LP Oksigenasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

NAMA MELSYA SYARIAH A.P.

NIM : P17240224083

KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : [email protected]
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : MELSYA SYARIAH A.P.

NIM : P17240224083

RUANG : MAWAR

MASALAH KESEHATAN : AREA KEPERAWATAN

.......................................................... ( √ ) Masalah Oksigenasi

......................................................... (………) Masalah Cairan dan Eelektrolit

.......................................................... (. ) Masalah Nutrisi

.......................................................... (. ) Masalah Eliminasi

.......................................................... (. ) Masalah Aktivitas

.......................................................... (. ) Masalah Istirahat Tidur

.......................................................... (. ) Masalah Keseimbangan Suhu Tubuh

.......................................................... (. ) Masalah Seksual

.......................................................... (. ) Masalah Perawatan Diri

.......................................................... (. ) Masalah Aman dan Nyaman

.......................................................... (. ) Masalah Psikososial

I. DEFINISI KASUS :
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas
(Wartonah, 2015).
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernafas. Pernpasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeuarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

II. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu :
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O2
Secara fisiologi daya angkut hemogobin untuk membawa O2 ke
jaringan tubuh adalah 97%. Tetapi nilai tersebut bisa berubah sewaktu-
waktu karena terdapat gangguan dalam tubuh, misalnya pada penderita
yang terpapar racun.
b. Hipovolemik
Kondisi yang disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan.
c. Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya yaitu menyebabkan
penurunana masa otot pada tubuh.
d. Kondisi lainnya
Kondisi lain yang bisa mempengaruhi oksigenasi yaitu pergerakan
diding dada seperti kehailan, obesitas, trauma, penyakit otot dan gangguan
saraf pusat.

2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko mengalami penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini bisa berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan
atas, seperti faringitis, influenza dan aspirasi benda asing.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Pada kelompok usia ini dapat berisiko mengalami infeksi saluran napas
akut, seperti kebiasaan batuk yang disebabkan karena merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakitjantung dan paru-paru
pada kelompok ini yaitu kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak
sehat serta kurangnya berolahraga.
e. Lansia
Proses penuaan pada lansia menyebabkan perubahan fungsi pernafasan
seperti pelebaran alveolus, dilatasi saluran brokus dan kifosis tulang
belakang yang mengakibatkan ekspansi paru sehingga berpengaruh pada
penurunan kadar O2.

3. Faktor perilaku
a. Nutrisi
Malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
kemudian akan mempengaruhi kekuatan kerja dari sistem pernapasan.
b. Olahraga
Latiahn fisik/olahraga dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen pada tubuh.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alokohol serta obat-oabtan dapat menekan pusat
pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan
laju dan kedalaman pernapasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol bisa
merangsang aktivitas saraf simpatik yang dapat menyebabkan penigkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
menjadi meningkat juga.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Suhu dapat berpengaruh terhadap kekuatan O2, dengan kata lain maka
suhu lingkungan juga bisa mempengaruhi kekuatan oksigen.
b. Polusi
Polusi udara seperti asap maupun debu seringkali menyebabkan batuk,
tersedak dan gangguan pernapasan pada orang yang menghisapnya. Selain
itu para pekerja pabrik juga berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat
terpapar zat-zat berbahaya.

III. MANIFESTASI KLINIS


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2015), manifestasi
klinis dari gangguan oksigenasi yaitu :
1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif (tidak tersedia)
b. Objektif (batuk tidak efektif, tidak mapu batuk, sputum berlebih,
mengi/ronkhi kering)

2. Gejala dan Tanda Minor


a. Subjektif (dispnea, sulit bicara)
b. Objektif (gelisah, siaonis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berlebihan dan pola napas berubah)

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernpasan dari pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaandarah arteri,
oksimetri serta pemeriksaan darah penunjang.
2. Tes struktur sistem pernapasan : sinar x-dada, bronkoskopi dan CT scan paru.
3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongongan,
sputum dan kulit torakosintesis.
V. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan napas
2. Ketidakefektifan pola napas

VI. MASALAH KOLABORATIF


1. Kolaboasi dengan tim medis
2. Kolaborasi dengan tim laboraorium untuk pemeriksaan lab

VII. PATOFISIOLOGI
A. SKEMA

B. URAIAN
Proses pernafasan atau oksigenasi dipengaruhi oleh ventilasi, disfusi
dan transportasi. Proses ventilasi yaitu proses keluar masuknya jumlah oksigen
dari paru-paru menuju ke paru-paru. Pada proses ventilasi bisa dipengaruhi
oleh gangguan batuk yang kemudian akan memepengaruhi ketidakefektifan
jalan nafas pada pasien. Selain itu proses ventilasi juga bisa disebabkan karena
adanya sumbatan pada jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing sehingga
menimbulkan pengeluaran mukus. Hal tersebut bisa mengakibatkan obstruksi
jalan nafas sehingga oksigen tidak dapat tersalurkan dengan baik, akibatnya
bisa berdampak pada ketidakefektifan pola nafas.

VIII. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN FOKUS

1. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riawayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri dan
adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingkungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Masalah penyakit paru pada masalalu
6) Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan seperti kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yang dapat menimbulkan masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental atau kondisi lingkungan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dilakukan dengan cara mengamati dan menilai tingkat kesadaran dari
pasien, keadaan umum pasien, postur tubuh, turgor kulit dan membran
mukosa, dada (kontur rongga interkosta, struktur toraks, pergerakan
dinding dada) serta pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan,
durasi inspirasi dan ekspirasi).
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil
pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-
tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu
yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya
auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebihan
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
kering Tanda dan Gejala Minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Orthopnea
4) Objektif
5) Gelisah
6) Sianosis
7) Bunyi napas menurun
8) Frekuensi napas berubah
9) Pola napas berubah
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
Tanda dan Gejala Mayor :
Subjektif : dispnea
Objektif :
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal

Tanda dan Gejala Minor :

Subjektif : Ortopnea

Objektif :

1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
nafas meningkat
Kriteria Hasil:
- Batuk efektif meningkat (5)
- Produksi sputum mengi menurun (5)
- Wezing menurun (5)
- Dispnea membaik (5)
- Frekuensi nafas membaik (5)
- Pola nafas membaik (5)
Intervensi :
Latihan Batuk Efektif
1) Observasi

● Identifikasi kemampuan batuk

● Monitor adanya retensi sputum

● Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

● Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)

2) Terapeutik

● Atur posisi semi-Fowler atau Fowler

● Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

● Buang sekret pada tempat sputum

3) Edukasi

● Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

● Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu


(dibulatkan) selama 8 detik

● Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

● Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang

ke-3
4) Kolaborasi

● Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

2. Pola napas tidak efektif


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas
membaik
Kriteria Hasil :
- Ventilasi semenit meningkat (5)
- Tekanan ekpirasi meningkat (5)
- Tekanan inspirasi meningkat (5)
- Dispnea menurun (5)
- Penggunaan otot bantu nafas menurun (5)
- Pernafasan cuping hidung menurun (5)
- Frekuensi nafas membaik (5)
- Kedalaman nafas membaik (5)
Intervensi :
1) Observasi

● Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

● Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing,

ronkhi kering)

● Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

2) Terapeutik

● Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift

(jaw-thrust jika curiga trauma cervical)

● Posisikan semi-Fowler atau Fowler

● Berikan minum hangat

● Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

● Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

● Lakukan hiperoksigenasi sebelum

● Penghisapan endotrakeal

● Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill

● Berikan oksigen, jika perlu

3) Edukasi

● Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.

● Ajarkan teknik batuk efektif

4) Kolaborasi

● Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika

perlu.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, F. R. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua


Satria Offset.
PPNI, T. (2015). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Saputra, L. (2013). Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang
Selatan: Binarupa aksara publisher.
Wartonah, T. d. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai