Makalah - Triage - Bencana - Kel 1 (Baru)
Makalah - Triage - Bencana - Kel 1 (Baru)
Makalah - Triage - Bencana - Kel 1 (Baru)
OLEH :
1. ADE SARTIKA 1033222001
2. DIANA SITI NURZANAH 1033222083
3. LISKA LUTFIANA 1033222090
4. MARVITA NURHASANA ELISANTY 1033222071
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Manajemen Triase” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep
triage dan model model triage dan perawat perawat triase bencana bagi para
pembaca dan juga penulis.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi memberikan sumbangan, baik pikiran maupun materinya.
Kelompok sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
BAB I TINJAUAN TEORI......................................................................................4
A.Konsep Triage............................................................................................4
B. Model Triage Bencana.............................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu melakukan simulasi terkait Triase Bencana
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami Konsep Manajemen Triase
2. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Triase
1.3 Manfaat
A. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan
bagi perkembangan ilmu keperawatan dan praktek pekerjaan perawat serta
dapat menambah kajian ilmu keperawatan khususnya pasien selama di
IGD terkait dengan pengetahuan triase pasien.
B. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dan dapat
mengaplikasikan teori yang telah di dapat.
C. Bagi Pasien
Sebagai informasi kepada pasien tentang prioritas pelayanan pasien sesuai
dengan triase.
D. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan triase.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Prinsip Triase
Wilson, 2017 membagi triage dalam prioritas yaitu penentuan atau
penyeleksian penanganan sesuai dengan kategori ancaman jiwa
berdasarkan 1) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan
menit; 2) dapat mati dalam hitungan jam; 3) trauma ringan; 4) sudah
meninggal. Penilaian korban pada sistim triage dapat dilakukan dengan
menilai tanda vital dan kondisi umum korban, kebutuhan medis,
kemungkinan bertahan hidup, bantuan yang memungkinkan,
memprioritaskan penanganan definitive dan tag warna. Prinsip triage
adalah time saving is life saving (waktu keselamatan adalah keselamatan
hidup), the right patient to the right place at the right time with right care
provider.
4
yang mencakup keadaan umum klien serta hasil pengkajian fisik, tumbuh
kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi
akses pelayanan kesehatan serta alur klien lewat sistim pelayanan
kedaruratan.
Twomey (2017) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang
atau meningkat keparahannya sehingga dibutuhkan sebuah prioritas untuk
memberikan sebuah tindakan. Prioritas merupakan penentuan tentang
penanganan dan pemindahan yang didahulukan dengan mengacu pada
kategori ancaman jiwa yang timbul
4. Metode Triase
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang
telah dikembangkan atas pemikiran bahwa triage harus “akurat”,
“cepat”, dan “universal”. Metode tersebut menggunakan 4 macam
observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”, “sirkulasi darah”, dan
“tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting sekali
bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan triage dengan
metode ini (Zailani, 2019).
5. Proses Triase
Proses Triase adalah perawat mengumpulkan data dan keterangan
sesuai dengan kategori keparahan klien baik secara objektif maupun
subjektif sehingga dapat dilakukan penentuan prioritas kegawatan
selanjutnya mendokumentasikan dan melakukan intervensi ketika
ditemukan kondisi yang mengancam jiwa dan terjadi gangguan sistim
pernafasan atau sirkulasi maka perawat harus segera melakukan intervensi
kepada klien dengan segera membawa ke ruang resusitasi dengan wakti
yang dibutuhkan adalah 2-5 menit (Oman, 2018) meliputi :
a. Pengkajian triase secara subyektif
Data subjektif dapat diambil dari keluhan utama, onset dan gejala yang
terkait dengan yang dirasakan dan dikeluhkan, faktor pencetus,
5
mekanisme cidera dan penggunaan obat-obatan sebelumnya dan
riwayat alergi
b. Pengkajian triase secara obyektif
Pengkajian dapat dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital secara
inspeksi, palpasi, perkusi dan sirkulasi. Data objektif triage
mempunyai 4 dimensi yaitu kepatenan jalan nafas, pernafasan yang
efektif, kesadaran dan kecacatan (pemerikaan neurologis singkat)
c. Pemilahan berdasarkan kegawatan
Proses menilai dan memilah dengan memprioritskan klien untuk
mendapatkan intervensi berdasarkan kegawatan klien merupakan
faktor penting dalam perawatan triage karena perawat perawat harus
mengambil keputusan secara akurat dengan informasi yang terbatas
dan tidak jelas dalam waktu yang minimal
d. Melakukan dokumentasi
Dokumentasi triage merupakan proses pencatatan yang singkat, jelas
dan padat terhadap segala sesuatu yang diketahui dan dilakukan oleh
perawat triage yang bertujuan sebagai pendukung keputusan, alat
komunikasi dan aspek medikolegal baik secara manual atau
komputerisasi
e. Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penerapan triage mulai dari pengkajian
subjektif, pengkajian objektif, pemilahan berdaarkan kegawatan
sampai dengan pendokumentasian adalah 2-5 menit.
6
2. Prinsip Triase Bencana
a. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh korban
b. Waktu untuk triase per orang tidak lebih dari 30 detik
c. Melaksanakan prioritas sesuai kategori tingkat kedaruratannya
d. Pemasangan kartu triase (kode identifikasi korban) sesuai urutan
ataupun kategori prioritasnya
e. Triase dilakukan secara berulang-ulang (Zailani et al, 2019).
b. Simple Triase
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana
transportasi belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama
sekali,belum ada tim medis atau paramedis yang kompoten. Pemilahan
atau pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi
pasien yang kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya,
digunakan triage tag/ kartu triase.
7
Gambar 1.1 Gambar Kategori Triase Bencana
1) Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban cedera
yang masih bisa berjalan dengan para korban dari kategori yang lain
2) Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya
setelah reposisi jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki pola
napas lebh dari 30 kali per menit, atau dengan pengisian kapiler
yang lambat (lebih dari 2 detik). Korban memiliki pla napas kurang
dari 30 kali per menit, dengan pengisian kapiler yang normal
(kurang dari atau sama dengan 2 detik), tetapi tidak dapat mengikuti
perintah sederhana.
3) Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk
dikelompokkan ke dalam kategori immediate maupun kategori
ringan
4) Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak bernapas
walaupun jalan napas sudah dibebaskan
8
2) Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan hidup,
apapun tindakan yang akan diberikan (termasuk tidak dilakukan
pertolongan)
3) Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang berarti
korban pada kelompok ini keselamatannya sangat tergantung pada
intervensi yang akan diberikan. Kelompok inilah yang harus
mendapat prioritas penanganan (Oman, 2018).
b. Triase medik
1) Dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang
bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir
oleh dokter bedah)
2) Tujuan menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban (Depkes RI, 2017)
c. Triase evakuasi
1) Ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit
yang telah sia menerima korban bencana massal.
2) Jika pos medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban
dalam status " merah " akan berkurang, dan akan diperlukan
pengelompokkan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan.
3) Tenaga medis di pos medis lanjutan berkonsultasi dengan Pos
Komando dan Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban
9
untuk membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan
terlebih dahulu, Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan
pengawalan yang akan dipergunakan (Depkes RI, 2017)
Pelaksanaan triase sampai saat ini memang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh
perawat karena berdasarkan keterangan dari partisipan menyatakan bahwa dokter
lebih berwenang melakukan triase dan menetapkan level. Petugas yang melakukan
triase di awal adalah tim triase yang terdiri dari dokter dan perawat. Partisipan
menjelaskan bahwa tugas perawat pada tahap ini adalah membantu dalam
pengkajian dan pemeriksaan pasien. diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui efisiensi dan efektifitas pelaksanaan triase oleh perawat di IGD
2. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian perawat harus menentukan diagnosa untuk
merencanakan tindakan keperawatan. Menurut NANDA, diagnosa
keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan perencanaan menyatakan
“perawat gawat darurat harus merumuskan rencana asuhan keperawatan
yang komprehensif untuk pasien UGD dan kolaborasi dan perumusan
keseluruhan rencana perawatan pasien”. Dalam intervensi di triase elemen
penting dari perencanaan adalah kesiapan. Perawatan harus memastikan
alat-alat medis dan suplai barang-barang tersebut tersedia dan berfungsi
dengan baik sehingga tidak akan terjadi keterlambatan dalam pemberian
perawatan pada pasien. Permulaan intervensi yang bisa diberikan setelah
11
pengkajian dan menegakkan diagnosa (misal. balutan steril, es, pemakaian
bidai, prosedur diagnostik seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram
(EKG), atau Gas Darah Arteri (GDA).
4. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi menyatakan,
“perawat gawat darurat harus mengimplementasikan rencana perawatan
berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan, dan diagnosis
medis”. Dalam implementasi di triase, perawat harus memiliki kompetensi
dalam memberikan perawatan di UGD yang mencakup tindakan
penyelamatan nyawa dan alat gerak. Perawat yang memiliki kompetensi
harus mampu mengantisipasi kebutuhan keahlian khusus sesuai yang
diindikasikan oleh situasi klinis, dan perawat harus berusaha dan
mendokumentasikan semua upaya tersebut.
12
segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi pengobatan,
termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat pemulangan, dan instruksi
perawatan tindak lanjut
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan
mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat. Metode triage bencana ada 4 yaitu Single Triage,
Simple Triage, Simple Triage And Rapid Treatment, dan Secondary
Assesment to Victim Endpoint. Dalam melakukan triage diperlukan
penanganan cepat dan tepat sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian label
berdasarkan prioritas, warna merah dalam keadaan emergensi, warna kuning
dalam keadaaan gawat, warna hijau dalam keadaan tidak gawat dan warna
hitam dalam keadaan meninggal.
3.2 Saran
A. Bagi mahasiswa keperawatan agar dapat dijadikan sumber bahan belajar
terkait metode triage pada pasien darurat bencana.
B. Mahasiswa mampu mengidentifikasi melakukan simulasi pengangkatan
dan pemindahan pasien sesuai dengan masalah yang dihadapi:
1. Mengetahui cara pengangakatan, pemindahana pasien sesuai dengan
masalah yang dialaminya dengan baik dan benar
2. Mengidentifikasi cara pengangkatan, pemindahan dan rujukan yang
efektif sesuai dengan kondisi pasien dan lingkungannya.
C. Bagi tenaga Kesehatan agar dapat dijadikan pedoman pengambilan
keputusan pada pelayanan kesehatan terkait asuhan keperawatan pada
pasien dengan darurat bencana.
14
DAFTAR PUSTAKA