Teori Harga Dan Mekanisme Pasar
Teori Harga Dan Mekanisme Pasar
Teori Harga Dan Mekanisme Pasar
DI SUSUN OLEH:
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam
semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Berkat karunianya serta
kesehatan dan kelancaran yang senantiasa diberikan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada
rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang
berlipat ganda, ”Amiin”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang membahas tentang
“TEORI HARGA DAN MEKANISME PASAR”Kami menyadari bahwa masih
terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi
siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.
Aamiin ya rabbal ‘alamin.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sistem hidup yang lengkap, universal dan dinamis. Disebut
sempurna karena Islam merupakan agama penyempurna dari agama- agama
sebelumnya dan syari’atnya mengatur seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat
aqidah, syariah dan ahlak serta selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam
kaidah tentang muamalah, Islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam yang mengatur tentang pasar dan
mekanismenya. Dalam ekonomi kapitalis, pasar memainkan peranan yang sangat
penting dalam sistem perekonomian. Ekonomi kapitalis menghendaki pasarbebas
untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai dari produksi, konsumsi dan
distribusi. Perilaku kapitalis adalah lassez faire et laissez le monde va de lui meme
(biarkan ia berbuat dan biarkan ia berjalan, dunia akan mengurus diri sendiri).
Maksudnya biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan wajar tanpa intervensi
pemerintah, nanti akan ada suatu tangan tak terlihat (invisible hands) yang akan
membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika pemerintah campur
tangan maka pasar akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian
pada ketidakefisienan dan ketidakseimbangan.
1
pasar bebas diyakini akan menghasilkan suatu keputusan yang adil. Berbeda sistem
ekonomi sosialis yang dikembangkan oleh Karl Max menghendaki maksimalisasi
peran negara. Negara harus menguasai segala sektor ekonomi untuk msemastikan
keadilan kepada rakyat mulai dari produksi, konsumsi sampai mendistribusikannya
kembali kepada buruh, sehingga mereka juga menikmati hasil usaha. Pasar dalam
paradigma sosialis, harus dijaga agar tidak jatuh ke tangan pemilik modal yang
serakah sehingga monopoli dan melakukan ekspolitasi tenaga buruh lalu
memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Karena itu
keseimbangan tidak akan pernah tercapai, sebaliknya ketidakadilan akan terjadi
dalam perekonomian masyarakat. Negara harus berperan signifikan untuk
mewujudkan keseimbangan, kesetaraa dan keadilan ekonomi di pasar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pasar dan Teori Harga?
2. Bagaimana QS. Al-Furqon Ayat 7?
3. Bagaimana QS. Ali Imran Ayat 130?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pasar dan Teori Harga
2. Untuk Mengetahui QS. Al-Furqon Ayat 7
3. Untuk Mengetahui QS. Ali Imran Ayat 130
2
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena itu, secara alami pula orang akan terdorong untukmenyediakan
tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak, dan penyimpanan hasil pertanian di
pihak lain. Tempat inilah yang kemudian di datangi pembeli sesuai kebutuhannya
masing-masing sehingga terbentuklah pasar”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
pasar adalah tempat yang menampung hasil produksi dan menjualnya kepada
mereka yang membutuhkan. Pernyataan tersebut jugamenyebutkan bahwa pasar
timbul dari adanya double coincidence yang sulit bertemu. Maka, untuk
memudahkan adanya tukar-menukar dalam memenuhi kebutuhan diciptakanlah
pasar.
1
Karim, A. (2011). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
3
Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk
mendapatkan suatu barang maupun jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran
uang bagi barang dan jasa. Harga menurut Jerome Mc Cartgy adalah apa yang
dibebabankan untuk sesuatu. Menurut Philip Kotler harga adalah sejumlah nilai
atau uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat harga yang telah menjadi faktor penting
yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga adalah satu-satunya elemen bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan semua elemen lainnya hanya mewakili
harga. Harga adalah salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran.
Tidak seperti sifat-sifat produk dan komitmen jalur distribusi. Harga dapat berubah-
ubah dengan cepat pada saat yang sama penetapan harga dan persaingan harga
adalah masalah utama yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran.2
Menurut Rachmat Syafei hargahanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang
direlakan dalam akad baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang.
Biasanya harga dijadikan penukaran barang yang diridhai oleh kedua pihak yang
melakukan akad. Sasaran dalam penetapan harga adalah berorientasi pada
keuntungan dengan cara, Pertama, maksimalisasi keuntungan, Kedua. Keuntungan
yangmemuaskan, Ketiga. Target pengembalian investasi (return on investment).
Selain itu juga penetapan harga dengan sasaran yang berorientasi penjualan yaitu;
Pertama. pangsa pasar dan kedua, maksimalisasi penjualan serta penetapan harga
dengan sasaran status quo yaitu mempertahankan harga yang telah ada atau
menyesuaikan diri dengan harga pesaing. Dalam struktur pasar sempurna
perusahaan tidak dapat menetukan harga produknya, pasarlah yang menentukan
harga untuk semua produk. Produsen hanya mengambil harga yang ditetapkan oleh
pasar, masing-masing produsen bertindak sebagai price taker, artinya produsen
tidak mempunyai kekuatan pasar.
2
Islabi, A. A. (1997). Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.
4
B. QS. Al-Furqon Ayat 7
Para Rasul yang diutus oleh Allah ke muka bumi adalah orang-orang yang
telah dibesarkan oleh pasar. Tidak hanya pasar dalam arti fisik, tapi juga pasar
dalam arti tempat perjuangan hidup yang membuat mereka lulus dari ujian pasar
itu. Allah berfirman dalam Al Quran, Surah Al Furqan ayat 7:
٧ ْل ا ُ ْن ِزلَ اِلَ ْي ِه َملَكٌ فَ َيكُ ْونَ َم َعهٗ نَ ِذي ًْر ۙا َ ْ ام َو َي ْم ِش ْي فِى
ِ ِۗ اْلس َْوا
ٓ َ ق لَ ْو َّ س ْو ِل َيأْكُ ُل ال
َ ط َع َّ َوقَالُ ْوا َما ِل ٰهذَا
ُ الر
“Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan kepadanya seorang malaikat, agar malaikat itu memberikan peringatan
bersama-sama dengan dia?”
Muhammad Saw adalah orang yang dibesarkan di pasar dalam arti yang
luas. Mulai remaja sudah diajak berdagang ke luar negeri oleh pamannya seperti ke
Syam. Pada usia beranjak dewasa 17 tahun beliau telah berniaga sendiri, bahkan
melakukan kerjasama perdagangan dengan Siti Khadijah yang kemudian jadi isteri
Beliau. Rasul tidak hanya faham tentang pasar domestik di Makkah, tapi juga
menguasai perilaku pasar internasional. Beliau sangat mengerti bahwa pasar adalah
“syarr al-buldan aswaaquhaa” (seburuk-buruk tempat itu adalah pasar). Beliau
bukan anti pasar, tapi justru meletakkan dasar mekanisme pasar agar berjalan sesuai
dengan tuntunan syariat. Beliau memiliki legitimasi yang kuat untuk
melakukannya, karena di samping dibimbing oleh wahyu, beliau juga memiliki
pengalaman yang cukup luas di pasar, sehingga melahirkan aturan pasar yang
melindungi kepentingan semua orang di pasar.
5
tidak dalam suasana dzalim mendzalimi, bahwa kegiatan bisnis juga dapat menjadi
ibadah. Dalam harta yang kita miliki tidak hanya ada kepentingan kita pribadi, tapi
juga ada kepentingan fihak lain. Oleh karena itu Rasul sangat menekankan faktor
transparansi (kejujuran) dalam bisnis. Rasul menegaskan bahwa “Barangsiapa di
antara kalian yang melakukan kecurangan dan penipuan, maka dia tidak lagi
termasuk golongan kami”3
Suatu ketika harga kebutuhan pokok di pasar Madinah naik dengan tajam.
Penduduk resah dan para sahabat mendatangi Rasulullah untuk meminta kebijakan
beliau, karena beliau juga Kepala Negara. Para sahabat meminta Rasul mengatur
harga. Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas, Rasul menolak permintaan itu dengan
mengatakan “Allah adalah Dzat yang menentukan dan mengatur harga, penahan
dan pencurah rezeki. Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku dimana salah
seorang dari kalian tidak menuntutku karena darah dan harta.” Rasul sepakat
dengan mekanisme pasar bebas seperti yang dikemukakanAdam Smith dan ekonom
klasik lainnya, yang menganut azas laissez faire. Kalau hanya dilihat dari sisi
pembentukan harga memang sama. Tapi syarat dan asumsi yang digunakan
berbeda. Rasul menerapkan sejumlah aturan yang menjamin terjadinya
pembentukan harga dari penawaran dan permintaan yang adil dan wajar sehingga
terjadi persaingan pasar yang adil.
Tentu menarik, untuk dilihat aturan apa saja yang ditetapkan Rasulullah
agar terjadi pembentukan harga berdasarkan permintaan dan penawaran yang adil.
Berikut ini adalah aturan yang ditetapkan Rasulullah ;
3
Masyhuri. (2007). Ekonomi Mikro. Malang: Sukses Offset.
6
2. Mengurangi timbangan dilarang, karena mengurangi timbangan berarti menjual
barang dengan harga sama tapi jumlah lebih sedikit.
7. Tidak melakukan jual beli najasy, yaitu mempergunakan orang lain untuk
mempengaruhi pembeli dengan memuji barang-brang kita dihadapannya.
11. Rasul melarang individu menguasai barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak. 4
4
Warman, A. (2003). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIT Indonesia
7
C. QS. Ali Imran Ayat 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”
(Qs. Ali Imron [3]: 130)
Buktinya jika bank memberi hutang kepada orang lain sebanyak seribu real
maka seketika itu pula bank menetapkan bahwa kewajiban orang tersebut adalah
seribu seratus real. Jika orang tersebut tidak bisa membayar tepat pada waktunya
maka jumlah total yang harus dibayarkan menjadi bertambah sehingga bisa
berlipat-lipat dari jumlah hutang sebenarnya. Bandingkan dengan riba jahiliah.
Pada masa jahiliah nominal hutang tidak akan bertambah sedikit pun jika pihak
yang berhutang bisa melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo. Dalam riba jahiliah
hutang akan berbunga atau beranak jika pihak yang berhutang tidak bisa melunasi
8
hutangnya tepat pada saat jatuh tempo lalu mendapatkan penangguhan waktu
pembayaran.
Boleh jadi ada orang yang berpandangan bahwa riba yang tidak berlipat
ganda itu diperbolehkan karena salah paham dengan ayat yang menyatakan
‘janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda’. Jangan pernah terpikir
demikian karena hal itu sama sekali tidak benar. Ayat di atas cuma menceritakan
praktek para rentenir pada masa jahiliah lalu Allah cela mereka karena ulah
tersebut.5
Sedangkan setelah Allah mengharamkan riba maka semua bentuk riba Allah
haramkan tanpa terkecuali, tidak ada beda antara riba dalam jumlah banyak ataupun
dalam jumlah yang sedikit. Perhatikan sabda Rasulullah yang menegaskan hal ini,
“Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui
bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.”
(HR. Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam
Shahih al Jami’, no. 3375)”
Dalam hadits di atas dengan tegas Nabi mengatakan bahwa uang riba itu
haram meski sangat sedikit yang Nabi ilustrasikan dengan satu dirham. Bahkan
meski sedikit, Nabi katakan lebih besar dosanya jika dibandingkan dengan berzina
bahkan meski berulang kali. Jadi hadits tersebut menunjukkan bahwa uang riba atau
bunga itu tidak ada bedanya baik sedikit apalagi banyak. 6
5
Khaf, M. (1978). Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2011). Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
9
QS. al Baqarah [2]: 289. Sedangkan perang itu identik dengan pembunuhan.
Sehingga seakan-akan Allah hendak mengatakan bahwa jika kalian tidak
meninggalkan riba maka kalian akan kalah perang dan kalian akan terbunuh. Oleh
karena itu Allah perintahkan kaum muslimin untuk meninggalkan riba yang masih
dilakukan banyak orang saat itu (lihat Jam’ li Ahkamil Qur’an, 4/199)
7
Supriyatno. (2008). Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada dalam
keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah satunya
menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar
bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Konsep makanisme pasar dalam
Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah SAW. Dengan demikian, Islam jauh
mendahului Barat dalam merumuskan konsep mekanisme pasar. Konsep
mekanisme pasar dalam Islam selanjutnya dikembangkan secara ilmiah oleh ulama
sepanjang sejarah, mulai dari Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu Taymiyah, Ibnu
Khaldun, dsb. Para ulama tersebut telah membahas konsep mekanisme pasar secara
konprehensif. Mereka telah membahas kekuatan supply and demand. Kajian
mereka juga telah sampai pada faktar-faktor yang mempengaruhi pasar. Dalam
ekonomi Islam harga ditentukan oleh kekuatan supply and demand. Jika terjadi
distorsi pasar maka pemerintah boleh intervensi pasar. Namun, ekonomi Islam
menentang adanya intervensi pemerintah dengan peraturan yang berlebihan saat
kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang kompetitif.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Islabi, A. A. (1997). Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Offset.
Supriyatno. (2008). Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press.
12