Aswaja3 Ripa Nurasiah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

NAMA : RIPA NURASIAH

NIM :19111061

KELAS : PAI – 3C

JUDUL ARTIKEL : PERKEMBANGAN PAHAM ASWAJA DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Muhammad Zamzam NM., S,pd., M.Pd

TUGAS : 7 OKTOBER 2021

A. Penyebaran Islam di Nusantara

Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim


terbesar di dunia, sejarah masuknya Islam ke nusantara melalui jalan damai dan
bukan melalui penaklukan.

Penyebaran islam di nusantara yakni melalui jalur perdagangan, perkawinan,


pendidikan, dan seni budaya. Dakwah yang dilakukan secara simpatik, sehingga
dengan cepat agama Islam tersebar dan diterima oleh rakyat, penguasa hingga raja-
raja di nusantara.

Islam pun berkembang tambah pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan


Islam mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi hingga Maluku yang berlangsung antara
abad ke-13 hingga abad ke-18.

Sejarah Islam di nusantara sangat kental mempengaruhi segala aspek kehidupan


mulai dari sosial, budaya, seni bahkan hingga arsitektur bangunan. Islam juga berperan
penting di masa perjuangan pergerakan Indonesia melawan kolonialisme penjajahan.

1. Agama Islam di Bawa Oleh Para Pedang Arab Gujarat hingga Persia

Islam diyakini pertama kali masuk nusantara dimulai dari Perlak, kemudian
Samudra Pasai lalu kemudian berkembang di Kerajaan Demak, Kerajaan Banten,
Kerajaan Mataram, Kerajaan Makassar, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore dan juga
Aceh Darussalam.

Kemudian diyakini Islam masuk Sumatra pada abad ke-7 Masehi, Provinsi
Aceh menurut catatan sejarah merupakan awal penyebaran agama Islam. Para
pedagang yang beragama Islam dan mengemban misi dakwah dari khalifah datang
dari Semenanjung Arabia dan singgah dalam perjalanan mereka ke Tiongkok.

Beberapa referensi sejarah menyebutkan Islam masuk melalui para


pedagang Gujarat. Sejarawan Belanda, seperti Jan Pijnappel, Snouck Hurgronje,
dan Jean Piere dalam catatannya menyebutkan penyebaran Islam di Indonesia
berasal dari Gujarat (India) antara abad ke-7 hingga abad ke-13 M.

Sementara dalam catatan Jacob Cornelis van Leur dan Buya Hamka
menyebutkan pengaruh Islam dibawa langsung oleh pedagang Arab sekitar abad ke-
7. Selain Gujarat dan Arab, Islam masuk dan berkembang di nusantara disebutkan
juga dibawa oleh para pedagang dari Persia, Hoesein Djajadiningrat berpendapat
pengaruh Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad ke-
13.

Hubungan yang sudah terbina sejak lama akhirnya melahirkan asimiliasi


keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau Sumatra dan berperan penting
dalam penyiaran Islam.

2. Islam masuk ke Lampung di zaman Kerajaan Sekala Brak melalui tiga penjuru

Agama Islam juga berkembang di Lampung. Penyebaran Agama Islam


diperkirakan mulai pada Abad ke-16 zaman Kerajaan Sekala Brak Hindu. Meski
begitu para peneliti yakin Islam telah masuk berabad-abad sebelumnya.

Peneliti Manuskrip Lampung, Rakhmad Idris mengatakan Ia pernah


melakukan pencarian naskah kuno di daerah Liwa, Kabupaten Lampung Barat. Di
sana, Rakhmad menjumpai naskah tulisan tangan atau manuskrip, salah satu
keturunan Paksi (kerajaan) Skala Brak Suttan Penyimbang Darwis bin Muhammad
Yusuf, yang menerangkan Islam ke wilayah Lampung.

"Di dalamnya termasuk ada naskah-naskah Al-Quran dan agama Islam.


Menurut kami, karena manuskrip adalah sebuah artefak tua, maka bisa menjadi
bukti. Bahwa pada masa itu Islam sudah mulai ada di Liwa, Lampung Barat,
sehingga memperkuat Islam masuk dari sebelah Barat wilayah Lampung,"

Datangnya Islam ke wilayah Lampung melalui tiga penjuru yakni arah barat
dari Sumatera Barat (Minangkabau), yang masuk melalui tengkuk Gunung Pesagi di
Lampung Barat. Kemudian utara datang dari Sumatera Selatan (Palembang),
melalui Komering pada masa Adipati Arya Damar tahun 1443. Sementara arah
Selatan didatangi oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati (Banten), lewat Labuhan
Maringgai di Keratuan Pugung tahun 1525.

3. Walisongo menyebarkan Islam lewat pendidikan seni dan budaya

Penyebaran Islam di Pulau Jawa tak lepas dari pengaruh runtuhnya kerajaan
Majapahit dan berdirinya Kerajaan Demak oleh Raden Patah. Wali Songo menjadi
tokoh penting dakwah Islam dengan sosial budaya sehingga agama Islam mudah
diterima masyarakat.

Wali Songo yang terdiri dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim,
Sunan Drajat atau Raden Qasim, Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq, Sunan Giri atau
Raden Paku atau Ainul Yaqin, Sunan Kalijaga atau Raden Sahid, Sunan Muria atau
Raden Umar Said, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah melakukan dakwah
ke masyarakat di tanah Jawa dengan cara yang berbeda-beda dan tersebar di
berbagai daerah.

Walisongo dan para ulama sengaja berdakwah, mengajar, dan mendirikan


pesantren. Rakyat dari berbagai daerah berdatangan untuk belajar di sekolah atau
pesantren dan setelah selesai pendidikannya kembali ke daerah asal atau daerah lain
untuk menyebarkan agama Islam.
Para wali juga menggunakan kebudayaan dan kesenian untuk berdakwah,
seperti Sunan Kalijaga melalui wayang yang didalamnya memasukkan nilai-nilai
Islam, Sunan Bonang yang menciptakan alat musik bagian dari gamelan yang
bernama Bonang, menciptakan gending (lagu) Durma yang didalamnya berisikan
ajaran Islam. Begitu juga dengan Sunan Muria dan Sunan Giri bahkan seni tersebut
sampai sekarang masih tetap eksis di masyarakat.

4. Menerima Islam setelah kalah dalam adu kesaktian

Sementara itu, masuknya Islam di wilayah nusantara juga melewati berbagai


kisah unik. Misalnya di Banten, sekitar tahun 1524 atau 1525 Islam masuk ke
wilayah ini melalui adu kesaktian antara Prabu Pucuk Umum dan Sultan Maulana
Hasanuddin.

Menurut Yadi Ahyadi, peneliti Bantenologi di Kampus UIN SMH Banten,


Selasa (13/4/2021), penguasa Banten saat itu Prabu Pucuk Umum mengajak adu
kesaktian ayam di Lereng Gunung Karang.

"Adu kesaktian gak mesti bunuh bunuhan-bunuhan, saling tusuk, saling


tikam, cukup orang yang tersakti yang berantem. Satu atau dua doang jadi korban,
tidak ada korban secara massal," katanya.

Tak berbeda jauh cikal bakal penyeberan Islam di Samarinda menurut kitab
klasik Salasilah Kutai beraksara Arab Melayu menarasikan proses Islam masuk ke
Kutai lewat adu kesaktian.

Muhammad Sarip, Sejawaran Lokal Samarinda menyebutkan pada abad ke-


16 diceritakan seorang ulama dari Minangkabau tiba di Kutai Lama.

Ulama bergelar Tuan Tunggang Parangan tersebut mendakwah ajaran Islam


kepada Raja Makota penguasa pada saat itu, Kitab klasik Salasilah Kutai beraksara
Arab Melayu menggambarkan syiar agama Islam saat itu lewat proses adu
kesaktian.
Tunggang Parangan memenangi pertarungan dan Raja Makota menerima ajaran
Islam dengan menjadi mualaf. Meskipun demikian menurut Sarip, secara harfiah Ia
menilai pola cerita seperti ini serupa dengan riwayat metode dakwah yang
mengutamakan unsur karamah, mukjizat atau keajaiban. Akan tetapi, cerita
kontekstual tersebut diartikan sebagai dakwah melalui proses dialog egaliter.

Adu kesaktian itu juga bermakna perdebatan nalar atau dialog yang akhirnya
dimenangkan Tunggang Parangan, sehingga Raja Makota sukarela memeluk agama
Islam.

5. Penyebaran Islam di Bali, berawal dari para pengawal Raja Majapahit Hayam
Wuruk

Islam tidak hanyaberkembang di Jawa, Sumatera, Kalimantan saja di Bali


Islam juga mulai masuk pada sekitar abad ke-14. Berdasarkan beberapa catatan
sejarah, umat Muslim sudah menetap di wilayah Kabupaten Klungkung sejak abad
ke-14. Keberadaan mereka pun diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar yang
mayoritas beragama Hindu.

Saat ini, diketahui kelompok Muslim tertua di Bali menetap di Kampung


Gelgel. Di wilayah itu pula berdiri masjid pertama di Bali, yakni Masjid Nurul
Huda.

Saat ini, diketahui kelompok Muslim tertua di Bali menetap di Kampung Gelgel. Di
wilayah itu pula berdiri masjid pertama di Bali, yakni Masjid Nurul Huda.Dalam
catatan tim peneliti sejarah masuknya Islam di Bali untuk proyek penelitian Pemda
Tingkat I Bali 1979/1980, tertulis bahwa umat Muslim diperkirakan masuk ke Bali
sejak abad ke-14. Ketika itu, Raja Gelgel Dalem Ketut Ngulesir sebagai penguasa di
Bali menghadiri pertemuan di Majapahit, Jawa Timur.Saat hendak kembali ke Bali,
Raja Hayam Wuruk menghadiahi 40 orang pengawal/pengiring raja ke Bali.
Seluruh pengawal itu merupakan penduduk Muslim yang ketika itu merupakan
sekelompok pedagang yang menetap di Majapahit.
"Lalu pengawal Muslim ini dihadiahi tanah oleh Raja Gelgel saat itu untuk
ditinggali. Nah tanah itulah yang saat ini berkembang sebagai Kampung Gelgel,"
ujar seorang tokoh masyarakat di Kampung Gelgel, Sahidin, belum lama ini.

Sampai saat ini, umat Muslim yang tinggal di Kampung Gelgel hidup
harmonis dan berdampingan dengan masyarakat Desa Adat Gelgel yang mayoritas
beragama Hindu. Toleransi antar umat ini telah bertahan selama berabad-abad.

B. Aswaja Asy’ariyah dan Al - Maturidiyah


Menurut Muhammad Hasbi (2015:98) bahwa Al-Asy'ari lahir di Basrah
pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia lebih 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad
dan wafat pada tahun 324 H/935 M. Ketika Asy'ari masih kecil beliau wafat,
sebelum wafat ia sempat berwasiat Kepada seorang sahabatnya yang bernama
zakaria bin yahya as-Saji agar mendidik Asy'ari. Berkah ayah tirinya ia menjadi
tokoh Mu'tazillah. Aliran Ahl Sunnah wal Jama'ah muncul atas keberanian dan
usaha Abu al-Hasan al-Asy'ari disekitar tahun 300 H, dan selama 40 tahun ia
menjadi pengikut Mu'tazilah. Sekitar tahun 300 H al-Asy'ari keluar dari golongan
Mu'tazilah dan membentuk aliran teologi yang kemudian dikenal dengan namanya
sendiri. Sebelum al-Asy'ari lahir, tercantum kata-kata wa nasu anfusahum ila al-
sunnah (mereka mempertalikan diri mereka dengan sunnah) dan kata-kata ahl al-haq
wa al-din wa al-jama'ah (ahli kebenaran, agama dan jama'ah). Ayah Asy'ari
merupakan seorang Ahlusunnah dan ahli Hadis. Sebab keluarnya Asy'ari dari
paham Mu'tazillah yaitu bermimpi bertemu dengn Nabi Muhammad SAW sebanyak
3 kali yaitu pada bertemu dengn Nabi Muhammad SAW sebanyak 3 kali yaitu pada
malan ke-10, ke-20, ke-30 pada bulan Ramadhan. Dalam mimpi ke tiga kalinya
Rosulullah SAW memperingkatkan agar segera meninggalkan faham Mu'tazillah
dan segera membela faham yang telah diwirayatkan oleh beliau.

Pada tahun pertama abad ke-4 H, aliran Maturidiyah berdiri atas prakarsa.
menurut Muhammad Hasbi (2015: 90) bahwa Al-Maturidi muncul dari faham
teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, yang berpegang teguh pada
sunnah,sedangkkan Mu'tazillah tidak kuat dalam berpegang teguh pada sunnah. Al-
maturidi dan Asy'ari merupakan satu sosial dan memiliki pemikiran yang sama.
Kedatangan Al-Asy'ari dan Al-Maturidi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
mendesak serta meyelamatkan diri kita dari baraisan paling depan adalah
Mu'tazillah. Al-asy'ari hidup di basrak Irak sebagai pengikut Sayfi'i sedangkan Al-
Maturidi tinggal di Samarkhan sebagai pengikut Mazhab Hanafi. Menurut Maman
Abdul Djalil (2016 :151) bawha Al-Maturidi lebih konsentrasi pada penukunan di
bidang teologi dari pada fiqih, untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi
faham-faham teologi yang berkembang pada masyarakat islam,yang dipandang
tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara'. Tujuan adanya
pemikiran Al-Maturidi yaitu untuk membendung paham Mu'tazillah seperti aliran
Asy'ariyah. Dalam perkembangan aliran al-maturidi terbagi 2 yaitu Al-Maturidiyah
Samarkhan dan Al-maturidiyah Bukhara. maturidiyah Bukhara kehendak dan daya
berbuat pada diri manusia sendiri. Menurut maturidiah samarkhan adalah kehendak
dan daya manusia dalam arti sebenarnya bukan kiasan. Perbedaannya dengan
mu'tajillah adalah bahwa daya untuk berbuat diciptakan tidak sebelumnya, tetapi
bersama-sama dengan perbuatan bersangkutan. Maturidiah bakhara sepakat dengan
maturidiah samarkhan dan memberikan tambahan dalam maslah daya.

C. Tantangan Penyebaran Aswaja di Nusantara


1. Kepercayaan nenek moyang yang mendarah daging
2. Penganut kental agama Hindu dan Budha
3. Tercampur aduknya antara budaya dan agama seperti ritual menghanyutkan
kepala kerbau

Sumber referensi :
SejarahNU https://www.republik.com/suchi/5bb2ea8ec112fe66f10640e2/sejarah-
munculnya-asy-ariyah-dan-maturidiyah , dikutip pada tanggal 4 Oktober 2021
Penyebaran Islam Dunia https://kaltim.idntimes.com/news/indonesia/bandot-
arywono/jalan-damai-penyebaran-islam-di-indonesia-dakwah-
sejak-abad-ke-regional-kaltim/8, dikutip pada tanggal 4 Oktober
2021
Disampaikan oleh Ibu Susi Susilawati Guru SKI tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai