Aswaja3 Ripa Nurasiah
Aswaja3 Ripa Nurasiah
Aswaja3 Ripa Nurasiah
NIM :19111061
KELAS : PAI – 3C
1. Agama Islam di Bawa Oleh Para Pedang Arab Gujarat hingga Persia
Islam diyakini pertama kali masuk nusantara dimulai dari Perlak, kemudian
Samudra Pasai lalu kemudian berkembang di Kerajaan Demak, Kerajaan Banten,
Kerajaan Mataram, Kerajaan Makassar, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore dan juga
Aceh Darussalam.
Kemudian diyakini Islam masuk Sumatra pada abad ke-7 Masehi, Provinsi
Aceh menurut catatan sejarah merupakan awal penyebaran agama Islam. Para
pedagang yang beragama Islam dan mengemban misi dakwah dari khalifah datang
dari Semenanjung Arabia dan singgah dalam perjalanan mereka ke Tiongkok.
Sementara dalam catatan Jacob Cornelis van Leur dan Buya Hamka
menyebutkan pengaruh Islam dibawa langsung oleh pedagang Arab sekitar abad ke-
7. Selain Gujarat dan Arab, Islam masuk dan berkembang di nusantara disebutkan
juga dibawa oleh para pedagang dari Persia, Hoesein Djajadiningrat berpendapat
pengaruh Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad ke-
13.
2. Islam masuk ke Lampung di zaman Kerajaan Sekala Brak melalui tiga penjuru
Datangnya Islam ke wilayah Lampung melalui tiga penjuru yakni arah barat
dari Sumatera Barat (Minangkabau), yang masuk melalui tengkuk Gunung Pesagi di
Lampung Barat. Kemudian utara datang dari Sumatera Selatan (Palembang),
melalui Komering pada masa Adipati Arya Damar tahun 1443. Sementara arah
Selatan didatangi oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati (Banten), lewat Labuhan
Maringgai di Keratuan Pugung tahun 1525.
Penyebaran Islam di Pulau Jawa tak lepas dari pengaruh runtuhnya kerajaan
Majapahit dan berdirinya Kerajaan Demak oleh Raden Patah. Wali Songo menjadi
tokoh penting dakwah Islam dengan sosial budaya sehingga agama Islam mudah
diterima masyarakat.
Wali Songo yang terdiri dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim,
Sunan Drajat atau Raden Qasim, Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq, Sunan Giri atau
Raden Paku atau Ainul Yaqin, Sunan Kalijaga atau Raden Sahid, Sunan Muria atau
Raden Umar Said, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah melakukan dakwah
ke masyarakat di tanah Jawa dengan cara yang berbeda-beda dan tersebar di
berbagai daerah.
Tak berbeda jauh cikal bakal penyeberan Islam di Samarinda menurut kitab
klasik Salasilah Kutai beraksara Arab Melayu menarasikan proses Islam masuk ke
Kutai lewat adu kesaktian.
Adu kesaktian itu juga bermakna perdebatan nalar atau dialog yang akhirnya
dimenangkan Tunggang Parangan, sehingga Raja Makota sukarela memeluk agama
Islam.
5. Penyebaran Islam di Bali, berawal dari para pengawal Raja Majapahit Hayam
Wuruk
Saat ini, diketahui kelompok Muslim tertua di Bali menetap di Kampung Gelgel. Di
wilayah itu pula berdiri masjid pertama di Bali, yakni Masjid Nurul Huda.Dalam
catatan tim peneliti sejarah masuknya Islam di Bali untuk proyek penelitian Pemda
Tingkat I Bali 1979/1980, tertulis bahwa umat Muslim diperkirakan masuk ke Bali
sejak abad ke-14. Ketika itu, Raja Gelgel Dalem Ketut Ngulesir sebagai penguasa di
Bali menghadiri pertemuan di Majapahit, Jawa Timur.Saat hendak kembali ke Bali,
Raja Hayam Wuruk menghadiahi 40 orang pengawal/pengiring raja ke Bali.
Seluruh pengawal itu merupakan penduduk Muslim yang ketika itu merupakan
sekelompok pedagang yang menetap di Majapahit.
"Lalu pengawal Muslim ini dihadiahi tanah oleh Raja Gelgel saat itu untuk
ditinggali. Nah tanah itulah yang saat ini berkembang sebagai Kampung Gelgel,"
ujar seorang tokoh masyarakat di Kampung Gelgel, Sahidin, belum lama ini.
Sampai saat ini, umat Muslim yang tinggal di Kampung Gelgel hidup
harmonis dan berdampingan dengan masyarakat Desa Adat Gelgel yang mayoritas
beragama Hindu. Toleransi antar umat ini telah bertahan selama berabad-abad.
Pada tahun pertama abad ke-4 H, aliran Maturidiyah berdiri atas prakarsa.
menurut Muhammad Hasbi (2015: 90) bahwa Al-Maturidi muncul dari faham
teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, yang berpegang teguh pada
sunnah,sedangkkan Mu'tazillah tidak kuat dalam berpegang teguh pada sunnah. Al-
maturidi dan Asy'ari merupakan satu sosial dan memiliki pemikiran yang sama.
Kedatangan Al-Asy'ari dan Al-Maturidi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
mendesak serta meyelamatkan diri kita dari baraisan paling depan adalah
Mu'tazillah. Al-asy'ari hidup di basrak Irak sebagai pengikut Sayfi'i sedangkan Al-
Maturidi tinggal di Samarkhan sebagai pengikut Mazhab Hanafi. Menurut Maman
Abdul Djalil (2016 :151) bawha Al-Maturidi lebih konsentrasi pada penukunan di
bidang teologi dari pada fiqih, untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi
faham-faham teologi yang berkembang pada masyarakat islam,yang dipandang
tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara'. Tujuan adanya
pemikiran Al-Maturidi yaitu untuk membendung paham Mu'tazillah seperti aliran
Asy'ariyah. Dalam perkembangan aliran al-maturidi terbagi 2 yaitu Al-Maturidiyah
Samarkhan dan Al-maturidiyah Bukhara. maturidiyah Bukhara kehendak dan daya
berbuat pada diri manusia sendiri. Menurut maturidiah samarkhan adalah kehendak
dan daya manusia dalam arti sebenarnya bukan kiasan. Perbedaannya dengan
mu'tajillah adalah bahwa daya untuk berbuat diciptakan tidak sebelumnya, tetapi
bersama-sama dengan perbuatan bersangkutan. Maturidiah bakhara sepakat dengan
maturidiah samarkhan dan memberikan tambahan dalam maslah daya.
Sumber referensi :
SejarahNU https://www.republik.com/suchi/5bb2ea8ec112fe66f10640e2/sejarah-
munculnya-asy-ariyah-dan-maturidiyah , dikutip pada tanggal 4 Oktober 2021
Penyebaran Islam Dunia https://kaltim.idntimes.com/news/indonesia/bandot-
arywono/jalan-damai-penyebaran-islam-di-indonesia-dakwah-
sejak-abad-ke-regional-kaltim/8, dikutip pada tanggal 4 Oktober
2021
Disampaikan oleh Ibu Susi Susilawati Guru SKI tahun 2011