Laprak Pemuaian Panjang
Laprak Pemuaian Panjang
Laprak Pemuaian Panjang
LAPORAN PRAKTIKUM
SEMESTER GANJIL
NIM : 221810401062
Fakultas/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB I
PENDAHUUAN
Praktikum kali ini akan membahas pengaruh suhu dan koefisien muai
panjang pada perubahan panjang benda. Bagaimana perubahan suhu dan koefisien
muai dapat mempengaruhi panjang benda dan cara menghitung koefisien muai
suatu zat. Praktikum kali ini dilakukan dengan cara memanaskan tiga buah zat
padat yang memiliki koefisien muai yang berbeda beda untuk menentukan
pengaruhnya terhadap perubahan suhu dan panjang pada benda tersebut. Ketiga
benda yang telah dilakuka pengukuran kemudian di bandingkan perubahan
temperatur, perubahan panjang dan juga koefisiean muainya.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
∆ L=αL ∆ T (2.1)
Dengan α dinamakan koefisien muai linier. Besaran ini adalah rasio fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:
∆ L/ L
α= (2.2)
∆T
1.3 Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda,
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Pada abad 17
terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini
memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun
1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran
suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila
benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan
berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa
menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru
yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku
dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -
273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala
Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan
pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu
212°F. (Maulidiah, 2018).
1.4 Logam
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Dasar statif
2. Batang statif panjang
3. Batang sttif pendek
4. Penggaris logam
5. Penunjuk khusus
6. Penghubung selang
7. Selang silikon
8. Boss head
9. Pembakar spiritus
10. Kleam universal
11. Sumbat karet besar 1 lubang
12. Labu erlenmeyer 100 ml
13. Termometer alcohol
3.1.2 Bahan
Bahan yang akan dignakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Pipa baja
2. Pipa tembaga
3. Pipa aluminium
3.2 Desain Eksperimen
Labu
Erlenmeyer
Gambar 3.1 pengukuran perubahan panjang pada logam terhadap perubahan suhu
untuk menentukkan nilai koefisien muainya
Sebuah batang logam akan dipasang pada set alat pemuaian seperti pada
gambar 3.1, kemudian suhu awal batang logam di ukur menggunakan termometer.
Air yang berada di labu erlenmeter menggunakan pembakar spirtus. Uap panas
dari air yang mendidih kemudian di alirkan melalui selang untuk memanaskan
batang logam sehingga batang logam memuai. Besar perubahan ukuran yang
terjadi (ΔL) ditentukan dari penunjuk khusus dan penggaris, suhu akhir batang
logam juga diukur untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi (ΔT). Koefisien
muai panjang (a) batang logam yang dipanaskan ditentuan dengan menggunakan
data dari pengukuran diatas menggunakan rumus pertambahan panjang:
∆ L=αL ∆ T (3.1)
∆ L/ L
α= (3.2)
∆T
Dengan : α = keofisien muai panjang
ΔL = perubahan panjang
L = panjang mula mula
ΔT = perubahan suhu
(Wulandari dan Radiyono, 2015)
Tabel 3.1
Suhu
Lo Suhu Suhu Penunju Penunju Penambah L ∆ A
Bahan setimba α I K
(cm) awal Akhir k L awal k L akhir sebenarnya α P
ng
Pipa
Baja
Pipa
temba
ga
pipa
alumu
nium
3.3.2 Ralat
∆ Lp Lp
α= = (3.3)
∆ T Lo T c L o
√| | | | | |
2 2 2
dα dα dα
∆ α= ∆ L p2+ ∆ T c2 + (0 , 6 ∆ Lo )2 (3.4)
dL p dT c dLo
dα 1 dα −L p dα −L p
= = = (3.5)
dL p T c L o dT c T c 2 L o dLo T c L o2
(3.6)
∆ Lp=
√ ∑ ( L1−L )2
n−1
1
∆ Lo = nst (3.7)
2
BAB IV
4.1 Hasil
S Pen Pen α
L Su Pena Su Perta
uh unj unj −¿
o hu mbah hu mbaha
Ba u uk uk A
(c A L seti α ∆α I K n yang
han a L L P
m kh seben mb dipero
w awa akh
) ir arnya ang leh
al l ir
0.
0
2
5
30 41 10 10.3 0.006 11 7 0.3
0
2
7
3
pip 0. 7
0.0 0.0 1.
a 0. 2 7
06 28 64
alu 0 2 .
2 43 68 90
mu 5 4 5
30 43 10 10.3 0.006 13 3 64 79 53 0.3
niu 0 3 6
0 54 79 3
m 6 %
7
7
0.
0
3
5
30 44 10 10.5 0.01 14 5 0.5
0
7
1
4
4.2 Pembahasan
Pada praktikum “Pemuaian Panjang” kali ini, nilai dari koefisien muai
panjang dari suatu benda, khususnya berbahan logam dapat diketahui. Seperti
yang telah diketahui, pertambahan ukuran panjang suatu benda disebabkan karena
adanya perubahan suhu yang memengaruhi benda tersebut atau benda tersebut
menerima kalor dari lingkungannya. Ukuran suatu benda akan berubah apabila
suhunya mendapat perlakuan, yakni pertambahan suhu. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan, yaitu
perubahan panjang terjadi pada logamtembaga saat terjadi kenaikan suhu. Melalui
percobaan tersebut, koefisien muai panjang dapat ditentukan., yakni pertambahan
panjang relative untuk tiap kenaikan suhu dari logam tembaga tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa setiap
penambahan suhu yang mengenai suatu benda, maka akan terjadi penambahan
panjang. Pipa baja diukur panjang awalnya sebanyak tiga kali, dan suhu awalnya
diukur sebanyak tiga kali, setelah itu pipa baja dipanaskan dengan menggunakan
ketel uap. Pada percoaan pertama terhadap pipa baja, setelah pipa baja dialiri
kalor, terjadi perubahan panjang yang dapat diamati melalui penunjuk. Penunjuk
L awal yang pada awalnya menunjukkan nilai 10 cm, setelah dipanaskan
perubahan penunjuk L pada tiga percobaan berturut-turut adalah menjadi 11 cm,
12 cm dan 13 cm, terjadi penambahan panjang sebesar 1 cm, 2 cm dan 3 cm
dengan penambahan suhu sebesar 12oC, 13oC, 14oC. Pipa tembaga pada penunjuk
awalnya menunjukkan nilai 10 cm dengan suhu awalnya 30 oC. Setelah pipa
tembaga dipanaskan, perubahan suhu pada tiga percobaan berturut-turut adalah
menjadi 44oC, 42oC dan 45oC yang mengakibatkan terjadinya pertambahan
panjang sebesar 0,032 cm, 0,02 cm dan 0,016 cm. penunjuk akhir menunjukkan
nilai sebesar 11,6 cm, 11 cm dan 10,8 cm.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Perbandingan yang diperoleh pada pertambahan panjang dari ketiga bahan
tersebut adalah 12: 0,8: 0,07.
5.1.2 Perbandingan yang diperoleh pada koefisien muai panjang dari ketiga bahan
tersebut adalah 0.1504884/oC : 0.083650794/oC : 0.028687979
/oC
5.1.3 semakin besar koefisien muai panjangnya semakin besar pula pertambahan
panjangnya.
5.1.4 setiap benda memiliki koefisien muai pnajng ang berbeda beda, hal ini
disebabkan karena setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda beda pula
dimana massa jenis akan memengaruhi keofisien muai panjang dari benda
tersebut.
5.2 Saran
Saran dari prakikum kali ini adalah agar pada saat pengukuran pemuaian
panjang dilakukan ujung pipa pada boss head dijepit sehingga tidak dapat
bergerak agar saat pipa memuai pipa tidak bergeser kekiri dan pengukuran bisa
lebih maksimal. Saat mengatur penunjuk khusus agar sedikit dimiringkan kekiri
agar pengukuran maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
IR. Irwandy, MI. M.Sc. 2014. ILMU LOGAM. BOGOR: PT. Penerbit IPB Press.