Laprak Pemuaian Panjang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PEMUAIAN PANJANG

LAPORAN PRAKTIKUM

SEMESTER GANJIL

Nama Praktikan : Dhiyaul Kholis

NIM : 221810401062

Fakultas/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI

Asisten : Faroq Azlina Anam


Koordinator Asisten : Qurrota A’yun
Hari / Tanggal : Selasa / 4-10-2022

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGENTAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB I

PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

Pemuaian merupakan peristiwa bertambahnya panjang, luas atau volume


suatu beda akibat adanya prubahan temperatur. Penerapan pemuaian banyak
dipakai dikehidupan sehari hari. Rel kereta api dipasang dengan memberikan
celah pada sambungannya, bingkai jendela kaca dibuat agak sedikit lebih besar
dari ukuran kaca yang akan dipasang, air raksa pada termometer yang dapat
berubah volumenya ketika terjadi perubahan temperatur. Peristiwa diatas
merupakan sebagian dari penerapan dari pemuaian zat akibat pengaruh
temperatur.

Praktikum kali ini akan membahas pengaruh suhu dan koefisien muai
panjang pada perubahan panjang benda. Bagaimana perubahan suhu dan koefisien
muai dapat mempengaruhi panjang benda dan cara menghitung koefisien muai
suatu zat. Praktikum kali ini dilakukan dengan cara memanaskan tiga buah zat
padat yang memiliki koefisien muai yang berbeda beda untuk menentukan
pengaruhnya terhadap perubahan suhu dan panjang pada benda tersebut. Ketiga
benda yang telah dilakuka pengukuran kemudian di bandingkan perubahan
temperatur, perubahan panjang dan juga koefisiean muainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbandingan pertambahan panjang yang terjadi pada ketiga


benda tersebut?
2. Bagaimana perbandingan nilai koefisien muai panjang dari ketiga bahan
tersebut?
3. Bagaimana kaitan antara besar pertambahan panjang dengan koefisien
muai panjang dari benda tersebut?
4. Bagaimana karakterstik pemuaian panjang dari ketiga bahan tersebut?
Banding dengan referensi yang ada?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perbandingan pertambahan panjang yang terjadi pada ketiga


benda tersebut.
2. Mengetahui perbandinga nilai koefisien muai panjang dari ketiga bahan
tersebut.
3. Mengetahui kaitan antara besar pertambahan panjang dengan koefisien
muai panjang dari benda tersebut.
4. Mengetahui karakteristik pemuaian panjang dari ketiga bahan tersebut dan
membandingkannya dengan referensi yang ada.

1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah diharapkan para mahaiswa dapat


mengetahui konsep pemuaian pajang. Mahasiswa juga akan melakukan
pengukuran langsung untuk mengetahui pengaruh dari perubahan suhu dan
koefisien muai beberapa bahan terhadap perubahan panjangnya serta mengetahui
perbandingan karakteristik antara bahan yang satu dengan bahan lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pemuaian Panjang

Pemuaian adalah fenomena bertambahnya ukuran panjang, luas dan


volume dari suatu benda akibat adanya perubah temperatur. Besar kecilnya
perubahan ukuran yang terjadi pada benda yang memuai tergantung pada
besarnya perubahan suhu yang terjadi dan besar nilai koefisien muai benda
tersebut (Wulandari dan Radiyono, 2015). Benda yan terbuat dari logam
umumnya dapat memuai jika terkena panas aau terjadi perubahan suhu (Pujayanto
dkk, 2016). Pemuain panjang merupakan peristiwa bertambahnya panjang suatu
benda karena menerima kalor, pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat
kecil dibanding nilai panjang benda sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada.
pemuaian panjang benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal
benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu (Meiza, 2017).

Penerapan konsep pemuaian zat banyak dipakai didalam kehidupan sehari-


hari. Cuaca yang sering berubah-ubah membuat suhu disekitar juga ikut berubah.
Perubahan suhu ini mempengaruhi benda-benda disekitar sehingga memuai atau
menyusut. Rel kereta api biasana dipasang dengan cara mmberikan celah pada
sambungannya, celah ini memberi ruang bagi rel ketika terjadi pemuaian dihari
hari yang panas sehingga rel tidak mengalami pembengkokan. Sama halna juga
dengan pemasangan kaca jendela dan kabel listrik dipinggir jalan. kaca jendela
dipasag dengan embeikan sedikit celah pada bingkai kaca agar kaca tidak pecah
saat memuai ketika suhu naik dan kabel listrik dipinggir jalan diasang kendor agar
kabel tidak putus saat terjadi penyusutan ketika suhu turun (Wahyuningsih dkk,
2020). Pemuaian juga memberikan damppak positif dan manfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Termometer alkohol dan raksa bekerja dengan cara merespon suhu
disekiatar, perubahan suhu tersebut membuat alkohol/air raksa yang ada didalam
termometer memuai (Maryani dan Jumadi, 2019).

1.2 Koefisien muai zat

Koefisien muai zat adalah kecenderungan suatu benda untuk memuai


akibat pengaruh dari perubahan temperatur yang terjadi. Setiap zat memiliki nilai
koefisien muai yang berbeda-beda. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri
dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Secara teori, nilai koefisien muai
panjang pada baja yaitu 11 x 10−6 /℃ , tembaga 16 x 10−6 /℃ , dan aluminium 24
x 10−6 /℃ . Nilai koefisien muai panjang dari berbagai logam dapat ditentukan
melalui suatu percobaan. Batang logam yang memiliki panjang L pada temperatur
T, bila temperatur berubah dengan ΔT, perubahan panjang ΔL sebanding dengan
ΔT dan panjang mula-mula L:

∆ L=αL ∆ T (2.1)

Dengan α dinamakan koefisien muai linier. Besaran ini adalah rasio fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:

∆ L/ L
α= (2.2)
∆T

(Pujayanto dkk, 2016)

1.3 Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda,
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Pada abad 17
terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini
memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun
1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran
suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila
benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan
berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa
menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru
yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku
dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -
273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala
Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan
pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu
212°F. (Maulidiah, 2018).

1.4 Logam

Logam merupakan elemen kerak bumi (mineral) yang terbentuk secara


alami, jumlah logam diperkirakan 4% dari kerak bumi. Logam dapat
menghantarkan panas jika dikenai oleh kalor. Energi panas diteruskan oleh
elektron sebagai akibat penambahan energi kinetik. Hal ini menyebabkan elektron
bergerak lebih cepat. Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam
melalui elektron yang bergerak. (Irwandi, 2014). Pergerakan elektron tersebut
menyebabkan logam memuai ketika dikenai kalor. Pemuaian logam logam
termasuk pemuaian zat padat. Pemuaian zat padat terjadi karena beban padat
tersebut mengalami perubahan shu dari rendah ke tinggi. (Ilmi, 2019).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Dasar statif
2. Batang statif panjang
3. Batang sttif pendek
4. Penggaris logam
5. Penunjuk khusus
6. Penghubung selang
7. Selang silikon
8. Boss head
9. Pembakar spiritus
10. Kleam universal
11. Sumbat karet besar 1 lubang
12. Labu erlenmeyer 100 ml
13. Termometer alcohol

3.1.2 Bahan

Bahan yang akan dignakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Pipa baja
2. Pipa tembaga
3. Pipa aluminium
3.2 Desain Eksperimen

Desain eksperimen pada praktikum kali ini sebagai berikut:

Labu
Erlenmeyer

Gambar 3.1 pengukuran perubahan panjang pada logam terhadap perubahan suhu
untuk menentukkan nilai koefisien muainya

Sebuah batang logam akan dipasang pada set alat pemuaian seperti pada
gambar 3.1, kemudian suhu awal batang logam di ukur menggunakan termometer.
Air yang berada di labu erlenmeter menggunakan pembakar spirtus. Uap panas
dari air yang mendidih kemudian di alirkan melalui selang untuk memanaskan
batang logam sehingga batang logam memuai. Besar perubahan ukuran yang
terjadi (ΔL) ditentukan dari penunjuk khusus dan penggaris, suhu akhir batang
logam juga diukur untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi (ΔT). Koefisien
muai panjang (a) batang logam yang dipanaskan ditentuan dengan menggunakan
data dari pengukuran diatas menggunakan rumus pertambahan panjang:

∆ L=αL ∆ T (3.1)

Dengan : ΔL = perubahan panjang


α = keofisien muai panjang
L = panjang mula mula
ΔT = perubahan suhu
(Wulandari dan Radiyono, 2015)

Dengan demikian besar nilai koefisien muai panjang dapat dinyatakan


menggunakan rumus sebagai berikut:

∆ L/ L
α= (3.2)
∆T
Dengan : α = keofisien muai panjang
ΔL = perubahan panjang
L = panjang mula mula
ΔT = perubahan suhu
(Wulandari dan Radiyono, 2015)

3.2.1 Variabel Eksperimen

Variabel Eksperimen pada praktikum modul pengukuran dasar adalah


sebagai berikut:

a. Variabel bebas (variabel manipulasi) adalah perlakuan yang berbeda beda


dalam percobaan. Variabel bebas sengaja dibuat berbeda untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel
bebas yang digunakan dalam praktikum ini yaitu batang logam.
b. Variabel terikat (variabel respons) adalah hasil dari perlakuan yang
berbeda-beda dalam percobaan. Variabel terikat merupakan akibat dari
variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
perubahan panjang dan koefisien muai panjang batang logam.
c. Variabel kontrol (variabel terkendali) adalah variabel yang dimana
memiliki perlakuan yang sama pada semua percobaan. Hal ini
mengakibatkan memiliki pengaruh yang juga sama pada semua kelompok
percobaan. Variabel terkontrol yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
pemberian kalor pada batang besi.

3.2.2 Prosedur Eksperimen

1. Disusunkan alat praktikum seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1.


2. Diambilkan labu erlenmeyer kemudian diisi dengan air 10 ml dan
dipasang pada statif dengan menggunakan kleam universal.
3. Dipasangkan penunjuk khusus pada dasar statif sebelah kanan, dipasang
pengunci tidak terlalu erat sehingga penunjuk dapat bergerak bebas.
4. Dijepitkan salah satu ujung batang/pipa aluminium pada penjepit penujuk
khusus dan ujung satunya pada boss head.
5. Ditancapkan ujung penghubung selang pada subat karet dan dipasang
selang silikon pada jung penghubung lainnya.
6. Ditutup labu erlenmeyer yang sudah diisi dena air dengan sumat karet
tersebut.
7. Diatur ketinggian erlenmeyer ±3 cm dari subu pembakar spiritus.
8. Diletakkan penggaris logam di atas meja dan diatur jarum penunjuk
khusus agar menunjukkan (misalkan pada posisi 20 cm) dan dicatat nilai
ini sebagai posisi awal.
9. Dicatat suhu batang loga yang terbaca pada termometer sebelum
dipanaskan.
10. Dinyalakan pembakar spiritus kemudian diletakkan dibawah labu
erlenmeyer.
11. Diamati pergerakan jarum penunjuk khusus selama pemanasan sampai air
di dalam labu erlenmeyer mendidih. Diperhatikan juga jumlah air yang
ada di dalam labu, jangan biarkan sampai habis.
12. Dicatat suhu yang terbaca pda termometer saat jarum menunjukkan pada
angka 25 cm. dimatikan api pada pembakar spiritus.
13. Diulangi langkah 2-12 untuk pipa tembaga dan pipa besi.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Tabel Pengamatan

Tabel 3.1

Suhu
Lo Suhu Suhu Penunju Penunju Penambah L ∆ A
Bahan setimba α I K
(cm) awal Akhir k L awal k L akhir sebenarnya α P
ng

Pipa
Baja

Pipa
temba
ga

pipa
alumu
nium

3.3.2 Ralat

Ralat yang digunak pada praktikum kali ini sebagi berikut:

∆ Lp Lp
α= = (3.3)
∆ T Lo T c L o
√| | | | | |
2 2 2
dα dα dα
∆ α= ∆ L p2+ ∆ T c2 + (0 , 6 ∆ Lo )2 (3.4)
dL p dT c dLo

dα 1 dα −L p dα −L p
= = = (3.5)
dL p T c L o dT c T c 2 L o dLo T c L o2

(3.6)
∆ Lp=
√ ∑ ( L1−L )2
n−1

1
∆ Lo = nst (3.7)
2
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari percobaan pemuaian panjang adalah sebagai


berikut:

4.1.1 Pengukuran pemuaian panjang

Tabel 4.1 Pemuaian Pipa Baja

Pen Pen α Perta


L Su Su Pena Suh
unj unj −¿ mbah
B o hu hu mbah u
uk uk A an
ah (c a A L seti α ∆α I K
L L P yang
an m w kh seben mb
awa akhi diper
) al ir arnya ang
l r oleh
0.
0
8
5
30 42 10 11 0.02 12 3 1
0
3
3
3
0.
0.
Pi 1 0.0 0. 5 1.
4
pa 5 65 15 6. 36
5 3
B 30 43 10 12 0.04 13 3 54 04 4 09 2
0 5
aj 8 07 88 5 91
5
a 4 31 4 % 7
2
6
0.
2
1
5
30 44 10 13 0.06 14 4 3
0
2
8
6
Tabel 4.2 Pemuaian Pipa Tembaga

S Pen Pen α Perta


L Su Pena Suh
uh unj unj −¿ mbah
B o hu mbah u
u uk uk A an
ah (c A L seti α ∆α I K
a L L P yang
an m kh seben mb
w awa akh diper
) ir arnya ang
al l ir oleh
0.
5 11
30 44 10 11.6 0.032 14 1.6
0 42
Pi 0. 0.
86 0.0 6 1.
pa 08 3
30 3. 43
te 0. 36 6
47 5 84
m 5 08 50 4
30 42 10 11 0.02 12 74 7 91 1
ba 0 33 79 3
33 31 % 7
ga 4 4
0.
5 05
30 45 10 10.8 0.016 15 0.8
0 33
33
Tabel 4.3 Pemuaian Pipa Aluminium

S Pen Pen α
L Su Pena Su Perta
uh unj unj −¿
o hu mbah hu mbaha
Ba u uk uk A
(c A L seti α ∆α I K n yang
han a L L P
m kh seben mb dipero
w awa akh
) ir arnya ang leh
al l ir
0.
0
2
5
30 41 10 10.3 0.006 11 7 0.3
0
2
7
3
pip 0. 7
0.0 0.0 1.
a 0. 2 7
06 28 64
alu 0 2 .
2 43 68 90
mu 5 4 5
30 43 10 10.3 0.006 13 3 64 79 53 0.3
niu 0 3 6
0 54 79 3
m 6 %
7
7
0.
0
3
5
30 44 10 10.5 0.01 14 5 0.5
0
7
1
4

4.2 Pembahasan

Pada praktikum “Pemuaian Panjang” kali ini, nilai dari koefisien muai
panjang dari suatu benda, khususnya berbahan logam dapat diketahui. Seperti
yang telah diketahui, pertambahan ukuran panjang suatu benda disebabkan karena
adanya perubahan suhu yang memengaruhi benda tersebut atau benda tersebut
menerima kalor dari lingkungannya. Ukuran suatu benda akan berubah apabila
suhunya mendapat perlakuan, yakni pertambahan suhu. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan, yaitu
perubahan panjang terjadi pada logamtembaga saat terjadi kenaikan suhu. Melalui
percobaan tersebut, koefisien muai panjang dapat ditentukan., yakni pertambahan
panjang relative untuk tiap kenaikan suhu dari logam tembaga tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa setiap
penambahan suhu yang mengenai suatu benda, maka akan terjadi penambahan
panjang. Pipa baja diukur panjang awalnya sebanyak tiga kali, dan suhu awalnya
diukur sebanyak tiga kali, setelah itu pipa baja dipanaskan dengan menggunakan
ketel uap. Pada percoaan pertama terhadap pipa baja, setelah pipa baja dialiri
kalor, terjadi perubahan panjang yang dapat diamati melalui penunjuk. Penunjuk
L awal yang pada awalnya menunjukkan nilai 10 cm, setelah dipanaskan
perubahan penunjuk L pada tiga percobaan berturut-turut adalah menjadi 11 cm,
12 cm dan 13 cm, terjadi penambahan panjang sebesar 1 cm, 2 cm dan 3 cm
dengan penambahan suhu sebesar 12oC, 13oC, 14oC. Pipa tembaga pada penunjuk
awalnya menunjukkan nilai 10 cm dengan suhu awalnya 30 oC. Setelah pipa
tembaga dipanaskan, perubahan suhu pada tiga percobaan berturut-turut adalah
menjadi 44oC, 42oC dan 45oC yang mengakibatkan terjadinya pertambahan
panjang sebesar 0,032 cm, 0,02 cm dan 0,016 cm. penunjuk akhir menunjukkan
nilai sebesar 11,6 cm, 11 cm dan 10,8 cm.

Hubungan antara pertambahan panjang dan koefisien muai panjang


merupakan bertambahnya panjang setiap meter benda tiap kenaikan suhu 1 oC
yang disebut koefisien muai panjang (α). Oleh karena itu, koefisien muai panjang
suatu benda merupakan bilangan yang menunjukkan pertambahan panjang suatu
benda tiap satuan panjang apabila suhu benda tersebut mengalami kenaikan 1 oC.
dengan demikian, jika dinyatakan bahwa koefisien muai panjang alumunium
adalah 0,028687979/oC maka berarti tiap 1 meter alumunium yang suhunya
dinaikkan 1oC akan bertambah panjang 0,028687979 meter.

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa baja paling mudah


memuai dan alumunium adalah bahan yang sulit memuai. Hasil tersebut masih
belum sesuai dimana nilai koefisien muai panjang alumunium paling besar dan
baja paling kecil, ketidak sesuaian ini bisa disebabkan karena kesalahan yang
terjadi saat melakukan pengukuran. Koefisien muai panjang dipengaruhi oleh
jenis benda atau jenis bahan. Koefisien mjuai panjang inilah yangbmemengaruhi
mudah sulitnya sebuah benda mengalamimpemuaian. Menurut Abdullah (2016),
pada zat yang mudah memuai perubahan temperature yang kecil saja sudah cukup
membuat perubahan ukuran yang besar, dan sebaliknya zat yang sulit memuai
memelurkan perubahan temperature yang besar untuk memuai.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Perbandingan yang diperoleh pada pertambahan panjang dari ketiga bahan
tersebut adalah 12: 0,8: 0,07.

5.1.2 Perbandingan yang diperoleh pada koefisien muai panjang dari ketiga bahan
tersebut adalah 0.1504884/oC : 0.083650794/oC : 0.028687979
/oC

5.1.3 semakin besar koefisien muai panjangnya semakin besar pula pertambahan
panjangnya.

5.1.4 setiap benda memiliki koefisien muai pnajng ang berbeda beda, hal ini
disebabkan karena setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda beda pula
dimana massa jenis akan memengaruhi keofisien muai panjang dari benda
tersebut.

5.2 Saran

Saran dari prakikum kali ini adalah agar pada saat pengukuran pemuaian
panjang dilakukan ujung pipa pada boss head dijepit sehingga tidak dapat
bergerak agar saat pipa memuai pipa tidak bergeser kekiri dan pengukuran bisa
lebih maksimal. Saat mengatur penunjuk khusus agar sedikit dimiringkan kekiri
agar pengukuran maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmi U. 2019. STUDI RENCANA ALAT PENGUKUR PANAS PADA MUAI


LOGAM. Jurnal Teknika. 11(2): 113-1126.

IR. Irwandy, MI. M.Sc. 2014. ILMU LOGAM. BOGOR: PT. Penerbit IPB Press.

MAULIDIYAH, MAULIDIYAH (2018) Suhu dan Pemuaian. Universitas


Muhammadiyah Sidoarjo.

Meiza N., Yukifli, Z. Kamus. 2017. PEMBUATAN SET EKSPERIMEN MUAI


PANJANG DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER
ATMEGA328. Pillar of Phisics. Vol. 10: 71-77.

Punjayanto, R. Budiharti, Y. Radiyono, D. F. Masithoh, F. Arfian, 2016.


PEMBUATAN ALAT PERCOBAAN PENGUKURAN PANJANG
LOGAM DENGAN DIFRAKSI. SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN SAINS. 263-268

Wahyuningsih D., B. Legowo, D. W. Adi, A. M. wahyanti, A. D. Purwoto, C.


Amalia, C. Anindhyta, D. L. Pamungkas, D. M. Sani, F. Rahawati, H.
U. Ambarsih, H. N. Hanifati, I. M. Nurdiana, L. Kusuma, L. P.
Samawanti, M. T. Sakliressy, U. Romadhon, W. E. Putri, W.
Sudarsana, Wirdiyatusyifa, Y. Marnah, Y. M. Takus, N. W. Agusin.
2020. Bingkai Rampai FISIKA DI SEKITAR KITA. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Wulandari P. S. dan Y. Radiyono. 2015. Penggunaan Metode Difraksi Celah


Tunggal pada Penentuan Koefisien Pemuaian Panjang Aluminium
(Al). Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika. 6(1):
19-22.

Anda mungkin juga menyukai