4 Bab1
4 Bab1
4 Bab1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan Pemuda (GP) Ansor adalah organisasi pemuda Islam
tradisional yang dibentuk beberapa saat setelah berdirinya Nahdlatul Ulama
(NU).1 Proses perkembangan Gerakan Pemuda Ansor yang terjadi pada
periode awal hingga paruh pertama abad ke-20 memperlihatkan
persinggungannya dengan persoalan sosial politik pada masa itu, seperti
dinamika hubungannya dengan NU, Kolonialisme Belanda, modernisasi
politik gerakan sosial politik di Jawa, perubahan konstelasi politik dan
perkembangan gerakan pembaharuan Islam di Jazirah Arab dan Hindia
Belanda, fasisme Jepang, dan proses kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan antar budaya pesantren dengan dinamika sosial politik di
tingkat lokal dan internasional inilah yang kemudian mendorong lahirnya
Ansor sebagai organisasi kepemudaan dengan karakter khas pemuda NU.2
Jika dilihat sejarahnya, Gerakan Pemuda Ansor pada awal berdirinya
dibentuk dari dua organisasi kepemudaan Islam bernama Syubbanul Wathan
(Pemuda Tanah Air, 1924) dan Da’watus Syubban (Kebangkitan Pemuda,
1930), yang kemudian menjelma menjadi Nahdlatul Syubban, selanjutnya
menjadi Persatuan Pemuda NU (PPNU, 1931), kemudian menjadi Ansor
NU (Pemuda NU, 1932) 3 dan pada masa Orde Lama menjadi GP Ansor,
yang berperan sebagai garda NU untuk pembangunan karakter ahlussunnah
wal jama’ah (Aswaja) hingga sekarang.4
1Erwien Kusuma, Yang Muda Yang Berkiprah Gerakan Pemuda Ansor dan Politik Indonesia Masa
Demokrasi Liberal Hingga Masa Reformasi (1950 – 2010), (Bogor: Kekal Press, 2012), hal 1.
2Andi Rahman Alamsyah Dkk, Gerakan Pemuda Ansor dari Era Kolonial Hingga Pasca Reformasi,
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia bekerja sama dengan Labsosio Universitas Indonesia, 2018), hal 15.
3Op.Cit. Erwien Kusuma, hal 1-2.
4Rizqon Halal Syah, ANSOR dan tantangan KEBANGSAAN sebuah refleksi demografi politik dari
social capital menuju Human Capital, (Jakarta: Republika, 2015), hal 9-10.
1
Perkembangan Gerakan Pemuda Ansor dapat dilihat melalui 2 sisi,
yakni perkembangan eksternal dan perkembangan internal. Yang dimaksud
eksternal adalah kondisi di luar diri sendiri yang mempengaruhinya, dalam
hal ini adalah di luar Gerakan Pemuda Ansor tetapi masih terkait dan
mempengaruhi, bisa lingkungan, organisasi hingga masyarakat sekitar.
Sedangkan yang dimaksud internal adalah yang berasal dari dalam diri,
dalam hal ini adalah Gerakan Pemuda Ansor sendiri.5 Demikian kelahiran
Gerakan Pemuda Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran
dan gerakan NU, yang termasuk dalam sisi eksternalnya. Pada awal abad
ke-20 Masehi, kondisi Hindia-Belanda ditandai dengan berkembangannya
spirit kebangkitan nasional dan tumbuhnya organisasi-organisasi nasional.
Di tengah momentum semacam itu, NU kemudian lahir sebagai organisasi
sosial-keagamaan yang juga bergerak di ranah politik saat itu. Pada tahun
1921, muncul ide untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang lebih
intensif. Hal ini juga didorong oleh kondisi pada saat itu, dimana muncul
organisasi kepemudaan daerah seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong
Sumatera, Jong Minahasa, Jong Cilebes dan lain-lain.
Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor diwarnai dengan semangat
perjuangan, nasionalisme, pembebasan dan kepahlawanan. Gerakan
Pemuda Ansor dilahirkan dalam suasana integrasi antara kepeloporan
pemuda selepas sumpah pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan dan
keagamaan sekaligus. Oleh karena itu, sejarah perjuangan Laskar Hizbullah,
Barisan Kepanduan Ansor dan Banser (Barisan Serba Guna) menjadi bentuk
perjuangan pemuda NU untuk bangsanya.6
Dalam proses pembentukan organisasi dan usahanya untuk
mendapatkan pengakuan resmi dari NU, Nahdlatul Syubban aktif
mengembangkan organisasi tersebut. Pada tahun 1931, dengan merekrut
5Abdul Rahman Tibahary dan Muliana. Model-Model Pembelajaran Inovatif, dalam Journal of
2
beberapa organisasi pemuda Islam tradisional lainnya, Nahdlatul Syubban
berubah menjadi Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU), dan pada
tahun 1932 berubah menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Meski
demikian, NU masih belum menerima mereka sebagai bagian resmi
organisasi NU. Relasi Ansor dan NU adalah relasi pemuda dan ulama dalam
genealogi pemikiran Islam, baik secara psikologis maupun historis. Dengan
menggunakan nama Gerakan Pemuda dan membubuhkan nama NU,
Gerakan Pemuda Ansor tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
NU.7
Nama Ansor sendiri bermula ketika K.H. Wahab Chasbullah, pada
tahun 1932 berpesan kepada para pemuda untuk mencontoh para sahabat
Nabi Muhammad yang setia membantu perjuangan Islam. Mereka adalah
penduduk Kota Yatsrib (Madinah) yang menyambut baik hijrahnya Nabi
dan disebut sebagai Kaum Anshar. Setelah mendengar nasehat tersebut,
maka Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU) kemudian diubah namanya menjadi
Ansor Nahdlatul Ulama (ANU). Dengan harapan para pemuda dan
organisasinya dapat membantu NU. Pada awal perkembangan NU tahun
1930-an, situasi di Indonesia diwarnai konflik antara kelompok modernis
dan tradisionalis tentang cara menjalankan ajaran Islam. Tentunya dalam hal
ini NU berharap ANU dapat membantu mensosialisasikan dakwah NU di
kalangan pemuda.8
Puncaknya pada tanggal 21-28 April 1934 ketika muktamar NU ke-
9 di Banyuwangi, organisasi ini disahkan menjadi bagian dari pemuda NU
dengan nama Ansor Nahdlatul Ulama (ANU). Pada kongres tersebut dengan
bantuan K. H. Wahab Chasbullah, K. H. Wahid Hasjim, Machfudz Sidiqq
dan K. H. M, Dachlan, para pemuda mendesak para ulama tradisional untuk
mau menerima mereka di NU dengan alasan perlunya pengkaderan pemuda
dan ancaman bahwa para pemuda akan berpindah ke komunitas lain jika
Demokrasi Liberal Hingga Masa Reformasi (1950 – 2010), (Bogor: Kekal Press, 2012), hal 21.
3
tidak ditampung aspirasinya di NU.9 Setelah diterima dan disahkan sebagai
bagian dari pemuda NU, dari sisi internal, ANU langsung membentuk
kepengurusan, antara lain; ketua H.M. Thohir Bakrie, wakil ketua Abdullah
Ubaid, sekretaris H. Achmad Badawi dan Abdus Salam. Setelah itu,
Gerakan Pemuda Ansor menjadi bagian integral NU sebagai salah satu
badan otonom (Banom) yang memiliki tugas mengorganisasikan kaum
muda NU. Dengan tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934
menjadi hari diambilnya keputusan untuk mengesahkan ANU menjadi
bagian dari NU, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Gerakan
Pemuda Ansor.10
Sejak diakui sebagai bagian resmi dari NU pada 24 April 1934, ANU
menyelenggarakan lima kali kongres. Pertama, dengan nama conferentie ke
1 ANO11 se-Indonesia yang diadakan pada 30 April – 2 Mei 1936 di
Surabaya. Dalam kongres pertama ini tidak ada agenda pergantian
kepengurusan. Susunan kepengurusan ANU setelah kongres sama dengan
yang dihasilkan dari rapat pleno PBNU pada Februari 1936. Agenda yang
dihasilkan dalam kongres pertama ini adalah pemberlakuan seragam ANU
di seluruh Indonesia untuk kegiatan baris-berbaris dan desakan agar semua
cabang NU mengizinkan pendirian ANU.12
Kongres kedua ANU berlangsung di Malang pada 24 Maret 1937,
yang dihadiri oleh setiap perwakilan dari hampir seluruh cabang ANU dan
tamu undangan, seperti Pemuda Muslimin Indonesia (PMI), Pemuda
Muhammadiyah, Sarekat Islam Afdeeling Pandu (SIAP). Kongre ini
menghasilkan beberapa keputusan, antara lain pembentukan Barisan Ansor
Nahdlatul Ulama (BANU), yang merupakan cikal bakal dari Barisan Ansor
Ulama”, dalam SPEKTRUM, Vol 19, No 2, (Semarang: SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan
Internasional, 2022), hal 11-12.
11Ansor Nahdlatul Oelama, Ejaan Lama.
12Andi Rahman Alamsyah Dkk, Gerakan Pemuda Ansor dari Era Kolonial Hingga Pascareformasi,
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia bekerja sama dengan Lab Soio Universitas Indonesia, 2018), hal 16.
4
Serbaguna (BANSER) dan kesepakatan untuk setiap cabang ANU akan
memiliki BANU serta penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga ANU.13
Selanjutnya kongres ketiga ANU diselenggarakan di Kudus, Jawa
Tengah pada 19-23 April 1938. Kongres ini menghasilkan beberapa
keputusan penting, yaitu:
1. Meningkatkan pengamalan Anggaran Rumah Tangga.
2. Memperingati hari lahir ANU setiap tahunnya di semua cabang.
3. Mendirikan BANU di setiap cabang dan mengaktifkan riyadlotul
badaniyah (Pendidikan Jasmani), serta kegiatan baris berbaris.
4. Mengusahakan terwujudnya taman bacaan di setiap cabang.
5. Mengesahkan mars ANU al-iqdam.
6. Berusaha bersama NU mendirikan poliklinik.
7. Menginstruksikan kepada setiap cabang untuk mengaktifkan
konferensi.
8. Mengutus Thohir Bakri dan Abdullah Ubaid ke Muktamar NU yang
ke 13 di Menes Banten.
Hasil rapat dan semua hasil keputusan pada saat Kongres ANU di
Kudus tersebut kemudian dibahas dalam Muktamar NU yang ke 13, pada
tanggal 11-16 Juni 1938, di Menes Banten. Pada umumnya peserta
muktamar menyetujui hasil rapat dan keputusan-keputusan kongres
tersebut, kecuali persoalan dasi dan larangan menggunakan dasi bagi
anggota ANU serta BANU pada saat melayani NU.14
5
tidak menghasilkan keputusan-keputusan baru yang bersifat fundamental.
Namun ada dua keputusan penting yang dicapai dalam kongres sekaligus
muktamar ini, yaitu:
1. Kewajiban anggota ANU untuk ikut serta, serta hak bersuara dalam
rapat anggota NU.
6
Sepanjang periode 1930-1948, kongres kelima ANU merupakan
kongres yang terakhir karena kemudian berlaku situasi “darurat perang”
yang merujuk kepada peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II pada 21 Juli
1947 dan 19 Desember 1948.16 Kongres selanjutnya diselenggarakan
kembali pada tahun 1951 ketika nama ANU berubah menjadi Gerakan
Pemuda Ansor17. Beberapa kalangan NU akhirnya mengusulkan peninjauan
ulang atas pengesahan ANU sebagai bagian dari NU. Usulan itu didukung
langsung oleh K. H. Wahab Chasbullah dan Mahfudz Siddiq dengan
menawarkan solusi untuk menyelesaikan pihak NU dan para pemuda ANU.
Kedua tokoh NU itu meminta agar Muktamar menghimbau kepada seluruh
cabang NU untuk segera mendukung berdirinya ANU di masing masing
daerah. Setelah terbentuknya ANU di daerah-daerah, diharapkan PBNU
segera mengadakan konferensi besar untuk kembali meninjau dan
menyempurnakan ART ANU yang telah disahkan sebelumnya.18
7
Kemudian untuk Struktur Organisasi atau tingkatan kepengurusan
dalam organisasi Gerakan Pemuda Ansor sendiri terdiri dari:
20Peraturan Dasar Gerakan Pemuda Ansor, TINGKAT, SUSUNAN DAN MASA KHIDMAT, BAB X,
Pasal 11, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, 2016), hal 6-7.
8
Pengrus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor di tingkat Kecamatan
Jatinangor sebagai, salah satu wilayah bawahan dari Kabupaten Sumedang.
21Wawancara dengan Nanang Wahyu, pada tanggal 30 November 2022, di kediaman beliau.
22Ibid, Nanang Wahyu.
9
berbagai suku, bangsa hingga agama, keheterogenan ini secara langsung
menentukan karakteristik masyarakat di Jatinangor, sehingga Gerakan
Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor juga menjadi Ansor pembeda dari
Ansor-Ansor di kecamatan lain. Dengan demikian Ansor Kecamatan
Jatinangor berbasis perkotaan, berbeda dengan Ansor-Ansor kecamatan lain
di Kabupaten Sumedang yang berbasis pedesaan.23
23Wawancara dengan Agus Taufiq Habibie, pada tanggal 30 November 2022, di kediaman Nanang
Wahyu.
24Ibid, Agus Taufiq Habibie.
10
maupun bagi Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi sesuai dengan
pembahasan yang diangkat, serta menjawab rumusan masalah yang
diuraikan sebagai berikut:
D. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan judul
“Perkembangan Pengurus Aanak Cabang Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor (Masa Kepemimpinan Nanang Wahyu pada tahun
2017 – 2022)”. Sejauh ini penulis belum menemukan sumber yang
berhubungan langsung dengan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Namun jika mengkaji atau melihat penelitian
terdahulu sudah banyak yang mengkaji tentang Gerakan Pemuda Ansor
diantaranya :
11
1. Skripsi yang ditulis oleh Abdullah, Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung, yang
berjudul “Peranan Gerakan Pemuda Ansor dalam Menumpas
Gerakan 30 September (G 30 S PKI) pada tahun 1965”. Meskipun
dalam judul skripsi ini tertera nama Ansor dan memiliki topik yang
sama yakni tentang Gerakan Pemuda Ansor, tetapi pembahasan
dalam skripsi ini lebih difokuskan pada peranan Gerakan Pemuda
Ansor, terutama pada saat peristiwa G 30 S PKI. Perbedaanya
dengan tulisan ini adalah meski sama-sama membahas tentang
Gerakan Pemuda Ansor, tetapi dalam penelitian ini penulis lebih
fokus pada perkembangan baik internal maupun eksternal dari
Gerakan Pemuda Ansor itu sendiri, khususnya yang berada di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
2. Skripsi yang ditulis oleh Sri Mulati Ratna Dewi, Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, yang berjudul “Peran GP Ansor dalam Bidang Sosial
Keagamaan di Garut Tahun 1999-2017”. Meskipun sama-sama
membahas tentang Gerakan Pemuda Ansor, tetapi pembahasan
dalam skripsi ini hanya terfokus pada peranan Gerakan Pemuda
Ansor yang berada di Garut, khususnya dalam bidang sosial
keagamaan. Dengan demikian berbeda dengan tulisan ini yang mana
pembahasannya berfokus pada perkembangan internal dan eksternal
Gerakan Pemuda ansor. Selain itu objek kajian nya pun berbeda,
dimana lokasi penelitiannya adalah di daerah Jatinangor sedangkan
lokasi penelitian dalam skripsi tersebut adalah di daerah Garut.
3. Artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Yamin, Nelson,
Bariyanto, pada jurnal Manhaj Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, Volume 9 nomor 2, pada tahun 2020, yang berjudul
“Kontribusi Gerakan Pemuda Ansor dalam Pengembangan
Pendidikan Islam di Kepahiyang”. Artikel jurnal ini, sama-sama
membahas mengenai Gerakan Pemuda Ansor, tetapi hanya berfokus
12
pada kontribusi ansor terhadap pendidikan Islam yang merupakan
salah satu program dari Gerakan Pemuda Ansor itu sendiri. Berbeda
dengan skripsi ini yang membahas mengenai bagaimana
perkembangan Gerakan Pemuda Ansor selain itu objek kajiannya
pun berbeda, yang mana lokasi penelitiannya adalah di Kecamatan
Jatinangor, sedangkan lokasi penelitian dari artikel jurnal tersebut
adalah di Kepahiang Bengkulu.
4. Artikel jurnal yang ditulis oleh Sabat Banuaji, pada Jurnal Ilmu
Pemerintahan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Volume 2 Nomor 4 Tahun
2013, yang berjudul “Peran Gerakan Pemuda Ansor dalam
Penguatan Civil Society di Kabupaten Jepara”. Artikel jurnal ini
sama-sama membahas tentang Gerakan Pemuda Ansor tetapi hanya
fokus terhadap peran pemuda Ansor, khususnya pada Penguatan
Civil Society atau masyarakat sipil. Berbeda dengan skripsi ini yang
membahas perkembangan Gerakan Pemuda Ansor. Baik dari segi
internal maupun eksternal, objek kajiannya pun berbeda yang mana
lokasi penelitiannya adalah di Kecamatan Jatinangor, sedangkan
lokasi penelitian dari artikel jurnal tersebut adalah di Jepara.
E. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah.
Definisi metode penelitian sejarah menurut Nina Herlina adalah penelitian
yang mempelajari kejadian – kejadian atau peristiwa peristiwa pada masa
lampau manusia. Tujuannya adalah untuk membuat rekonstruksi pada masa
lampau secara sistematis dan objektif. Tujuan ini bisa dicapai dengan
menggunakan metode sejarah.25 Adapun tahapan tahapan dalam metode
penelitian sejarah ialah, Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.
25Nina Herlina, Metode Sejarah, Edisi Revisi 2020, (Bandung: Satya Historika, 2020), hal 1.
13
1. Heuristik
Heuristik yaitu tahapan atau tingkatan penelitian dan pengumpulan
sumber data menurut apa yang perlu ditulis, menurut urutan
pernyataannya, sumber data dibagi menjadi dua yaitu, sumber primer
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah data yang disajikan oleh
saksi mata, sedangkan sumber sekunder adalah kebalikannya, yaitu
disediakan atau disajikan oleh yang bukan saksi mata.26 Pada tahapan
pengumpulan ini, penulis menggunakan pendekatan secara personal
dengan penelitian lapangan mendatangi Sekretariat Pengurus Anak
Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor. Untuk data data
kepustakaan penulis mengunjungi Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung dan Perpustakaan Batu Api yang berada di Jatinangor,
melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, dokumen
dokumen serta artikel jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian.
Data-data yang diperoleh oleh penulis diantaranya berupa sumber
primer. Beberapa sumber primer tersebut adalah sebagai berikut:
a) Sumber Buku
1) Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor,
2016, PERATURAN DASAR (PD) PERATURAN RUMAH
TANGGA (PRT) PERATURAN ORGANISASI GERAKAN
PEMUDA ANSOR. Jakarta: Sekretariat Jenderal Pimpinan
Pusat Gerakan Pemuda Ansor.
b) Sumber Lisan
1) Agus Taufiq Habibie, laki laki 27 tahun. Ketua umum
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor masa bakti 2022-2024.
2) Nanang Wahyu, laki laki 38 tahun. Pembina Pengurus Anak
Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor
26Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hal 97-98.
14
sekaligus mantan Ketua Pengurus Anak Cabang Gerakan
Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor masa bakti 2017-2021.
3) Dikdik Kamaludin, laki laki 44 tahun. Ketua Majelis Wakil
Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan
Jatinangor.
4) Pipih Sopiatussyifa, perempuan 41 tahun. Ketua Pengurus
Anak Cabang Fatayat NU Kecamatan Jatinangor.
5) Abdul Karim, laki laki 28 tahun. Ketua Pengurus Anak
Cabang Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan
Jatinangor.
6) Ibnu Fakhri Fathurroziq, laki laki 24 tahun, Ketua Pengurus
Anak Cabang IPNU Kecamatan Jatinangor.
7) Asep Kurnia, laki laki 63 tahun. Ketua Rois Syuriah MWC
NU Kecamatan Jatinangor.
8) Dodi Kurnaedi, laki laki 46 tahun. Kepala Desa Sayang masa
bakti 2019 – 2024.
9) Tajul Arifin, laki laki 65 tahun. Pengurus MWC NU
Kecamatan Jatinangor sekaligus mantan Ketua Rois Syuriah
MWC NU Kecamatan Jatinangor.
10) Ade Furqon, laki laki 80 tahun. Sesepuh Pondok pesantren
Al-Falah Kecamatan jatinangor dan sesepuh NU Kecamatan
Jatiangor sekaligus mantan Ketua Rois Syuriah Majelis
Cabang NU Kabupaten Sumedang.
11) Dadang, Laki-laki 34 tahun. Alumni Pelatihan Kader Dasar
(PKD) Gerakan Pemuda Ansor.
12) Elis , perempuan 37 tahun. masyarakat Desa Hegarmanah
Kecamatan Jatinangor.
13) Farhan Naufal, laki laki 25 Tahun. Masyarakat Kecamatan
Jatinangor.
15
c) Sumber Visual
1) Foto Kegiatan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor.
27Kuntowijoyo, pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hal 97-98.
28Ibid, hal 77.
16
dokumen, narasumber dan foto. Tujuannya untuk memastikan
bahwa sumber sejarah tersebut asli atau bukan, sehingga
kemudian dapat dijadikan sumber sejarah atau tidak.
a) Sumber Buku
1) Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor,
PERATURAN DASAR (PD) PERATURAN RUMAH
TANGGA (PRT) PERATURAN ORGANISASI
b) Sumber Lisan
1) . Nanang Wahyu, beliau berusia 38 tahun. Selain beliau
menjabat sebagai Pembina Ansor Kecamatan Jatinangor.
Beliau merupakan mantan Ketua Ansor kecamatan
jatinangor masa bakti 2017-2021. Beliau juga merupakan
narasumber yang mengetahui dan mengalami perkembangan
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor. Usia beliau terbilang cukup muda sehingga daya
ingat beliau masih bagus dan dapat dipercaya.
2) Agus Taufiq Habibie, beliau berusia 27 tahun. Selain beliau
menjabat sebagai Ketua Ansor masa bakti 2022-2024. Beliau
turut menyaksikan dan mengalami perkembangan Pengurus
Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor. Tidak hanya itu, di masa bakti sebelumnya beliau
merupakan Sekretariat Pengurus Anak Cabang Gerakan
Pemuda Ansor kecamatan jatinangor. Usia beliau terbilang
cukup muda sehingga daya ingat beliau masih bagus dan
dapat dipercaya.
17
3) Dikdik Kamaludin, beliau berusia 44 tahun. Beliau
merupakan ketua MWC NU Kecamatan Jatinangor. Beliau
turut menyaksikan dan mengalami perkembangan Pengurus
Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor. Tidak hanya itu, sebelum menjadi Ketua MWC
NU Kecamatan Jatinangor. Beliau merupakan kader atau
anggota Ansor Kecamatan Jatinangor sebelumnya. Usia
beliau terbilang tidak tua sehingga daya ingat beliau masih
bagus dan dapat dipercaya.
4) Pipih Sopiatussyifa, beliau berusia 41 tahun. Beliau
merupakan ketua Pengurs Anak Cabang Fatayat NU
Kecamatan Jatinangor. Beliau turut menyaksikan bagaimana
perkembangan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Usia beliau terbilang tidak tua
sehingga daya ingat beliau masih bagus dan dapat dipercaya.
5) Abdul Karim, beliau berusia 28 tahun. Beliau merupakan
Ketua Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan
Jatinangor. Beliau turut menyaksikan bagaimana
perkembangan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Usia beliau terbilang cukup
muda sehingga daya ingat beliau masih bagus dan dapat
dipercaya.
6) Ibnu Fakhri Fathurroziq, beliau berusia 24 tahun. Beliau
merupakan Ketua Pengurus Anak Cabang IPNU Kecamatan
Jatinangor dan anggota Pengurus Anak Cabang Gerakan
Pemuda Ansor. Beliau turut menyaksikan bagaimana
perkembangan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Usia beliau terbilang muda
sehingga daya ingat beliau masih bagus dan dapat dipercaya.
7) Asep Kurnia, beliau berusia 63 tahun. Beliau merupakan
ketua Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Jatinangor. Beliau
18
turut menyaksikan bagaimana perkembangan Pengurus
Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor. Usia beliau terbilang tidak terlalu tua sehingga
daya ingat beliau masih bagus dan dapat dipercaya.
8) Dodi Kurnaedi, beliau berusia 46 tahun. Beliau merupakan
Kepala Desa sayang Kecamatan Jatinangor. Sebelumnya
beliau terlebih dahulu berkarir di PKB. Meskipun tidak
terlalu memperhatikan bagaimana berkembangnya PAC GP
Ansor Kecamatan Jatinangor pada tahun 2017 – 2022. Tetapi
beliau sedikit mengetahui bagaimana keadaan PAC GP
Ansor sekarang dan sebelumnya. Usia beliau terbilang tidak
tua sehingga daya ingat beliau masih bagus dan dapat
dipercaya
9) Tajul Arifin, beliau berusia 65 tahun. Beliau merupakan
pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan
Jatinangor. Sebelumnya beliau merupakan Ketua Rois
Syuriah MWC NU Kecamatan Jatinangor pada tahun 2017.
Beliau yang mengangkat Nanang Wahyu menjadi Ketua
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor pada saat itu. Usia beliau terbilang tidak sangat
tua sehingga daya ingat beliau masih bagus dan dapat
dipercaya.
10) Ade Furqon, beliau berusia 80 tahun. Beliau merupakan
sesepuh Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Jatinangor
dan sesepuh NU Kecamatan Jatinangor. Sebelumnya beliau
merupakan Ketua Rois Syuriah Majelis Cabang NU
Kabupaten Sumedang. Beliau merupakan saksi sejarah
bagaimana Gerakan Pemuda Ansor pertama kali muncul di
Kecamatan Jatinangor saat itu. Usia beliau terbilang tua,
tetapi daya ingat beliau masih sangat bagus dan dapat
dipercaya.
19
11) Dadang, beliau berusia 34 tahun. Beliau merupakan salah
satu kader Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor
yang telah mengikuti kegiatan Pelatihan Kader Dasar (PKD)
Gerakan Pemuda Ansor.
12) Elis, perempuan berusia 37 tahun. Beliau meruapakan salah
satu masyarakat Desa Hegarmana Kecamatan Jatinangor
yang merasakan adanya kegiatan Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor
13) Farhan Naufal, laki laki berusia 25 tahun. Beliau merupakan
mahasiswa sekaligus masyarakat Kecamatan Jatinangor.
Beliau turut ikut menyaksikan berbagai macam kegaiatan
Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor dan
merasakan sisi positif dari kegiatan Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor.
20
foto. Tujuannya untuk memastikan bahwa sumber sejarah tersebut
dapat dipertanggungjawabkan atau tidak, sehingga kemudian dapat
dijadikan sumber sejarah atau tidak.
a) Sumber Buku
1. Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor,
PERATURAN DASAR (PD) PERATURAN RUMAH
TANGGA (PRT) PERATURAN ORGANISASI.
b) Sumber Lisan
1) Nanang Wahyu, Laki laki 38 tahun. Sebagai Pembina dan
mantan Ketua Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Selama prosesi wawancara,
beliau menjelaskan bagaimana ia bisa terpilih menjadi ketua
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor dan membicarakan bagaimana Pengurus Anak
Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor dari
awal beliau menjabat hingga selesai.
2) Agus Taufiq Habibie, laki laki 27 tahun. Sebagai Ketua
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor masa bakti 2022-2024. Selama prosesi
wawancara, beliau menjelaskan tentang ke-Ansoran dan
bagaimana berkembangnya Pengurus Anak Cabang Gerakan
21
Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor dari masa sebelumnya
hingga sekarang.
3) Dikdik Kamaludin, laki laki 44 tahun. Sebagai Ketua MWC
NU Kecamatan Jatinangor. Selama prosesi wawancara,
beliau menjelaskan bagaimana hubungan NU Kecamatan
Jatinangor dengan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Tidak hanya itu, beliau juga
menjelaskan bagaimana situasi dan kondisi Pengurus Anak
Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor masa
sekarang dan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor kecamatan Jatinangor dahulu ketika beliau masih aktif
di Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor dan memberikan pandangan nya
terhadap perkembangan Pengurus Anak Cabang Gerakan
Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor masa sekarang.
4) Pipih Sopiatussyifa, perempuan 41 tahun. Sebagai Ketua
Pengurus Anak Cabang Fatayat NU Kecamatan Jatinangor.
Selama prosesi wawancara, beliau menjelaskan bagaimana
hubungan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor dengan Pengurus Anak Cabang
Fatayat NU Kecamatan Jatinangor dan banom-banom
(Badan Otonom) NU yang ada di Kecamatan Jatinangor.
Tidak hanya itu, beliau juga menjelaskan bagaimana
berkembangnya Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor dan turut menyajikan saran dan
nasehat untuk Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor untuk kedepannya.
5) Abdul Karim, laki laki 28 tahun. Sebagai Ketua Barisan
Serbaguna Ansor (Banser). Selama prosesi wawancara,
beliau menjelaskan bagaimana Banser Kecamatan
Jatinangor kembali berjalan, terstruktur dan progres. Karna
22
di lain sisi, kembali bergeraknya Banser Kecamatan
Jatinangor merupakan salah satu capaian dan hasil dari
berkembang nya Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor.
6) Ibnu Fakhri Fathurroziq, laki laki 24 tahun. Beliau
merupakan Ketua Pengurus Anak Cabang IPNU Kecamatan
Jatinangor. Selama prosesi wawancara, beliau menjelaskan
bagaimana hubungan Pengurus Anak Cabang IPNU
Kecamatan Jatinangor dengan Pengurus Anak Cabang
Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor. Tidak hanya
itu, beliau juga menjelaskan bagaimana perkembangan
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor dari sebagai sesama Badan Otonom NU
Kecamatan Jatinangor.
7) Asep Kurnia, laki laki 63 tahun. Beliau merupakan Ketua
Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Jatinangor. Selama
prosesi wawancara, beliau menjelaskan bagaimana
hubungan antara MWC NU Kecamatan Jatinangor dengan
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor, hubungan antara MWC NU Kecamatan
Jatinangor dengan PKB Sumedang dan hubungan Pengurus
Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor
dengan PKB Sumedang. Tidak hanya itu, beliau juga
menjelaskan pandangan nya terhadap perkembangan
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor.
8) Dodi Kurnaedi, laki laki 46 tahun. Beliau merupakan Kepala
Desa Sayang Kecamatan Jatinangor. Selama prosesi
wawancara, beliau menjelaskan bagaimana Pengurus Anak
Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor
dahulu ketika beliau masih di PKB. Tidak hanya itu, beliau
23
juga menjelaskan bagaimana pandangannya terhadap
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor sekarang.
9) Tajul Arifin, laki laki 65 tahun. Beliau merupakan pengurus
MWC NU sekaligus mantan ketua Rois Syuriah MWC NU
Kecamatan Jatinangor. Selama prosesi wawancara, beliau
menjelaskan bagaimana beliau mengangkat Nanang Wahyu
menjadi ketua Gerakan Pemuda Ansor pada saat itu, beliau
juga menjelaskan bagaiama NU di Kecamatan Jatinangor
hingga saat ini.
10) Ade Furqon, laki laki 80 tahun. Beliau merupakan sesepuh
Pondok Pesantren Al-Falah dan NU Kecamatan Jatinangor
sekaligus mantan Ketua Rois Syuriah Majelis Cabang NU
Kabupaten Sumedang. Selama prosesi wawancara, beliau
menjelaskan awal mula Gerakan Pemuda Ansor di
Kecamatan Jatinangor berdiri, beliau juga menjelaskan
bagaimana kondisi Kecamatan Jatinangor pada saat Gerakan
Pemuda Ansor berdiri di Kecamatan Jatinangor.
11) Dadang, Laki-laki 32 tahun beliau merupakan salah satu
kader yang telah mengikuti PKD Gerakan Pemuda Ansor.
Selama prosesi wawancara, beliau memaparkan setelah
mengikuti PKD Gerakan Pemuda dan keuntungan mengikuti
dan tergabung dalam Gerakan Pemuda Ansor.
12) Elis , Perempuan 37 tahun. Beliau merupakan masyarakat
Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor. Selama prosesi
wawancara, beliau memaparkan tentang hal-hal yang
dirasakan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor.
13) Farhan Naufal, Laki-laki 25 tahun. Beliau merupakan
mahasiswa sekaligus masyarakat Kecamatan Jatinangor.
Selama prosesi wawancara, beliau memaparkan tentang hal-
24
hal yang dirasakan dari keuntungan menyaksikan, mengikuti
dan terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh Gerakan
Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor.
c) Sumber Visual
1) Foto kegiatan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor yang yang tertata rapih di akun
resmi Instagram Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor dapat dikonfirmasi
kebenarannya, bukan editan atau hasil rekayasa. Akun
Instagram juga termasuk sumber asli dan resmi milik
Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahapan setelah melewati tahapan
kritik. Dalam menafsirkan, penulis harus mengungkapkan apa yang
telah diperoleh dari kumpulan data atau sumber dan fakta dari hasil
penelitiannya. Proses penemuan inilah yang menuntut penulis untuk
mampu memaknai makna dan peristiwa yang masih terpendam
dalam rangkaian sejarah yang harmonis dan logis. Penafsiran atau
penemuan sejarah sering disebut sebagai analisis sejarah yang
berarti menggambarkan dan secara terminologis berbeda dengan
sintesis yang berarti pengungkapan, tetapi keduanya dipandang
sebagai metode penafsiran yang utama.30 Dalam menganalisis,
penulis menggunakan pendekatan sejarah sosial, yang menurut
Kuntowijoyo dengan penggunaan ilmu-ilmu sosial, sejarawan
mempunyai kemampuan menerangkan yang lebih jelas sekalipun
kadang-kadang harus terikat kepada modal teoritisnya.31 Institusi
30Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hal 100.
31Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2003), hal 41
25
Sosial merupakan bahan garapan bagi Sejarah Sosial,32 termasuk
dalam hal ini adalah Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor. Transformasi masyarakat dengan
pembagian kerja sosial yang semakin kompleks dan diferensiasi
sosial yang semakin bercabang, dapat diambil sebagai fakta sosial
untuk bahan kajian.33
Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori evolusi, yaitu model evolusi Sosio-Kultural yang
menggambarkan bahwa perubahan kebudayaan terjadi secara
perlahan-lahan dan bertahap.34 Terkait dengan teori ini, penulis
ingin melihat bagaimana perkembangan Pengurus Anak Cabang
Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Jatinangor dalam
mempertahankan tradisinya dari tantangan perubahan sosial yang
terjadi. Dilihat dari segi internal maupun eksternal dari berbagai
macam pandangan.
4. Historiografi
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian
sejarah, yaitu tahapan penulisan, sebagai hasil dari penafsiran fakta-
fakta itu yang ditulis menjadi suatu kisah yang terjadi atau sebagai
cerita sejarah. Dengan demikian historiografi adalah lanjutan dari
tahapan interpretasi, yang kemudian hasilnya ditulis menjadi
sejarah yang selaras dengan kejadian yang sebenarnya. Terkait
hubungan strategi penulisan sejarah sosial, penulisan ini berusaha
menjelaskan model yang dapat dipakai dalam mengorganisasikan
dan mensintesakan tulisan sejarah.35
26
Dalam sejarah, model akan memberikan inspirasi heuristik
yang berguna dalam pencarian, pengumpulan bahan serta
penyusunan. Ada dua model yang dikenal, sinkronis dan diakronis.
Sebuah model sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang meluas
dalam ruang dengan tidak memikirkan terlalu banyak mengenai
dimensi waktunya. Sebaliknya, model diakronis lebih
mengutamakan lukisan memanjangnya yang berdimensi waktu,
dengan sedikit saja luas ruangan.36 Tulisan ini termasuk ke dalam
kategori diakronis. Dalam model ini masyarakat atau budaya di
gambarkan secara evolusi, bagaimana ia tumbuh sebagai suatu
gejala yang unik dengan mengingat kepentingan dari semua
detailnya.37
Model evolusi sendiri untuk menunjukan jenis penulisan
yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat itu berdiri
sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks. Menurut
Kuntowijoyo, model ini hanya dapat diterapkan pada bahan kajian
yang memang mencoba mengkaji masyarakat dari permulaan
berdirinya, jika memang sumber sumber sejarahnya memungkinkan
untuk penulisan yang seperti itu.38 Maka dalam melukiskan
perkembangan Gerakan Pemuda Ansor Jatinangor sejak awal
berdirinya sampai menjadi sebuah organisasi yang kompleks
historiografi kan dengan model ini
Demikian, Penulis membagi sistematika penulisan menjadi
empat bab, sebagai berikut:
BAB I berisi pendahuluan yang terdiri latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian Pustaka, dan metode
penelitian.
27
BAB II Membahas sejarah berdirinya Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor itu sendiri dan gambaran umum Kecamatan
Jatinangor meliputi letak Geografis dan Demografis, Pandangan
Masyarakat terhadap hadirnya Gerakan Pemuda Ansor di
Jatinangor dan profil Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan
Jatinangor.
BAB III Membahas yang dimana terfokus kepada judul. Yaitu,
tentang Perkembangan Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda
Ansor Kecamatan Jatinangor pada Tahun 2017 - 2022. Yang
berfokus pada internal dan eksternal Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Jatinangor itu sendiri.
BAB IV Merupakan bagian terakhir dalam penelitian ini yang di
dalamnya meliputi kesimpulan dan saran dari semua pokok
pembahasan.
28