Materi Romadhon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

THOHAROH ( WUDHU, MANDI, TAYAMMUM )

Thaharah berarti bersih ( nadlafah ), suci ( nazahah ) terbebas ( khulus ) dari kotoran
( danas ). Seperti tersebut dalam surat al- baqorah ayat 222:
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri
“.
Menurut syara’ thaharah itu adalah mengangkat ( menghilangkan ) penghalang yang timbul dari
hadats dan najis. Ddengan demikian thaharah syara’ terbagi menjadi dua yaitu thaharah dari hadats
dan thaharah dari najis.
THAHARAH DARI HADATS
Thaharah dari hadats ada tiga macam yaitu wudhu’, mandi, dan tayammum. Alat yang
digunakan untuk bersuci adalah air mutlak untuk wudhu’ dan mandi, tanah yang suci untuk
tayammum.
A.WUDHU’
Menurut lughat ( bahasa ), adalah perbuatan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu.
Dalam istilah syara’ wudhu’ adalah perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat. Mula-mula wudhu’
itu diwajibkan setiap kali hendak melakukan sholat tetapi kemudian kewajiban itu dikaitkan dengan
keadaan berhadats.
Dalil-dalil wajib wudhu’:
ayat Al-Qur'an surat al-maidah ayat 6 yang artinya “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak melakukan sholat , maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan ( basuh ) kaimu sampai dengan ke dua mata kaki …”Hadits Rasul SAW
Yang artinya “ Allah tidak menerima shalat seseorang kamu bila Ia berhadats, sampai Ia berwudhu’
“ ( HR Baihaqi, Abu Daud, dan Tirmizi )
Fardhu wudhu’ yaitu :
1. niat
2. membasuh muka
3. membasuh tangan
4. menyapu kepala
5. membasuh kaki
6. tertib
Sunnah sunnah wudhu’ yaitu :
1. membaca basmalah pada awalnya
2. membasuh ke dua telapak tangan sampai ke pergelangan sebanyak tiga kali, sebelum berkumur-
kumur., walaupun diyakininya tangannya itu bersih
3. madmadhah, yakni berkumur-kumur memasukan air ke mulut sambil mengguncangkannya lalu
membuangnya.
4. istinsyaq, ykni memasukan air ke hidung kemudian membuangnya
5. meraatakan sapuan keseluruh lepala
6. menyapu kedua telinga
7. menyela-nyela janggut dengan jari
8. mendahulukan yang kana atas yang kiri
9. melakukan perbuatan bersuci itu tiga kali- tiga kali
10. muwalah, yakni melakukan perbuatan tersebut secara beruntun
11. menghadap kiblat
12. mengosok-gosok anggota wudhu’ khususnya bagian tumit
13. menggunakan air dengan hemat.
Terdapat tiga pendapat mengenai kumur – kumur dan menghisap air di dalam wudhu’ yaitu :
1. kedua perbuatan itu hukumnya sunah. Ini merupakan pendapat Imam Malik, asy- Syafi’I dan Abu
hanifah.
2. keduanya fardhu’ , di dalam wudhu’. Dan ini perkataan Ibnu abu Laila dan kelompoka murid Abu
Daud
3. menghisap air adalah fardhu’, dan berkumur-kumur adalah sunah. Ini adalah pendapat Abu Tsaur,
aabu Ubadah dan sekelompok ahli Zahir. Dalam wudhu’ terdapat niat. Ada beberapa pendapat
mengenainya. Sebagian Ulama amshar berpendapat bahwa niat itu menjadi syarat sahnya wudhu’ ,
mereka adlah Ima as- syafi’I, Malik, Ahmad, Abu Tsaur, dan Daud. Sedang Fuqoha lainnya
berpendapat bahwa niat tidak menjadi syarat ( sahnya wudhu’ ). Mereka adalah abu Hanifah, dan
Ats- sauri.
Perbedaan mereka karena , perbedaan pandangan mengenai wudhu’ itu sendiri. Yang memang bukan
ibadah murni seperti sholat. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hal- hal yang membatalkan wudhu’ :
1. Keluar sesuatu dari qubul atau dubur, berupa apapun , benda padat atau cair, angin. Terkecuali
maninya sendiri baik yang biasa maupun tidak, keluar sendirinya atau keluar daripadanya. Dalil yang
berkenaan dengan hal in yaitu surat Al- Maidah ayat 6 yang artinya “ … atau keluar dari tempat
buang air ( kakus ) … “
2. Tidur, kecuali duduk dalam keadaan mantap. Tidur merupakan kegiatan yang tidak kita sadari,
maka lebih baik berwudhu’ lagi karena dikhawatirkan pada saat tidur ( biasanya ) dari duburnya akan
keluar sesuatu tanpa ia sadari.
3. Hilang akal, dengan sebab gila, mabuk, atau lainnya. Batalnya wudhu’ dengan hilangnya akal
adalah berdasarkan qiyas kepada tidur, degan kehilangan kesadaran sebagai persamaannya.
4. Bersentuh kulit laki-laki dan perempuan .Firman Allah dalam surat An- nisa ayat 43 yanga artinya
“ … atau kamu telah menyentuh perempuan ..” . Hal tersebut diatasi pada sentuhan :
• Antara kulit dengan kulit
• Laki- laki dan perempuan yang telah mencapai usia syahwat
• Diantara mereka tidk ada hubungan mahram
• Sentuhan langsung tanpa alas atau penghalang
5. Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak tangan tanpa alas.
B. MANDI ( AL – GHUSL )
Menurut lughat, mandi di sebut al- ghasl atau al- ghusl yang berarti mengalirnya air pada
sesuatu. Sedangkan di dalam syara’ ialah mengalirnya air keseluruh tubuh disertai dengan niat.
Fardhu’ yang mesti dilakukan ketika mandi yaitu :
Niat.
Niat tersebut harus pula di lakukan serentak dengan basuhan pertama. Niat dianggap sah dengan
berniat untuk mengangkat hadats besar, hadats , janabah, haidh, nifas, atau hadats lainnya dari
seluruh tubuhnya, untuk membolehkannya shalat.
Menyampaikan air keseluruh tubuh, meliputi rambut, dan permukaan kulit.
Dlam hal membasuh rambut, air harus sampai kebagian dlam rambut yang tebal. Sanggul atau
gulungan rambut wajib dibuka. Akan tetapi rambut yang menggumpal tidak wajib di basuh bagian
dalamnya.
Untuk kesempurnaan mandi, di sunnahkan pula mengerjakan hal-hal berikut ini:
1. membaca basmalah
2. membasuh tangan sebelum memasukannya ke dalam bejan
3. bewudhu’ dengan sempurna sebelum memulai mandi
4. menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangannya
5. muwalah
6. mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh
7. menyiram dan mengosok badan sebanyak- banyaknya tiga kali
Sebab –sebab yang mewajibkannya mandi :
1. mandi karena bersenggama
2. keluar mani
3. mati, kecuali mati sahid
4. haidh dan nifas
5. wiladah ( melahirkan ). Perempuan diwajibkan mandi setelah melahirkan, walaupun ’ anak ‘ yang
di lahirkannya itu belum sempurna. Misalnya masih merupakan darah beku ( alaqah ), atau segumpal
daging ( mudghah ).
C. TAYAMMUM
Pengertian Tayammum
Tayammum ialah menyampaikan atau menyapu debu tanah ke muka dan kedua-dua tangan dengan
syarat yang tertentu. Tayammum dilakukan bagi menggantikan wudhu’ atau mandi wajib (junub,
haidh dan nifas), ketika ketiadaan air atau uzur menggunakan air, dan ia adalah suatu rukhsah atau
keringanan yang diberikan oleh syara‘ kepada manusia.
Disyari‘atkan tayammum berdasarkan firman Allah subhanahu wata‘ala:
Maksudnya:
“Dan jika kamu junub (berhadath besar) maka bersucilah dengan mandi wajib; dan jika kamu sakit
(tidak boleh kena air), atau dalam musafir, atau salah seorang dari kamu datang dari tempat buang
air, atau kamu sentuh perempuan, sedang kamu tidak mendapat air (untuk berwudhu’ dan mandi),
maka hendaklah kamu bertayammum dengan tanah – debu yang bersih.” (Surah Al-Ma’idah, 5:6)
Semua ibadah atau amalan ta‘at yang perlu kepada bersuci (taharah) seperti sembahyang, menyentuh
mushaf, membaca Al-Qur’an, sujud tilawah dan beri‘tikaf di dalam masjid adalah boleh bersuci
dengan tayammum sebagai ganti wudhu’ dan mandi, kerana amalan yang diharuskan taharah dengan
air adalah diharuskan juga dengan tayammum.
Sebab Yang Membolehkan Tayammum
Ketiadaan air yang mencukupi untuk wudhu’ atau mandi.Air yang ada hanya mencukupi untuk
keperluan minuman binatang yang dihalalkan, sekalipun keperluan itu pada masa akan datang.Sakit
yang jika terkena air boleh mengancam nyawa atau anggota badan atau melambatkan sembuh.
Syarat Tayammum
Menggunakan debu tanah yang suci, tidak musta‘mal, tidak bercampur benda lain.Menyapu muka
dan dua tangan dengan dua kali pindah.Hilang najis terlebih dahulu.Masuk waktu
sembahyang.Bertayammum bagi setiap ibadat fardhu.Ada keuzuran seperti sakit atau ketiadaan air.
Anggota Tayammum
Muka.Dua belah tangan hingga siku.
Rukun Tayammum
Berniat ketika menyapu debu tanah ke muka.Niat tayammum adalah seperti berikut:
Maksudnya:
“Sahaja aku bertayammum bagi mengharuskan solat kerana Allah Ta'ala.”Menyapu
muka.Menyapu kedua-dua belah tangan.Tertib.
Sunnah Tayammum
Membaca basmalah iaitu lafazMendahulukan menyapu tangan kanan dari yang kiri dan memulakan
bahagian atas dari bahagian bawah ketika menyapu muka.Berturut-turut di antara menyapu muka
dan menyapu tangan.
Perkara Yang Membatalkan Tayammum
Berlaku sesuatu daripada perkara-perkara yang membatalkan wudhu’.Melihat air atau mendapat air
sekiranya bertayammum kerana ketiadaan air.Murtad iaitu keluar dari agama Islam
ZAKAT FITRAH

Zakat fitrah merupakan hal yang diwajibkan dilakukan bagi setiap muslim untuk mensucikan
diri saat memasuki bulan suci Ramadhan. Zakat fitrah ini memberikan manfaat serta merupakan
bentuk kepedulian terhadap orang yang kurang mampu terutama muzaki dan mustahik.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43 dijelaskan:

‫َو َأِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو َء اُتوْا ٱلَّز َكٰو َة َو ٱۡر َك ُعوْا َم َع ٱلَّٰر ِكِع يَن‬
Artinya, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 43).

Hal ini dijelaskan dalam riwayat Abu Hurairah RA. sabda Nabi SAW yang artinya: “Islam dibangun
di atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, shalat, membayar zakat, pergi haji dan berpuasa selama bulan Ramadhan.” (HR
Bukhari dan Muslim) (Musthafa Sa'id al- Khin, Al-Fiqhul Manhaji' ala Madzhabil Imamisy Syafi'i,
t.t.: Bagian II, hal. 11).

Berikut jelaskan beberpa ketentuan mengenai Zakat Fitrah, antara lain:

 Dasar Hukum Menunaikan Zakat Fitrah

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bersamaan dengan dalil al-Quran dan hadits-haditsnya,
menurut kesepakatan para ulama, wajib membayar zakat bagi orang-orang yang telah memenuhi
kriteria, yaitu; beragama Islam, mandiri (bukan hamba sahaya) dan memiliki kebutuhan pokok pada
saat Idul Fitri (siang dan malam). Ini berlaku untuk laki-laki, perempuan, anak kecil, dewasa, orang
merdeka maupun hamba sahaya(yang muba'adh).

 Waktu menunainkan Zakat Fitrah

Waktu pengeluaran dibagi menjadi lima, beserta pembagian dan penjelasannya masing-masing:

1. Wajib, yaitu. menemukan sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan Syawal. Oleh karena
itu, orang yang meninggal sebelum matahari terbenam pada malam pertama Syawal tidak
wajib zakat karena tidak mendapatkan bagian dari bulan Syawal. Juga bayi yang baru lahir
setelah terbenamnya matahari pada malam pertama Syawal karena tidak menemukan bagian
dari bulan Ramadhan.
2. Diutamakan, setelah terbit fajar Idul Fitri sampai subuh sebelum shalat Idul Fitri dilakukan.
Lebih penting lagi, itu dilakukan setelah sholat Subuh.
3. Diperbolehkan yaitu sejak awal bulan Ramadhan.
4. Makruh, yaitu. membayar zakat setelah shalat Idul Fitri sampai matahari terbenam. Kecuali
itu memiliki tujuan, seperti menunggu kerabat atau orang miskin yang saleh untuk
memberikannya kepada mereka.
5. Haram, yaitu menunaikan zakat sehari setelah Idul Fitri tanpa uzur (hambatan yang bisa
dimaklumi). Jika ada uzur semilsal belum harta untuk dizakatkan baru tersedia atau sulit
menemukan mustahiq (penerima zakat), maka boleh, akan tetapi statusnya sebagai qadha dan
tidak berdosa.

 Takaran Zakat Fitrah

Setiap orang harus makan satu sha' (sekitar 2,7-3,0 kilogram) makanan pokok (di Indonesia biasanya
nasi, sebagian lagi sagu, gandum atau lainnya).

 Niat Zakat Fitrah

Niat merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam zakat fitrah. Niat harus dalam hati dan
dianjurkan untuk membacanya hanya untuk menegaskannya.

1. Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri

‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َأْﻥ ُأْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻧْﻔسْي َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬

Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardhu karena Allah Ta‘ala.”

2. Niat Zakat Fitrah untuk istri

‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮَﻋ ْﻦ َﺯ ْﻭ َﺟِﺘْﻲ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬

Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardhu karena Allah Ta‘ala.”

3. Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki

‫ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬... ‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻭ َﻟِﺪ ْﻱ‬

Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku (sebutkan nama), fardhu karena
Allah Ta‘ala.”

4. Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan

‫ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬... ‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮَﻋ ْﻦ ِﺑْﻨِﺘْﻲ‬

Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku (sebutkan nama), fardhu
karena Allah Ta‘ala.”

5. Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga

‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮَﻋ ِّنْي َﻭ َﻋ ْﻦ َﺟِﻤ ْﻴِﻊ َﻣ ﺎ َتْلَز ُﻣِنْي َﻧَﻔَﻘﺎُﺗُﻬْﻢ َﺷْﺮ ًﻋﺎ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya
menjadi tanggunganku, fardhu karena Allah Ta‘ala."

6. Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan

‫…) َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬..( ‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ‬

Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk (sebutkan nama spesifik), fardhu karena Allah
Ta‘ala.”

 Penerima Zakat Fitrah

Zakat Fitrah didistribusikan kepada salah satu dari delapan kelompok penerima ( mustahiq ) yang
didefinisikan dalam Islam, yaitu fakir, miskin, Amil (petugas zakat), mualaf (baru masuk Islam),
budak, debitur. orang yang sedang dalam perjalanan menuju Allah dan orang yang sedang dalam
perjalanan jauh yang tidak maksiat.

 Doa saat Menerima Zakat

Bagi penerima zakat, disunnahkan agar penerima zakat mendoakan si pemberi zakat agar Allah swt
membalas apa yang dia berikan dan hartanya diberkahi. Contoh doa tersebut adalah sebagai berikut:

‫ َﻭ َﺑﺎَﺭ َﻙ ِﻓْﻴَﻤ ﺎ َﺍْﺑَﻘْﻴَﺖ َﻭ َﺟَﻌ َﻠُﻪ َﻟَﻚ َﻃُﻬْﻮ ًﺭﺍ‬، ‫ﺁَﺟَﺮ ﻙ ُﻪﻠﻟﺍ ِﻓْﻴَﻤ ﺎ َﺍْﻋ َﻄْﻴَﺖ‬

Artinya, “Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah
memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.”
(Habib Hasan Ahmad Muhammad al-Kaf, Taqrîrâtus Sadîdah, 2003: 418-420).
PUASA

Dalam perhitungan kalender Hijriah, bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9. Pada bulan ini umat
Muslim yang sudah baligh, mampu, sehat dan bukan dalam dalam keadaan bepergian jauh (jarak 82
km), wajib untuk melakukan puasa selama satu bulan penuh.

Menurut Syekh Hasan bin Ahmad al-Kaff, alasan penamaan ‘Ramadhan’ pada bulan ini karena dulu
saat penamaannya bertepatan dengan cuaca yang sangat panas. ‘Ramadhan’ sendiri berasal dari kata
‫( الَّر ْمَض اُء‬al-ramdhâ’) yang artinya sangat panas. Ada juga yang mengatakan, kata ‘panas’ itu
diidentikkan dengan pembakaran (pengampunan) dosa, karena ampunan Allah terbuka lebar pada
bulan tersebut. (Hasan al-Kaff, Al-Taqrîrât al-Sadîdah, h. 433)

Dalil Puasa Ramadhan


Terkait dalil kewajiban berpuasa, sudah Allah swt tegaskan dalam firman-Nya,

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقوَن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda,

‫ َش َهاَد ِة َأْن َال ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسْو ُل ِهللا َو ِإَقاِم الَّص َالِة َو ِإْيَتاِء الَّز َك اِة َو َح ِّج اْلَبْيِت َو َص ْو ِم َر َم َض اَن (َر َو اُه‬:‫ُبِنَي ْاِإل ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬
) ‫الُبَخ اِر ُّي َوُم ْس ِلٌم‬

Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; (2) menunaikan
shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5) berpuasa Ramadhan” (HR
al-Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Puasa Ramadhan


Sebagai bulan paling mulia, melakukan puasa Ramadhan pada bulan itu memiliki banyak sekali
keutamaan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Diangkatnya derajat
Salah satu keutamaan yang diperoleh bagi orang yang melaksanakan puasa Ramadhan adalah
derajatnya di sisi Allah swt. akan diangkat. Terkait ini, Syekh ‘Izzuddin (w. 1181 M) mengutip salah
satu hadits Nabi yang berbunyi,

‫ِإَذ ا َج اَء َر َم َض اَن ُفِتَح ْت َأْبَو اُب اْلَج َّنِة َو ُغ ِّلَقْت َأْبَو اُب الَّناِر َو ُص ِّفَد ِت الَّشَياِط ْيَن‬

Artinya: “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan
setan pun dibelenggu” (HR Imam Muslim).

Menurut Syekh ‘Izuddin, maksud dibukanya pintu surga adalah pada bulan Ramadhan ada banyak
amal ibadah yang menyebabkan dibukanya pintu surga. Sementara maksud dikuncinya pintu neraka
adalah karena pada bulan tersebut sedikit perbuatan maksiat yang menyebabkan dikuncinya pintu
neraka. Sedangkan maksud setan dibelenggu karena saat kondisi berpuasa, setan tidak menggoda
manusia untuk bermaksiat (‘Izzuddin, Maqâshidush Shaum, h. 12).

2. Sebagai kontrol syahwat


Keutamaan lain dari berpuasa adalah mampu mengontrol syahwat. Ketika syahwat berhasil
dikontrol, akan terhindar dari godaan setan karena syahwat merupakan pintu masuk utamanya. Jika
setan tidak menggoda, akan terhindar hari perbuatan maksiat. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ َفِإَّنُه َلُه ِو َج اٌء‬، ‫ َو َم ْن َلْم َيْسَتِط ْع َفَع َلْيِه ِبالَّصْو ِم‬،‫ َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج‬، ‫ َفِإَّنُه َأَغُّض ِلْلَبَص ِر‬، ‫َيا َم ْعَش َر الَّشَباِب َمِن اْسَتَطاَع اْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج‬

Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah.
Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan.
Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah
penekan syahwatnya” (HR Imam Ahmad dan Imam al-Bukhari).

Menurut Imam al-Ghazali (w. 1111 M), sumber utama perbuatan maksiat adalah hawa nafsu.
Sementara ‘bahan bakar’ nafsu itu sendiri adalah makanan. Saat seseorang berpuasa, secara otomatis
konsumsi makanan dalam tubuh berkurang. Dengan begitu, ia mampu menundukkan hawa nafsu dan
mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulûmiddîn, juz 3, h. 35).

3. Dilipatgandakan pahala
Dalam kalkulasi pahala, setiap amal ibadah akan dibalas sebesar 10, kali lipat 700 kali lipat, sampai
besaran yang Allah kehendaki. Berbeda dengan puasa. Menurut Imam Al-Qruthubi (w. 1273 M),
saking besar pahala yang diperoleh orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, sampai-sampai hanya
Allah yang tahu besarannya. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:

‫ُك ُّل َع َمِل اْبِن آَد َم ُيَض اَع ُف اْلَحَس َنُة َع ْش ُر َأْم َثاِلَها ِإَلى َس ْبِعِم اَئِة ِض ْع ٍف َقاَل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل ِإَّال الَّصْو َم َفِإَّنُه ِلى َو َأَنا َأْج ِز ى ِبِه‬

Artinya, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya” (HR Muslim) (Hasan al-Musysyat, Is’âfu Ahlil Îmân, h. 34).
Bahkan, menurut Syekh Utsman Syakir dalam dengan mengutip Abul Hasan menjelaskan, setiap
ibadah akan dibalas surga oleh Allah. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah langsung bersua
dengan Allah di akhirat nanti, tanpa ada penghalang (hijâb) apapun. Dalam klasifikasi pahala, level
pahala tertinggi adalah berjumpa dengan Allah kelak. (Utsman Syakhir, Durratun Nâshihîn, h. 13).

Waktu Puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan dilaksanakan selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. Dalam hal ini,
penentuan kapan memasuki dan kapan berakhirnya bulan Ramadhan diputuskan oleh pemerintah
melalui Kementrian Agama dengan menggunakan metode ru’yah (aktivitas mengamati visibilitas
hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak) dan hisab
(perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan).

Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai
terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan
puasa sebagaimana puasa-puasa lain.

Lafal Niat Puasa Ramadhan


Bagi orang yang hendak melaksanakan puasa Ramadhan, ia wajib untuk berniat puasa. Terhitung
sejak matahari terbenam sampai terbit fajar. Berikut adalah lafal niatnya:

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغ ٍد َع ْن َأَداِء َفْر ِض َشْهِر َر َم َض اِن ٰه ِذِه الَّسَنِة ِهّٰلِل َتَع اَلى‬

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardli syahri Ramadlâni hâdzihis sanati lillâhi ta‘âlâ

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini
karena Allah ta’âlâ.”

Menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan wajib dilakukan pada setiap malamnya. Artinya, satu
niat untuk satu kali berpuasa. Sementara menurut Imam Malik, diperbolehkan satu kali niat puasa
untuk satu bulan puasa penuh bulan Ramadhan. Oleh karena itu kita disunnahkan berniat untuk satu
bulan penuh pada malam pertama Ramadhan, dengan tetap niat untuk puasa-puasa berikutnya.
Supaya andaikan nanti lupa niat, maka niat pada malam pertama itu bisa mencukupi.
(Qalyubi, Hâsyiyah Qalyûbî, juz 5, h. 365).

Berikut adalah lafal niat untuk satu bulan penuh, sebagaimana dijelaskan oleh KH A Idris Marzuki
(w. 2014 M) dalam kitab Sabîl al-Hudâ:

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َجِم ْيِع َشْهِر َر َم َض اِن ٰه ِذِه الَّسَنِة َتْقِلْيًدا ِلِإْلَم اِم َم اِلٍك َفْر ًضا ِهّٰلِل َتَع اَلى‬
Nawaitu shauma jamî’i syahri ramadlâni hadzihissanati taqlîdan lil imâm mâlikin fardlan lillâhi
ta’âlâ.

Artinya: “Saya berniat puasa selama satu bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik,
fardhu karena Allah ta’âlâ.” (KH A Idris Marzuki, Sabîl al-Hudâ, h. 51).

Konsekuensi jika Meninggalkan Puasa Ramadhan


Ada konsekuensi bagi orang yang meninggalkan puasa Ramadhan. Syekh Salim bin Sumair
dalam Safînah an-Najâh menjelaskan, adakalanya wajib qadlha sekaligus bayar fidyah, yaitu bagi
orang yang tidak berpuasa karena kekhawatiran pada selain dirinya (seperti ibu menyusui yang
khawatir terhadap kesehatan bayinya) dan orang yang memiliki tanggungan qadha puasa Ramadhan,
tetapi belum diqadha sampai datang bulan Ramadhan berikutnya.

Adakalanya hanya wajib qadha, hal ini banyak terjadi seperti orang sakit ayan, orang yang
melakukan perjalanan jauh, lupa niat pada waktu malam, dan lain-lain. Adakalanya hanya wajib
membayar fidyah tanpa qadha, yaitu orang tua renta. Adakalanya tidak wajib qadha dan tidak wajib
fidyah, yaitu orang gila yang tidak sengaja gilanya. (Salim bin Sumair, Safînah an-Najâh, h. 114)

Anda mungkin juga menyukai