Bab I (Pai Iii)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB I

IBADAH

A. Pengertian dan Hakekat Ibadah


Kata “Ibadah” mempunyai banyak pengertian berdasarkan perbedaan pandangan dan
maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli ilmu tersebut.
1. Pengertian menurut ahli bahasa
Kata Ibadah berasal menurut kamus al-Muhith, al-‘Abdiyah, al-‘Ubudiyah, dan
al-‘Ibadah artinya taat. Makna dasar dari al-ubudiyah adalah ketundukan dan kepasrahan,
sementara at-ta’bid artinya kepasrahan.
Su’ad Ibrahim Shalih (2011) sedangkan ubudiyah artinya menampakkan ketundukan,
walaupun kata ibadah lebih dalam maknanya karena merupakan puncak ketundukan dan tidak
ada sesuatu pun yang berhak mendapat penghambaan, kecuali yang memiliki puncak keutamaan,
yaitu Allah Swt.
2. Pengertian menurut ulama tauhid, tafsir dan hadis.
Ulama tauhid mengartikan ibadah dengan, al-‘Ibadatu: at-Tauhidu yaitu ibadat ialah
tauhid (meng-Esa-kan Allaah seru sekalian alam). Ikrimah mengatakan, semua lafaz ibadah
dalam Alquran, diartika dengan tauhid.
Ulama ahli tauhid, tafsir dan hadis megartikan tauhid dengan :

.‫ِ!ْفَر اُد اْلَم ْع ُبْو ِد ِبْالِع َباَد ِة َم َع اْع ِتَقاِد َو ْح َد ِتِه َذ اًتا َو ِص َفاِت َو َافَع اًال‬

Artinya : meng-Esakan Allah, Tuhan yang disembah (mengakui ke-Esaan-Nya) serta meng-
i’tikad-kan pula ke-Esaan-Nya pada-Nya pada zat-Nya, sifat-Nya dan pada pekerjaan-Nya

Allah Swt berfirman :


     
Artinya: “Beribadahlah kamu kepada Allah (Esakan olehmu akan Allah) dan janganlah kamu
menyekutukan sesuatu dengan dia”. (QS. An-Nisa’: 36)
Nabi Saw. bersabda,
‫َالُّد َعاُء ُم ُّخ اْلِعَباَد ِة‬
Artinya: “Doa adalah otak benaknya ibadah (tauhid)”. (HR. Bukhari)

3. Pengertian menurut ulama akhlak


Ulama akhlak mengartikan Ibadah adalah :

‫اْلَع َم ُل ِبالَّطا َعا ِت اْلَبَد ِنَّيِة َو اْلِقَياُم ِبالَّش َر ائِع‬


Artinya: “mengerjakan semua ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan semua syari’at
(hukumnya).
Dalam pengertian ini akhlak (budi pekerti) dan juga semua tugas hidup (kewajiban-
kewajiban yang diwajibkan atas seseorang), baik mengenai diri sendiri, keluarga, maupun
masyarakat bersama.
Nabi Saw bersabda:
(‫ َنظر الّرجل الى والديه حّبا لهما عبادة (رواه السيوطى‬.‫م‬.‫َقاَل الَنبي ص‬

Artinya : “Nabi Saw bersabda: Memandangnya seseorang kepada orang tuanya (ibu dan ayah)
karena cinta kepada mereka adalah ibadah” (HR. As-Suyuthi).

(‫قال النبي صلى هللا عليه اْلِعَباَد ُة َع ْش َر ُة َإْج َزاٍء ِتْس َع ٌة ِم ْنَها ِفى َطَلِب اْلَح اَل ِل )روه السيوطى‬

Artinya: Nabi Saw juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya
terletak dalam mencari harta yang halal.”(HR Al-Suyuthi)

4. Pengertian menurut ulama tashawuf


Ulama tashawuf mengartikan ibadah :
‫ِفْعُل اْلُم َك َّلِف َع َلى ِخ َالٍف َهَو ى َنْفِسِه َتْع ِظ ْيًم ا ِلَر ِّبِه‬
Artinya: “Pekerjaan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya, untuk
mengagungkan Tuhannya”.

Beribadah menurut pengertian ahli taSawuf yaitu :


a. Beribadah kepada Allah karena mengharap benar akan memperoleh pahala atauu karena
takut terhadap siksa-Nya.
b. Beribadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah tersebut adalah perbuatan mulia,
dan dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya.
c. Beribadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah, dengan tidak
memperdulikan apa yang akan diterima, atau diperoleh dari-Nya.

5. Pengertian menurut ulama ahli Fikih.


Dalam pengertian ahli fikih ialah :
‫َم اَأَّدْيَت ِإْبِتَغاًء ِلَو ْج ِه ِهللا َو َطَلًبا ِلَثَو اِبِه ِفى ْاَالِخَرِة‬
Artinya: “Segala ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridaan Allah dan mengharapkan
pahala-Nya di akhirat”.
Adapun makna ibadah ialah :
‫َاْلِقَياُم ِبَح ّقِه َتَع اَلى‬
Artinya: “melaksanakan segala hak Allah”.
Hasbi Ash-Shiddieqy (2002), berpendapat bahwa kata ta’abbud diambil dari kata
ubudiyah (menghambakan diri). Semua ketaatan yang semata-mata karena mencari keridhaan
Allah dan tidak pula nyata kemaslahatannya dinamakan dengan ibadah.
Para ulama membagi ibadah menjadi :
a. Ibadah mahdhah, seperti iman, salat, puasa.
b. Ibadah ghairu mahdhah, seperti zakat, kafarat.

6. Makna umum ibadah


Hasbi ass-shiddiqi berpendapat makna umum dari ibadah ialah :
.‫ َقْو ًال َك اَن َاْو ِفْع ًال َجِلًيا َك اَن َاْو َخ ِفًيا‬،‫َاْلِع َباَد ُة ِإْس ٌم َج اِم ٌع ِلَم ا ُيِح ُّبُه هلُّلا َو َيْر َض اُه‬
Artinya: “Ibadah meliputi yang disukai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, baik terang maupun tersembunyi”.
Jadi makna umum ibadah itu, maka semua bentuk hukum masuk ke dalam ibadah, baik
yang dipahami maknanya, maupun yang tidak, baik berkaitan dengan anggota badan, maupun
dengan lidah ataupun dengan hati.
Jadi Ibadah dalam arti sebenarnya adalah takut dan tunduk sesuai dengan syarat-syarat
yang ditentukan oleh agama. Seseorang belum sempurna ibadahnya, kalau hanya dilakukan
lewat perbuatan saja, sedangkan perasaan tunduk dan berhina diri itu belum bangkit dari hati.
Bila ibadah yang dikerjakan bukan karena Allah, hanya karena maksud lain misalnya saja hanya
ingin dilihat orang dan mendapatkan pujian, berarti ia telah mempersekutukan Allah dan ibadah
yang dikerjakannya akan ditolak oleh Allah. Agar ibadah kita dapat diterima oleh Allah, kita
harus memiliki sikap berikut :
1. Ikhlas, artinya hendaklah ibadah yang kita kerjakan itu bukan karena mengharap pemberian
dari Allah, tetapi semata-mata karena perintah dan ridha-Nya. juga bukan karena
mengharapkan surga dan jangan pula karena takut kepada neraka. Karena surga dan neraka
tidak dapat menyenangkan atau menyiksa tanpa seizin Allah Swt.
2. Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia dan supaya dilihat
oleh orang lain.
3. Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada disamping kita
sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya.
4. Jangan keluar dari waktunya, artinya mengerjakan ibadah dalam waktu tertentu, sedapat
mungkin dikerjakan di awal waktu.

Hakikat Ibadah
Hakikat Ibadah adalah untuk menumbuhkan kesadaran diri dari manusia bahwa manusia
merupakan makhluk Allah Swt. yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi kepada Allah Swt.
hal ini seperti yang diungkapkan Allah Swt. dalam surat Azzariat ayat 56 yang artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

B. Jenis-jenis Ibadah
Ibadah ada dua jenis; pertama, ibadah taskhir (penundukan) seperti ibadah manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan sebagaimana firman Allah :
       
Artinya : Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. (QS. Ar-Ra’d : 15).
Ini adalah sujud karena ketundukan sebagai bukti bahwa mereka adalah makhluk yang
diciptakan oleh yang maha bijak.
Kedua, ibadah ikhtiyar, yakni bagi mereka yang dapat berbicara, dan inilah yang
diperintahkan dengan firman-Nya, “sembahlah Tuhan kalian” (QS. Al-Baqarah : 21) dan
“Sembahlah Allah” (QS. An-Nisa : 36).
Syekh Muhammad Abduh (Tafsir Al-Manar) dalam tafsirnya atas firman Allah “Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan” menguraikan
jenis-jenis ibadah sebagai berikut: Setiap agama memiliki bermacam-macam bentuk ritual
peribadatan untuk mengingatkan seseorang akan keagungan penguasa tertinggi yang merupakan
ruh dan rahasia ibadah. Setiap ibadah yang benar akan memberikan dampak positif bagi
perbaikan akhlak dan penempaan jiwa, dan dampak ini akan lahir dari sebuah perasaan seperti
yang telah kami sebutkan, sebagai muara lahirnya rasa pengagungan dan ketundukan. Jika
engkau mendapati ada ibadah yang tidak memiliki makna ini maka ia bukanlah ibadah, ibarat
gambar atau patung manusia bukanlah manusia itu sendiri. Sebagai contoh ibadah salat dan
lihatlah betapa Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk sekedar mengerjakan, namun harus
dikalsanakan secara sempurna dan ada pengaruhnya. Pengaruh dan hasil dari sebuah ibadah salat
dapat kita lihat dari firman Allah :
      
Artinya : Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar (QS.
Al-Ankabut (29): 45).

Dan firman Allah :


            
    

Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir. Kecuali orang-
orang yang mengerjakan salat (QS. Al-Ma’arij: 19-22).

Allah mengancam orang-orang yang mengerjakan salat hanya sebatas gerakan dan
ucapan serta melupakan makna dan rahasia dari ibadah itu sendiri. Dan pada dasarnya hikmah
dari pelaksanaan ibadah tersebut dapat dianalisis sebagaimana telah dijelaskan dalam hakikat
ibadah. Adapun tata caramya memang tidak dapat dianalisis secara sempurna.
Imam al-Fakhr ar-Razi dalam tafsirnya firman Allah, “Dan barangsiapa yang ingkar
maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari sekalian alam “(QS. Ali Imran : 97) mengatakan,
“Ketahuilah bahwa seluruh taklif (beban) syariat dalam hal ibadah terbagi menjadi dua: ada yang
dasar-dasarnya bisa dianalisis hikmahnya, namun rinciannya tidak bisa, seperti salat. Pada
dasarnya ia dapat dianalisis, yaitu sebagai pengagungan kepada Allah, namun cara-cara salat
tidak dapat dinlar. Puasa juga demikian, pada dasarnya untuk menjaga hawa nafsu, sedangkan
rinciannya kita tidak tahu. Adapun ibadah haji, adalah sebuah perjalanan menuju tempat-tempat
tertentu dengan cara-cara tertentu pula, sementara hikmahnya di balik semua tata cara itu tidak
dapat kita analisis dan dasarnya pun tidak dapat dianalisis.

C. Prinsip-prinsip ibadah dalam Islam


Ibadah yang disyari’atkan oleh Allah Swt dibangun di atas landasan yang kokoh yaitu :
1. Ibadah itu tauqifiyyah (artinya, tidak ada tempat sedikit pun bagi kreasi manusia di dalamnya)
hanya Allah Swt semata yang membuatnya. Kita beribadah hanya karena ada perintah Allah
Swt.
             
Artinya : Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112)

2. Ibadah yang tulus kepada Allah Swt semata haruslah bersih dari noda-noda kesyirikan.
Apabila sedikit saja dari kesyirikan bercampur dengan ibadah maka rusaklah ibadah itu.
Ibadah dilakukan tanpa perantara, baik berupa manusia, binatang, benda, maupun tumbuh-
tumbuhan.
           
 
Artinya : Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya". (QS Al Kahfi: 110)
3. Keharusan untuk menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan dan pembimbing dalam ibadah.
             
  
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah. (QS Al Ahzab: 21)

Rasulullah juga bersabda :


‫َم ْن َع ِمَل َع َم اًل َلْيَس َع َلْيِه َأْم ُرَنا َفُهَو َر ّد‬
Artinya : “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka
amalannya tertolak”. (HR Muslim).

4. Ibadah itu memiliki batas kadar dan waktu yang tidak boleh dilampaui. Sebagaimana firman
Allah Swt. :
         
         
  

Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka
dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS An-Nisa: 103)

5. Keharusan menjadikan ibadah dibangun diatas kecintaan, ketundukan, ketakutan dan


pengharapan kepada Allah Swt.
        
          

Artinya : Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya
dan takut akan azab-Nya, Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS
Al Isra’ : 57)

6. Ibadah tidaklah gugur kewajibannya pada manusia sejak baligh dalam keadaan berakal
sampai meninggal dunia.
     
Artinya : “…dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam” (QS Ali
‘Imran: 102)

Anda mungkin juga menyukai