Mata Kuliah Manajemen Lingkungan Akuakultur: Dosen Pengampu Shinta Septiana, S.T., M.Pi
Mata Kuliah Manajemen Lingkungan Akuakultur: Dosen Pengampu Shinta Septiana, S.T., M.Pi
Mata Kuliah Manajemen Lingkungan Akuakultur: Dosen Pengampu Shinta Septiana, S.T., M.Pi
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
KAMPUS TEGAL
2024
Integrated Multi-trophic Aquaculture
Konsep IMTA menggabungkan komoditas dengan tingkatan trofik yang berbeda. Sistem
IMTA dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem karena setiap spesies memiliki
fungsi yang berbeda seperti karnivora, herbivora, dan biofilter. Prinsip dari sistem IMTA yaitu
mendaur ulang limbah dari proses budidaya yang dihasilkan oleh spesies utama yaitu udang
dan ikan sebagai sumber energi dan nutrien bagi komoditas lainnya, sehingga menghasilkan
produk yang dapat dipanen dan dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan.Sehingga
konsep IMTA merupakan teknologi bersih yang dapat meminimalisir limbah. Secara ringkas,
keunggulan sistem IMTA yaitu Meningkatkan produktivitas,Menjaga kualitas
lingkungan,Meminimalisir limbah,Menghasilkan keanekaragaman produk ,Meningkatkan
pendapatan petambak ,Produksi perikanan yang berkelanjutan. Penelitian yang dilakuan
oleh Rejeki et al., 2016 sistem IMTA dengan organisme yang dibudidayakan yaitu bandeng
(Chanos chanos), nila (O. niloticus), udang putih (P. vannamei), rumput laut (Gracilaria
verrucosa), dan kerang hijau (Verna viridis) terbukti mampu menjaga kualitas air yang
berdampak terhadap ketersediaan pakan alami yang dapat mendukung laju pertumbuhan
organisme yang dibudidayakan. Penerapan budidaya sistem IMTA identik dengan budidaya
polikultur atau budidaya dengan beberapa jenis organisme pada tingkat trofik berbeda pada
rantai makanan mulai dari produsen, konsumen, hingga filter feeder. Sistem IMTA selain
dapat memberikan keuntungan secara ekologis juga dapat memberikan keuntungan secara
ekonomis. Penelitian yang dilakuan oleh Rejeki et al., 2016 sistem IMTA dengan organisme
yang dibudidayakan yaitu bandeng (Chanos chanos), nila (O. niloticus), udang putih (P.
vannamei), rumput laut (Gracilaria verrucosa), dan kerang hijau (Verna viridis) terbukti
mampu menjaga kualitas air yang berdampak terhadap ketersediaan pakan alami yang
dapat mendukung laju pertumbuhan organisme yang dibudidayakan.
Biota yang akan dibudidayakan antara lain ikan baronang (Siganus sp.),
kerapu macan (E. fuscoguttatus), rumput laut (E. cottonii), udang vaname (L.
vannamei), bawal bintang (T. blochii) / bandeng (Chanos-chanos Forskal), dan
teripang (S. hermanii). Penerapan konsep IMTA dengan menggunakan KJABB yang
diintegrasikan dengan teknik biomonitoring merupakan solusi tepat bagi
keberlanjutan produksi akuakultur.Secara teknis, benih ikan dan bawal bintang
berbobot 250 gr ditebar pada KJA bagian bawah dengan kepadatan 25 ekor/m3
dengan luas KJA 86,16 m3 . Pelet diberikan selama proses pemeliharaan dengan
kandungan protein 25-30% sebanyak 5-10% mm/ hari. Penebaran L. vannamei dan
E. fuscoguttatus pada bagian bawah dengan padat tebar 250 ikan/m3 dan 25
ikan/m3 . Parameter kualitas air yang meliputi total bahan organik, amonia, nitrit, dan
fosfat, dan sedimen: ukuran butir sedimen, karbon total, nitrogen total, dan struktur
makrobenthos. Budidaya rumput laut dilakukan dengan metode vertikultur dengan
tali nilon panjang vertikultur 5 m vertikal, berat bibit 250 g dengan jarak 1 cm dan
dimasukkan ke dalam kantong jaring ukuran 30x50 cm.
Studi kasus terakhir pada budidaya ikan laut dalam KJA, di mana biota
menghasilkan banyak sisa pakan dan feses. Sisa-sisa pakan dan feses dapat
meningkatkan kandungan nutrient (nitrogen dan fosfat perairan). Pemanfaatan
nutrien tersebut dapat dilakukan melalui budidaya rumput laut di sekitar KJA. Studi
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut sangat baik yang diintegrasikan
dengan KJA. Laju pertumbuhan spesifik berkisar antara 4,26%-4,68%/hari dan
3,90%-4,20%/hari. Secara umum jika dibandingkan dengan monokultur, melalui
IMTA didapatkan nilai produksi rumput laut mencapai 74%. Model IMTA sangat
relevan dengan Program Ekonomi Biru Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam
mendukung pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan. Berdasarkan
kajian ini, penerapan konsep akuakultur skema IMTA secara nyata memberikan
keuntungan ekologi dan ekonomi serta berkelanjutan.
REFERENSI
https://jala.tech/id/blog/tips-budidaya/imta-sistem-budidaya-udang-ramah-lingkungan-dan-
berkelanjutan
https://www.kompasiana.com/andreanaliefm/6295c15253e2c36f33425c62/teknologi-imta-
integrated-multi-trophic-aquaculture-sebagai-salah-satu-inovasi-dalam-budidaya-ikan
(Putra, 2023)Putra, A. (2023). IMPLEMENTASI AKUAKULTUR BIRU MELALUI SISTEM
IMTA ( INTEGRATED MULTI-TROPIC AQUACULTURE ) IMPLEMENTATION OF
BLUE AQUACULTURE THROUGH THE IMTA ( INTEGRATED MULTI-TROPHIC
AQUACULTURE ) SYSTEM. 117–122.