Praktikum I Mikrologi
Praktikum I Mikrologi
Praktikum I Mikrologi
DASAR TEORI:
Jamur tempe atau yang sering disebut sebagai kapang tempe memegang peranan yang sangat
penting dalam pembentukan butir-butir kedelai menjadi tempe yang padat. Jamur yang biasa
digunakan dalam pembuatan tempe termasuk kelompok jamur Zygomycota yang memiliki benang-
benang hifa yang bersekat.
Jamur tempe yang memiliki nama latin Rhizopus oryzae merupakan mikro organism semi
saprofit dan organism anaerob. Jamur tempe memiliki ciri utama yaitu misellium nya tidak bersekat
yang juga merupakan ciri utama dari family Mucoraceae. Rhizopus oligosporus adalah sebutan .lain
dari jamur tempe busuk, Jamur yang terdapat pada tempe busuk (Rhizopus oryzae) aman untuk
dikonsumsi karena didalam kandungan tempe busuk tidak menghasilkan toksin melainkan
menghasilkan asam laktat.
Tempe busuk juga bukan tempe yang gagal dalam proses fermentasi, melainkan proses
fermentasi berlangsung lebih lanjut (over fermented) yang mengakibatkan tempe seolah-olah
busuk.Proses fermentasi yang berjalan lebih lanjut akan meningkatkan jumlah bakteri dan jumlah
asam lemak bebas pada tempe, sementara itu terjadilah penurunan dan terhentinya pertumbuhan
jamur. Jika fermentasi berlangsung dalam waktu yang lumayan lama, maka akan terjadi degradasi
protein lanjut sehingga terbentuknya ammonia
HASIL PENGAMATAN
Makroskopis
Nama Spesies :
Keterangan Gambar :
1. Sampel Tempe
2. Koloni Jamur
3. Kacang Kedelai
4. Hasil Fermentasi
Mikroskopis
1. Sporangium
2. Sporangiophore
3. Stoton
4. Rhizaids
5. Spora
DESKRIPSI:
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak menghasilkan
enzim protease. R. oligosporus banyak ditemui di tanah, buah, dan sayuran yang membusuk, serta roti
yang sudah lama dan juga terdapat dalam nasi.
R. oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe
dari proses fermentasi kacang kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang
memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga
tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh.Fungi ini juga dapat
memfermentasi substrat lain, memproduksi enzim, dan mengolah limbah. Salah satu enzim yang
diproduksi tersebut adalah dari golongan protease
R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau
lebih.Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar,
dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter dan diameter 10-18 mikro meter.Sporangia globosa yang
pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. Klamidospora
banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada hifa,
sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30
mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter
R. oligosporus dapat tumbuh optimum pada keadaan aerob disuhu 30-35 °C, dengan suhu
minimum 12 °C, dan suhu maksimum 42 °C
Beberapa manfaat dari R. oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotik alami yang secara khusus dapat melawan bakteri gram positif,[5] biosintesa
vitamin-vitamin B,[5] kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,[5] perkecambahan
spora,[6] dan penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedela
PRAKTIKUM I
TUJUAN: Untuk Mengamati Morfologi Makroskopis Bebarapa Spesies Jamur Pada Roti
NAMA PRAKTIKAN: IMELDA PEBRIANI
TINGKAT:2B Teknologi Laboratorium Medis
NIM: P01750122074
HARI/TANGGAL: Senin, 05 Februari 2024
DOSEN PENGAMPU: Ahmad Jaiz, SKM,Msi
MATA KULIAH: Mikologi
DASAR TEORI:
Roti merupakan bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Namun masa simpan
roti hanya diperkirakan selama 3 hari saja. Pertumbuhan jamur pada roti tawar terjadi sangat cepat.
Hal itu disebabkan karena bahan dasar dari pembuatan roti yaitu tepung terigu. Tepung mengandung
pati dalam jumlah yang relatif tinggi. Pati dapat diubah menjadi gula sederhana oleh mikroorganisme
khususnya jamur, karena gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi jamur. Jamur memiliki
peran yang utama dalam pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada
pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer,dan ada pula terdapat jamur Penicillium sp, dan
Aspegillus sp (Kusuma, 2008 dan Pelczar,1988: 896)
Rhizopus stolonifer dikenal juga sebagai jamur hitam pada roti (black bread mold), merupakan
salah satu jamur yang menyebabkan busuk atau kerusakan pada bahan makanan buah dan sayuran dan
sering juga disebut dengan Rhizopus nigricans. Rhizopus stolonifer juga merupakan agen penyakit
tanaman yang mampu merusak bahan organik melalui dekomposisi. Spora jamur ini dapat ditemukan
diudara dan dapat tumbuh dengan cepat pada suhu antara 14 -30°C (Natawijaya, dkk., 2015 : 35).
CARA KERJA:
1. Pijarkan ose pada bunse lalu tunggu dingin
2. Taruh 1 tetes koh 10% pada preparat yg steril
3. Tempelkan terlebih dahulu jarum ose pada koh 10% lalu ambil koloni pada sampel
menggunakan ose
4. Lalu tempelkan ose pada preparat, jika sudah letakkan deck glass
5. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x
HASIL PENGAMATAN
Makroskopis Keterangan gambar:
1. Sampel Roti
2. Koloni Jamur
Mikroskopis
1. Spora
2. Sporangiophares
3. Siolon
4. Rhizoid
KLASIFIKASI JAMUR:
Domain:Eukariota
Kerajaan:jamur
Divisi: Mucoromycota
Memesan:Mucorales
Keluarga:Mucoraceae
Marga: Rhizopus
Jenis: R.stolonifer
DESKRIPSI:
Rhizopus stolonifer mepunyai koloni yang berwarna keputihan menjadi abuabu kecoklatan
hingga coklat kekuningan. Rhizoid dari jamur ini warna coklat, bercabang dan berlawanan arah
dengan sporangiofor bisa muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor bisa satu
atau berkelompok kadangkadang meyerupai garpu, dinding berduri, warna coklat gelap hingga
berwarna coklat kehitaman dengan diameter 50 sampai 200 µm. Stolonnya berdinding halus atau agak
kasar dan hampir tidak berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau tidak, biasanya
berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukaannya dan mempunyai panjang sekitar 4 sampai 10
µm. Suhu minimum untuk pertumbuhan jamur ini sekitar 6℃, optimum antara 23℃ sampai dengan
26℃ dan suhu maksimum pertumbuhan nya yaitu 35℃. Kelembaban relatif pada 75% sampai
dengan 84% sesuai bagi jamur untuk menginfeksi (Sastrahidayat, 1988). Rhizopus stolonifer dapat
tumbuh pada lingkungan yang asam dengan kadar pH terendahnya 2,2 serta kisaran kadar pH
bervariasi antara 2,2 sampai dengan 9,6 (Skinner, 1930).
Rhizopus stolonifer merupakan agen penyebab penyakit busuk Rhizopus pada berbagai buah
dan sayuran, biasanya menyebabkan busuk lunak, berair, dan merupakan jamur yang tumbuh cepat
berkembang pada berbagai suhu dan kelembaban relatif (Nishijima dkk., 1999, dalam Lauzardo dkk.,
2006). Rhizopus stolonifer adalah spesies jamur yang hidup dengan memanfaatkan gula atau pati
sebagai sumber karbon. Buah matang biasanya paling rentan terhadap R. stolonifer karena kandungan
airnya tinggi. Rhizopus stolonifer merupakan agen penyakit tanaman yang mampu merusak bahan
organik melalui dekomposisi. Sporanya dapat ditemukan di udara dan tumbuh cepat pada suhu antara
15 dan 30℃ (Natawijaya dkk., 2015).
PRAKTIKUM I
JUDUL: Pengamatan Jamur Saprofit Pada NASI
TUJUAN: Untuk Mengamati Morfologi Makroskopis Bebarapa Spesies Jamur Pada Nasi
NAMA PRAKTIKAN: IMELDA PEBRIANI
TINGKAT:2B Teknologi Laboratorium Medis
NIM: P01750122074
HARI/TANGGAL: Senin, 05 Februari 2024
DOSEN PENGAMPU: Ahmad Jaiz, SKM,Msis
MATA KULIAH: Mikologi
DASAR TEORI:
Nasi merupakan salah satu pangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat dan digemari
oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dannilai gizinya yang baik. Roti termasuk makanan mudah
rusak dengan masa simpan 3-4 hari yang disebabkan oleh jamur. Pertumbuhan jamur yang sangat
cepat pada roti tawar disebabkan oleh bahan dasar yang berupa tepung terigu, tepung terigu
mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi. Pati ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana
oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi
mikroorganisme tersebut.
Jamur Aspergillus oryzae adalah spesies yang telah menyebar luas, karena spora jamur yang
mudah disebarkan oleh angin, mudah tumbuhpadabahan-bahan pangan atau produk hasil pertanian
(Hidayatullah 2018). Jamur Aspergillus sp. dapat menghasilkan beberapa mikotoksin. Salah
satunyaadalah aflatoksin, Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik dan hepatotoksik.
Manusia dapat terpapar oleh aflatoksin dengan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh
toksin hasil dari pertumbuhan jamur ini. Kadang paparan sulit dihindari karena pertumbuhan jamur di
dalam makanan sulit untuk dicegah (Dina, 2016).
CARA KERJA:
1. Pijarkan ose pada bunse lalu tunggu dingin
2. Taruh 1 tetes koh 10% pada preparat yg steril
3. Tempelkan terlebih dahulu jarum ose pada koh 10% lalu ambil koloni pada sampel
menggunakan ose
4. Lalu tempelkan ose pada preparat, jika sudah letakkan deck glass
5. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x
HASIL PENGAMATAN:
Makroskopis
Keterangan Gambar :
1. Sampel Nasi
2. Jamur Pada Nasi
Mikroskopis
1. Vesicle
2. Phialides
3. Conidia
4. Conidiaophore
5. Foot Cell (Sell Kaki)
6. Hifa Berserat
KLASIFIKASI JAMUR:
Domain:Eukaryota
Kerajaan:Fungi
Divisi: Ascomycota
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Famili: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies:A. oryzae
DESKRIPSI:
Aspergillus oryzae dikenal sebagai salah satu kapang yang paling banyak menghasilkan enzim
yaitu α-amilae, α–galaktosidase, amiloglukosidase, glutaminase, protease dan α– glukosidase
(Wedhastri, 1990) serta Aspergillus oryzae juga menghasilkan enzim selulase (Kasmiran dan Tarmizi,
2012). Penelitian Kasmiran dan Tarmizi (2012) menunjukan bahwa aktivitas maksimum Aspergillus
oryzae terjadi pada hari kedua dan hari keempat.
Aspergillus terdapat dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang mudah menghasilkan spora
wamanya menjadi cokelat kekuningan, kehijau-hijauan atau kehitam-hitaman dan miselium yang
semula bewama putih sudah tidak tampak lagi (Dwidjoseputro, 1998)
Jenis jamur yang dapat tumbuh di atas suhu sangat sedikit dan dapat dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu termofilik dan termotoleran. Jamur termofilik adalah jamur yang dapat tumbuh pada
suhu tinggi, optimum diantara 55-60"C, minimum 40°C dan maksimum 75°C (Suriawiria, 2005).
Jamur termotoleran memiliki suhu maksimum mencapai 50°C dan minimum di bawah 20°C (Cooney
dan Emerson, 1964).
PRAKTIKUM I
JUDUL: Pengamatan Jamur Saprofit Pada TAPE
TUJUAN: Untuk Mengamati Morfologi Makroskopis Bebarapa Spesies Jamur Pada Tape
NAMA PRAKTIKAN: IMELDA PEBRIANI
TINGKAT:2B Teknologi Laboratorium Medis
NIM: P01750122074
HARI/TANGGAL: Senin,5 Februari 2024
DOSEN PENGAMPU: Ahmad Jaiz, SKM,Msi
DASAR TEORI:
Saccharomyces berasal dari bahasa Latin Yunani yang berarti “gula jamur” sedangkan
cerevisiae berasal dari bahasa Latin yang berarti bir (Sukoco, 2010.). Saccharomyces cerevisiae
merupakan jenis khamir yang mempunyai sel tunggal. Sel khamir terdiri dari kapsul, dinding sel,
membran sitoplasma, nucleus, vakuola, globula lipid dan mitokondria. Khamir ini berbentuk oval
(bulat telur) dengan ukuran sekitar 1-5μm atau 20-25μm dengan lebar sekitar 1-10μm. Koloninya
berbentuk rata, lembab, mengkilap dan halus (Agustining, 2012).
Saccharomyces cerevisiae termasuk dalam golongan Ascomycomycetes karena dapat
membentuk askospora dalam askus. Spesies ini dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk
spora seksual berupa konidium atau juga bereproduksi secara aseksual dengan membentuk spora
aseksual berupa askospora sebanyak 4-8 buah dalam askus serta melakukan pertunasan. Pertunasan
pada spesies ini dapat berupa pertunasan multilateral, yaitu tunas dapat tumbuh disekitar ujung sel
(Agustining, 2012).
Sel S. cerevisiae dapat tumbuh pada medium yang mengandung air gula dengan konsentrasi
tinggi. S. cerevisiae merupakan golongan khamir yang mampu memanfaatkan senyawa gula yang
dihasilakan oleh mikroorganisme selulotik untuk pertumbuhannya. Spesies ini dapat
memfermentasikan berbagai karbohidrat dan menghasilkan enzim invertase yang bisa memecah
sukrosa menjadi glukosa dan frukosa serta dapat mengubah glukosa menjadi alcohol dan
karbondioksida sehingga banyak digunakan dalam industri pembuatan bir, roti ataupun anggur
(Agustining, 2012)
Jamur Saccharomyces merupakan jenis khamir atau ragi atau yeast yang memiliki kemampuan
mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sacharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu,
tidak berklorofil, dan termasuk golongan eumycetes, tumbuh baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5.
Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai
sumber karbon, unsur N, unsur ammonium dan pepton, unsur mineral dan vitamin (Ahmad, 2005)
CARA KERJA:
1. Pijarkan ose pada bunse lalu tunggu dingin
2. Taruh 1 tetes koh 10% pada preparat yg steril
3. Tempelkan terlebih dahulu jarum ose pada koh 10% lalu ambil koloni pada sampel
menggunakan ose
4. Lalu tempelkan ose pada preparat, jika sudah letakkan deck glass
5. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x
KLASIFIKASI:
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
DESKRIPSI:
Jamur Saccharomyces merupakan jenis khamir atau ragi atau yeast yang memiliki kemampuan
mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sacharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu,
tidak berklorofil, dan termasuk golongan eumycetes, tumbuh baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5.
Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai
sumber karbon, unsur N, unsur ammonium dan pepton, unsur mineral dan vitamin (Ahmad, 2005)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan S.cerevisiae adalah :
1. Suhu: (25-46°C)
2. Nutrisi (Zat Gizi): Unsur C, ada faktor karbohidrat Unsur N, dengan penambahan pupuk yang
mengandung nitrogen,misal ZA, urea, ammonia, mineral dan vitamin-vitamin.
3. pH: 2,5-4,5
Adapun tahap-tahap pertumbuhan S. cerevisiae menurut Agustining (2012) adalah sebagai berikut :
1. Fase adaptasi (Lag phase)
2. Fase percepatan (Acceleration phase)
3. Fase Eksponensial/pertumbuhan (Log phase )
4. Fase penurunan (Deceleration phase)
5. Fase penetapan/konstan (Stasioner phase)
6. Fase Kematian (Decline phase)
HASIL PENGAMATAN
Keterangan Gambar :
1. Sample Tape
2. Jamur Tape