Penelitian Skripsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah aset dan kebutuhan bagi bangsa Indonesia untuk

membantu manusia dari ketidakberdayaan hidup menuju manusia yang berdaya

guna. Pendidikan diarahkan untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas

yang mampu memberikan kontribusi bagi Indonesia sebagai bangsa yang

bermartabat. Hal ini sejalan dengan pendapat kompri dalam buku manajemen

pendidikan bahwa, pendidikan mengarahkan manusia pada kehidupan yang lebih

baik, menyangkut derajat kemanusiaan untuk mencapai tujuan hidupnya. 1

Guru mrupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan

tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu guru

seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk

mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasanya secara


baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya guru perlu menguasai berbagai hal

sebagai kompetensi yang dimiliknya.2 Menurut Zakiah Daradjat, kepribadian guru

akan menentukan masa depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masi

kecil (tingkat Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan

(tingakat Sekolah Menengah). Dalam hal ini Zakiah Daradjat memandang

kepribadian guru dari segi terpadu (integrated). Kepribadian terpadu seperti guru

dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, artinya segala unsur
1
Kompri, Manajemen Pendidikan: Komponen-Komponen Elemen Kemajuan Sekolah,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015). 17
2
Ahmad Sopian, Tugas, Peran dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan, Jurnal Tarbiyah
Islamiyah. Vol. 1. No. 1 (2016)

1
2

dalam pribadinya bekerja secara seimbang dan serasi, pikirannya mampu bekerja

dengan tenang, setiap masalah mampu ditanganinya secara objektif, dengan

demikian sebagai guru, dapat memahami kelakuan anak didik sesuai dengan

perkembangan jiwa yang dilaluinya, serta pertanyaan peserta didik dapat

dipahami secara objektif. 3

Menjadi seorang guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji.

Kepribadian yang wajib dimiliki seorang guru adalah kepribadian yang mantap

dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Kepribadian guru akan berpengaruh besar

terhadap proses belajar peserta didik guru tidak terbatas hanya memecahkan

berbagai permasalahan dan tujuan belajar tetapi guru mampu melakukan

perubahan dalam diri peserta didik dengan melihat dari segi bakat, minat, mental,

fisik, kejiwaan, dan motivasi belajar peserta didik.

Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia

yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Sumber daya manusia yang

berkualitas hanya dapat diperoleh melalui pendidikan yang bermutu unggul. Dari

sistem pendidikan yang unggul inilah muncul generasi dan budaya yang unggul.

Namun demikian, munculnya globalisasi juga telah menambah masalah baru bagi

dunia pendidikan.4 Seperti menimbulkan perilaku konsumtif dan individualisme,

penyalahgunaan teknologi, peserta didik akan meniru perilaku yang buruk dan

mudah terpengaruh oleh budaya luar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa era

globalisasi memberikan sumbangsi besar terhadap dunia pendidikan yaitu

merubah pola pikir, meningkatkan wawasan peserta didik meningkatkan mutu

pembelajaran, kemudahan berkomunikasi, memperluas jangkaun pendidikan dan

membantu guru atau dosen untuk menggunakan waktunya lebih efektif.

3
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2013), 10
4
Munawar Sholeh. Politik pendidikan. (Jakarta: Institute For Public Education (IPE).
2005. 11
3

Dunia pendidikan khususnya di Indonesia pada saat ini memang sedang

menghadapi tantangan yang sangat serius terkait dampak dari globalisasi.


5
Diantara tantangan yang paling krusial adalah masalah karakter anak didik.

Kecanggihan dalam mengakses informasi melalui teknologi tersebut

membutuhkan respon yang proaktif untuk memfilter terjadinya penurunan nilai-

nilai akhlak masyarakat. Jika hal ini tidak dilakukan akan menimbulkan dampak

buruk bagi masyarakat yaitu terjadinya kriminal sosial, faktor yang melatar

belakangi terjadinya kriminal sosial dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas

dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya

perhatian dari orang tua minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari

lingkungan sekitar dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman
6
sebaya dan tempat pendidikan. Kemerosotan moral banyak dipengaruhi oleh

kondisi sosial-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang

buruk adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan

perubahan sosial yang negatif. Oleh karena itu salah satu kegiatan dalam

pembentukan akhlak yang ada di SDIT Insan Gemilang Sigi adalah kegiatan

Malam Bina Iman dan Taqwa yang merupakan suatu program untuk membentuk

kepribadian peserta didik dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan

yang terprogram dan dilaksakan secara konsisten, dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa


“Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik”.7

5
Herimanto. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar.(Jakarta: Bumi Aksara 2014)
6
Sumara, et al., Kenakalan Remaja dan Penanganannya. Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).2017
7
Dep. P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2017), 204
4

Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlakul karimah merupakan hal yang

terpenting yang harus ada pada diri manusia, karena dengan akhlak yang baik kita

mempunyai pondasi yang kuat serta bagian dari solusi dalam menyelesaikan

setiap permasalahan yang ada di masyarakat terutama untuk menangkal arus era

globalisasi yang semakin maju. Agenda pendidikan akhlak dianggap sangat urgent

untuk terus disampaikan secara kontinyu. Sesuai dengan pendapat Ibnu

Miskawaih mengenai konsep pendidikan yaitu harus bertumpuh pada pendidikan

akhlak. Akhlak adalah suatu keadaan jiwa, dari keadaan ini menyebabkan jiwa

bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Ibnu Miskawaih

membagi asal kedaan jiwa ini menjadi dua jenis. Pertama, alamiah dan bertolak

dari watak. Kedua. Tercipta melalui kebiasaan dan latihan.

Dalam sebuah hadis nabi Saw dijelaskan bahwa:


‫ِإَمَّنا ِعْث ُأِلِّمَت اِل اَأْل اَل ِق‬
‫ُب ُت َم َص َح ْخ‬
“Sesungguhnya aku diutus menjadi rasul tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang sholih” (H.R. Imam Ahmad bin Hanbal) 8

Akhlak merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat,

dengan akhlak seseorang akan diridhoi oleh Allah Swt, dicintai oleh keluarga dan

manusia pada umumnya. Ketentraman dan kerukunan akan diraih apabila setiap

individu memiliki akhlak yang dicontohkan Rasulullah Saw.

Mengingat pentingnya pendidikan akhlak untuk terciptanya kondisi

lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya yang serius untuk menanamkan

nilai-nilai tersebut secara intensif. Pendidikan berfungsi sebagai panduan bagi

manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan mana yang baik

dan buruk.

8
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Juz II, (Beirot Lebanon : Darul
Kitab Alimiyah, 2015). 504
5

Adanya pengaruh globalisasi atau perkembangan zaman saat ini membuat

peserta didik tidak mampu mengontrol diri dalam bersikap dan berprilaku

sehingga berdampak negatif bagi peserta didik di sekolah dan melakukan

pelanggaran peraturan sekolah. Masa sekolah dasar secara ilmiah memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi dan tertarik akan kehidupan dunia sekitar yang ada

disekelilingnya. Anak sekolah dasar memiliki perkembangan fisik dan motorik,

tak terkecuali perkembangan kepribadian, watak, intelektual budi pekerti dan

bahasa yang pesat. Pada anak usia dasar inilah sangat tepat dilakukan pembinaan

dan penanaman akhlakul karimah sebagai bekal yang akan mereka bawa untuk

membangun suatu bangsa yang cerdas menguasai ilmu pengetahuan yang tinggi

dan berakhlak mulia.

Terkhusus bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang usianya berada

pada rentang 7-13 tahun, merupakan masa tumbuh kembang yang paling baik,

masa ini juga dikenal dengan masa keemasan (golden age). Pada masa tersebut

anak akan lebih mudah terbentuk akhlaknya, sebab kapasitas memori yang jauh

lebih baik dan pembentukan perilakunya masi berada pada tahap berkembang

dengan belajar dan meniru gejala-gejala yang terjadi disekitarnya. Bagi guru

pembentukan akhlak di usia tersebut adalah peluang potensial, hanya saja peluang

tersebut tidak hanya dimiliki oleh guru untuk membentuk akhlak peserta didik ke

arah yang positif. Berbagai variabel juga memiliki potensi yang sama untuk

membentuk akhlak peserta didik pada masa keemasan tersebut.

Oleh karena itu untuk merealisasikan akhlakul karimah dalam kehidupan

perlu adanya suatu pembinaan yang secara terus menerus dilakukan. Tidak hanya

dalam ruang lingkup keluarga saja namun sekolah berperan penting dalam

pembentukan kepribadian Islam yang berdasarkan akhlak mulia. Pembinaan

akhlak sangat penting dilakukan sejak dini pada setiap jenjang pendidikan
6

khususnya sekolah Dasar yang merupakan tahapan penting dari perkembangan

peserta didik bahkan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kesuksesan

perkembangan peserta didik selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi awal 5 Juni bahwa Sekolah Dasar Islam

Terpadu (SDIT) Insan Gemilang adalah salah satu Sekolah Islam Swasta yang

memiliki beberapa program diantaranya kunjungan Lapangan, Rihlah, Pramuka

dan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT). Adapun yang akan peneliti

teliti yaitu kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) terhadap pembinaan

akhlak. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali pada pekan kedua dan hasil

observasi awal peneliti bahwasannya perilaku peserta didik masi dikatakan kurang

baik sebelum dilaksanakannya kegiatan Mabit dapat dilihat dari kebiasaan-

kebiasaan peserta didik seperti berkelahi antar sesama teman, tidak mentaati

perintah guru, menggangu teman yang lagi belajar, tidak disiplin dan lain

sebagainya. Oleh karena itu salah satu solusi yang diberikan oleh sekolah untuk

bisa membina, membimbing dan mendidik akhlak peserta didik yaitu melalui

kegiatan MABIT dan peserta didik yang mengikuti kegiatan ini yaitu kelas 5 dan

6 dengan adanya kegiatan MABIT ini peserta didik akan membiasakan diri dalam

melakukan ibadah, pembiasaan akhlakul karimah serta meningkatkan hafalan dan

bacaan alkur’an peserta didik .

Dengan demikian dari berbagai uraian di atas peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “ Implementasi Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa

Terhadap Pembinaan Akhlak peseerta didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec.

Sigi Biromaru”
7

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana Pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT)

terhadap pembinaan akhlak peserta didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec.

Sigi Biromaru

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan kegiatan Malam

Bina Iman dan Taqwa (MABIT) terhadap pembinaan akhlak peserta didik di

SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan penelitian yang ada, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai adalah :

a. Mengetahui pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT)

terhadap pembinaan akhlak peserta didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec.

Sigi Biromaru

b. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) terhadap pembinaan akhlak

peserta didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan akhlak khususnya dalam pembentukan akhlak dari

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT).


8

b. Secara Praktis

1. Siswa

Pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) diharapkan

dapat membantu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pada kegiatan Malam Bina

Iman dan Taqwa (MABIT) yang baik sehingga dapat menangani kerusakan

akhlak peserta didik dan pembentukannya.

3. Peneliti

Peneliti memperoleh manfaat besar dalam perbaikan pembelajaran kearah

yang lebih baik dan sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana (Strata I) Pada

Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Datokarama Palu.

D. Penegasan Istilah

Penegsan istilah yaitu tentang pengertian istilah-istilah penting yang

menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian. Tujuannya yaitu untuk

menghindari kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang dimaksud

oleh peneliti. Adapun beberapa penegasan istilah yang perlu diuraikan sebagai

berikut.

1. Kegiatan Malam Bina Iman Dan Taqwa (MABIT)

Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) merupakan salah satu

kegiatan rutin yang dilaksanakan sebulan sekali pada pekan kedua di SD IT Insan

Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru oleh peserta didik pada kelas 5 dan 6. Istilah

Mabit merupakan akronim dari Malam Bina Iman dan Taqwa, sesuai dengan

namanya Islam Terpadu, maka Mabit merupakan salah satu kegiatan rutin dalam

pembinaan akhlak peserta didik untuk membentuk akhlakul karimah.


9

2. Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam rangka mendayagunakan semua sumber baik berupa unsur manusiawi

maupun non manusiawi dimana dalam proses kegiatannya berlangsung upaya

membantu, membimbing dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan sesuai

dengan kemampuan yang ada. Untuk mewujudkan akhlakul karimah dibutuhkan

metode pembinaan akhlak yang sejalan dengan semua keperluan atau kebutuhan

manusia berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah berupa metode-metode terbaik

yang dapat membina diri, serta memberikan semangat dan membuka hati manusia

pada petunjuk Allah Swt dan pada peradaban Islam.

E. Garis-Garis Besar Isi

Untuk dapat memberikan kemudahan dan pemahaman dalam rangka

rencana penyusunan skripsi, selanjutnya peneliti akan menguraikan bab-bab

dalam penelitian ini, adapun sistematika pembahasannya meliputi:

BAB I adalah bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, yang

nantinya akan dijadikan titik tolak suatu permasalahan selanjutnya dikemukakan

pada rumusan masalah sebagai landasan berpijak dalam pembahasan skripsi ini,

sehingga lebih terarah dan sistematis. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan

tentang tujuan dan manfaat penelitian baik dari segi ilmiah maupun dari segi

praktisnya.

Dalam uraian berikutnya peneliti memberikan definisi dari setiap

kata/istilah yang dipaparkan dalam judul untuk memudahkan pembaca dan

selanjutnya pembahasan pada bab ini adalah memuat garis-garis besar isi.

BAB II, peneliti mengemukakan tentang kajian pustaka yang dijadikan

sebagai kerangka acuan teoritis dalam uraian skripsi ini dalam pembahasan
10

implementasi kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa terhadap pembinaan akhlak

peserta didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru.

BAB III, berisikan metode penelitian, menjelaskan secara rinci kerangka

kerja metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian skripsi, meliputi

sub bab : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran penelitian,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

pengecekan keabsahan data.

BAB IV, merupakan bab yang memuat tentang penyajian data dan analisis

yang meliputi gambar obyek penelitian dan hasil pembahasan temuan.

BAB V, merupakan bab yang memuat tentang penutup meliputi

kesimpulan dan saran.

Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran

dan biodata penulis.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya.9 Berfungsi sebagai bahan referensi untuk membandingkan

antara penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

Implementasi Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) Terhadap

Pembinaan Akhlak Peserta Didik, Berikut ini adalah beberapa penelitian

sebelumnya yang dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian peneliti:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Kalsum Pasapangan dalam skripsi

yang berjudul “Peran Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Madrasah Aliyah

Pesantren Pembangunan Muhammadiyah Tana Toraja.” Dengan hasil penelitian

yang menunjukan gambaran akhlak siswa di Madrasah Aliyah Pesantren

Pembangunan Muhammadiyah Tana Toraja pada umumnya sudah cukup baik,

ditandai dengan sudah terbiasa melakukan shalat secara berjama’ah, sudah


mematuhi peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolah. Akan tetapi

masih ada beberapa siswa yang akhlaknya kurang baik dan itu akan mendapat

pembinaan yang lebih mendalam dari para guru.10

Kedua, penelitan yang dilakukan oleh Lusi Widiastuti dalam skripsi yang

berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Keaktifan Mengikuti Kegiatan

Malam Bina Iman dan Taqwa Terhadap Kesadaran Beribadah siswa di MA

9
Azhar Ade Wahyuni. Menulis Laporan Penelitian Bagi Peneliti Pemula. PT Insan
Cendekia Mandiri, 2021
10
Kalsum Pasapangan, Peran Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah
Aliyah Pesantren Pembangunan Muhammadiyah Tana Toraja. Skripsi tidak diterbitkan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makasar, Makasar 2019

11
12

Muhammadiyah Bandar Pacitan” Berdasarkan analisis datanya dapat ditarik

kesimpulan bahwa kontribusi lingkungan keluarga dan keaktifan mengikuti

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) terhadap kesadaran beribadah

siswa di MA Muhammadiyah Bandar Pacitan yaitu lingkungan keluarga dan

keaktifan megikuti kegiatan mabit berpengaruh sebesar 41% terhadap kesadaran

beribadah sedangkan 59% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak sedang

diteliti. Dengan demikian terjadi pengaruh yang signifikan dari lingkungan

keluarga dan keaktifan mengikuti kegiatan Mabit terhadap kesadaran beribadah

siswa di MA Muhammadiyah Bandar Pacitan. 11

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Halmawati dalam skripsi yang

berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Malam Bina Iman

dan Taqwa (MABIT) di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Palopo”

Dengan hasil penelitian nilai-nilai yang terimplementasi dalam kegiatan Mabit

yakni nilai religius, integritas, mandiri dan gotong royong. Kegiatan Malam Bina

Iman dan Taqwa (MABIT) memberi dampak yang positif terhadap karakter

peserta didik di sekolah. Serta mendapat dukungan yang baik dari para orang tua.
12

Berdasarkan penelitian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang menyangkut judul “Implementasi Kegiatan Malam Bina Iman dan

Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SDIT Insan

Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru. Untuk lebih jelasnya persamaan dan

11
Lusi Widiastuti, pengaruh lingkungan keluarga dan keaktifan mengikuti kegiatan
Malam Bina Iman dan Taqwa terhadap kesadaran beribadah siswa di MA Muhammadiyah
Bandar Pacitan. Skripsi Tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo.
2018
12
Halmawati, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Malam Bina Iman
dan Taqwa (MABIT) di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Palopo. Skripsi tidak
diterbitkan, Institut Agama Islam Negri (IAIN) Palopo 2020
13

perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, peneliti paparkan

dalam bentuk tabel.

Tabel 1.1 Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya


Nama Judul Persamaan Perbedaan
No
Kalsum Peran Guru Dalam Penelitian Penelitian terdahulu lebih
1. Pasapangan Pembinaan Akhlak kualitatif, fokus terhadap peran
Siswa di Madrasah filed seorang guru dalam
Aliyah Pesantren research, dan pembinaan akhlak peserta
Pembangunan membahas didik dan tidak
Muhammadiyah tentang menggunakan program
Tana Toraja pembinaan khusus seperti Mabit ini.
akhlak
Lusi Pengaruh Peneliti Penelitian terdahulu fokus
2. Widiastuti Lingkungan berfokus pada pengaruh lingkungan
Keluarga dan pada program keluarga dan keaktifan
Keaktifan kegiatan siswa dalam mengikuti
Mengikuti Mabit kegiatan Mabit untuk
Kegiatan Malam meningkatkan kesadaran
Bina Iman dan beribadah siswa. Dengan
Taqwa Terhadap hasil penelitian kontribusi
Kesadaran lingkungan keluarga dan
Beribadah Siswa di keaktifan mengikuti
MA kegiatan Mabit terhadap
Muhammadiyah kesadaran beribadah siswa
Bandar Pacitan berpengaruh sebesar 41%
Halmawati Implementasi Penelitian Penelitian terdahulu
3. Pendidikan kualitatif, berfokus pada implementasi
Karakter Melalui Peneliti pendidikan karakter melalui
Kegiatan Malam berfokus kegiatan Mabit dengan hasil
Bina Iman dan pada program penelitian nilai-nilai yang
Taqwa (MABIT) kegiatan terimplementasi dalam
di Sekolah Dasar Mabit kegiatan Mabit yakni
Islam Terpadu religius, integritas, mandiri
(SDIT) Kota dan gotong royong. Serta
Palopo kegiatan mabit ini
memberikan dampak yang
positif.
14

B. Kajian Teori

1. Kegiatan Malam Bina Iman Dan Taqwa ( MABIT)

a. Pengertian Malam Bina Iman Dan Taqwa (MABIT)

MABIT merupakan singkatan dari Malam Bina Iman dan Taqwa. Bina

adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana teratur, dan terarah

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan tindakan

pengarahan, bimbingan dan pengarahan stimulus, serta pengawasan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.13 Menurut Abu Hayan dalam Tafsir al-Bahr al-

Muhith bahwa
Iman dari segi bahasa diartikan sebagai pembenaran hati. Iman diambil dari
kata “amn” atau amanah yang berarti “keamanan/ketentraman”, sebagai
antonim dari “khawatir/takut” dari akar kata (amn) terbentuk sekian banyak
kosa kata yang walaupun mempunyai arti yang berbeda-beda namun pada
akhirnya kesemuanya bermuara pada makna “tidak mengkhawatirkan/aman
dan tentram.14

Ada dua pengertian iman, pertama iman sebagai intuisi yaitu iman yang

merupakan bagian (paling pokok) dari pada agama sendiri. Itulah sebagai bentuk

kepercayaan tertinggi dalam arti sesuatu yang diakui sebagai kebenaran, seperti

rukun iman dalam agama Islam. Kedua dalam arti sikap jiwa. Iman yang

merupakan anak kunci pembuka pintu pustaka kebenaran tersebut ialah iman

dalam arti yang kedua ini. Yaitu sikap jiwa sami’na wa atha’na: mendengar dan

mengatakan “ya” serta menaati firman Allah dengan penuh keridhaan,

memusatkan segala pengabdian hanya kepada nya, menyerahkan hidup dan mati

semata-mata hanya kepada Allah.15

13
Buana Sari & Santi Eka Ambaryani, Pembinaan Akhlak Pada Remaja, (Bogor:
Guepedia, 2021), 9-10.
14
Abu Hayan, Tafsir al-Bahr al-Muhith, Jilid 1. (Mesir : Dar al Fikr, 2011),38.
15
Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama. (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2014), 143
15

Sesuai dengan Q.S. ali-Imran/3: 102 yang berbunyi:

‫ـٰۤيَاُّيَه ا اَّلِذۡي َن ٰاَم ُنۡو ا اَّتُقوا الّٰل َه َح َّق ُتٰق ِته َو اَل ُمَتۡو ُتَّنِااَّل َو َاۡن ـُتۡم ُّم ۡس ِلُم ۡو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepadanya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim”16
Takwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh,

keimanan yang selalu dipupuk dengan Muroqabatullah, merasa takut akan murka

dari azabnya Allah dan selalu mengharap limpahan karunia dan magfirah-nya atau

sebagaimana didefinisikan oleh para alim ulama. Taqwa berarti Allah tidak ingin

melihat kamu dalam larangan-larangannya dan tidak kehilangan dalam

perintahnya. Sebagian ulama lain mendefinisikan taqwa yaitu dapat mencegah

dari azab Allah dengan membuat amal shalih. Dan takut kepada-nya dikala sepi

ataupun ramai.17

Dapat disimpulkan dari pengertian iman dan taqwa di atas adalah dua sisi

mata uang yang tak bisa dipisahkan, iman merupakan kendaraan bagi sesorang

untuk mencapai ketaqwaan. Tanpa iman tak mungkin seorang akan mencapai

taqwa. Taqwa adalah kemampuan sesorang dalam menjalankan segalah perintah

tuhan dan menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah. Bagaimana mungkin

perintah dan larangan Allah akan dijalankan sementara ia tak memiliki iman?.

Oleh karena itu inti iman pada dasarnya adalah bukan hanya terletak pada lisan

saja, akan tetapi diimplementasikan dalam perbuatan. Untuk itu diperlukan suatu

pembinaan yang mendalam bagi peserta didik agar terbentuknya akhlakul karimah

16
Kementrian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahan. (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi)

17
Abdullah Nasih Ulwah, Tarbiyah Ruhiyah : Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa.
(Jakarta: Gema Insani Press. 2001),7.
16

sebagaimana yang di ungkapkan oleh Andriyani yang mengutip dari Idrus Abidin

dan Ashaf Shaleh bahwa:

Malam bina iman dan taqwa (MABIT) adalah suatu kegiatan yang
dilakukan selama bermalam dengan tujuan untuk membentuk keyakinan dan
kepercayaan seseorang secara mendalam dan membentuk keteguhan hati
agar menjadi lebih dekat kepada Allah Swt dengan selalu berusaha
melaksanakan apa yang diperintahkan-nya dan menjauhi larangan-nya.18

Sedangkan secara terminologi kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa

(MABIT) adalah salah satu sarana pendidikan dalam meningkatkan serta

membina ruhaniah, melembutkan hati, membersihkan jiwa dan membiasakan diri

untuk melakukan ibadah khususnya seperti sholat tahajud, berdzikir, tadabbur,

dan tafakkur. Adapun dengan pesantren kilat yaitu sebuah kegiatan pendidikan

dan pelatihan dalam bidang penguasaan dan kemampuan serta ketrampilan dalam

bidang keagamaan. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia, maka

kegiatan pesantren kilat ini termasuk dalam kegiatan pelatihan dimana titik tekan

kegiatan pada upaya pembinaan kemampuan khusus para remaja diluar kegiatan

persekolahan.

Berdasarkan pengertian di atas bahwa kegiatan Malam Bina Iman dan

Taqwa (MABIT) merupakan kegiatan yang direncankan untuk dapat

meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam meningkatkan

keyakinan dan keimanan serta ketaqwaannya sesuai dengan ajaran agama Islam

melalui kegiatan Mabit serta pengarahan dan stimulus yang diberikan oleh guru,

sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Tujuan Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa

18
Andriyadi, Pelaksanaan Kegiatan Malam Bina Iman Dan Taqwa (MABIT) pada kelas
atas ( III, IV dan V ) di SDIT Darul Ihsan Pontianak Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal
pendidikan Islam: Tarbiya Khatulistiwa Volume 6 No 2, 2022, 54.
17

Tujuan dari kegiatan Mabit salah satunya yaitu meningkatkan semangat

peserta didik dalam beribadah dengan adanya kegiatan ini diharapkan peserta

didik mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan cara mengamalkan

nilai-nilai Islam yang telah diajarakan dalam kegiatan Mabit sehingga dengan

begitu dapat membentuk kepribadian yang baik dan berakhlakul karimah dan

tidak terpengaruh oleh hal-hal yang buruk. Sekolah merupakan tempat proses

pendidikan berlangsung tentu diharapkan dapat menghasilkan generasi yang

cerdas dan mampu memajukan bangsa. Terutama dengan adanya program-

program kegamaan yang diharapkan dapat membentuk generasi yang taqwa dan
19
cendekia, keagamaan, juga memiliki moral yang baik. Untuk itu peran seorang

guru agama sangat penting dalam mencapai tujuan yang dimaksud. Kemampuan

guru agama selain mengajarkan juga menunjukan nilai-nilai dari guru kepada

peserta didik. Jika orang tua dan guru bekerja sama dalam mendidik, melatih dan

menunjukan contoh teladan yang baik, maka anak akan tumbuh dan berkembang

menjadi pribadi yang baik.

Keimanan adalah merupakan salah satu masalah yang pokok dalam

menggerakkan tingkah laku seseorang, tanpa keimanan dalam kehidupan tidak

mengenal batas yang tercermin dalam penyimpangan ajaran agama. Oleh karena

itu keimanan yang dimaksud disini adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam

surah An-nisa/4: 136 yang berbunyi:


‫اَّلِذْي َنَّزَل َعٰل ى َرُسْو ِله اْلِكٰت ِب‬ ‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْي ٰاَمُنْٓو ا ٰاِم ُنْو ا ِبالّٰلِه َرُسْو ِله اْلِكٰت ِب‬
‫َو‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫َن‬
‫ِم‬ ‫ۗ َّيْك ُف ِبالّٰلِه ٰۤلِٕى َك هِت‬
‫ُك ُتِبه َو ُرُس ِله َو اْلَيْو اٰاْلِخ ِر َفَقْد َض َّل‬ ‫َو‬ ‫َو َم‬ ‫ْنَز ْن َقْبُل َو َمْن ْر‬
‫اَّلِذْٓي َا َل ِم‬
‫َض ٰل اًل ۢ َبِعْيًد ا‬
Terjemahan:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-
Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-
Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada
19
Suryosuborto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2019), 19.
18

Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir


sungguh dia telah tersesat sangat jauh.20

Pembinaan iman dan taqwa bisa diartikan suatu usaha untuk

mengembangkan potensi diri, baik itu emosional maupun spiritual dengan

berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang mukmin atau yang bertaqwa akan

senantiasa Muhasabah atau mengevaluasi dirinya sendiri dalam setiap amal

perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Hal ini adalah salah satu tujuan dalam

pembinaan keimanan dan ketaqwaan.

Melalui program kegiatan Mabit terhadap pembinaan akhlak yang

diadakan di sekolah para peserta didik nantinya dapat membiasakan diri agar

menjadi individu yang baik dan cerdas secara intelektual, memiliki jiwa yang juga

cerdas secara spiritual dengan mempunyai keimanan yang kuat kepada Allah Swt.

Hal ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Koesmarwati dan Nugroho

Widiantoro bahawa:
Dakwa sekolah Mabit tujuannya untuk mewujudkan barisan pelajar yang
mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai kebenaran, dan mampu
menghadapi tantangan masa depan. Kegiatan Mabit mewujudkan generasi
muda yang kuat, bertaqwa sekaligus cerdas, memiliki kesamaan cara
pandang, visi, akidah, sehingga memiliki kepribadian yang sama, serta
harmoni dalam gerak langkahnya menyerupai barisan yang kokoh, barisan
ini harus pandai memadukan aspek iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kecerdasan, kemampuan intelektual, giat belajar dan berlatih
serta kedisiplinan adalah bekal dasar agar dapat menjadi manusia yang
kompetetif dalam menghadapi masa depan di era globalisasi. 21

Adapun tujuan dari pembinaan keimanan dan ketaqwaan adalah:

1. Untuk membangun rasa kecintaan terhadap Allah. Bahwa dengan beriman

dan bertaqwa kepada Allah, kita akan selalu merasa dekat kepada-Nya, kita

akan merasakan ketenangan jiwa, serta selalu merasa takut kepada-Nya.

20
kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2011.

21
Koesmarwanti dan Nugroho Widiantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Inter
Media, 2018). 139-140.
19

2. Untuk selalu mencegah diri dari hawa nafsu

3. Untuk mampu membedakan antara halal dan haram, baik dan buruk serta

mampu membedakan antara hak dan yang batil

c. Metode Pembinaan Iman Dan Taqwa

Untuk mencapai tujuan dari pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap

berbagai macam metode yang dapat diterapkan yaitu:

1. Metode Imitation (peniru),

suatu kegiatan sadar yang dilakukan individu terhadap gaya atau perilaku

orang lain sehingga terlihat sama dengan orang tersebut. Metode ini dapat

digunakan sebagai pembinaan dan ketaqwaan. Dengan metode ini individu akan

belajar berbahasa yang baik, belajar akhlak, adat istiadat, etika dan moral

sebagaimana yang dicontohkan siapapun orangnya dan apapun aktivitas yang

dilakukan itu pasti diawali dengan meniru.

Secara psikologi, manusia akan belajar banyak tentang perilaku dan

kebiasaan pada fase awal kehidupannya dengan cara meniru kedua orang tua

maupun lingkungan keluarga atau masyarakat. Secara biologis fase awal manusia

mencoba meniru kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya saat mereka belajar

berdiri serta menggerakkan kedua kakinya. Dalam Al-Qur’an ditemukan beberapa

ayat tentang bagaimana manusia belajar meniru. Misalnya dalam kisah Qabil

membunuh saudaranya Habil, Qabil tidak mengetahui bagaimana cara mengurus

mayat saudaranya itu, lalu Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah

untuk mengubur gagak yang sudah mati. Dari situlah, Qabil tahu bagaimana

seharusnya ia mengubur mayat saudaranya tersebut.22

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode imitation

(meniru) sangat berpengaruh pada seseorang, dimana ketika manusia memilih

22
Nashruddin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 307
20

seseorang untuk ditiru perilakunya sedangkan yang ditiru tersebut adalah orang

yang buruk perilakunya maka ia akan ikut melakukan perilaku yang buruk.

Sebaliknya, jika seseorang yang ditiru tersebut adalah baik perilakunya maka ia

juga akan baik perilakunya.

2. Metode Amtsal,

Metode amtsal adalah suatu cara mengajar untuk untuk menyampaikan

materi pembelajaran dengan membuat contoh atau perumpamaan, sehingga

dipahami materi ajar dengan baik dan mudah dicerna oleh individu.

Dalam upaya pembinaan iman dan taqwa, individu akan disuguhkan

dengan berbagai macam perumpamaan baik yang bersumber dari Al-Quran

maupun Hadis yang akan membuat setiap individu intropeksi diri dan meneladani

sifat maupun sikap yang telah diberikan untuk diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Metode Observasi

Metode yang dilakukan bersifat melihat, mencatat, memikirkan dan

menelaah sambil menganalisis semua kejadian, baik dimasa lampau maupun

dimasa sekarang.23 Dalam membina iman dan taqwa seseorang, metode observasi

merujuk pada bagaimana seorang manusia memelihara akalnya, mengaktifkan

akalnya untuk menggali secara mendalam ilmu yang dipelajarinya. Misal dalam

permasalahan makanan halal dan haram. Manusia yang berakal tentu akan

menggunakannya untuk berpikir.

Dalam proses pembinaan akhlak, metode sangat penting untuk diterapkan

dalam rangka menuju kesempurnaan akhlak melalui pengesongan dan menghiasi

diri, mengaktifkan anak dalam berbuat baik, pelatihan dan pembiaasaan, memberi

penjelasan dan gambaran yang buruk tentang akhlak tercela dan menunjukan

sikap keteladanan yang baik.


23
Ibid, 337
21

d. Bentuk-Bentuk Kegiatan Mabit

Bentuk dari kegiatan Mabit ini tidak hanya materi fisik melainkan akhlak

dan spiritual yang harus dicapai seorang santri atau peserta didik. Adapun bentuk-

bentuk kegiatan mabit menurut Azhar Ghofur salah satu tokoh Islam yang

memunculkan kegiatan mabit adalah sebagai berikut:

1. Sholat berjamaah

2. Tadarus Al-Qur’an

3. Ceramah Agama

4. Olahraga jasmani

5. Dzikir pagi dan petang (Al-ma’tsurat)

6. Sholat tahajjud 24

Dalam proses pembentukan akhlak terhadap manusia tentu saja

membutuhkan usaha yaitu dengan melakukan secara kontinyu dan terus menerus

berupa suatu kegiatan positif. Dengan ini bisa mengubah mental untuk dapat

bersemangat dan berjuang dalam menghadapi kehidupan. Diharapkan dengan

kegiatan-kegiatan positif ini, mereka bisa menjadi peserta didik yang tangguh dan

bijaksana.

2. Pembinaan Akhlak

a. Pengertian Pembinaan Akhlak

Istilah pembinaan menurut etimologi berasal dari kata dasar “bina”, yang

berasal dari bahasa arab “bana” yang berarti membina, membangun, mendirikan,

dan mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata pembinaan

24
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai
(Jakarta:LP3ES, 2019), 42.
22

25
yang mempunyai arti usaha, tindakan, dan kegiatan. Pendapat serupa juga

disampaikan oleh A. Mangunhardjana bahwa istilah pembinaan juga dapat

diartikan sebagai suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah

dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan

membantu orang yang menjalaninya untuk membenarkan dan mengembangkan

pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mencapai tujuan hidup yang

sedang dijalani secara efektif.26

Pola pembinaan pada dasarnya diciptakan untuk menjalin hubungan

sehari- hari dengan peserta didik. Pola pembinaan disertai tindakan dari lembaga

atau pengasuh untuk membentuk peserta didik dengan cara atau teknik yang

dipakai oleh lembaga atau pengasuh di dalam mendidik dan membimbing peserta

didik agar kelak menjadi orang yang berguna. Menurut Ibnu Maskawaih di dalam

bukunya Sudarsono berpendapat bahwa pembinaan akhlak dititik beratkan kepada

pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan. 27

Pola pembinaan juga merupakan suatu peran orang tua, cara orang tua

menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan

memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak

dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses, sebab di dalam

keluarga yang merupakan kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan

belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan

interaksi dengan kelompok.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu

tindakan dan kegiatan yang berfungsi untuk mempertahankan dan

25
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2020), 152
26
A. Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 2011)12.
27
Ibnu Maskawaih, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013),148
23

mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik tersebut sehingga

mereka bisa berperilaku lebih baik lagi. Oleh karena itu dalam melakukan

pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan seperti yang dijelaskan

Abu Ahmadi dan Noor Salimi yaitu :

1. Rangsangan-jawaban (stimulus-respon) atau yang disebut proses

mengkondisi sehingga terjadi automatisasi yang dapat dilakukan dengan tiga

cara melalui latihan, tanya jawab, dan mencontoh.

2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan

melalui da’wah, ceramah, diskusi, dan lain-lain.28

Secara etimologi “akhlaq” berasal dari bahasa arab atau “akhlak” yang

terserap kedalam bahasa Indonesia, bentuk jamak dari kata akhlak “khuluq”.

Artinya, moral, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti

kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta dan

“makhluq” yang berarti yang diciptakan 29

Secara terminologi, akhlak berarti tingakah laku seseorang yang didorong

oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Muhammad Al-Ghazalli menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat

pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa

mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. 30

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi IV

akhlak diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain akhlak dan budi pekerti, tabiat,

28
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015) 199.
29
Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2017) 1
30
IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2012) 66
24

31
kelakuan, watak. Kata akhlak sama dengan karakter dalam terminilogi Islam

karakter sesungguhnya identik dengan akhlak, karena karakter merupakan nilai-

nilai perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik

dalam rangka hubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia,

maupun lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan

adat istiadat. 32

Menurut Al-Ghazali akhlak ialah merupakan syariah atau penuntun yang

mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia memiliki ide-ide dan tujuan-tujuan luhur

yang menjulang tinggi ke langit. Meski ia hidup di atas bumi, namun ia

berhubungan kuat dengan ruh, akal, qalbu dan badan. mendefinisikan akhlak

sebagai suatu perangai (watak/tabi’at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan

merupakan sumber timbulnya perbuatan. 33

Individu yang dikatakan memiliki akhlak baik adalah individu yang siap

bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diperbuatnya. Pendidikan akhlak

pun dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengedepankan nilai, budi pekerti,

akhlak, moral, maupun watak, yang pada akhirnya memiliki tujuan untuk

menumbuh kembangkan keterampilan peserta didik untuk menentukan keputusan

baik-buruk, memelihara apa yang baik menghindari dan menjauhi apa yang

dianggap buruk dan merugikan.

31
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan Nasional, cet. 3, 2017.
20
32
Saktiandi Supaat. Model Kebijakan Pendidikan Karakter di Madrasah. (Jurnal
Pendidikan Islam, 3(1),2017). 203
33
Akhlak, K., & Lubis, A. S. Konsep Akhlak dalam Pemikiran al-Ghazali. Hikmah, VINo
1,2012) 58–67.
25

Pendidikan Akhlak harus menjadi tanggung jawab bersama dan dibangun

dari dasar kesadaran dan keiklasan. Salah satu dasar pemikirannya adalah

mengetahui hikmah atau definisi dari pendidikan dan Akhlak tersebut. Menurut

Ibrahim Bafadhol Secara terminologi pengertian akhlak adalah sebuah tatanan

yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan
34
mudah dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Pendidikan akhlak Seorang anak atau peserta didik perlu dilatih dan ditanamkan

kebiasaan-kebiasaan baik sejak dini kerena kebiasaan tersebut akan terbawa

sampai dewasa.

Dalam menentukan baik buruknya akhlak, Islam telah meletakkan dasar-

dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan konsep al-

maruf (yang baik) dan al-munkar (yang jelek) semata-mata pada rasio, nafsu,

intuisi, dan pengalaman yang muncul dari panca indera yang selalu mengalami

perubahan. Tetapi Islam telah memberikan sumber yang menentukan tingkah laku

moral yang tetap dan universal yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Dasar hidup itu

menyangkut kehidupan perorangan, keluarga, tetangga, sampai pada kehidupan

bangsa.

Selanjutnya pengertian akhlak menurut pendapat Ibnu Maskawaih,

mendefinisikan akhlak dengan keadaan jiwa seseorang yang mengajaknya untuk

melakukan perbuatan tanpa pertimbangan pikiran lebih dulu.35

Konsep pendidikan akhlak menurut Ibn Khaldun kehidupan dan semua

aktivitas yang merupakan fenomena sosial dari masyarakat haruslah memiliki

dasar, sedangkan dasar pendidikan akhlak menurut Ibn Khaldun tidak lepas dari

dasar pendidikan Islam, pendidikan Islam itu didasarkan pada kaidah hukum

34
Ibrahim Bafadhol, Pendidikan Akhlak dalam Persfektif Islam.(Jurnal Edukasi Islami
Jurnal Pendidikan Islam, 0612, 2017) 45–61.
35
Ibnu Maskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq, (Mesir: tp, tt). 25
26

dalam Al-Qur’an dan Hadist, yaitu bahwa pendidikan Iskam dibangun atau

didasarkan atas kaidah hukum yang ditulis dalam Al-Qur’an dan atas sabda

Rasulullah Saw.36

Menurut syekh Kholil Bangkalan pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak

dan Islam dalam rangka mencapai kemanusiaannya sehingga mampu mengetahui

hakikat penciptanya. Dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak merupakan suatu

sikap yang disertai dengan niat dari dalam hati yang berlandaskan pada Al-Qur’an
37
dan Hadist. Dapat diketahui bahwa pendidikan akhlak adalah suatu kegiatan

yang dikerjakan secara sadar dan sengaja untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan, baik itu secara jasmani maupun rohani. Melalui pembimbingan akhlak

dari diri sendiri dan keluarga maka akan tercipta peradaban masyarakat yang

tentram dan sejahtera.

Adapun menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul

Buku Ajar Akhlak Tasawuf, bahwa akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan.

Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang

dinamakan akhlak. Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah

bimbang, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga

mudah dikerjakan. Jika apa yang dilakukan berulangkali sehingga menjadi

kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.38

Dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak itu bersifat konstan, spontan,

tidak temporer dan tidak memerlukan pikiran dan pertimbangan serta dorongan

dari luar. Akhlak juga dapat dianggap sebagai pembungkus bagi seluruh cabang

36
Yani Darma, “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Khaldun” ( UIN AR-RANIRY,
2020), 42.
37
Krida Salsabila, “Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan,” Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam Vol. 06, No. 1 (2018), 40-56
38
Ahmad Amin, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, ( Surabaya:
Amelia, 2015), 7.
27

keimanan dan menjadi pegangan bagi seseorang yang hendak menjadi seorang

muslim yang sejati. Bisa juga dikatakan bahwa akhlak itu bersumber dari dalam

diri seseorang dan dapat berasal dari lingkungan. Maka, secara umum akhlak

bersumber dari dua hal yaitu dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk.

Dengan demikian akhlak dapat dilatih maupun didikkan. Pendekatan yang

dilakukan dalam hal pendidikkan akhlak ini dapat berupa latihan, tanya jawab

serta mencontoh dan bisa juga dilakukan melalui pengetahuan (kognitif) seperti

dengan jalan da’wah, ceramah dan diskusi

b. Macam-Macam Akhlak

Dalam kaitan pembagian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat

Nashruddin Abdullah yang menyatakan bahwa


Secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq mahmudah (akhlak
terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al
mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut
syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula,
demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan
atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan syariat Allah, baik itu perintah maupun larangannya, dan tidak
sesuai dengan akal dan fitrah yang sehat. 39

Memahami jenis akhlak seperti yang disebutkan di atas, maka dapat

difahami, bahwa akhlak yang terpuji adalah merupakan sikap yang melekat pada

diri seseorang berupa ketaatan pada aturan dan ajaran syariat Islam yang

diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik dalam bentuk amalan batin

seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti ibadah dan

berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan

akhlak yang tercela adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang

berupa kebiasaan melanggar ketentuan syariat ajaran Islam yang diwujudkan

39
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada 2014). 74-75.
28

dalam tingkah laku tercela, baik dalam bentuk perbuatan batin seperti hasad,

dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan lahir seperti berzina,

mendzholimi orang lain, korupsi dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya.

Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu

akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).

1. Akhlak terpuji(akhlakul mahmudah) adalah sikap sederhana yang lurus sikap

sedang tidak berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal,

jujur, tepat janji, istiqamah, berkemaan, berani, sabar, syukur, lemah lembut

dan lain-lain.

2. Akhlak tercela(akhlakul madzmumah) yaitu semua apa-apa yang telah jelas

dilarang dan dibenci oleh Allah Swt yang merupakan segala perbuatan yang

bertentangan dengan akhlak terpuji.40

Menurut Al-Ghazali akhlak mahmudah (terpuji), mencakup akhlak al-

amanah (jujur), al-alifah (disenangi), pemaaf, manis muka, pemaaf dan malu,

sedangkan akhlak mazmumah (tercelah) mencakup ghibah, dengki, riya, adu

domba, membunuh, khianat, pelit, sombong, berbohong, dendam dan lai-lain.41

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji yang harus dimiliki

oleh semua orang. Sedangkan akhlak mazmumah adalah akhlak tercelah atau

buruk. Akhlak terpuji akan membuat sang pemilik disukai banyak orang dan

akhlak tercelah membuat tidak disukai oleh orang lain oleh karena itu perlunya

pembinaan akhlak pada seorang anak untuk menanamkan pembiasaan yang baik.

40
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Graha Ilmu 2006) 96
41
Tita Rostiawati, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Al-Ghazali” Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam Vol 4, No. 1 (2016), 44-54.
29

c. Pendidikan Akhlak di Sekolah

Pendidikan akhlak di sekolah harus mendapatkan perhatian yang lebih

untuk membentuk pondasi akhlak yang baik bagi peserta didik. Hal tersebut

dilakukan agar peserta didik memiliki kesadaran mengenai pentinganya nilai-nilai

kebaikan dan mempunyai komitmen untuk selalu melakukan perbuatan yang baik

pada kehidupan sehari-hari, Abdullah Nashih Ulwah menafsirkan pendidikan

akhlak dalam beberapa bentuk, yaitu; keteladan dalam ibadah, keteladan bermurah

hati, keteladan kerendahan hati, keteladanan kesantunan, keteladan keberanian

dan keteladanan memegang akidah. 42

Pendidikan akhlak merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan oleh

Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad Saw

yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Islam memberi

perhatian besar terhadap pembinaan akhlak, oleh karena itu dilakukan dengan

menggunakan berbagai bentuk pengajaran pada pendidikan formal. Salah satunya

pendidikan agama di sekolah merupakan upaya untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam meningkatkan pemahaman keagamaan yaitu

keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt, serta kemuliaan akhlak.

Pendidikan bukan hanya bertujuan membentuk manusia yang cerdas

otaknya dan terampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan dapat

menghasilkan manusia yang berakhlak mulia, sehingga menghasilkan warga

negara yang luar biasa. Oleh karena itu pendidikan tidak semata-mata mentransfer

ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai-nilai akhlak

kemanusiaan yang bersifat universal. Dengan transfer akhlak yang bersifat

universal, diharapkan peserta didik dapat menghargai kehidupan orang lain

42
Abdullah Nasih Ulwah. Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press) 2016.
30

tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri, semenjak peserta didik berada

di bangku SD hingga kelak dewasa menjadi menjadi warga negara yang baik.

Untuk menumbuhkan dan mengembangkan akhlak yang mulia, diperlukan

lembaga-lembaga pendidikan yang menjadikan pembinaan akhlak sebagai isu

sentral, dan keberadaannya merupakan salah satu sarana untuk membangun

kebaikan individu, masyarakat dan peradaban manusia. Serta perlu diingat dalam

pembinaan pendidikan akhlak tersebut perlu dirancang dengan baik dan

memperhatikan peluang tantangan yang muncul.

Strategi dan metode pembinaan juga sangat penting untuk diperhatikan

kemudian diterapkan dan perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh

anak. Sebab metode pembinaan yang diterapkan oleh pendidik akan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembinaan akhlak. Untuk itu

pendidikan akhlak harus disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan dan jiwa

anak pada umumnya, yaitu dengan menggunakan metode teladan, pembiasaan dan

latihan kemudian memberikan penjelasan secara logis.

Dapat disimpulkan bahwa orang tua dan guru bertanggung jawab terhadap

pendidikan anak dengan membiasakan dan melatih anak melakukan hal-hal yang

baik dan sesuai dengan jiwa zaman yang sedang dihadapi saat ini, agar kelak

peserta didik (siswa-siswa SD) bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya

menentang, mengatasi permasalahannya sendiri, namun memiliki keunggulan

akhlak yang baik dan luhur.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Desain Penelitian

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan dengan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam

bidang pendidikan.43

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang menerangkan tentang keadaan sebenarnya dari suatu

objek yang terkait langsung dengan konteks yang menjadi perhatian peneliti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didasarkan pada judul

yang ada yaitu “Implementasi Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT)

Terhadap Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec.

Sigi Biromaru” mengarah pada penelitian kualitatif karna mencari sebuah


permasalahan yang digambarkan oleh kata-kata dan tidak mengukur suatu

variabel. Serta data-data yang dikumpulkan adalah berupa perkataan, gambar atau

dokumen lain dan juga peneliti bertatap muka langsung dengan informan,

sehingga dalam uraian hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran yang berkaitan dengan “Implementasi Kegiatan Malam

Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhlak peserta didik di

SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru”

43
Nusa Putra, Metode Penelitian (Cet, 1; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 75

31
32

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SD IT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi

Biromaru. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan

dengan melihat fakta-fakta atau permasalahan yang terjadi. Disamping itu objek

yang akan diteliti tepat karena sekolah tersebut sudah menerapkan kegiatan

Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT). Sehingga mampu memberikan nuansa

baru dan meningkatkan keimanan serta memberikan pengalaman bagi peneliti

dalam menambah wawasan. SDIT Insan Gemilang salah satu lembaga pendidikan

yang perkembangan dan pengelolaannya berjalan dengan baik, serta unggul

dibidang Al-quran guna mencetak anak-anak penghafal Al-quran.

Kondisi inilah yang menjadi dasar pertimbangan sehingga peneliti memilih

lokasi penelitian tersebut, selain itu lokasinya sangat mudah dijangkau. Sehingga

memudahkan bagi peneliti untuk mengumpulakan data sesuai kebutuhan. Peneliti

sangat berharap agar dapat memperoleh nilai tambah dalam melakukan penelitian

dan sebagai langkah awal bentuk pengabdian dan aplikasi keilmuan selama

mengikuti studi.

C. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian

sekaligus pengumpul data. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan untuk

penelitian kualitatif sangat diperlukan. Kehadiran peneliti dilakukan secara resmi

yakni dengan cara mendapatkan terlebih dahulu surat izin penelitian dari Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negri (UIN)

Datokarama Palu kemudian peneliti melaporkan maksud dari penelitian tersebut.


33

Berdasarkan izin tersebut diharapkan peneliti mendapatkan izin dan

diterima oleh kepala SDIT Insan Gemilang Lolu, Kec. Sigi Biromaru untuk

melakukan sebuah penelitian.

Dalam melakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengamat penuh

yang mengamati secara teliti dan intens segala sesuatu yang berkaitan dengan

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa terhadap pembinaan akhlak peserta didik.

Informan yang diwawancarai (interview) dengan bertatap muka secara langsung

sehingga diupayakan dapat memberikan informasi secara akurat dan valid.

Ada tiga metode yang dipakai peneliti dalam kehadiran di lapangan

sebagai berikut:

1. Kehadiran Peneliti Sebelum di Lapangan

Sebelum di lapangan peneliti melakukan rancangan penelitian dengan

membaca jurnal atau artikel yang berhubuangan dengan kegiatan Mabit dan

pembinaan akhlak sehingga peneliti melakukan survey dibeberapa sekolah

yang ada di Sigi dengan tema judul penelitian yang diinginkan peneliti.

2. Kehadiran Peneliti Ketika di Lapangan

Peneliti bertindak sebagai pengamat penuh terhadap data yang dapat dilihat

langsung oleh peneliti serta mengumpulkan data yang didapatkan melalui

wawancara terhadap informan di lapangan.

3. Kehadiran Peneliti Setelah di Lapangan

Hal yang akan dilakukan oleh peneliti setelah di lapangan dalam penelitian ini

adalah melakukan penyajian data serta menarik kesimpulan melalui

pengumpulan data kemudian akan dipaparkan melalui penelitian.


34

D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan dalam

melakukan penelitian. Suatu penelitian tidak dapat dikatakan bersifat ilmiah bila

tidak ada data yang dipercaya. Karena jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif.

Kita harus mengetahui bahwa data dan sumber data itu berbeda, data

adalah isi pembicaraan atau pengamatan yang peneliti lihat kemudian

disampaikan berupa kata-kata, sedangkan sumber data adalah informan atau objek

yang akan diteliti.

Dalam survey penelitian, tidaklah harus diteliti semua individu yang ada

pada populasi objek tersebut. Dalam hal ini hanya diperlukan sampel atau contoh

sebagai representif objek penelitian. Oleh karena itu persoalan penting dalam

pengumpulan data yang harus diperhatikan adalah bagaimana dapat dipastikan

atau diyakini bahwa sampel yang ditetapkan adalah representif. 44 Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua jenis, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah merupakan jenis data yang diperoleh lewat

pengamatan langsung dari lapangan. Dan yang menjadi responden utama dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, pembina kegiatan Mabit serta

orang tua peserta didik yang anaknya telah mengikuti kegiatan Mabit. Serta data

primer ini diperoleh melalui wawancara, pengamatan (observasi), dan

dokumentasi .

2. Data Sekunder

Data sekunder ialah data yang diambil dari dokumen resmi sekolah,

misalnya sarana dan prasarana, keadaan peserta didik,keadaan guru,dan data


44
Burhan Bugin. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet, 10; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 77.
35

lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian yang akan peneliti teliti. Jenis

data ini dihimpun melalui teknik membaca dan dokumentasi yang menunjukan

gambaran umum SD IT Insan Gemilang Sigi. Dalam hal ini peneliti menggunakan

buku-buku yang ada di perpustakaan UIN Datokarama Palu dan mencari referensi

buku-buku atupun jurnal yang berhubungan dengan judul skripsi melalui website

online.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

dari sumber (subyek maupun sampel penelitian). Teknik pengumpulan data ini

nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian.

Instrumen penelitian merupakan seperangkat peralatan yang akan digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data-data penelitian.45

1. Teknik Pengamatan Observasi

Menurut Riyanto dalam penelitian ada beberapa jenis observasi yaitu

observasi partisipan, observasi non partisipan, observasi sistematik, observasi non

sistematik, dan observasi eksperimental.46

Adapun kegiatan observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

teknik observasi non partisipan. Teknik observasi non partisipan adalah

pengamatan yang dilakukan oleh observer tanpa terjun langsung kedalam anggota

kelompok yang akan diobservasi sehingga peneliti hanya sebagai pengamat.

Dengan begitu peneliti dapat menggali informasi lebih leluasa dengan mengamati

proses berlangsungnya kegiatan Mabit dalam pembinaan akhlak peserta didik.

45
Risky Kawasati, Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif, Sekolah tinggi Agama
Islam Negri (STAIN) Sorong, 2.

46
Ibid, 59-60.
36

Instrument penelitian yang digunakan dalam observasi langsung adalah alat tulis

menulis untuk dapat mencatat yang ditemukan di lapangan.

Dalam hal ini juga peneliti observasi/amati adalah guru atau panitia

pelaksana kegiatan Mabit dalam membina akhlak peserta didik melalui kegiatan

tersebut dan mengetahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan mabit

terhadap pembinaan akhlak peserta didik serta untuk mengetahui faktor

pendukung dan penghambat dari pelaksanaan kegiatan Mabit.

2. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk


47
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam wawancara adalah alat tulis menulis untuk transkip wawancara

dan telepon genggam untuk dijadikan alat perekam suara. Mengingat hal ini

penting, untuk dapat meminimalisasi kemungkinan kekeliruan peneliti dalam

mencatat dan menganalisis hasil wawancara.

Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala sekolah,

pembina kegiatan Mabit, panitia pelaksana kegiatan Mabit, serta orang tua peserta

didik yang anaknya mengikuti kegiatan Mabit dengan cara bertatap muka dan

Tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara dan bahan yang

dibutuhkan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah peneliti yang menyidik benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, catatan harian dan

sebagainya.

Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan

bukti dan informasi selama penelitian. Peneliti menggunakan alat tulis dan

47
Sudaryono, Metodologi Penelitian. Cet 1; (Jakarta : Rajawali Pers, 2017) 216
37

rekaman audio untuk mencatat dan mendokumentasikan arsip serta dokumen

penting mengenai kondisi sekolah objektif di SD IT Insan Gemilang Sigi seperti

letak geografis sekolah, periode kepemimpinan kepala sekolah, keadaan pendidik

dan tenaga kependidikan, peserta didik, serta keadan sarana dan prasarana,

termasuk dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiataan Mabit.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan orang lain.

Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan

dengan berupaya mencari makna.48

Dalam menganalisa data kualitatif terdapat beberapa macam, diantarnya :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari


49
catatan-catatan tertulis di lapangan. Peneliti merangkum beberapa data yang

diperoleh di lapangan, kemudian mengambil dari beberapa data yang dianggap

mewakili untuk dimasukkan dalam pembahasan ini. Termasuk di dalamnya data

tabel tentang jumlah keadaan pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT Insan

Gemilang Sigi.

48
Neong Muhadjir. “Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positifistik,
Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian
Agama”. 2016
49
Miles Mattew B. & Michael Huberman. Qualitive Data Analysis: A Sourcebook Of New
Method. Terjemahan Tjeptjep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. UI-PRESS). 2012
38

2. Penyajian Data

Setelah jumlah data dikumpulkan dengan mengambil beberapa data dari

jumlah keseluruhan data yang tersedia selanjutnya adalah menyajikan kedalam

inti pembahasan yang dijabarkan pada hasil penelitian di lapangan.

3. Penarikan Kesimpulan

Yaitu sejumlah data dan keterangan yang masuk dalam pembahasan

skripsi ini akan diseleksi kebenaran dan validitasnya, sehingga data yang masuk

dalam pembahasan adalah data otentik dan tidak diragukan kebenarannya.

Jelas bahwa uraian-uraian dari teknik analisis data ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu menjabarkan uraian-uraian analisis data dan bukan dalam bentuk

sistematik informasi sehingga teknik analisis data adalah menguraikan beberapa

hal yang diperoleh selama penelitian dan tidak dijabarkan dalam bentuk statistik.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

data yang benar agar data yang diperoleh terjamin validitas dan kredibilitasnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh J Lexy Moleong dalam bukunya “Metodologi

penelitian kualitatif”, bahwa “Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan kendalan (reabilitas) serta

disesuaikan dengan tuntunan pengetahuan, kriteria paradigmanya sendiri.”50

Dalam penelitian ini peneliti mengecek keabsahan data dengan

menggunakan metode triangulasi data. Data yang diperoleh akan dicek kembali

melalui sumber yang sama dalam waktu yang berbeda, atau dicek dengan

menggunakan sumber yang berbeda. Misalnya apabila peneliti mengumpulkan

50
J Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171
39

data dengan melakukan wawancara dengan pembina kegiatan Mabit, data tersebut

dicek (ditanya kembali) pada salah satu panitia kegiatan Mabit.

Triangulasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu triangulasi teknik,

triangulasi sumber dan triangulasi teori. triangulasi teknik berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan yang berbeda-beda untuk mendapatkan data

dari sumber yang sama. Triangulasi sumber artinya peneliti dapat menggunakan

teknik pengumpulan data yang bermacam-macam agar mendapatkan data dari

sumber yang sama. Triangulasi teori dilakukan dengan membandingkan hasil

akhir penelitian yang berupa rumusan informasi dengan perpektif teori yang

relevan. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang

1. Sejarah Singkat Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang beralamat di

jalan Tambuli, Lolu Kec. Sigi Biromaru Kab. Sigi Provinsi Sulawesi

Tengah berdiri pada tahun 2016 yang didirikan oleh yayasan Banua Ilmu.

SD Islam Terpadu Insan Gemilang memiliki lokasi yang cukup strategis

karna berada di tengah-tengah yang mana peserta didik berasal dari

kalukubula, biromaru, pombewe, bora dan lain sebagainya.

Sekolah ini tidak hanya mengajarakan tentang Islam saja akan

tetapi pengetahuan umum, bahkan sekolah ini banyak meraih prestasi

dibidang akademik umum pelajaran lainnya yaitu kejuaraan festival

olahraga pendidikan taekwondo pelajar 2023, kejuaraan festival literasi

sigi 2022, kejuaraan lomba menggambar tingkat sekolah dasar, kejuaraan


olimpiade nasional Indonesia hebat dan lain sebagainya. Yang mana

sekolah ini mendidik agar menambah wawasan agama Islam maupun

pengetahuan umum. 51

Sekolah Dasar Islam Terpapdu (SDIT) Insan Gemilang adalah unit

sekolah baru (USB) yang didirikan oleh yayasan Banua Ilmu pada tahun

2016 yang di bangun di atas tanah kelurahan Lolu, jl. Tambuli Kec. Sigi

Biromaru, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah. Dari awal tahun 2016 berdirinya

51
Nur Hasanah, Kepsek SDIT Insan Gemilang Sigi, “wawancara” Ruang Kepsek,
tanggal 22 januari 2024

40
41

SD Islam Terpadu Insan Gemilang sampai sekarang kepemimpinan

sekolah belum diganti masi di pimpin oleh ustazah Nur Hasanah, S.Pd.

2. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi

Profil Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi

sebagai berikut:

a. Nama : Nur Hasanah, S.Pd

b. NUPTK : 43427666672230413

c. Jabatan : Kepala Sekolah

d. Instansi : Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang

Tabel 1.2 profil Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi
No Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah SD IT Insan Gemilang Sigi
2 N.P.S.N 69944199
3 Jenjang Pendidikan SD
5 Status Sekolah Swasta
6 Alamat Desa Lolu jl. Tambuli
7 Kelurahan Lolu
8 Kecamatan Sigi Biromaru
9 Kota Sigi
10 Provinsi Sulawesi Tengah
11 Kode Pos 94364
12 SK Pendirian Sekolah 610/HK.5 DIKPORA
13 Tanggal SK Pendirian 2016-05-04
14 Status Kepemilikan Yayasan Banua Ilmu
15 Akreditasi C
16 Luas Tanah Milik 6000 M
17 Nomor Telpon 081354877501
18 Email [email protected]
19 Waktu Penyelenggaraan Pagi/5 hari
Sumber data, arsip Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang 2023-2024
42

3. Visi, Misi, Sekolah Dasar Islam Terpadu(SDIT) Insan Gemilang Sigi

a. Visi

Meningkatkan pelayan pendidikan untuk mencetak generasi berakhlak

qur’ani, berpretasi gemilang dan berdaya saing

b. Misi

Dalam upaya mengimplementasikan visi sekolah, SDIT Insan Gemilang

menjabarakan misi sekolah sebagai berikut:

1. Membentuk generasi pemimpin berakhlak Qur’ani, penghafal, dan

pencinta qur’an

2. Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inovatif dan

menyenangkan sehingga menghasilkan peserta didik yang berprestasi.

3. Membentuk pribadi-pribadi cerdas, berwawasan luas serta menjadi

generasi berdaya saing dalam era globalisasi.

4. keadaan Kurikulum dan Sarana Prasarana

a. Keadaan Kurikulum
Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan.

Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang

berkembang dengan konsep-konsep kurikulum yang dikembangkan. Seiring

perkembangan masyarakat modern, pendidikan lebih banyak diselenggarakan

secara formal terutama di sekolah-sekolah. Hal ini karena sekolah mempunyai

keluasan untuk memberikan isi pendidikan yang tidak hanya nilai moral saja yang

diajarkan tetapi juga mengenai perkembangan teknologi dan kehidupan serta

memberikan pengetahuan dan ketrampilan lebih luas dan mendalam oleh karena

itu kurikulum yang digunakan saat ini di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

Insan Gemilang Sigi adalah kurikulum Merdeka.


43

b. Sarana dan Prasarana

Salah satu tolak ukur penunjang tercapainya tujuan pendidikan di

sekolah adalah kelengkapan atau sarana prasarana sebab tanpa adanya

sarana dan prasarana yang memadai maka timbul berbagai kendala dalam

proses belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi sebagai berikut.
Tabel 1.3 sarana dan prasarana Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT Insan
Gemilang Sigi
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
.
1 Kelas 6 Cukup baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang Guru 1 Baik
4 Wc 2 Baik
5 Ruang Ibadah 1 Cukup baik
6 UKS 1 Cukup baik
7 Ruang Perpustakaan 1 Cukup baik
8 Kantor 1 Cukup baik
9 Lapangan 1 Baik
10 Parkir 1 Baik
11 Kantin 1 Baik
12 Gudang 1 Cukup baik
13 Meja siswa 226 Baik
14 Kursi siswa 226 Baik
15 Meja guru 32 Baik
16 Kursi guru 32 Baik
17 Kursi dan meja tamu 2 Baik
18 Papan tulis 6 Baik
19 Lemari 18 Cukup baik
20 Rak hasil karya peserta didik 1 Cukup baik
21 Tempat sampah 9 Baik
22 Tempat cuci tangan 3 Baik
23 Papan statistic 6 Baik
24 Penanda waktu (bel sekolah) 1 Baik
25 Alat peraga 1 Baik
26 Papan panjang 6 Baik
27 Soket listrik 1 Baik
28 Jam dinding 8 Baik
Sumber: arsip Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi
44

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa keadaan sarana dan prasarana

yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi masih

sangat menunjang proses pembelajaran di sekolah.

5. Keadaan Pendidik, Peserta didik, dan Tenaga Kependidikan di Sekolah Dasar

Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi.

Setiap pelaksanaan pendidikan ada dua hal yang senantiasa tak

terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Kedua hal tersebut adalah

pendidik dan peserta didik. Pendidik merupakan motivator dari pemberi

contoh yang baik sedangkan peserta didik merupakan individu yang

belajar. Untuk lebih jelasnya tentang hal tersebut penulis akan

menguraikan sebagai berikut.

a. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohani agar

peserta didik mencapai kedewasaan, mampu mandiri dan memenuhi tugasnya

sebagai hamba Allah Swt. Serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk

sosial dan individu yang mandiri. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan pendidik

dan kependidikan yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan

Gemilang dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 1.4 keadaan tenaga pendidik dan kependidikan di Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang
No. Tenaga Pendidik dan Jumlah
Kependidikan Honorer
1 Guru Mata Pelajaran 20
2 Pegawai Tata Usaha 2
3 Pustakawan 1
5 Cleaning Service 2
Jumlah 25
Sumber data: arsip Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi
2023
45

Berdasarkan tabel di atas tenaga pendidik dan kependidikan yang

ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi dapat

diketahui bahwa:

1. Tenaga pendidik yang ada di SD IT Insan Gemilang Sigi berjumlah 20 orang

yang berstatus sebagai guru honorer

2. Sedangkan untuk tenaga kependidikan yang ada di SD IT Insan Gemilang

Sigi berjumlah 5 orang yang terdiri dari pegawai tata usaha berjumlah 2

orang, 1 orang sebagai pustakawan dan 2 orang sebagai cleaning service.

b. Keadaan Peserta Didik

Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Yang mana peserta didik

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Proses

peserta didik pada umumnya membutuhkan bantuan orang lain untuk

tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan. Untuk mengetahui lebih

jelas tentang keadaan peserta didik yang ada di SD IT Insan Gemilang Sigi

dapat dilihat pada daftar tabel berikut:

Tabel 1.4
Tingkat Pendidikan L P Total
Tingkat 1 24 16 40
Tingkat 2 24 25 49
Tingkat 3 19 17 36
Tingkat 4 18 13 31
Tingkat 5 17 16 33
Tingkat 6 14 16 30
Total 116 103 219
Sumber data: arsip Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi 2023

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah peserta

didik di SD IT Insan Gemilang Sigi dalam setiap tingkat termasuk dalam

kategori yang cukup banyak peserta didiknya. Jumlah peserta didik yang
46

banyak atau padat dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran,

apalagi guru tidak dapat mengelola kelas secara baik, tentunya hasil

belajar yang akan dicapai tidak bisa maksimal kondisi seperti ini dituntut

kreativitas guru dalam mengelola kelas, sehingga proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang maksimal.

B. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD

IT) Insan Gemilang Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi

Provinsi Sulawesi Tengah maka diperoleh data penelitian sesuai rumusan

masalah penelitian dan fokus penelitian. Data penelitian tersebut

merupakan data kualitatif, yang berkaitan dengan kegiatan Malam Bina

Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhalak Peserta Didik di

SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru.

Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan beberapa hasil data yang

telah diperoleh selama kegiatan penelitian berlangsung. Data yang telah

diperolah kemudian dicantumkan pada bab ini sesuai prosedur penelitian

yang diambil oleh peneliti. Data tersebut akan dipaparkan secara rinci

sesuai dengan temuan dari lokasi penelitian, baik berupa data hasil

observasi maupun data hasil kegiatan wawancara. Kemudian peneliti akan

menguraikan mengenai kondisi sebenarnya mengenai Implementasi

Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa Terhadap Pembinaan Akhlak

Peserta Didik di SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru. Hasil

data yang diperoleh oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap

Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD IT Insan Gemilang Lolu, Kec.

Sigi Biromaru.
47

Kebutuhan akan pendidikan akhlak dalam dunia pendidikan merupakan

suatu keharusan mengingat merosotnya akhlak begitu hebat mempengaruhi

kehidupan yang dapat kita rasakan setiap saat. Kemajuan informasi dari berbagai

media cetak maupun elektronik, menghantarkan berita yang tidak henti-hentinya

berkaitan dengan semakin merosotnya akhlak.

Sekolah Dasar Islam Terpadu yang biasa disingkat dengan SD IT sebagai

lembaga pendidikan berciri khas Islam tentulah tidak terlepas dari pendidikan

akhlak. Untuk menjembatani kebutuhan akan pendidikan akhlak maka lembaga

pendidikan harus membuat program yang harus direncanakan terlebih dahulu

dalam kurikulum SD IT Insan Gemilang karena pendidikan akhlak sangat penting

diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang suda mulai

luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan akhlak di sekolah diharapkan menjadi

solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Salah satunya

kegiatan yang telah direncanakan SD IT Insan Gemilang yakni kegiatan Malam

Bina Iman dan Taqwa (MABIT).

Kegiatan MABIT merupakan kegiatan bermalam atau menginap di SD IT

Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru. Kegiatan ini merupakan kegiatan

pembinaan Islam di luar jam sekolah yang memuat pendidikan akhlak guna men-

charge masalah ruhaniah, Al-Qur’an, dan beribadah. Kegiatan Mabit dilaksanakan

sejak tahun 2019. Kegiatan Mabit bertujuan untuk membiasakan diri dari

mengenali jati dirinya guna membiasakan fisik untuk beribadah serta

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kehidupan di masyarakat khususnya

dikalangan peserta didik SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru sebagai

generasi yang membutuhkan pendidikan dan pembinaan yang tepat, menambah

silahturahmi antara peserta didik, mempersiapkan mental peserta didik untuk taat

kepada Allah Swt.


48

Kegiatan Mabit dilakukan secara terprogram dan konsisten. Dimana

kegiatan ini telah direncanakan dan telah dimasukkan dalam program kerja

sekolah yang di muat dalam kalender akademik sekolah setiap tahunnya. Kegiatan

Mabit dilakukan di malam hari dimana peserta didik diwajibkan untuk menginap

di sekolah, kegiatan ini dimulai pada pukul 16.00 WITA dengan ditandai

datangnya peserta Mabit di lokasi kegiatan. Adapun susunan acara atau jadwal

kegiatan MABIT di SD IT Insan Gemilang dapat dilhat pada tabel berikut:

Tabel 1.4 Randown Acara Kegiatan Mabit SD IT Insan Gemilang


Hari/Tanggal waktu Kegiatn PJ
Al-Ma'tsurat Sore &
16.00-16.30 Ustadz Alan
Pembukaan
Materi Tajwid
16.30-17.00 - Santriwan Ustadz Slamet
- Santriwati Ustadzah Lutfiana
MCK ( Mandi, Cuci,
Jum’at, 17.00-18.00 Panitia Mabit
Kaki)
12 Januari 2024 Shalat
18.00-19.20 Maghrib+Setoran Panitia Mabit
Muraja'ah
19.20-20.00 SOMAI Panitia Mabit
20.00-21.45 Setoran Muraja'ah Panitia Mabit
21.45-22.00 Persiapan Tidur
22.00-03.00 Istirahat Panitia Mabit
Persiapan Shalat
03.00-03.30 Panitia Mabit
Malam
Ustadz
03.30-04.50 Qiyamulail/Tahajjud Muhammad &
Ustadz Slamet
Shalat Subuh+Al-
04.50-05.45 Ustadz Rezi
Ma'tsurat
Materi “adab terhadap
05.45-06.00 Ustadzah Susi
Sabtu, orang tua dan guru”
13 Januari 2024 06.00-07.30 Senam
07.30-08.00 Kerja Bakti
08.00-08.30 Sarapan Seluruh Ustadzah
Shalat Dhuha/Beres-
08.30-09.00 beres Persiapan Pulang
Sumber data:arsip Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Gemilang Sigi 2024
49

Daftar hadir peserta didik

Berikut adalah penjelasan tentang kegiatan Mabit yang akan dipaparkan:

a. Al-ma’tsurat yakni dzikir pagi dan petang dilaksanakan sebelum sholat magrib

dan sesudah sholat subuh.

b. Materi: materi yang diberikan dalam kegiatan ini yakni adab kepada orang tua

dan guru

c. Shalat: pada saat melaksanakan kegiatan sudah pasti shalat fardhu berjamaah,

selain sholat fardhu sholat Sunnah dhuha dan sholat Sunnah tahajjud.

d. Tilawah: para peserta Mabit dibagi menjadi beberapa kelompok dan menyetor

hasil murajaah kepada masing-masing panitia Mabit.


50

e. Qiyamul lail: para peserta Mabit bangun sekitar jam 03-30 untuk melaksanakan

sholat tahajjud bersama.

Selama kegiatan Mabit di SD IT Insan Gemilang peneliti mengamati

beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

diantaranya metode imitation (peniruan) yang diterapkan pada saat sholat

berjamaah, guru memberikan contoh bagaimana menjadi imam pada saat sholat

berjamaah. Selain itu ketika makan bersama, guru memberikan contoh yang baik

tentang bagaimana adab makan, dengan begitu peserta didik bisa meniru apa yang

dicontohkan oleh guru.

Metode selanjutnya yang digunakan yaitu metode amtsal dan metode

observasi yaitu dengan menyampaikan materi kemudian menjelaskan suatu

keadaan yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan lalu menampakkan

kebaikan dan keburukan yang tersamar agar peserta didik dapat mengambil

hikmah atau pelajaran dari materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan peneliti mengamati nilai-nilai

pendidikan akhlak yang terimplementasi pada kegiatan MABIT di SD IT Insan

Gemilang yakni:

a. Religius

Religius salah satu nilai-nilai pendidikan akhlak yang merupakan sikap

dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut,

melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, taat kepada perintah Allah Swt

dan menjauhi larangannya. Sebagai generasi yang Islami terwujud melalui

penanaman nilai-nilai akhlak yang baik sesuai dengan tuntunan agama Islam,

seperti halnya menegakkan kedisipinan, berani berkata apa adanya, mandiri dan

kebersamaan. Semua itu tidak akan terlaksana dan tercipta jika tidak ada kerja

sama yang baik dalam pelaksanaan pembinaan akhlak melalui kegiatan Mabit itu
51

sendiri. Maka pentinya kerjasama dan kekompakan dari semua warga sekolah

baik dari Orang Tua, Siswa dan Guru di SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi

Biromaru untuk mensukseskan kegiatan ini agar terselenggara dengan baik dan

lancara sesuai dengan yang diharapkan. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan

ustazah Susi Susanti, S.E sebagai panitia kegiatan Mabit mengatakan bahwa:
Program kegiatan Mabit yang diselenggarakan oleh sekolah dan peserta
didik yaitu kelas V dan VI terlibat di dalam agenda Mabit sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan harapan dilaksanakannya kegiatan Mabit.
Program kegiatan MABIT adalah singkatan dari Malam Bina Iman dan
Taqwa (MABIT). Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa atau yang disebut
dengan MABIT adalah sebuah kegiatan rutinan yang dilakukan sebulan
sekali di pekan kedua dengan kurun waktu 2 hari satu malam. Dalam
pembinaannya, kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun budaya cinta
Alkuran, karena salah satu tujuan kami mengadakan kegiatan Mabit ini
yaitu untuk meningkatkan hafalan atau bacaan Alkuran peserta didik, dalam
implementasi nilai-nilai pendidikan kahlak religius dalam kegiatan Mabit ini
dapat dilihat dari kebiasaan para peserta didik melaksanakan ibadah yang
hukumnya wajib maupun Sunnah. Dengan adanya kegiatan mabit peserta
didik dilatih untuk membiasakan diri dalam beribadah kepada Allah Swt.52

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan bersama panitia MABIT

dapat dipahami bahwa implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu nilai

religius suda diterapkan oleh peserta didik pada kegiatan MABIT. Hal ini dapat

dilihat pada kebiasaan berdoa sebelum memulai kegiatan, bahkan disetiap

bertemu dengan para guru maupun selesai shalat fardhu maupun shalat Sunnah

mereka selalu bersalaman. Dan para guru juga memberikan contoh yang baik

terhadap para peserta didik melalui pencerahan atau bimbingan shalat berjamaah

yang langsung dibimbing oleh para guru dan panitia kegiatan. Serta tak terkecuali

semua panitia dan peserta didik diwajibkan melaksanakan shalat secara

berjamaah. Ini membuktikan para guru benar-benar menanamkan nilai-nilai

akhlak yang religius kedalam diri peserta didik sehingga para peserta didik

memahami bahwa bukan hanya mereka yang diwajibkan untuk melaksanakan

shalat berjamaah.
52
Susi Susanti, Panitia Kegiatan MABIT “wawancara” Ruang Kepsek, Tanggal 16
Januari 2024
52

b. Disiplin

Disiplin merupakan suatu kepatuhan terhadap peraturan atau

hukum, tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Adapun tujuan

kedisiplinan agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya agar mampu

berperilaku tertib sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya pada

lingkungan sekolah. Dalam kegiatan MABIT para panitia juga

menerapkan hal itu demi kelancaran kegiatan tersebut seperti peraturan

saat menjalankan shalat berjamaah tapat waktu, peserta dan panitia

dilarang membuang sampah sembarangan, meletakkan barang-barang

pribadi dengan rapi. Hal tersebut dijelaskan oleh kepala sekolah yakni

Ustazah Nur Hasanah, S.Pd. yang memberi pernyataan sebagai berikut:


Ada peraturan yang harus di taati oleh peserta didik maupun panitia yaitu
tilawah dan mencuci piring masing-masing saat selesai makan bersama.
Adapun kegiatan tilawah ini peserta didik dibentuk menjadi beberapa
kelompok kemudian menghadap kemasing-masing panitia yang telah
ditentukan dan harus menyelesaikan tilawah sesuai target. Kemudian peserta
didik dan panitia diwajibkan untuk mencuci pring masing-masing saat
selesai makan bersama. Hal ini dilakukan untuk membentuk kedisiplinan
pada diri peserta didik sejak mereka masih kecil.53

Berdasarkan pernyatan di atas bahwa peraturan yang dibuat agar

peserta didik lebih mudah disiplin, dapat menjaga dan memelihara dirinya

dari berbagai pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.

c. Mandiri

Mandiri adalah bagian dari nilai-nilai pendidikan akhlak, watak, budi

pekerti dan mental manusia yang tidak bergantung pada bantuan orang lain. Pada

kegiatan Mabit peserta didik diajarkan untuk lebih mandiri dalam melakukan

sesuatu yang bisa dilakukan sendiri. Dan diperkuat dengan pernyatan hasil
53
Nur Hasanah. Kepsek SD IT Insan Gemilang. “Wawancara” Ruang Kepsek. Tangal 22
Januari 2024.
53

wawancara dari pembina kegiatan MABIT Ustadz Alan Rifan, S.Pd menyatakan

bahwa:
Dalam pelaksanaan kegiatan MABIT nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu
mandiri dimana segala sesuatu yang biasanya memerlukan bantuan orang
tua tetapi dalam kegiatan ini peserta didik harus bisa mandiri mulai dari
merapikan barang pribadinya sendiri dan mencuci pring setelah makan.54
Berdasarkan pernyatan di atas kegiatan MABIT sangat membantu

para peserta didik untuk bersikap lebih mandiri dalam mengerjakannya.

d. Tanggung Jawab

Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada pelaksanaan

kegiatan MABIT yaitu tanggung jawab yang mana merupakan sikap dan

perilaku seseorang untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap diri

sendiri, masyarakat lingkungan alam, sosial. Dalam kegiatan Mabit peserta

didik dijarkan berbagai nilai-nilai pendidikan akhlak salah satunya

bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang mereka lakukan.

Sebagaimana keterangan yang dijelaskan oleh salah satu panitia kegiatan

ustazah Susi Susanti yang menyatakan:


Dalam pelaksanaan kegiatan MABIT memberikan pelajaran kepada semua
peserta didik bagaimana bertanggung jawab terhadap apa yang mereka
lakukan. Seperti dalam hal jika peserta didik melakukan kesalahan maka
mereka diajarkan untuk saling meminta maaf, melakukan kewajiban mereka
dengan apa yang telah diperintahkan seperti mencuci piring masing-masing
saat selesai makan.55

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pelaksanaan kegiatan Malam Bina

Iman dan Taqwa (MABIT) terhadap pembinaan akhlak peserta didik di SD IT

Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru berjalan dengan baik sehingga

memberikan dampak positif terhadap nilai-nilai akhlak peserta didik sebagaimana

yag dijelaskan oleh Ustadz Alan Rifan, S.Pd selaku pembina kegiatan MABIT

menyatakan bahwa:

54
Alan Rifan, Pembina Kegiatan MABIT “wawancara” Ruang Kepsek, Tanggal 16
Januari 2024
55
Susi Susanti, Panitia Pelaksana “Wawancara” Ruang Kepsek. Tanggal 16 Januari 2024
54

Pelaksanaan kegiatan MABIT sudah berlangsung selama 5 tahun sejak awal


2019. Kegiatan MABIT suda menjadi bagian dari program sekolah yang
harus dijalankan. Kegiatan MABIT adalah salah satu sarana dalam membina
akhlak peserta didik yang mana kita ketahui bahwa di zaman sekarang suda
banyak terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam oleh
karena itu kegiatan MABIT adalah salah satu program yang dilakukan untuk
membina akhlak peserta didik dan diupayakan terlaksana agar peserta didik
dapat mempelajari serta disiplin dalam berkehidupan. Dalam
berlangsungnya kegiatan Mabit ini dari tahun ke tahun suda memberikan
dampak positif terhadap perilaku peserta didik. Dan tentunya kegiatan ini
terselenggara karena adanya kerja sama antara warga sekolah dan orang tua
peserta didik yang begitu antusias dalam mendukung kegiatan Mabit serta
menyusun dan merencanakan kegiatan agar berjalan dengan baik.56
Berdasarkan wawancara di atas dapat dipahami bahwa kegiatan

Mabit merupakan kegiatan rutin dan terencana yang dilaksanakan sejak

tahun 2019, kegiatan ini diharapkan dapat memberi warna dan suasana

yang berbeda dalam membina akhlak peserta didik di sekolah sehingga

mampu memberikan dampak positif bagi perilaku peserta didik lebih baik

dalam hal meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.

Dari jadwal dan daftar hadir siswa yang telah dipaparkan dapat

diperoleh informasi bahwa pelaksanaan kegiatan Mabit terhadap

pembinaan akhlak peserta didik di SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi

Biromaru sudah terencana dan tersusun dengan cukup baik sehingga acara

berjalan dengan semestinya dan lancar sesuai dengan yang diharapkan

oleh para guru. Ini didukung oleh Ustazah Nur Hasanah, S.Pd selaku

kepala SD IT Insan Gemilang mengatakan bahwa:


Kegiatan MABIT merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh peserta
didik pada kelas V dan VI. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya
membina akhlak peserta didik menjadi lebih baik dalam keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah Swt. Dengan dilaksanakannya kegiatan MABIT ini
memberi dampak yang sangat positif bagi peserta didik seperti mandiri
dalam melakukan hal-hal yang kecil, sopan terhadap guru, saling
menyayangi antar sesama teman serta bertanggung jawab.57

56
Alan Rifan, Pembina Kegiatan MABIT “wawancara” Ruang Kepsek, Tanggal 16
Januari 2024
57
Nur Hasanah, Kepala SD IT Insan Gemilang, “wawancara” Ruang Kepsek. Tanggal
22 Januari 2024
55

Dalam program kegiatan MABIT terhadap pembinaan akhlak

peserta didik pembiasaan yang sering dilakukan mulai dari tadarrus

Alkuran, membiasakan peserta didik sholat fardhu berjamaah, sholat

Sunnah tahajjud, membiasakan diri dalam melakukan sesuatu hal yang

kecil, melatih peserta didik untuk berani jujur dalam berkata serta

membangun kebersamaan antar sesama teman. Pembiasaan ini harus

diterapkan sejak kecil sehingga akan berdampak besar terhadap

kepribadian atau akhlak peserta didik ketika mereka beranjak dewasa.

Sebab pembiasaan telah dilakukan akan melekat kuat dan menjadi

kebiasaan yang baik dalam rangka mendidik akhlak peserta didik.

Informasi mengenai pelaksanaan kegiatan Mabit terhadap

pembinaan akhlak peserta didik tidak hanya didapatkan dari hasil

wawancara dari kepala sekolah, guru, pembina kegiatan Mabit namun juga

wawancara dengan orang tua peserta didik yang mengikuti kegiatan Mabit.

Yakni diungkapkan oleh orang tua peserta didik kelas V yang bernama Ibu

Lisdayanti mengatakan:
Kegiatan Mabit yang suda diselenggarakan oleh pihak sekolah itu sangat
membantu bagi kami sebagai orang tua dalam mendidik dan membina anak
kami, dan sebagai orang tua, saya sangat mendukung dengan adanya
kegiatan mabit sehingga perilaku anak dapat terbentuk dengan baik sedari
mereka kecil sehingga saat mereka dewasa kebiasaan-kebiasaan yang suda
dilakukan sejak kecil itu akan terbawa sampai mereka beranjak dewasa.
Kemudian setelah pelaksanaan kegiatan Mabit tentunya perubahan pada
anak saya itu sangat nampak seperti halnya jika tiba waktu shalat tanpa
diperintah ia akan melaksanakannya sendiri, taddarus Al-kur’an, sopan
terhadap orang tua58
Hal senada yang diungkapkan oleh Ibu Risnawati bahwa:
Sebagai orang tua, saya sangat mendukung dengan adanya kegiatan Mabit
ini, sebab setiap kali Mabit ini dilaksanakan ada perubahan perilaku yang
sangat baik seperti sopan santun, rajin melaksanakan shalat walau tanpa di
perintah, rajin taddarus Al-kur’an, suka berbagi pada yang lain, saling
menyayangi. Saya selalu mengizinkan anak saya untuk mengikuti kegiatan
Mabit ini dengan harapan dapat membantu memperbaiki perilaku anak.59

58
Lisdayanti, Orang Tua Peserta Didik. “Wawancara” Sekretariat PPI Kab. Sigi.
Tanggal 27 Januari 2024.
56

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua peserta didik di

atas, dapat dipahami bahwa setiap orang tua akan mendukung penuh

kebijakan sekolah untuk membina peserta didik menjadi lebih baik lagi

dengan mendukung dan memberi motivasi baik kepada anak maupun

sekolah agar kegiatan dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Dalam penemuan di lapangan peneliti mendapatkan informasi dari

informan yang diwawancarai mengenai kegiatan Mabit suda diketahui

banyak masyarakat terutama yang berada di sekitaran SD IT Insan

Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru, hal ini disebabkan karena suda

berjalannya kegiatan Mabit dan mendapat dukungan orang tua peserta

didik serta warga sekitar sekolah.

Dengan demikian seluruh rangkaian kegiatan Mabit yang sudah

dijalankan oleh pihak sekolah dan seluruh anggota sekolah dari guru

hingga siswa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang

diharapakan, untuk membentuk akhlakul kharimah di dalam diri peserta

didik dan sudah diketahui oleh masyarakat sekitar hal ini dibuktikan

bahwa begitu antusias masyarakat dalam mendukung dan memberi

keamanan lingkungan sekitar sekolah dalam berlangsungnya kegiatan

Mabit.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Malam Bina

Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhlak Peserta Didik

di SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru

Keberhasilan suatu program kegiatan akan tercapai manakala

didukung oleh semua unsur yang ada di dalamnya, demikian pula

pelaksanaan kegiatan MABIT para panitia, peserta didik serta para orang

59
Risnawati, Orang Tua Peserta Didik, “Wawancara” Rumah Informan. Tanggal 28
Januari 2024
57

tua peserta didik masyarakat sekitar harus saling bahu membahu dan

bekerjasama untuk mensukseskannya. Keberhasilan juga berpengaruh oleh

beberapa faktor-faktor tertentu baik faktor pendukung mapun penghambat.

Adapun faktor pendukung dan penghambat pelaksnaan kegiatan Malam

Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhlak Peserta

Didik di SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru yaitu:

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan

Taqwa Terhadap Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD IT Insan Gemilang yaitu

terletak pada sikap dan komitmen para panitia dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Komitmen tersebut

ditunjukan dengan tindakan dalam memberikan pelayanan dengan baik dan ramah

kepada peserta didik yang didukung oleh fasilitas yang cukup memadai. Faktor

pendukung yang lainnya adanya dukungan positif dari berbagai pihak baik dari

orang tua maupun masyarakat sekitar. Disamping itu semangat antusias dari para

peserta didik juga menjadi faktor pendukungnya sehingga para orang tua

memberikan dukungan yang positif terhadap kegiatan MABIT. Sebagaimana hasil

wawancara dari pembina kegiatan MABIT Ustadz Alan Rifan, S.Pd menyatakan:
Kami sangat senang melihat antusias anak-anak mengikuti kegiatan mabit,
ketika melihat anak-anak semangat meskipun tempat atau fasilitas nya
cukup baik kami juga ikut senang mengikuti kegiatannya. Dan kegiatan ini
berhasil terlaksana karena dukungan dari pihak sekolah dan juga dari orang
tua peserta didik yang memberikan kontribusi dalam mensukseskan
kegiatan Mabit. Walau tidak dipungkiri bahwa ada sebagian orang tua
peserta didik yang kurang setuju jika kegiatan ini diadakan bermalam.60

60
Alan Rifan. Pembina Kegiatan MABIT “Wawancara” Ruang Kepsek Tanggal 16
Januari 2024
58

Antusias yang besar dari para peserta didik sangat membantu

dalam terlaksannya kegiatan ini, karena dengan semangat mereka untuk

melakukan hal positif membuat para orang tua berharap mereka senantiasa

diberikan kesibukan yang bernilai positif.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung

terlaksananya kegiatan Mabit yakni kerjasama dan semangat antara panitia

dan peserta yang membuat kegiatan mabit berjalan dengan baik, antusias

peserta didik sangatlah berpengaruh terhadap jalannya kegiatan

bagaimanapun kondisi sekolahnya.

2. Faktor Penghambat

Pelaksanaan suatu program pasti akan ada faktor-faktor yang menghambat

keberhasilan program tersebut. Ada beberapa faktor penghambat dalam

pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap

Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD IT Insan Gemilang sebagian orang tua

peserta didik kurang sepakat mengenai pelaksanaan kegiatan Mabit sebagaimana

hasil wawancara dari pembina kegiatan MABIT Ustadz Alan Rifan, S.Pd

menyatakan:
Faktor penghambat kegiatan Mabit yaitu sebagian orang tua peserta didik
kurang sepakat jika kegiatan ini diadakan bermalam sehingga tidak
mengizinkan peserta didik untuk ikut bermalam, karena mereka khawatir
anak-anak mereka akan sakit demam selesai kegiatan diadakan.61

Kendala yang kedua yaitu ketika peserta didik baru datang di lokasi

kegiatan mereka susah untuk diatur, namun ketika suda dikumpulkan dan sudah

diberi peraturan selama kegiatan Mabit maka peserta didik sudah mulai bisa

diatur.

61
Alan Rifan. Pembina Kegiatan MABIT “Wawancara” Ruang Kepsek Tanggal 16
Januari 2024
59

Oleh karena itu, faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan Akhlak

Peserta Didik di SD IT Insan Gemilang yaitu sebagian orang tua peserta didik

kurang sepakat jika kegiatan ini diadakan bermalam karena mereka merasa

khawatir terhadap kesehatan anak mereka.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dipaparkan di bab IV, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. SD IT Insan Gemilang Lolu Kec. Sigi Biromaru telah mengimplementasikan

kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) Terhadap Pembinaan

Akhlak Peserta Didik, kegiatan Mabit dilaksanakan pada tahun 2019 dan

sudah berjalan dengan baik serta rutin dilaksanakan sebulan sekali dipekan

kedua, sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.

Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang terimplementasi dalam kegiatan

Mabit yakni nilai religius, disiplin, mandiri dan tanggung jawab.

2. Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) memiliki beberapa faktor

pendukung dan penghambat. Faktor pendukung kegiatan Mabit yaitu

semangat para peserta didik dan panitia pelaksana dan juga dukungan serta
kontribusi orang tua peserta didik dalam melaksanakan kegiatan Mabit,

sehingga bisa berjalan dengan baik dan memberikan dampak yang positif

terhadap peserta didik. Sementara faktor penghambatnya yaitu sebagian orang

tua peserta didik kurang sepakat jika kegiatan ini diadakan bermalam

sehingga tidak mengizinkan peserta didik untuk ikut bermalam, karena

mereka khawatir anak-anak mereka akan sakit demam selesai kegiatan

diadakan.

60
61

B. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah terlaksana, terdapat beberapa saran dari

peneliti:

1. Untuk pihak sekolah, hendaknya pembinaan akhlak terus dikembangkan dan

dibuat inovasi-inovasi baru agar lebih baik lagi dalam pembinaan akhlak

peserta didik.

2. Untuk guru dan pembina kegiatan Mabit, hendaklah ditambahkan lagi

kegiatan jam siang agar peserta didik dapat menambah materi dan juga

diadakan permainan atau games agar menambah keakraban antar temannya

dan juga mengasah akhlak perilaku lebih baik.

3. Untuk orang tua, hendaknya lebih memperhatikan kembali perkembangan

sang anak, saling mendukung dan berkontribusi dalam melaksanakan

program yang akan dilaksanakan agar anak dapat menambah wawasan dalam

ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Pendidikan pertama yang didapatkan

oleh anak adalah di lingkungan informal yang mana anak-anak akan belajar

sedari mereka kecil untuk itu orang tua harus memperhatikan mengenai

pemahaman ilmu agama


62

Anda mungkin juga menyukai