Makalah - Aqidah Islam - Fifi
Makalah - Aqidah Islam - Fifi
Makalah - Aqidah Islam - Fifi
DI DESA SINGONEGORO
Dosen Pengampu :
Drs.H.Noor Hadi MA,M.Pd
Disusun Oleh :
Fifi Angki (2121.101.010)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs.H.Noor Hadi MA,M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Aqidah yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
Daftar Pustaka............................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan amal, akidah dan perbuatan.
Akidah berlandaskan pada tauhid, yakni mengesakan Tuhan. Tauhid sebagai inti
keimanan merupakan pokok dan pondasi yang di atasnya berdiri syariat Islam, Kemudian
dari pokok itu keluarlah cabang - cabangnya. Kadar keselamatan manusia di akhirat
berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam bertauhid, begitu pula halnya dengan
keridhaan Allah di dunia dan di akhirat.
Menurut Muhammad Abduh, ilmu ini dinamakan dengan ilmu tauhid, karena
persoalan penting yang dibicarakan di dalamnya adalah tentang keesaan Allah (wahdah).
Esa zat-Nya, Esa perbuatan-Nya, menciptakan alam seluruhnya dan Ia pula satu-satunya
tempat kembali seluruh alam ini dan penghabisan segala tujuan. Perbuatan merupakan
syariat yang dianggap sebagai buah dari keimanan itu.
Keimanan, disebut juga akidah, dan amal disebut juga dengan syariah. Keduanya
saling bertalian dan berhubungan, tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Tauhid
memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan menjadi
pemancar kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Ilmu tauhid merupakan dasar pedoman dalam ajaran Islam. Ilmu tauhid
menetapkan aqidah-aqidah di dalam agama Islam melalui dalil atau aturan yang jelas.
Kata tauhid berasal dari Bahasa Arab, yakni “wahhada-yuwahhidu-tauhidan” yang
berarti menjadikan sesuatu satu saja. Namun pengertian tauhid adalah pengetahuan atau
ilmu yang menyakini keesaan Allah SWT.
Dalam ilmu tauhid, seluruh umat muslim harus meyakini bahwa Allah itu ada
dengan berbagai macam sifatnya. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak,
dan tidak diperanakkan. Terdapat sejumlah ayat di dalam Alquran yang membahas
mengenai keutamaan tauhid. Salah satunya adalah diberikan rasa aman dan mendapat
petunjuk yang sempurna dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah :
1
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka
mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam:82).
Kehidupan sosial merupakan suatu batasan atau sistem yang memiliki nilai-nilai dan
prinsip sebagai peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat. Dalam ilmu tauhid diajarkan
untuk bersikap peduli terhadap orang lain dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan hadist, dengan maksud tidak hanya mementingkan diri sendiri. Karena
dalam ilmu tauhid tidak dianjurkan atau dibenarkan memiliki perilaku egois.
Dalam ilmu tauhid seorang muslim dianjurkan untuk senantiasa bertauhid kepada
Allah denagn cara beribadah hanya karena Allah. Jika seseorang beribadah hanya kepada
Allah maka tidak ada keraguan dalam hati dan pikirannya dalam hidupnya melainkan
ketenangan.
Penerapan ilmu tauhid dalam hidup bersosialisasi telah dilakukan pada jaman Nabi,
pada masa Nabi Adam tauhid sudah diterapkan kepada istri dan anak cucunya untuk
bertauhid hanya kepada Allah, begitu pula yang dilakukan oleh nabi-nabi setelahnya.
Sehingga sosialisasi tauhid yang tertata tergantung pada seorang pemimpin yang melanjutkan
sampai nabi wafat, setelah nabi adam wafat tatanan sosial mulai kacau dan diutus Nabi Nuh
untuk meneruskan apa yang dilakukan Nabi Adam hingga kembali stabil namun setelah
wafatnya Nabi Nuh kembali terjadi kekacauan pada tatanan sosial hingga diutusnya Nabi
Ibrahim. Hingga berlanjut sampai ke Nabi Muhammad SAW. Beliau membawa risalah dan
tauhid untuk umat manusia, serta mengajak untuk mengesakan Allah SWT, ajaran ini terus
berkembang hingga saat ini. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pemerintahan dipegang
oleh para khulafaurrosyidin, kemudian dipegang oleh Bani Umayyah, Kemudian Bani
Abbasiyah.
Pada jaman saat ini terjadi perbedaan jalan ketuhanan karena ragam kebudayaan di
masyarakat berpengaruh terhadap kepercayaan dan keyakinan masyarakat dalam kehidupan
sosial. Sedangkan sudah jelas bahwa hanya Allah lah tuhan yang satu-satunya, dan setiap
yang berwujud adalah makhluk dan kedua aturan kebenaran ini saling berkaitan, sehingga
semua makhluk memiliki kedudukan bersama. Sebab timbulnya kepercayaan terhadap tuhan
adalah adanya kepercayaan roh-roh yang dapat berpindah dari satu tubuh ke tubuh, tubuh
manusia maupun hewan. Kemudian ada beberapa agama yang mendewakan bintang
sedangkan ada banyak hewan dan manusia di dunia ini, sehingga muncullah pemikiran
mencari tentang siapa yang patut untuk disembah diantara semua itu. Setelah itu mereka
bertuhan pada satu dzat. Yaitu semua yang menciptakan semua ini ialah Allah SWT, Tuhan
2
yang paling dianggap maha esa tempat mereka berlindung dari bahaya dan memohon
pertolongan.
Setiap orang muslim diharuskan untuk menuntut ilmu tauhid yang pada dasarnya
sebagai pondasi hidup. Ilmu tauhid adalah bagian dari agama yang tidak dipisahkan, dalam
mencari ilmu tauhid menjadi suatu nilai yang tinggi di bandingkan ibadah lainnya. Ilmu
tauhid dalam kehidupan sosial memiliki beberapa peran antara lain yang Pertama,
membentuk aqidah masyarakat. Ilmu tauhid inti dalam pembahasannya mengenai aqidah
yang artinya suatu pendapat dan fikiran yang mempengaruhi jiwa manusia sendiri,
dipertahankan dan I’tikod bahwa itu adalah kebenaran yang harus dipertahankan dan
dikembangkan. Dalam ilmu tauhid agama menghendaki umatnya untuk memenuhi
kebutuhnannya dalam hal yang wajar dan baik dalam kehidupan tanpa mendzalimi orang lain
dan diri sendiri. Hubungan sosial masyarakat adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam
kehidupan manusia, Relevensi agama sebagian besar menyangkut sebagian sosial
keagamaan. Ada beberapa aspek pribadi yang diatur didalamnya seperti Zakat dan Haji jelas
memiliki aspek sosial yang kuat. Kultur agama akan senantiasa terbentuk bila muslim dalam
memegang aqidah-aqidah islam dengan kuat dan baik dalam menerapkannya dalam tatanan
kemasyarakatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tauhid dengan segala nilai yang dikandungnya mendapatkan tantangan yang cukup
besar. Dimana konsep tauhid tidak cukup hanya dipahami sebagai doktrin semata, tanpa
dihubungkan dengan persoalan-persoalan yang terjadi pada zaman ini. Sebagai muslim,
tidaklah cukup kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan lisan semata,
tetapi juga harus diyakini dalam hati dan dilanjutkan dengan perbuatan dan amalan baik.
Seperti dalil berikut :
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk (QS Al-An’am : 82)
Umat Islam secara kolektif, orang-orang yang beragama Islam ditunjuk untuk menjadi
teladan yang baik dalam mempraktekkan kehidupan dan membentuk bangunan sosial yang
shalih, sebagai pancaran sikap hidup tauhid. Tidak jarang terjadi kecenderungan, secara
formal seseorang itu bertauhid, dalam artian tidak menjadi musyrik, tetapi dalam kehidupan
sosialnya mempraktekkan hal-hal yang bertentangan dengan esensi dan makna tauhid.
4
budaya dan paham akan ketauhidan itu sendiri. Bagi masyarakat yang bisa memilah, iman
dan ketauhidannya tidak akan terpengaruh, begitu juga sebaliknya. Masyarakat yang mudah
goyah imannya, tentu saja akan dengan mudah terbawa arus. Oleh karena itu sebagai
masyarakat Islami kita hendaknya berhati-hati dalam mengikuti arus perkembangan zaman.
Bersikap dinamis dan fleksibel boleh saja, tetapi rasa takut dan percaya akan adanya Allah
SWT juga harus selalu tertanam dalam hati. Menjadi masyarakat yang bertauhid bukan
berarti menjadi masyarakat yang kaku, dan hendaknya selalu berdo’a kepada Allah SWT agar
dapat selalu diluluhkan hatinya saat mengingat Allah SWT serta memiliki iman yang kuat.
Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat :
13)
5
keislaman tidak mudah goyah diterpa berbagai rintangan. Jika fondasi keislaman seseorang
tidak benar dan rapuh, keislamannya pun tidak kuat dan tidak akan bertahan lama. Apalagi
jika fondasi tauhid sebagai landasan utama dikorupsi dengan praktek syirik, maka seketika itu
juga runtuh seluruh bangunan keislaman. Hal ini menujukkan bahwa fondasi keislaman
adalah hal yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang
benar di mata Allah.
Penerapan tauhid dalam diri untuk mencapai ridha Allah SWT dengan cara beriman
kepada Allah, artinya ialah mengakui, mempercayai atau meyakini bahwa Allah itu ada, dan
bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk. Tidak
cukup hanya sekedar percaya kepada akan adanya Allah, melainkan sekaligus juga harus
diikuti dengan beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang
realisasinya berupa mengamalkan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.
Tidak mempersekutukan Allah swt, Mempersekutukan artinya tidak menyembah Tuhan
selain Allah SWT. Perbuatan mempersekutukan tersebut dinamakan syirik, dan orang yang
melakukannya dinamakan musyrik. Syirik merupakan dosa besar di samping dosa-dosa besar
yang lainnya, seperti durhaka pada orangtua, takabur, dan lain sebagainnya. Syirik
merupakan dosa besar, bahkan derajatnya terletak di atas dosa-dosa besar yang lain. Karena
itu syirik merupakan hal yang paling berbahaya dan paling dikutuk oleh Allah, bahkan syirik
merupakan dosa yang tidak diampuni.
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS.
Al-Kahf : 110)
6
- Tidak mencintai kehidupan dunia dengan berlebihan
- Cinta damai dan mudah memaafkan
- Dapat dipercaya jika diberi amanah
- Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan
sesama dengan memelihara hak dan kewajiban baik dengan sesama muslim maupun dengan
non muslim dalam hubungan ketetanggaan.
- Bersikap baik dan adil dalam bertetangga dan bermasyarakat walau berbeda
keyakinan.
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُكْم ِّم ْن َذَكٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَعْلٰنmmmm,,pk
7
;,l,;l,l;,;,;ُ ْو ًبا َّو َقَب ۤا ِٕىَل ِل
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam ilmu tauhid diajarkan untuk bersikap peduli terhadap orang lain dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist, dengan
maksud tidak hanya mementingkan diri sendiri. Penerapan ilmu tauhid dalam hidup
bersosialisasi telah dilakukan pada jaman Nabi, pada masa Nabi Adam tauhid sudah
diterapkan kepada istri dan anak cucunya untuk bertauhid hanya kepada Allah, begitu
pula yang dilakukan oleh nabi-nabi setelahnya.
Sehingga sosialisasi tauhid yang tertata tergantung pada seorang pemimpin
yang melanjutkan sampai nabi wafat, setelah Nabi Adam wafat tatanan sosial mulai
kacau dan diutus Nabi Nuh untuk meneruskan apa yang dilakukan Nabi Adam hingga
kembali stabil namun setelah wafatnya Nabi Nuh kembali terjadi kekacauan pada
tatanan sosial hingga diutusnya Nabi Ibrahim.
Sedangkan sudah jelas bahwa hanya Allah-lah tuhan yang satu-satunya, dan
setiap yang berwujud adalah makhluk dan kedua aturan kebenaran ini saling
berkaitan, sehingga semua makhluk memiliki kedudukan bersama.
Ilmu tauhid inti dalam pembahasannya mengenai aqidah yang artinya suatu
pendapat dan fikiran yang mempengaruhi jiwa manusia sendiri, dipertahankan dan
i’tikad bahwa itu adalah kebenaran yang harus dipertahankan dan dikembangkan.
Dalam ilmu tauhid agama menghendaki umatnya untuk memenuhi kebutuhannya
dalam hal yang wajar dan baik dalam kehidupan tanpa mendzalimi orang lain dan diri
sendiri.
3.2 Saran
Diharapkan dengan makalah ini mahasiswa dapat menambah pengetahuan mahasiswa
tentang implementasi tauhid dalam bermasyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA