Paper Kinerja Simpang - Program 8 Semester

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Kinerja Simpang

Kinerja suatu simpang menurut MKJI 1997 didefinisikan sebagai ukuran


kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang. Simpang
terbagi dua jenis yaitu simpang bersinyal dan simpang tak bersinyal. Simpang
bersinyal adalah persimpangan jalan yang pergerakan arus lalu lintas dari setiap
pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk melewati persimpangan secara
bergantian (Mamentu et al., 2019). Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997 menetapkan perhitungan untuk keperluan perencanaan kinerja
simpang bersinyal meliputi:
1. Arus Lalu Lintas
2. Arus Jenuh Dasar
3. Arus jenuh
4. Penentuan waktu sinyal
5. Kapasitas dan Derajat kejenuhan
6. Panjang antrian
7. Tundaan

A. Arus Lalu Lintas


Data lalu lintas dibagi dalam tipe kendaraan yaitu kendaraan tidak bermotor
(UM), sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), dan kendaraan berat
(HV). Perhitungan arus lalu lintas dilakukan per satuan jam untuk satu atau
lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana jam
puncak pagi, siang dan sore. Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan belok
kiri (QLT), lurus (QST) dan belok kanan (QRT) harus dikonversikan dari
kendaraan per-jam menjadi satuan mobil penumpang (SMP) per-jam
dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (EMP) untuk
masing-masing pendekat terlindung dan terlawan.

Perhitungan untuk masing-masing rasio kendaraan yang membelok ke kiri


dan ke kanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑄
PLT = 𝐿𝑇
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan :
PLT : rasio belok kiri
QLT : arus lalu lintas belok kiri (smp/jam)
Qtotal : arus slalu lintas total (smp/jam)
𝑄
PRT = 𝑄 𝑅𝑇
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan:
PRT : rasio belok kanan
QRT : arus lalu lintas belok kanan (smp/jam)
Qtotal : arus slalu lintas total (smp/jam)

Rasio kendaraan tidak bermotor dapat dihitung menggunakan rumus:


𝑄
PUM =𝑄 𝐿𝑇
𝑀𝑉
Keterangan:
PUM : rasio tidak bermotor
QUM : arus kendaraan tidak bermotor (kendaraan/jam)
QMV : arus kendaraan bermotor (kendaraan/jam)

B. Arus Jenuh Dasar


Arus jenuh dasar (S0) yaitu besarnya keberangkatan antrian dalam pendekat
selama kondisi ideal (smp/jam hijau).(Budiman and Intari, 2016) Untuk
pendekat tipe P:
S0 = 600 x We smp/jam hijau
Dimana:
SO = Arus jenuh dasar (smp/jam hijau)
We = Lebar pendekat efekif (m)

C. Arus Jenuh
MKJI 1997 menyatakan Arus jenuh biasanya dinyatakan sebagai hasil
perkalian dari arus jenuh dasar (So) yaitu arus jenuh pada keadaan standar,
dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi
sebenarnya, meliputi ukuran kota, gangguan samping, gradien, pergerakan
kendaraan berbelok kanan dan berbelok kiri dalam satuan smp/jam hijau.
Untuk menentukan nilai arus jenuh yang disesuaikan menggunakan
persamaan berikut :
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT

Dimana:
S0 : Arus jenuh dasar
FCS : Faktor penyesuaian ukuran kota
FSF : Faktor penyesuaian hambatan samping
FG : Faktor penyesuaian gradien jalan
FP : Faktor penyesuaian parkir
FRT : Faktor penyesuaian belok kanan
FLT : Faktor penyesuaian belok kiri
D. Penentuan Waktu Sinyal
Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap
dilakukan berdasarkan metoda webster (1996) untuk meminimumkan
tundaan total pada suatu simpang. Pertama-tama dintentukan waktu siklus
(c), selanjutnya waktu hijau (gi) pada masing-masing fase (i). Rumus:
Cua = (1.5 x LTI + 5) /(1 − ΣFRcrit )

Dimana:
Cua : Panjang Siklus (detik)
LTI : Jumlah waktu yang hilang setiap siklus (detik)
FR : Rasio arus perbandingan dari arus terhadap arus jenuh, arus /arus
jenuh (Q/S)
FRcrit : Nilai tertinggi rasio arus dari seluruh pendekat yang terhenti pada
suatu fase.
ΣFRcrit : Rasio arus simpang = Jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus
tersebut

Nilai tampilan waktu hijau dapat dihitung menggunakan rumus :


gi = (c − LTI ) x(FRcrit / ΣFRcrit )
Dimana :
Gi : Tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
LTI : Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
C : Waktu siklus (detik)

E. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan


Kapasitas (C) dari masing-masing pendekat adalah:
C = S x g/c (detik)

Nilai kapasitas dipakai untuk menghitung derajat kejenuhan (DS) masing


𝑄
– masing pendekat. DS = 𝐶
Dimana:
C : Kapasitas (smp/jam)
S : Arus jenuh (smp/jam)
G : Waktu hijau (detik)
C : Waktu siklus (detik)
Q : Volume (skr/jam)

F. Panjang Antrian (PA)


Panjang antrian (QL) diperoleh dengan mengkalikan NQMAKS luas rata-
rata yang dipergunakan per smp (20 m2) lalu membagi dengan lebar masuk
pendekat. NQMAKS diperoleh dari penjumlahan antrian smp tersisa dari
fase hijau sebelumnya (NQ1) dengan antrian smp datang selama fase
merah (NQ2).
𝑁𝑄 max 𝑥 20
QL = 𝑊
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
Dimana:
QL : Jumlah arus lalu lintas (m)
NQmax : Jumlah antrian yang disesuaikan (smp/jam)
WEntry : lebar masuk (smp/jam)

G. Tundaan
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal:
• Tundaan lalu lintas (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan
lainnya suatu simpang.
0,5 𝑥 (1−𝐺𝑅)2 𝑁𝑄1 𝑥 3600
DT = c x +
(1−𝐺𝑅 𝑥 𝐷𝑆) 𝐶
Dimana :
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat j (detik/smp)
GR : Rasio hijau(g/c)
DS : Derajat kejenuhan
C : Kapasitas (smp/jam)
NQ1 : Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya

• Tundaan Geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan saat


membelok suatu simpang dan atau terhenti karena lampu merah.
DGj = (1-Psv) x PT x 6 + (Psv x 4)
Dimana:
DGj : Tundaan geometrik rata-rata pendekat (detik/smp)
PSV : Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT : Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti dan 4 detik
untuk yang berhenti didasarkan anggapan-anggapan:
1. Kecepatan = 40km/jam
2. Kecepatan belok tidak berhenti = 10 km/jam
3. Percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det2
4. Kendaraan berhenti melambat untuk meminimumkan
tundaan,sehingga menimbulkan hanya tundaan percepatan.
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai:
Dj = DTj + DGj
Dimana :
Dj : Tundaan rata-rata pendekat j (detik/smp)
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat j (detik/smp)
DGj : Tundaan geometrik rata-rata pendekat (detik/smp)

Simpang tak bersinyal adalah persimpangan jalan yang pergerakan arus


lalu lintas dari setiap pendekatnya di mana tidak ada sinyal lalu lintas yang
mengatur aliran kendaraan. (Bawangun et al., 2015) Menurut Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI) 1997 menetapkan perhitungan untuk keperluan
perencanaan kinerja simpang bersinyal meliputi:
1. Kapasitas
2. Derajat Kejenuhan
3. Tundaan
4. Peluang antrian

A. Persimpangan jalan (Intersection)


Persimpangan jalan adalah daerah atau tempat dimana jalan-jalan bertemu
dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki
persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara
bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Terdapat 4 jenis dasar alih gerak
kendaraan, yaitu : Gerakan berpencar (diverging), Gerakan penggabungan
(merging), Gerakan berpotongan (crossing), Gerakan persilangan
(weaving)

Ringkasan Prosedur Perhitungan menggunakan metode MKJI 1997 sebagai


berikut:
1. Langkah A Masukkan Data poin-poin d bawah ini menggunakan bantuan
formulir yang ada d mkji.
• Kondisi geometrik
• Kondisi lalu lintas
• Kondisi lingkungan
2. Langkah B Kapasitas
• Lebar pendekat dan tipe simpang
• Kapasitas dasar
• Faktor penyesuaian lebar pendekat
• Faktor penyesuaian median jalan utama
• Faktor penyesuian ukuran kota
• Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping dan kendaraan
tak bermotor
• Faktor penyesuaian beloj kiri
• Faktor penyesuaian belok kanan
• Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
• Kapasitas
3. Langkah C Perilaku Lalu lintas
• Derajat Kejenuhan
• Tundaan
• Peluang Antrian
• Penilaian Perilaku Lalu Lintas

B. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan pekerjaan proses awal untuk menilai kinerja
persimpangan.
Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan formulir survey arus lalu lintas
2. Menjumlahkan arus lalu lintas tiap arah untuk dijadikan volume lalu
lintas tiap jam, untuk masing-masing jenis kendaraan dan pendekat
3. Mengkonversikan data jumlah lalu lintas ke dalam satuan mobil
penumpang (smp) untuk tiap pendekat.
4. Menghitung rasio kendaraan tak bermotor (PUM), rasio kendaraan
belok kiri (PLT) dan rasio kendaraan belok kanan
5. Menyusun data-data tersebut untuk perhitungan selanjutnya.

C. Kapasitas
Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan yang melewati suatu
persimpangan atau ruas jalan selama waktu tertentu pada kondisi jalan dan
lalu lintas dengan tingkat kepadatan yang ditetapkan kapasitas suatu ruas
jalan. Kapasitas dapat dihitung dari rumus berikut :
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI (Smp/jam)
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas dasar (smp/jam)
Fw : Faktor koreksi lebar masuk
FM : Faktor koreksi tipe median jalan utama
FCS : Faktor koreksi ukuran kota
FRSU : Faktor penyesuaian kendaraan tak bermotor dan hambatan
samping dan lingkungan jalan.
FLT : Faktor penyesuaian belok kiri
FRT : Faktor penyesuaian belok kanan
FMI : Faktor penyesuaian rasio arus jalan simpang

D. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan rasio lalu lintas terhadap kapasitas. Jika
yang diukur adalah kejenuhan suatu simpang maka derajat kejenuhan
disini merupakan perbandingan dari total arus lalulintas (smp/jam)
terhadap besarnya kapasitas pada suatu persimpangan (smp/jam).
DS = QTOT /C
Dimana :
DS : Derajat Kejenuhan
QTOT : Arus total simpang (smp/jam)
C : Kapasiias (smp/jam)

E. Tundaan
Tundaan dipergunakan sebagai kriteria untuk menentukan lalu lintas
tingkat kemacetan suatu jalan, makin besar nilai tundaan, makin besar pula
tingkat kemacetan pada ruas jalan tersebut.

D = DG + DT1
Dimana:
D = Tundaan Simpang (det/smp)
DG = Tundaan geometrik simpang
DT1 = Tundaan lalulintas simpang

1. Tundaan Lalu lintas Simpang (DTi)


Tundaan lalu lintas simpang adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk
semua kendaraan yang masuk simpang.
Untuk DT = 2 + 8,2078*DS – (1 – DS)*2 Untuk DS < 0,6
Untuk DT = 1,0504 / (0,2742 – 0,2042*DS) – (1 – DS)*2 Untuk DS >
0,6
2. Tundaan Lalu lintas jalan utama (DTMA)
Tundaan lalu lintas jalan utama adalah tundaan lalu lintas rata-rata
semua kendaraan bermotor yang masuk persimpangan dari jalan
utama.
DT = 1,8 + 5,8234*DS – (1 – DS)*1,8 Untuk DS < 0,6
DT = 1,05034 / (0,346 -0,246*DS) – (1 – DS)*1,8 Untuk DS > 0,6
3. Tundaan geometrik simpang (DG)
Tundaan geomterik simpang adalah tundaan geometrik rata-rata
seluruh kendaraan yang masuk simpang. DG dihitung dari rumus
berikut :
Untuk DS < 1,0:
DG = (1 – DS) x ( PT x 6 + (1 – PT) x 3 + DS x 4 (det/jam)
Untuk DS ≥ 1,0 : DG = 4

F. Peluang Antrian
Panjang antrian merupakan jumlah kendaraan yang antri dalam suatu
lengan atau pendekat. Panjang antrian diperoleh dari perkalian jumlah
rata-rata antrian (smp) pada awal sinyal hijau dengan luas rata-rata yang
digunakan per smp (20m2) dan pembagian dengan lebar masuk simpang.
Terdapat rumusnya sebagai berikut :
PA% = 47,71 DJ – 24,68 x DJ2 + 56,47 x DS3 (nilai atas)
2 3
PA% = 9,02 x DS + 20,66 x DS + 10,49 x DS (nilai bawah)

Anda mungkin juga menyukai