Ergonomi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan

dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008).
Menurut Sutalaksana (1979), egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman . Ergonomi berkenaan
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat
kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga
digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur , perancangan produk,
fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International
Ergonomics Association). Ergonomic dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja,
meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pulaberperan sebagai desain perangkat lunak karena
dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.

Sumber:
Nurmianto, Eko. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Teknik Industri-ITS. 2008.
Sutalaksana, Iftikar Z. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1979.

http://ergonomi-teknikindustri.blogspot.com/2009/10/pengertian-ergonomi-istilah-ergonomi.html

Apa sih ergonomi makro itu ?

Sebelum mengenal lebih lanjut mengenai ergonomi makro, kita harus tahu terlebih dahulu
pengertian tentang ergonomi…

Pengertian ERGONOMI secara umum

© Kata Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo yang
berarti kerja dan Nomos yang berarti peraturan. Jadi, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari
tentang peraturan kerja. Konsepnya adalah ilmu yang membahas tentang kelebihan dan
keterbatasan manusia dan secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi tersebut untuk
rancang bangun, sehingga mengahasilkan produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih baik.
© Menurut Sutalaksana, 1979, ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melealui pekerjaan
itu, dengan efektif, aman dan nyaman.

Lalu, apa itu ergonomi makro?


Nah untuk menjawab pertanyaan yang satu ini, kita perlu tahu bahwa sebenarnya ergonomi itu
terdiri dari 2 hal, yaitu :
© Ergonomi mikro
Ergonomi ini lebih mengarah pada tools yang digunakan untuk mencapai sistem kerja yang baik.
Misalnya: peta-peta kerja, kaizen, SMED, dll
© Ergonomi makro
Ergonomi ini lebih mengarah pada hubungan sosial dalam lingkup organisasi.

Dengan demikian, kita dapat mengartikan secara 2 hal, yaitu :


© Definisi umum
Merupakan sebuah pendekaTan ergonomi yang berbasis perancangan organisasi pada suatu
sistem kerja.
© Definisi Konseptual
Merupakan pendekatan sistem sosioteknik dari tingkatan atas ke bawah yang diterapkan pada
berbagai level interaksi ergonomi mikro, seperti manusia-pekerjaan, manusia-mesin dan
manusia-perangkat lunak.

We must know!!
© Sejarah ergonomi makro ditemukan oleh Bpk. Teknik Industri seDunia yaitu Hendrick W.
Taylor yang bermula pada “sekop”, nah dari situlah cikal bakal ilmu ergonomi hadir…

Suatu industri dapat berkembang menjadi besar dengan adanya faktor penggerak utama yaitu
TEKNOLOGI (Komputer dan telekomunikasi). Relasi antar manusia-mesin juga berkembang
seiring dengan kemajuan teknologi yang ada. Namun, dengan semakin majunya teknologi kini
atau sekarang disebut dengan otomatis maka relasi antar manusia-mesin menjadi tidak serasi
(Lho koQ bisa?). Misal : sebelum dikenal adanya sistem otomatis, mesin hanya dapat digunakan
jika terdapat operator yang menggunakan mesin tersebut. Sekarang, tanpa adanya operator,
mesin tersebut dapat digunakan selama yang kita butuhkan (otomatis), akibatnya produktivitas
pekerja menurun, maka timbul pengangguran dimana-mana. Nah, dari sini maka diperlukan
keserasian hubungan antar manusia-mesin agar produktivitas dapat meningkat.

Efek dari Organisasi Industri


© Manusia sama dengan mesin
© Motivasi bekerja menurun
© Upah insentif
© Standar tinggi

Cara untuk memperbaiki kegagalan pada organisasi


© Pelatihan
© Melibatkan karyawan sehingga mempunyai rasa memiliki
© Pendekatan psikologi

http://ikhetriana.wordpress.com/2009/02/04/pengertian-ergonomi-makro/
Fungsi dan Manfaat Ergonomi
February 17th, 2010 • Related • Filed Under

DEFINISI ERGONOMI

Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dan lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan saat
melakukan aktivitas kerja. Istilah ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon berarti “kerja”
dan nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi didefinisikan sebagai penerapan ilmu biologi
manusia bersama-sama dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara
pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan
kesejahteraan (ILO, 1998). Salah satu definisi ergonomi yang menitikberatkan pada penyesuaian
desain terhadap manusia dikemukakan oleh Annis & Mc Conville (1996) dan menerapkan
informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan,
mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja
secara sehat, aman, nyaman dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain
produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain produk. Konsep
tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan
dalam pemakaian, dan efisien dalam pemakaian.

Hal senada juga diungkapkan Kroemer yang mengatakan bahwa, di dalam ergonomi
prinsip,metode dan data ilmiah dari berbagai disiplin diaplikasikan untuk mengembangkan
sistem perekayasaan dimana manusia memainkan peranan penting (Kroemer, et al. 1994). Oleh
Murrel dan kawan-kawan, fungsi ergonomi mereka rumuskan sebagai “Studi ilmiah tentang
perkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya” (the scientific study of the relationship
between man and his working environment). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan
aktifitas rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (redesign). Sementara itu Granjean
berpandangan bahwa dalam ergonomic perancangan haruslah menganut prinsip fitting the task to
the man, yang berarti bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia sehingga hasil yang dicapai dapat meningkat (Grandjean, 1984; Tayyariand Smith,
1997).

Menurut Singleton (1972) ergonomika-teknologi dari rancangan kerja didasarkan pada ilmu-ilmu
biologi manusia diantaranya anatomi, fisiologi dan psikologi.

1. Anatomi
a. Antropometri (dimensi-dimensi badan)
b. Biomekanika (penerapan daya-daya)
2. Fisiologi
a. Fisiologi Kerja (penggunaan tenaga)
b. Fisiologi Lingkungan (dampak dari lingkungan fisik)

3. Psikologi
a. Psikologi Keterampilan (pengolahan informasi dan pengambilan keputusan )
b. Psikologi Kejuruan (pelatihan, upaya dan perbedaan individual)
TUJUAN ERGONOMI

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.


2. Meningkatkan kesejahteraan sosial.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya
dari setiap sistem kerja

MANFAAT ILMU ERGONOMI

1. Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja,
mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan

3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang


diperlukan

4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia.

5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja

CONTOH APLIKASI ERGONOMI

Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi.
Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat
mengemudi. Apalagi jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan
kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka akan menimbulkan rasa
hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk. Meskipun sesungguhnya secara psikologis
rasa lelah bersifat melindungi, sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi
isyarat kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan
untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus dipaksakan, maka akan mengurangi
kesiagaan yang dapat membuahkan kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain
yang ada di sekitanya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk beristirahat walau
sejenak.

Di samping itu kendaraan yang dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai
kehendak pengemudi sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan
serasi. Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin. Demikian juga
perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat respon yang cepat dan tepat dari
kendaraannya. Kondisi yang tidak ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk
tidak nyaman dan terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi terlalu
sempit, desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-kontrol tidak tepat. Ergonomi
merupakan suatu cara untuk menekan agar kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin
sehingga menurunnya gerak reflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan dan interval
waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara
lain : desain tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang, istrumen dan
panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..

DESAIN TEMPAT DUDUK

Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi/penumpang


adalah tempat duduk, karena sebagian besar tubuh manusia berada di sini. Berbeda dengan
perangkat lainnya yang hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu
kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan secara menyeluruh bagi
yang menempatinya.

Kenyamanan tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat duduk.
Orang yang berada di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya oleh
permukaan tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersiksa dan
mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan rasa ngantuk. Keadaan yang
sama akan dialami jika tata letak penyangga berada pada tempat yang salah.

Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang secara khusus karena
pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat tempat duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar tulang pinggul, tetapi harus
mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha dan sekitar tulang ekor. Artinya tempat
duduk tidak menerima tekanan yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar
secara merata dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi
pada suatu tempat tertentu akan menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah.
Kelelahan suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi pengemudi hingga
kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar. Karena setiap pengemudi mempunyai
bentuk tubuh yang berbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran yang dapat
distel.

RODA KEMUDI, PEDAL REM, DAN PEDAL KOPLING

Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena
keduanya berkaitan dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang
gerak pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan kemudi, tetapi banyak
memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang
kemudi lebih luas tetapi diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga akan
cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap
setiap gerakan roda kendaraan, artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda
kendaraan. Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga yang besar
untuk memutarkannya.

Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval). Roda
kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda
kemudi bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat belok lebih
kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan lurus.
Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi dapat
distel. Dengan merubah kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan yang cukup
keras (misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi terhindar dari himpitan roda kemudi
saat terjadi kecelakaan.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi terhindar dari himpitan saat
kecelakaan. Seperti yang dilakukan perusahaan mobil Volvo yang menerapkan konsep “safety
cage”(ruang aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan
belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan)
yang fatal, kap mesin terlipat ke atas, spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi
(presnelling) jatuh ke bawah. Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari kemungkinan
terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000 dilengkapi dengan bumper yang mampu
menahan benturan tanpa mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper
dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu meredam energi bila terjadi tumbukan
pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap
kenyamanan pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki
pada saat mengemudi.

MEDAN PANDANG DAN KEMAMPUAN PANDANG

Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas dan bawah. Untuk
memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar.
Kemampuan yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata
mutlak harus dimiliki oleh kaca spion. Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi,
artinya dapat dengan jelas menggambarkan situasi yang sesungguhnya.

Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Misalnya


saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari,
seringkali berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot) lampu yang tidak
memenuhi standard. Untuk meningkatkan kemampuan pandang dan memberikan tingkat
ergonomi yang lebih baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan
perlengkapan khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan
bagian interior yang tidak memantulkan sinar sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan
pandang di malam hari dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu
jenis “halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding lampu biasa. Arah
sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan
memiliki spesifikasi (ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu
terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki kemampuan
pandang dan tidak mengganggu pengemudi dari arah yang berlawanan. Berkurangnya
kemampuan pandang akibat adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut
(lampu berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai beberapa meter
sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat terjadi kabut. Apabila hanya
mengandalkan lampu depan untuk menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah
karena kemampuan pandang berkurang.
Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan kabut (embun) yang
menempel pada dinding kaca depan dan belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu
mengikis air hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air hujan yang
menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah ada yang telah dilengkapi dengan
pengatur otomatis penggerak wiper dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan
gerimis, wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper
dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil Volks Wagen telah menggunakan
penghapus kaca yang terprogram. Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu
penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal memijit tombol sekali lagi
sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat
diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.

KONTROL YANG ERGONOMIS

Terdapat beberapa jenis alat kontrol yang digunakan pada mobil antara lain : sistem tombol
tekan (push-buuton), sistem saklar towel (toggle switch), sistem tombol putar (rotary selector
switch), dan lain-lain. Pemilihan jenis kontrol disesuaikan dengan frekuensi pemakaian, tempat
yang tersedia dan jenis instrumen yang dikendalikan (Mark S. Sanders dan Ernest J. Mc
Cormick, 1987).

Sistem tombol-tekan hanya memerlukan tempat yang sempit dan dapat dengan mudah
dibedakan dengan variasi warna. Permukaannya harus agak cembung dan diameternya cukup
besar sehingga jika dioperasikan dengan ujung jari tidak meleset.

Sistem saklar towel mudah dikenali dan menjamin kecermatan yang tinggi untuk
mengendalikan. Biasanya saklar tersebut mempunyai tiga atau dua posisi (on-off). Dalam
pemasangannya, saklar ini banyak memerlukan tempat jika dibanding sistem tombol tekan.
Sebaiknya saklar ini ditempatkan dalam satu baris dan dalam arah tegak.

Sistem tombol putar ada beberapa bentuk antara lain : bentuk bulat, balok dan kerucut. Apapun
bentuknya tombol ini harus mudah diraba dan mempunyai pegangan yang handal. Apabila
beberapa tombol putar dipakai sebuah panel instrumen, tombol bergigi, (pointed knob) akan
lebih baik karena posisi yang dikehendaki mudah distel. Contoh pemakaian tombol ini yaitu pada
pengatur AC, radio, wiper, lampu depan dan lain-lain.

Tata letak dan jenis saklar mempengaruhi kenyamanan pengemudi. Letak saklar hendaknya
dirancang supaya mudah dijangkau dan disesuaikan dengan berbagai ukuran pengemudi hingga
cocok pada segala keadaan. Selain mudah dijangkau. Pergerak-an tangan harus nyaman dan tidak
terganggu oleh perlengkapan lainnya. Letak yang mudah di- ingat juga sangat penting sehingga
tanpa melihatpun pengemudi dapat menjangkau alat kontrol yang ada. Untuk saklar-saklar yang
paling sering digunakan hendaknya ditempatkan sedekat mungkin dengan pengemudi.

INSTRUMEN DAN PANEL YANG MUDAH DIBACA

Apabila pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan aman, sebelumnya harus


mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Di samping itu perlengkapan tersebut
harus akurat dan mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam membaca
instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakan metode EOG (Electro Ocolugraphy).
Metode ini menggunakan perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada
kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang ditempatkan di sekeliling mata,
maka dapat diketahui ukuran, terangnya suatu warna, dan posisi dari meter-meter yang
dikehendaki pengemudi.

Dari hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu salah satu dari tipe meter
yang mampu mengurangi waktu untuk melihat informasi yang diberikan. Untuk memperbaiki
kemampuan pandang biasa digunakan cara pemantulan dari perangkat meter dengan
menggunakan cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan karena mata tidak perlu
memperbaiki fokus setelah membaca meter. Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar
diberikan oleh meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan berjalan
dengan kecepatan tinggi.

Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk membaca dan kembali ke
posisi pandang awal dengan pola meter dipantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh
lebih cepat sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan pembacaan langsung tanpa
pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa pengemudi dengan cara pantulan, ternyata
menghasilkan kecepatan yang sama dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang
mampu bergerak cepat atau saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).

Indikator yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika terjadi gangguan.
Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan menyala bila menunjukkan angka kritis (bensin
hampir habis), demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur kapasitas
minyak rem dalam reservoir, indikator pengisian baterai, juga penting untuk diberi tambahan
lampu peringatan. Dengan demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga
memudahkan bagi pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam sistem. Penentuan warna
pada panel/dashboard (tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian
dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan warna
hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini, kelelahan
pengemudi dapat dikurangi terutama pada malam hari.

ASPEK PSIKOLOGIS

Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi tingkat stress yang
diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda
empat. Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan dan keselamatan
pun akan lebih meningkat.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/fungsi-dan-manfaat-ergonomi/

Tujuan dan Manfaat Ergonomi


Diposkan oleh Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dan lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan saat
melakukan aktivitas kerja. Istilah ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos
yang berarti aturan. Ergonomi didefinisikan sebagai penerapan ilmu biologi manusia bersama-sama
dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan (ILO, 1998). Salah satu
definisi ergonomi yang menitikberatkan pada penyesuaian desain terhadap manusia dikemukakan oleh
Annis & Mc Conville (1996) dan menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan
keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan
sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien. Sedangkan Pulat
(1992) menawarkan konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam
penggunaan desain produk. Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya
waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efisien dalam pemakaian.

Hal senada juga diungkapkan Kroemer yang mengatakan bahwa, di dalam ergonomi prinsip,metode dan
data ilmiah dari berbagai disiplin diaplikasikan untuk mengembangkan sistem perekayasaan dimana
manusia memainkan peranan penting (Kroemer, et al. 1994). Oleh Murrel dan kawan-kawan, fungsi
ergonomi mereka rumuskan sebagai “Studi ilmiah tentang perkaitan antara orang dengan lingkungan
kerjanya” (the scientific study of the relationship between man and his working environment).
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktifitas rancang bangun (design) ataupun rancang
ulang (redesign). Sementara itu Granjean berpandangan bahwa dalam ergonomic perancangan haruslah
menganut prinsip fitting the task to the man, yang berarti bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia sehingga hasil yang dicapai dapat meningkat (Grandjean, 1984;
Tayyari and Smith, 1997).

http://riset-ergonomi.blogspot.com/2009/01/tujuan-dan-manfaat-ergonomi.html

Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerja dan manusia secara optimum, dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan.

DISIPLIN ILMU YANG TERKAIT :

 Fisiologi
 Anatomi

 Kesehatan kerja

 Higiene perusahaan

 Arsitek

 Psykologi

 Teknik

 Biometri
 Dan lain-lain.

SASARAN :

TENAGA KERJA :

 Sektor Modern
 Sektor Tradisional

 Sektor Informal

TUJUAN ERGONOMI

 kecelakaan kerja
 Dalam rangka efisiensi kerja

 Untuk kepentingan kesejahteraan

 Pembebanan rendah-hasil besar

 Penyesuaian alat dan lingkungan kerja

 Pencegahan sakit dan kecelakaan kerja

DAFTAR PERIKSA ERGONOMI

 Penyimpanan dan penanganan barang / material


 Alat-alat / perkakas

 Faktor keamanan pada mesin produksi

 Penyempurnaan rancangan meja kerja

 Pencahayaan di tempat kerja

 Bangunan dan lingkungan kerja

 Bahaya-bahaya lingkungan kerja

 Fasilitas umum

 Peralatan pelindung diri

 Pengaturan pekerjaan

Untuk mengetahui segala sesuatu yg berkaitan dengan Ergonomi dapat menghubungi Admin

Tags: Ergonomi, penerapan ilmu biologi manusia, sasaran ergonomi, tujuan ergonomi

This entry was posted on Tuesday, December 22nd, 2009 at 3:31 pm and is filed under HSE. You can follow any
responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
http://www.uklik.net/tag/tujuan-ergonomi/

Fungsi dari Ergonomi dalam kehidupan beserta dampak psikologisnya

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu bersifat multi-disipliner yang lahirnya setelah perang dunia
II. Mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kedokteran, biologi, ilmu psikologi dan
sosiologi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan dan sebagai aturan dalam bekerja. Ergonomi
merupakan disiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman manusia dan interaksi di antara
unsur-unsur lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode untuk
desain agar dapat mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan sistem secara keseluruhan kinerja.

Ergonomi menarik di banyak disiplin ilmu dalam studi tentang manusia dan lingkungan mereka.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani kata Ergon dan Nomos. Ergon berarti kerja, Nomos berarti
aturan atau hukum. Implikasi dalam kehidupan ialah bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan itu
hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada aturan kerja yang harus dipatuhi. Ergonomi
dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya, mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem
kerja guna mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif, efisien dan aman serta nyaman.

Ergonomi berkaitan dengan ‘kesesuaian’ antara orang-orang dan pekerjaan mereka. Hal ini
memperhitungkan kemampuan pekerja dan keterbatasan dalam mencari untuk memastikan
bahwa tugas, peralatan, informasi dan lingkungan hidup sesuai dengan setiap pekerja. Untuk
menilai seseorang cocok dalam pekerjaanya, ergonomists mempertimbangkan pekerjaan yang
dilakukan dan tuntutan pekerja; peralatan yang digunakan (ukuran, bentuk, dan bagaimana yang
tepat adalah untuk tugas), dan informasi yang digunakan (bagaimana disajikan, diakses, dan
diubah .

Prinsip dasar dalam ergonomi adalah menyesuaikan manusia dengan pekerjaanya, manusia
bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, pekerjaan yang diperoleh dapat
memelihara harkat dan harga dirinya sebagai manusia sehingga bersifat manusiawi yang
didalamnya terkandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Manusia adalah mahluk pekerja. Dengan bekerja mereka akan menghasilkan suatu hasil kerja
yang nantinya akan dipakai untuk membiayai segala kebutuhan hidupnya, yaitu memperoleh
bahan makanan, sandang dan perumahan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia bisa
saja memakai peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu.

Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus mendukung
fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam pelaksanaan ergonomi di tempat
kerja. Dengan ergonomi akan dijamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan
dan keterbatasannya. Hasil akhirnya ialah manusia mampu berproduksi optimal, selama umur
produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya. Ergonomi dimanfaatkan
sebagai suatu cabang ilmu akan sangat bermanfaat bagi manusia bekerja, dimana saja dan kapan
saja.
Ergonomi dipergunakan oleh setiap manusia bekerja. Ergonomi sebagai suatu pendekatan yang
memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah ia bekerja di pagi sampai
siang, sore dan malam hari. Bekerja di permukaan bumi, bawah laut, di bawah tanah atau di
udara sekalipun. Jenis tugasnya dapat dilaksanakan secara invidual, atau berkelompok, pekerjaan
ringan, sedang, dan berat; di situlah ergonomi akan berperan.

A. Tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama


pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat
kerja.

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,


antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkakan efisiensi sistem
manusia-mesin.

B. Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Menurunnya angka sakit akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.

6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat.

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

C. Beberapa aspek yang mempengaruhi ergonomi dalam kelangsungan hidup manusia adalah
sebagai berikut :

1. Lingkungan
Aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia. Lingkungan yang tidak
kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan bagi tubuh, pada hal tubuh sedang
melaksanakan beban utama yaitu tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan
dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya
akan mempengaruhi penampilan kerja manusia. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan,
lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi
dan produktivitas kerja.

2. Antropometri dan Dimensi ruang

Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang akan
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi manusia. Ukuran yang
digunakan yaitu standar rata-rata atau kurva normal. Data antropometri diaplikasikan secara luas
antara lain dalam perancangan area kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk
konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik. Perancangan suatu produk harus
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis
kelamin, suku bangsa, posisi tubuh.

3. Kondisi Kerja

Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan,
lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau
ruang kerja seorang tenaga kerja.

4. Waktu Kerja

Lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan
berlebihan. Kerja dikatakan efisien apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk
menghitung waktu (standar time) penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan prinsip-prinsip
dan teknik pengukuruan kerja. Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan
antara kegiatan manusia dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku
diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan tertentu tenaga kerja (man power planning),
estimasi biaya2 untuk upah karyawan, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan
sistem, pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang
mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

5. Sosial

Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya,


interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan
yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan
stress psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya
dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja,
seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja.
6. Sikap Kerja

Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan
cedera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang
tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain
dan cedera otot-otot.

7. Interaksi manusia-mesin atau peralatan kerja

Tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin atau peralatan kerjanya.
Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui display dan control. Ketidak-
serasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan
tubuh.

Fokus perhatian ergonomi erat kaitannya dengan aspek-aspek manusia dalam perencanaan dan
lingkungan kerja. Penekanan ergonomi pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia baik
secara fisik maupun mental, psikologis serta dalam sistem manusia mesin yang integral, yang
pada akhirnya rancangan ergonomis akan meningkatkan efisien, produktivitas kerja.

Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja manusia
dan mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau
peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error). Sedangkan pendekatan
khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi yang relevan berkaitan
dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan peralatan, fasilitas dan lingkungan
kerja yang dipakai.

http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/2010/06/08/fungsi-dari-ergonomi-dalam-kehidupan-beserta-
dampak-psikologisnya/

Mengapa ergonomi cukup penting ?


Posted on June 16th, 2009 Ali Margosim Chaniago No comments

Dahulu, para pekerja harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Meski demikian,
munculnya beragam masalah kesehatan dan produktivitas telah “menghasilkan” ilmu yang
relative baru, yaitu ergonomi ilmu untu

k menyesuaikan lingkungan kerja bagi para pekerja.


Tujuan ergonomi adalah untuk membuat kondisi kerja dan peralatan menjadi lebih aman dan
efisien. Ergonomi terkait dengan desain terkait dengan desain perangkat keras dan perangkat
lunak yang tidak banyak

menimbulkan stress dan lebih nyaman digunakan, karena disesuaikan dengan tubuh atau gerakan
manusia. Contoh perangkat keras ergonomis adalah layar yang landai, keyboard yang bias
dibongkarpasang dan terletak terpisah dari computer, dan bentuk keyboard yang terfokus ke
bagian tengah sehingga pergelangan tangan pengguna bisa beristirahat dalam posisi alamiah.

http://mahasiswait.students-blog.undip.ac.id/2009/06/16/mahasiswa-it-mengapa-ergonomi-cukup-
penting/

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN
DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA
RENGGING PECANGAAN JEPARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan masyarakat pekerja Indonesia sesuai dengan misi
Indonesia sehat 2010 yaitu suatu keadaan yang menggambarkan perilaku dan
lingkungan masyarakat yang sehat, keadilan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dan memiliki derajat kesehatan paling tinggi. Perilaku hidup sehat
antara lain melindungi diri dari penyebab suatu penyakit termasuk kesehatan
kerja.
Indonesia sebagai salah satu negara di dunia, sangat berkepentingan
terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini disebabkan
karena dapat menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif.
Salah satu dampak negara adalah meningkatnya penyakit akibat kerja (PAK).
Dengan program K3 diharapkan dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang akan dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Karena tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat dan
bebas dari pencemaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).
Setiap tahun ada sekitar 1,1 juta jiwa kematian karena penyakit atau
kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data dari internasional
Labour Organization (ILO) pada peralihan milenium kedua dan milenium
ketiga mengungkapkan terjadinya 250 juta kecuali yang terjadi di industriindustri
di dunia yang menyebabkan 300.000 kematian. Setiap tahun terjadi
160 juta penyakit akibat hubungan kerja baru.

Menurut WHO (2000) hanya sedikit pekerja yang mempunyai akses


terhadap pelayanan kesehatan kerja yang memadai sekitar 5-10% pekerja di
negara berkembang dan 20-50% pekerja di negara industri.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Irfan (2003), hubungan paparan
debu kayu dengan keluhan subyektif saluran pernapasan dan gangguan
ventilasi paru pada tenaga kerja PT Perwita Karya divisi mebel kabupaten
Sleman Yogyakarta, tenaga kerja yang terpapar debu kayu mempunyai
peluang 6,2 kali akan mengalami keluhan subyektif saluran pernapasan akan
mengalami gangguan ventilasi paru sebesar 5 kali. Tenaga kerja yang perokok
mempunyai peluang 4,1 kali akan mengalami keluhan subyektif saluran
pernapasan dan 7,1 kali akan mengalami gangguan ventilasi paru. Tenaga
kerja dengan keluhan subyektif saluran pernapasan mempunyai peluang 3,4
kali akan mengalami gangguan ventilasi paru.
Dalam dunia industri, Jepara terkenal dengan industri mebel yang telah
mencapai pasar internasional. Dalam perkembangannya industri mebel telah
tersebar sampai ke desa-desa dan tenaga kerja sebagian besar adalah
masyarakat sekitar. Produk mebel yang berkualitas baik harus melewati
berbagai proses, salah satunya adalah proses menghaluskan permukaan kayu
yang sering disebut pengamplasan kayu (Hasyim, 2004).
Berdasarkan data demografi di desa Rengging tahun 2005 jumlah
penduduk 5987 jiwa sedangkan jumlah penduduk tahun 2006 adalah 6072
jiwa dengan jumlah laki-laki 3069 jiwa dan perempuan 3003 jiwa.

Berdasarkan data tersebut jumlah tenaga kerja buruh/swasta 1548 jiwa berarti
25,4% dari jumlah penduduk desa Rengging.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa para
pekerja seringkali mengabaikan kesehatan dan kurang mengetahui terhadap
efek yang ditimbulkan dari pengamplasan kayu tersebut. Para pekerja merasa
risih, tidak praktis, dan tidak bebas dalam melakukan pekerjaan bila memakai
masker saat bekerja. Selama ini pekerja kurang mendapatkan standar
pelayanan ataupun kelayakan dalam bekerja bahkan keamanan dalam bekerja.
Padahal pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang penuh dengan debu
ampas gosokan kayu. Hal ini yang mempengaruhi pekerja pengamplasan kayu
tidak menggunakan masker sebagai alat pelindung diri dari debu yang
dihasilkan dari pengamplasan kayu. Padahal partikel atau debu yang
dihasilkan dari kayu tersebut dapat menganggu kesehatan terutama pada
saluran pernafasan. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas
Pecangaan, melalui wawancara dengan petugas bagian pelayanan bahwa
penderita penyakit paru akibat kerja berjumlah 21 orang. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan pada pekerja pengamplasan kayu sangat penting karena
dapat memberikan pengetahuan yang benar sebagai bekal menghadapi masa
depan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penggunaan
4
masker terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pekerja pengamplasan kayu di
desa Rengging”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penggunaan masker terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap pekerja pengamplasan kayu di desa Rengging.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penggunaan
masker terhadap tingkat pengetahuan pekerja pengamplasan kayu di
desa Rengging.
b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penggunaan
masker terhadap sikap pekerja pengamplasan kayu di desa Rengging.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Masyarakat
Memberikan informasi tentang penggunaan masker bagi pekerja
pengamplasan kayu sehingga dapat mengubah sikap dan perilaku dalam
bekerja.
5
2. Bagi Puskesmas Pecangaan
Sebagai dasar dalam menyusun program pendidikan kesehatan di
masyarakat, khususnya tentang penggunaan masker pada pekerja
pengamplasan kayu saat bekerja .
3. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
dan sikap pekerja pengamlasan kayu di desa Rengging, Pecangaan, Jepara.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pendidikan kesehatan telah banyak dilakukan
sebelumnya. Sejauh penelusuran peneliti yang telah dilakukan, belum ada
penelitian dengan judul “Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penggunan
masker terhadap pengetahuan dan sikap tenaga kerja pengamplasan kayu”.
Namun ada penelitian yang hampir mirip yaitu:
1. Irfan (2003), Hubungan Paparan Debu Kayu dengan Keluhan Subjektif
Saluran Pernapasan dan Gangguan Ventilasi Paru pada Tenaga Kerja PT
Perwita Karya Divisi Mebel Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional study dengan teknik purposive
random sampling terhadap 57 orang tenaga kerja. Dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara paparan kadar debu kayu
dengan keluhan subjektif saluran pernapasan dan ventilasi paru. Begitu
juga antara keluhan subjektif saluran pernapasan dengan gangguan
ventilasi paru juga menunjukkan hubungan yang signifikan. Faktor resiko
6
lain yang mempengaruhi keluhan subjektif saluran pernapasan dan
gangguan ventilasi paru adalah kebiasaan merokok pada tenaga kerja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah rancangan
penelitian dan teknik pengambilan sampel. Penelitian diatas
menggunakan rancangan cross sectional dengan teknik purpossive
random sampling, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
rancangan quasi eksperiment dengan teknik simple random sampling.
2. Prayitna (2000), meneliti tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Dan Perilaku Pegawai Mebel Kayu Tentang
Pemakaian Alat Pelindung Diri. Penelitian ini menggunakan rancangan
pre eksperimen pretest-postest dengan kuota sampling. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam pemakaian alat pelindung
diri dalam bekerja Perbedaan penelitian Prayitna (2000), meneliti
pengetahuan dan perilaku tetapi peneliti melakukan penelitian
pengetahuan dan sikap.
Mencegah Asma Akibat Kerja
 Oleh Dr Anies
”SEJAK dipindah di bagian produksi, saya sering menderita sesak napas.
Padahal sebelumnya saya jarang menglami, kecuali kalau udara dingin,
dok ...”, keluh seorang pasien, tenaga kerja di sebuah pabrik roti.
Dalam pemeriksaan dokter, ditemukan, ternyata pasien ini menderita
asma akibat pekerjaannya. Dia alergi terhadap tepung, bahan yang
dipakai untuk pembuatan roti.

Asma akibat kerja didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai


dengan berbagai keterbatasan aliran udara dan atau hiper-responsif
saluran udara yang disebabkan oleh kondisi-kondisi lingkungan kerja,
bukan oleh rangsangan di luar tempat kerja (Bernstein, 1993).

Asma akibat kerja adalah asma yang disebabkan atau diperburuk kondisi
di tempat kerja, seperti iritasi, uap kimia, gas atau debu. Seperti jenis
asma lain, pekerjaan dapat menyebabkan gejala asma, seperti dada
sesak, mengi dan sesak napas.

Jadi, asma akibat kerja hanya disebabkan oleh alergen atau penyebab
alergi dari tempat kerja, atau kondisi lingkungan kerja tertentu yang
menimbulkan rangsangan, sehingga timbul serangan asma.

Penyebab dan Gejala

Asma akibat kerja disebabkan oleh penghirupan melalui saluran


pernapasan (inhalasi) agen-agen sensitisasi atau iritan yang terdapat
dalam lingkungan kerja. Agen-agen tersebut dapat berupa debu, percikan
(droplet) dan gas.

Zat-zat tersebut dapat merangsang hiper-reaksi dari bronkus (cabang


tenggorok), sehingga mengakibatkan sesak napas, antara lain berasal
dari beberapa bahan (Anies, 2005):
- Tumbuh-tumbuhan, misalnya padi-padian, tepung, biji kopi, biji jarak,
bulu teh, tembakau, kayu dan sebagainya.
- Debu, kulit kerang, ulat sutera, serangga, serta berbagai hewan
laboratorium seperti tikus, mencit dan marmut.
- Obat-obatan, terutama golongan antibiotika.
- Senyawa organik, misalnya formaldehid, fenilendiamin, isosianat, zat
pewarna reaktif.
- Logam, terutama bentuk garam-garamnya, misalnya platinum,
kromium, nikel.

Di samping zat-zat yang bersifat hiper-reaktif tersebut, agen dapat


berupa iritan. Iritan menyebabkan asma kimiawi, meliputi agen-agen
alkali, asam dan oksidan kuat (ammonia, klor, hidrogen klorida, fosgen,
flourida, oksida-oksida nitrogen atau sulfur, seng klorida dan lain-lain).

Gejala asma dimulai ketika paru-paru meradang. Peradangan


menyebabkan beberapa reaksi yang menyumbat saluran udara dan
membuat sulit bernapas. Setelah dihadapkan pada sesuatu yang memicu
serangan asma, saluran udara menjadi terbatas. Otot di sekitar saluran
udara menegang, saluran udara sendiri menjadi bengkak, serta
menghasilkan terlalu banyak lendir.

Karena itu, pekerja yang berisiko terkena paparan antara lain, pekerja
yang menangani biji-bijian dan padi-padian, misalnya pekerja gudang,
penggilingan, tukang roti, pemberi makanan ternak dan sebagainya.
Demikian pula para pekerja yang mengolah kayu, operator gergaji,
industri mebel, perajin platinum, tukang cat, pekerja industri kimia dan
farmasi serta petugas kesehatan.

Sesak Napas

Gangguan pernapasan merupakan gejala yang sangat menonjol pada


asma akibat kerja. Hal ini disebabkan oleh agen-agen sensitisasi dan
iritan, yang ditandai dengan penyumbatan (obstruksi) saluran
pernapasan akut yang dapat pulih, edema (pembengkakan) dan
peradangan saluran pernapasan, disertai dengan produksi lendir (Nadel
and Busse, 1998).
Secara klinis, gangguan ini tidak berbeda dengan tipe asma lainnya.
Umumnya agen sensitisasi merangsang produksi suatu imunoglobulin
(IgE) spesifik pada individu yang rentan (hipersensitivitas tipe I). Alergen
pada umumnya mencetuskan serangan asma segera, dimulai dari
beberapa menit sampai 30 menit setelah paparan. Reaksi lambat
mungkin terjadi sekitar 4-8 jam setelah paparan (Busse and Lemanske,
2001; Anies, 2005).

Sedangkan iritan, bekerja melalui trauma jaringan langsung. Suatu


gejala serupa reaksi asma dapat pula disebabkan oleh paparan debu
insert dalam kadar tinggi. Hal ini dapat terjadi pada individu-individu
dengan peningkatan reaktivitas bronkus non spesifik.

Gejala klinik hiper-reaksi bronkus dan asma kimia identik dengan gejala
asma bukan akibat kerja. Gejala-gejala tersebut antara lain sesak napas,
mengi atau napas berbunyi ìngik, ngikî serta gangguan fungsi paru tipe
obstruktif. Dalam pemeriksaan foto sinar-X dada, tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda kelainan.

Reaksi hipersensitivitas lambat, mulai beberapa jam setelah paparan


pertama, seringkali setelah jam kerja atau di malam hari dan pemulihan
memerlukan waktu lebih dari 24 jam. Sedangkan serangan asma yang
ditimbulkan oleh iritasi, biasanya timbul selama atau segera setelah
paparan. Beberapa iritan menginduksi efek setelah suatu masa laten
beberapa jam.

Meskipun pada kebanyakan individu gejala-gejala asma berhenti jika


tidak ada paparan lebih lanjut, tetapi pada sebagian kasus dapat terjadi
asma yang memanjang meskipun sudah tidak ada kontak dengan agen
tertentu. Kasus yang demikian perlu dicurigai adanya kontak lingkungan
yang berkelanjutan dengan suatu agen, atau reaksi silang dengan
alergen non-okupasional lainnya (Rosenstock, 1990).
Pencegahan

Upaya paling utama adalah tindakan pencegahan. Pencegahan dapat


dimulai sejak awal proses seleksi tenaga kerja, yaitu pemeriksaan awal.
Pemeriksaan ini meliputi riwayat penyakit individu yang bersangkutan
maupun keluarganya. Perhatian harus ditujukan terutama pada sistem
pernapasan, baik pemeriksaan fisik maupun uji fungsi paru sederhana.

Perlu dilakukan pemeriksaan medis secara berkala. Jenis pemeriksaan


sama dengan pemeriksaan sebelum penempatan. Sangat dianjurkan,
pemeriksaan ini dilakukan setahun sekali, terutama bagi pekerja yang
berisiko tinggi.

Langkah-langkah teknis juga harus dilakukan untuk mengendalikan


polutan udara di lingkungan kerja. Pencegahan dilakukan dalam
beberapa tingkatan.
Pertama, dengan melakukan eliminasi alergen penyebab. Cara ini paling
efektif, namun tidak mudah dilakukan, yaitu mengupayakan substitusi
dengan zat pengganti yang kurang alergenik, memberikan alat proteksi,
dan penerangan pada pekerja. Dokter perusahaan perlu pula memberi
konseling pada pekerja yang memiliki kecenderungan alergi, untuk
menghindari lingkungan kerja yang banyak alergennya.

Pencegahan tingkat kedua dengan deteksi diri pekerja yang menderita


penyakit tersebut dan menghentikan paparan lebih lanjut. Ini akan
mengurangi progresivitas penyakit, sehingga tidak menjadi lebih berat.

Dokter perusahaan harus melakukan pemantauan medis secara rutin,


khususnya pada pekerja yang banyak terpapar alergen. Namun
demikian, pekerja yang telah menderita asma akibat kerja tentu saja
harus memperoleh penanganan dan dijauhkan dari paparan agen
penyebab asma tersebut. (13) Mencegah Asma Akibat Kerja
 Oleh Dr Anies
”SEJAK dipindah di bagian produksi, saya sering menderita sesak napas. Padahal sebelumnya saya
jarang menglami, kecuali kalau udara dingin, dok ...”, keluh seorang pasien, tenaga kerja di sebuah
pabrik roti.
Dalam pemeriksaan dokter, ditemukan, ternyata pasien ini menderita asma akibat pekerjaannya. Dia
alergi terhadap tepung, bahan yang dipakai untuk pembuatan roti.

Asma akibat kerja didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan berbagai keterbatasan
aliran udara dan atau hiper-responsif saluran udara yang disebabkan oleh kondisi-kondisi lingkungan
kerja, bukan oleh rangsangan di luar tempat kerja (Bernstein, 1993).

Asma akibat kerja adalah asma yang disebabkan atau diperburuk kondisi di tempat kerja, seperti iritasi,
uap kimia, gas atau debu. Seperti jenis asma lain, pekerjaan dapat menyebabkan gejala asma, seperti
dada sesak, mengi dan sesak napas.

Jadi, asma akibat kerja hanya disebabkan oleh alergen atau penyebab alergi dari tempat kerja, atau
kondisi lingkungan kerja tertentu yang menimbulkan rangsangan, sehingga timbul serangan asma.

Penyebab dan Gejala

Asma akibat kerja disebabkan oleh penghirupan melalui saluran pernapasan (inhalasi) agen-agen
sensitisasi atau iritan yang terdapat dalam lingkungan kerja. Agen-agen tersebut dapat berupa debu,
percikan (droplet) dan gas.

Zat-zat tersebut dapat merangsang hiper-reaksi dari bronkus (cabang tenggorok), sehingga
mengakibatkan sesak napas, antara lain berasal dari beberapa bahan (Anies, 2005):
- Tumbuh-tumbuhan, misalnya padi-padian, tepung, biji kopi, biji jarak, bulu teh, tembakau, kayu dan
sebagainya.
- Debu, kulit kerang, ulat sutera, serangga, serta berbagai hewan laboratorium seperti tikus, mencit dan
marmut.
- Obat-obatan, terutama golongan antibiotika.
- Senyawa organik, misalnya formaldehid, fenilendiamin, isosianat, zat pewarna reaktif.
- Logam, terutama bentuk garam-garamnya, misalnya platinum, kromium, nikel.

Di samping zat-zat yang bersifat hiper-reaktif tersebut, agen dapat berupa iritan. Iritan menyebabkan
asma kimiawi, meliputi agen-agen alkali, asam dan oksidan kuat (ammonia, klor, hidrogen klorida,
fosgen, flourida, oksida-oksida nitrogen atau sulfur, seng klorida dan lain-lain).

Gejala asma dimulai ketika paru-paru meradang. Peradangan menyebabkan beberapa reaksi yang
menyumbat saluran udara dan membuat sulit bernapas. Setelah dihadapkan pada sesuatu yang memicu
serangan asma, saluran udara menjadi terbatas. Otot di sekitar saluran udara menegang, saluran udara
sendiri menjadi bengkak, serta menghasilkan terlalu banyak lendir.
Karena itu, pekerja yang berisiko terkena paparan antara lain, pekerja yang menangani biji-bijian dan
padi-padian, misalnya pekerja gudang, penggilingan, tukang roti, pemberi makanan ternak dan
sebagainya. Demikian pula para pekerja yang mengolah kayu, operator gergaji, industri mebel, perajin
platinum, tukang cat, pekerja industri kimia dan farmasi serta petugas kesehatan.

Sesak Napas

Gangguan pernapasan merupakan gejala yang sangat menonjol pada asma akibat kerja. Hal ini
disebabkan oleh agen-agen sensitisasi dan iritan, yang ditandai dengan penyumbatan (obstruksi)
saluran pernapasan akut yang dapat pulih, edema (pembengkakan) dan peradangan saluran
pernapasan, disertai dengan produksi lendir (Nadel and Busse, 1998).

Secara klinis, gangguan ini tidak berbeda dengan tipe asma lainnya. Umumnya agen sensitisasi
merangsang produksi suatu imunoglobulin (IgE) spesifik pada individu yang rentan (hipersensitivitas tipe
I). Alergen pada umumnya mencetuskan serangan asma segera, dimulai dari beberapa menit sampai 30
menit setelah paparan. Reaksi lambat mungkin terjadi sekitar 4-8 jam setelah paparan (Busse and
Lemanske, 2001; Anies, 2005).

Sedangkan iritan, bekerja melalui trauma jaringan langsung. Suatu gejala serupa reaksi asma dapat pula
disebabkan oleh paparan debu insert dalam kadar tinggi. Hal ini dapat terjadi pada individu-individu
dengan peningkatan reaktivitas bronkus non spesifik.

Gejala klinik hiper-reaksi bronkus dan asma kimia identik dengan gejala asma bukan akibat kerja.
Gejala-gejala tersebut antara lain sesak napas, mengi atau napas berbunyi ìngik, ngikî serta gangguan
fungsi paru tipe obstruktif. Dalam pemeriksaan foto sinar-X dada, tidak menunjukkan adanya tanda-
tanda kelainan.

Reaksi hipersensitivitas lambat, mulai beberapa jam setelah paparan pertama, seringkali setelah jam
kerja atau di malam hari dan pemulihan memerlukan waktu lebih dari 24 jam. Sedangkan serangan asma
yang ditimbulkan oleh iritasi, biasanya timbul selama atau segera setelah paparan. Beberapa iritan
menginduksi efek setelah suatu masa laten beberapa jam.

Meskipun pada kebanyakan individu gejala-gejala asma berhenti jika tidak ada paparan lebih lanjut,
tetapi pada sebagian kasus dapat terjadi asma yang memanjang meskipun sudah tidak ada kontak
dengan agen tertentu. Kasus yang demikian perlu dicurigai adanya kontak lingkungan yang
berkelanjutan dengan suatu agen, atau reaksi silang dengan alergen non-okupasional lainnya
(Rosenstock, 1990).

Pencegahan

Upaya paling utama adalah tindakan pencegahan. Pencegahan dapat dimulai sejak awal proses seleksi
tenaga kerja, yaitu pemeriksaan awal. Pemeriksaan ini meliputi riwayat penyakit individu yang
bersangkutan maupun keluarganya. Perhatian harus ditujukan terutama pada sistem pernapasan, baik
pemeriksaan fisik maupun uji fungsi paru sederhana.

Perlu dilakukan pemeriksaan medis secara berkala. Jenis pemeriksaan sama dengan pemeriksaan
sebelum penempatan. Sangat dianjurkan, pemeriksaan ini dilakukan setahun sekali, terutama bagi
pekerja yang berisiko tinggi.

Langkah-langkah teknis juga harus dilakukan untuk mengendalikan polutan udara di lingkungan kerja.
Pencegahan dilakukan dalam beberapa tingkatan.
Pertama, dengan melakukan eliminasi alergen penyebab. Cara ini paling efektif, namun tidak mudah
dilakukan, yaitu mengupayakan substitusi dengan zat pengganti yang kurang alergenik, memberikan alat
proteksi, dan penerangan pada pekerja. Dokter perusahaan perlu pula memberi konseling pada pekerja
yang memiliki kecenderungan alergi, untuk menghindari lingkungan kerja yang banyak alergennya.

Pencegahan tingkat kedua dengan deteksi diri pekerja yang menderita penyakit tersebut dan
menghentikan paparan lebih lanjut. Ini akan mengurangi progresivitas penyakit, sehingga tidak menjadi
lebih berat.

Dokter perusahaan harus melakukan pemantauan medis secara rutin, khususnya pada pekerja yang
banyak terpapar alergen. Namun demikian, pekerja yang telah menderita asma akibat kerja tentu saja
harus memperoleh penanganan dan dijauhkan dari paparan agen penyebab asma tersebut. (13)

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/15/105660/Mencegah-Asma-Akibat-
Kerja-

Anda mungkin juga menyukai