
yang ditemukan.
c. Identifikasi penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi.
4. Penatalaksanaan
Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan dilakukan diberikan
kepada klien sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai dengan
standar pelayanan. Menurut Arfiana dan Lusiana (2016), asuhan bayi baru
lahir yang dapat diberikan antara lain:
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Melakukan IMD sedini mungkin, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
dengan hanya memberikan ASI (ASI eksklusif). Memberikan ASI
secara on demand, sebanyak bayi mau, atau maksimal 2-4jam sekali
harus selalu disusui.
d. Menjaga kehangatan bayi terutama dalam 2x24jam pertama, dengan
selalu menutup kepala bayi (dengan topi atau bedong), meletakkan
bayi dalam ruangan yang hangat, jauh dari jendela atau pintu yang
terbuka, serta segera menggangti popok bila bayi BAB atau BAK.
e. Pemberian vitamin K
f. Pemberian tetes mata gentamicin
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B
h. Perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat adalah dengan menjaga
jangan sampai kotor, dengan tidak perlu membubuhkan apapun pada
tali pusat. Dan dijaga perawatan tali pusat untuk kering dan bersih.
i. Mengamati adanya tanda bahaya bayi
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana, Lusiana Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Trans Medika.
Depkes RI. 2005. Asuhan Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia. Jakarta: JNPK.
Dinkes Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
http://www.dinkes-kotasemarang.go.id. Diakses pada hari senin, 07 Mei 2018.
Dinkes Prov Jateng. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013.
Erisnawati, A dan Kustini. 2022. Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini (IMD)dalam
Menurunkan Kejadian Hipotermipada BBL di RSUD Ngimbang Lamongan
Tahun 2021. EMBRIO: Jurnal Kebidanan (2022), Volume 14, Nomor 1.
https://doi.org/10.36456/embrio.v14i1.4155
Fraser, Diane. 2011. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14. Jakarta : EGC
Irianti Bayu. 2017. Kebidanan: Teori dan Asuhan volume 2. Jakart: EGC
Kosim, MS. 2007. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Medan
Marmi,dkk.2018. Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak Prasekolah,Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisik pada Anak. Jakarta : CV.Agung.Seto.
Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Mufdlilah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Paula Vivi Fridely. 2017. Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu Pada Bayi Baru
Lahir Untuk Mengurangi Angka Kejadian Hipotermi. Jurnal Ilmiah Bidan Vol
II no 2 2017.
Prawirohardjo. Sarwono. 2005. “Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal”.
Jakarta : JNPKKR. POGI.
Prawirohardjo , Sarwono. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarono
Prawiro Harjo.
Reny Chaidir. 2016. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi
Baru Lahir Di BPM Padang Panjang. Jurnal Ipteks Terapan Volume 11.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.kope
rtis10.or.id/index.php/jit/article/download/
4417/402&ved=2ahUKEwjsmpaTsL3iAhUKX60KHXJGAcs4ChAWMAZ6B
AgEEAE&usg=AOvVaw0675XMsxS6cGvKi-RNOcwY
Safitri, ME. 2022. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perawatan Tali Pusat Bayi
Baru Lahir Di Klinik Bersalin Hj. Darmawati Nasution Kecamatan Percut.
Journal Healthy Purpose Vol 1, No 1, Mei 2022, Hal. 1 - 8 ISSN: 2962-3170
(Media Online). https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/jhp
Saifuddin. 2002. Buku Acuan Nasional Perawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka.
Stright. R.Barbara. 2004. “Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir”. Jakarta : EGC.
Tresnawati, F. 2013. Asuhan Kebidanan. Jilid 2. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka
WHO. 2012. Cause-spesifik Mortality and Morbidity: Causes of Deaths Among
Children. http://apps.who.int/gho/data/?theme=main&node=24#. Diakses pada
hari senin, 07 Mei 2018.

Yanti Herawati, Maya Indriati. 2017. Pengaruh Pemberian ASI Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan Vol 3 No !
Januari 2017.https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/
view/
110&ved=2ahUKEwi919KirL3iAhUNWa0KHd5mCnAQFjAIegQICRAB&us
g=AOvVaw3Wv_NsoCn2_nsBtUtr-KsK&cshid=1559017122705

Anda mungkin juga menyukai