Model Nested
Model Nested
Model Nested
MODEL NESTED
Dosen Pengampu:
Drs. Syafri Ahmad, Ph.D.
Dr. Chandra, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 3
KELAS B
KODE SEKSI: 202321240008
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan
kita tentang model pembelajaran terpadu tipe Nested. Penulis berharap makalah ini
dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kita.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama proses penulisan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Amin.
Terima kasih.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model Nested memulai pembelajaran dengan konsep atau topik yang lebih
sederhana dan kemudian secara bertahap diperluas ke konsep yang lebih
kompleks atau lebih abstrak (Muqarrobin, 2023). Dengan demikian, siswa
diberikan pemahaman yang kuat tentang konsep dasar sebelum mereka
melanjutkan ke konsep yang lebih kompleks. Ini menciptakan lingkungan
belajar yang lebih efektif dan efisien, di mana siswa dapat melihat hubungan
antara berbagai mata pelajaran dan bagaimana hal-hal yang mereka pelajari
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata (Duhanis, 2023). Oleh karena itu,
penting untuk memahami lebih lanjut tentang model Nested dan
implementasinya.
1
B. Rumusan Masalah
Berikut adalah beberapa rumusan masalah yang dapat diangkat dari
pembahasan tentang model Nested ini
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan masalah ini sebagai berikut
2
BAB II PEMBAHASAN
Model pembelajaran terpadu tipe nested juga disebut dengan tipe tersarang
merujuk pada suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
aspek penguasaan konsep dan keterampilan dalam suatu kegiatan pembelajaran
yang terstruktur. Dalam model ini, konsep dan keterampilan belajar disusun
secara hierarkis atau "tersarang" satu sama lain, menciptakan suatu kerangka
pembelajaran yang menyeluruh dan terintegrasi.
3
pembelajaran dengan cara yang terpadu dan terstruktur, memaksimalkan
pemahaman dan penguasaan konsep dalam disiplin ilmu tersebut.
4
observasi mungkin akan diberikan penekanan. Di sisi lain, jika mata
pelajaran adalah bahasa, keterampilan soaial dan berkomunikasi secara
efektif dan memahami teks mungkin akan menjadi fokus utama (Trianto,
2016).
5
mendalam bagi siswa, memungkinkan mereka untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih baik terhadap materi pelajaran.
Model ini fokus pada satu mata pembelajaran, model Nested mengurangi
kebutuhan akan waktu ekstra dalam proses pembelajaran. Ini memberi
instruktur kemampuan untuk mengoordinasikan rencana pendidikan dengan
lebih luas, memastikan bahwa semua aspek penting dari mata pelajaran
tersebut tercakup dalam waktu yang efisien.
6
D. Kekurangan Model Nested
Salah satu kelemahan yang dapat diidentifikasi dari model ini terletak pada
proses perencanaannya. Apabila dilakukan secara tergesa-gesa atau kurang hati-
hati, upaya penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dalam
pembelajaran dapat mengganggu pola pikir siswa. Awalnya, penekanan utama
dalam pengajaran mungkin tertuju pada pemahaman materi, namun pada
akhirnya prioritas tersebut dapat beralih ke pengembangan keterampilan.
7
Namun, jika proses perencanaan tidak dilakukan dengan cermat, guru
mungkin mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan kedua aspek tersebut
secara efektif. Misalnya, jika instruksi atau panduan yang diberikan kepada
siswa tidak jelas, mereka mungkin kesulitan memahami bagaimana mengaitkan
konten sejarah dengan keterampilan penulisan esai. Akibatnya, siswa dapat
menjadi bingung dan tujuan pembelajaran mungkin tidak tercapai sepenuhnya.
Dengan demikian, perencanaan yang hati-hati dan terperinci sangat penting
dalam menggunakan model pembelajaran Nested agar siswa dapat mengalami
pengalaman pembelajaran yang bermakna dan efektif.
8
2) Tanggung jawab individu dan kelompok dalam setiap tugas harus
ditetapkan dengan jelas untuk memfasilitasi kerja sama kelompok.
3) Guru juga perlu menerima dan mengakomodasi ide-ide baru yang
mungkin muncul selama proses pembelajaran, meskipun ide-ide
tersebut tidak terduga dalam perencanaan awal.
c. Tahap evaluasi
Terakhir, pada tahap evaluasi, proses pembelajaran serta hasil
pembelajaran dievaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan
pembelajaran.
a. Tahap Perencanaan
1) Penentuan materi pembelajaran: memilih materi tentang sejarah
lahirnya pancasila sebagai pokok pembelajaran.
2) Penentuan keterampilan: identifikasi keterampilan yang ingin
ditingkatkan, termasuk menjadi individu yang efektif (seperti
9
kemampuan berkomunikasi dan kepemimpinan), keterampilan
berpikir kritis (analisis sejarah dan refleksi), dan keterampilan sosial
(kerja sama dalam diskusi dan debat).
3) Pemilihan sub keterampilan: misalnya, untuk keterampilan berpikir
kritis, kita fokus pada kemampuan analisis sejarah melalui kajian
literatur dan sumber sejarah yang relevan. Untuk keterampilan
sosial, kita fokus pada kemampuan berkolaborasi dalam
mendiskusikan konsep-konsep sejarah.
4) Perumusan indikator: merumuskan indikator pencapaian untuk
masing-masing keterampilan yang diintegrasikan. Misalnya, untuk
keterampilan berpikir kritis, indikatornya dapat berupa kemampuan
siswa untuk menganalisis berbagai pandangan tentang lahirnya
pancasila dari berbagai sumber. Untuk keterampilan sosial,
indikatornya dapat berupa kemampuan siswa untuk berkontribusi
dalam diskusi kelompok secara produktif.
5) Penentuan langkah pembelajaran: menentukan langkah-langkah
pembelajaran yang mencakup berbagai kegiatan, seperti pembacaan
teks primer, diskusi kelompok, analisis dokumen sejarah, dan
presentasi hasil.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Fasilitasi pembelajaran: guru berperan sebagai fasilitator yang
mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Mendorong diskusi kelompok dan kolaborasi antara siswa.
2) Pemberian tanggung jawab: memberikan tanggung jawab kepada
siswa untuk memimpin diskusi, melakukan penelitian, dan
menyusun presentasi.
3) Penggunaan metode pembelajaran aktif: menggunakan metode
seperti role-play, simulasi, dan studi kasus untuk meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
10
c. Tahap Evaluasi
1) Evaluasi proses pembelajaran: melakukan evaluasi formatif selama
proses pembelajaran berlangsung untuk memastikan pemahaman
siswa terhadap materi dan pengembangan keterampilan yang
diintegrasikan.
2) Evaluasi hasil pembelajaran: menggunakan berbagai alat evaluasi,
seperti tes tulis, presentasi, dan proyek, untuk mengukur pencapaian
siswa dalam mencapai indikator yang telah ditetapkan. Dengan
mengintegrasikan model pembelajaran nested dalam pembelajaran
sejarah lahirnya pancasila dengan fokus pada keterampilan menjadi
individu yang efektif, keterampilan berpikir, dan keterampilan
sosial, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang materi sejarah serta mengembangkan
keterampilan yang relevan untuk kehidupan mereka di masa depan.
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan
berbagai aspek penguasaan konsep dan keterampilan dalam pembelajaran
terstruktur. Model ini menekankan pengintegrasian berbagai aspek
pembelajaran dalam satu disiplin ilmu yang spesifik, seperti kemampuan
berpikir (thinking skill), sosial (social skill), dan mengorganisir (organizing
skill). Penggunaan model ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pemahaman yang holistik dan menyeluruh terhadap materi pembelajaran.
Ciri-ciri utama dari Model Nested termasuk fokus pada satu disiplin ilmu,
fleksibilitas dalam penerapannya di semua mata pelajaran, dan dapat
diimplementasikan di berbagai tingkatan pendidikan. Selain itu, karakteristik
dari mata pelajaran menjadi faktor penentu dalam pemilihan keterampilan yang
diintegrasikan. Namun, Model Nested juga memiliki beberapa kelemahan,
terutama dalam proses perencanaannya, di mana kesalahan atau ketidaktepatan
dalam penggabungan materi dan keterampilan dapat mengganggu pola pikir
siswa.
12
B. Saran
Sebagai penutup, dalam mempergunakan model Nested dalam konteks
pembelajaran, terdapat beberapa saran yang ditawarkan, yaitu:
13
DAFTAR PUSTAKA
Devi, M. Y., Maharani, R. A., & Fitria, Y. (2023). Penerapan Pembelajaran Terpadu
Tipe Nested (Tersarang) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis
Siswa Kelas 4 Di Sekolah Dasar. Jurnal Cerdas Proklamator, 11(1), 26-34.
Fogarty, Robin. (2009). How to Integrate the curricula (Third Edition). California:
Sage Company
14
Transformasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Holistik Anak
Sekolah Dasar Dalam Rangka Menyongsong Generasi Emas Indonesia
15