Imrana - Politeknik Pertanian Negeri Pangkep - PKM-AI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

APLIKASI BAKTERI HETEROTROF UNTUK MENEKAN

FLUKTUASI pH AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANAME


(Litopenaeus vannamei)

Imrana1*, Evi Nursanti1, Fitriani Ramadhani1, Feri Angriawan1


1
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, Indonesia

* Corresponding author: [email protected]

Abstrak

Penerapan sistem budidaya dengan padat penebaran yang tinggi dapat


mempengaruhi perubahan kualitas air yang signifikan. Sehingga pH berperan
penting dalam analisis kualitas air karena berpengaruh terhadap proses-proses
biologis dan kimia didalam air. Maka dibutuhkan pengelolaan air khusus pada
media hidup udang untuk menjaga fluktuasi pH. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengamati 1 petak tambak dengan padat penebaran 202 ekor/m² yang bertujuan
untuk mengetahui efesiensi penggunaan bakteri heterotrof untuk menjaga
fluktuasi pH pada tambak, bobot rata-rata pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup (SR) dengan melakukan pengambilan sampel. Hasil
pengamatan didapatkan, bahwa petak E4 memiliki nilai pH yang paling baik
untuk pertumbuhan udang yaitu dengan range (7,5-8,8). Selain itu pertumbuhan
dan tingkat kelangsungan hidup juga sangat baik yaitu secara berurutan adalah
19,3 gram/ekor dan 80% pada umur 82 hari pemeliharaan.

Kata kunci: Flutuasi pH, efisiensi bakteri heterotrof, bobot rata-rata


pertumbuhan, kelangsungan hidup, udang vaname.

Abstract

Vannamei shrimp (Litopennaeus vannamei) is a marine shrimp species,


which has high economic value. The advantages of Vannamei shrimp are faster
growth, higher survival, and lower feed conversion ratio (FCR). Suitable feeding
to the shrimp's dietary needs will stimulate the growth of Vannamei optimally so
that the productivity of shrimp ponds can be increased. The blind feeding program
was implemented from the beginning of stocking to day 32 of cultivation. The
number of shrimp (PL9) stocked was 87,723 individuals with a pond area of 1000
m2. Shrimp were fed by predicting the amount of feed that was different every
day. The observation results for 32 days cultivation showed that the value of feed
efficiency or feed conversion ratio was only 0.84, whereas the growth rate was
19.77 g/individual and the estimated survival rate 99% at 32 days of rearing age.
The blind feeding program optimally supports the success at the beginning of
shrimp rearing.
Keywords: Blind feeding, survival, feed efficiency, feed conversion ratio,
Vannamei shrimp.
DAFTAR ISI

Aplikasi Bakteri Heterotrof Untuk Menekan


Fluktuasi pH Air Pada Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei)

Imrana1*, Evi Nursanti1, Fitriani Ramadhani1, Feri Angriawan1

Abstrak ............................................................................................................... 1
Abstract ............................................................................................................... 1
Pendahuluan ........................................................................................................ 2
Metode ............................................................................................................. 3
Hasil dan Pembahasan ........................................................................................ 5
Kesimpulan ....................................................................................................... 7
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ 8
Daftar Pustaka ................................................................................................... 9
LAMPIRAN .................................................................................................... 10
2

Pendahuluan

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone) atau yang sering disebut


udang putih oleh masyarakat umum merupakan spesies udang yang berasal dari
daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari teluk California di Mexico
bagian utara sampai pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika
di Amerika Tengah hingga ke peru di Amerika Selatan. Budidaya udang vaname
di indonesia saat ini merupakan andalan sektor perikanan budidaya dan menjadi
prioritas pengembangan akuakultur di indonesia untuk meningkatkan
perekonomian nasional.

Dalam priode 2012-2018 kontribusi nilai ekspor udang terhadap nilai


ekpor perikanan indonesia rata-rata mencapai 36,27% (BPS, 2019). Artinya
komoditas udang memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap kinerja ekspor
komoditas perikanan indonesia. Pada tahun 2019 capaian produksi udang 517.397
ton dan di targetkan mengalami kenaikan sebesar 250% pada tahun 2024 menjadi
sebesar 1.290.000 ton dengan nilai produksi dari 36.22 triliun pada 2019 menjadi
sebesar 90.30 triliun pada 2024 (KKP, 2020).

Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemenuhan target produksi


udang tersebut dilakukan melalui alternatif penerapan sistem budidaya yang
dilakukan dengan sistem semi intensif hingga supra intensif. Sistem budidaya
supra intensif memiliki padat penebaran yang tinggi berkisar 100 – 300 ekor/m 2
(Arifin dkk., 2007; Mangampa dkk., 2014). Penerapan sistem budidaya tersebut
dengan padat penebaran yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan kualitas air
yang signifikan. Sehingga pH berperan penting dalam analisis kualitas air karena
berpengaruh terhadap proses-proses biologis dan kimia didalam air. Maka
dibutuhkan pengelolaan air khusus pada media hidup udang.

Tingkat keasaman (pH) menjadi parameter penting sebab mempengaruhi


tingkat kesuburan perairan dan mempengaruhi kehidupan mahkluk hidup
didalamnya. Jika terlalu asam dapat membunuh makhluk hidup sebab kandungan
oksigen didalam air berkurang. Agar nilai pH air tetap stabil tidak terlalu asam
dan tidak terlalu basa selama pemeliharaan berlangsung maka pengelolaan
kualitas air yang dilakukan yaitu pengukuran parameter kualitas air pada pH dan
pemberian probiotik (Bakteri Heterotrof) untuk menekan fluktuasi pH pada
tambak.
3

Metode

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini dilaksanakan pada tanggal 9


September 2021 sampai 16 Januari 2022 yang bertempat di PT. Manakara Sakti
Abadi, Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Alat dan bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan sebagai berikut :

No
Alat Spesifikasi Kegunaan
.
1. pH meter Palstik, sensor Untuk mengukur pH air
2. Botol sampel Club 50 ml Wadah pengambilan sampel air
3. Gelas ukur Kaca Wadah pengukuran sampel air
4. Tong Air Plastik Wadah kultur probiotik
5. Aerator - Suplai oksigen
6. Blong Plastik Tempat probiotik

Tabel 2. Bahan yang digunakan sebagai berikut :

No Bahan Spesifikasi Kegunaan


.
1. Aquades Air suling Membilas pH meter
2. Tissu Kertas selampai Membersihkan pH meter
3. Buffer Larutan penyangga Kalibrasi Ph meter
3. Probiotik 1000 gram Bakteri kultur
4. Molas 10 kg Bahan karbohidrat dan gula untuk
bakteri
5. Ragi 500 gram Memecah partikel menjadi kecil
sehingga dapat dimanfaatkan oleh
bakteri
6. Air Tawar 500 liter Media kultur bakteri

Persiapan Pemeliharaan

Kegiatan persiapan pemelihaaan meliputi pembersihan tambak,


pengeringan lahan, pengapuran, sterilisasi air, pengisisan air, pemasangan kincir,
dan penumbuhan pakan alami.

Penebaran Benur

Penebaran benur dilaksankan pada jam 17:00 Wib sebanyak 541.008 ekor
stadia PL 9 dengan luasan kolam pemeliharaan 2.674 m 2. Sebelum penebaran
dilakukan terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu dengan mengapungkan
kantong benur ke media pemeliharaan tambak sampai kantong berkeringat
4

(berembun) dan menjadi pertanda bahwa suhu yang ada dalam kantong sudah
sesuai dengan suhu media pemeliharaan, kemudian kantong dibuka. Selanjutnya
dilakukan aklimatisasi salinitas dengan cara memasukkan air media pemeliharaan
secara perlahan kemudian memiringkan kantong sampai benur keluar dengan
sendirinya pertanda bahwa salinitas sudah sesuai dengan toleransi benur yang
ditebar.

Pengelolaan Kualitas Air

Aplikasi Probiotik

Penebaran probiotik bertujuan untuk menguraikan bahan-bahan organik


yang dapat merusak kualitas air tambak dan menjaga fluktuasi pH air agar tetap
stabil tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa selama pemeliharaan berlangsung.
Proses yang dilakukan dalam penebaran probiotik yaitu menyiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu kemudian mengisi tong air volume 500 liter dengan air
tawar. Selanjutnya memasukkan probiotik 1000 gram, ragi 500 gram, dan molase
sebanyak 10 kg. Kemudian diaduk menggunakan aerasi, setelah itu menutup rapat
tong air lalu probiotik dikultur 2 x 24 jam. Pada saat penebaran probiotik, blong
yang dipakai adalah volume 50 liter. Prosesnya yaitu probiotik diangkut
menggunakan mobil pick up kemudian untuk satu kolam ditebar probiotik
sebanyak satu blong. Setelah selesai, bilas kembali peralatan yang digunakan
dengan air tawar.

Pengukuran Parameter Kualitas Air

Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman atau pH dilakukan pada pagi dan siang hari
dengan mengambil sampel air tambak menggunakan botol sampel kemudian di
bawah ke laboratorium dan dituang kedalam gelas ukur untuk dilakukan
pengukuran. Alat yang digunakan untuk mengukur pH yaitu pH meter.
Pengukuran dilakukan dengan cara menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
kemudian mengaktifkan pH meter dengan menekan tombol ON. Sebelum
pengukuran, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu mengunakan larutan buffer pH
07.00 dan 10.01. Setelah itu, sampel air diambil kemudian dituang ke dalam
wadah sampel. Prob pH meter dimasukkan ke dalam wadah sampel hingga sensor
pH terendam. Setelah itu, menekan tombol pembaca pH lalu memperhatikan nilai
yang tertera dilayar monitor hingga kata wait berubah menjadi hold. Kemudian
mencatat nilai yang tertera dilayar monitor. Prob yang sudah dipakai dibilas
menggunakan aquades lalu dikeringkan dengan menggunakan tissue.
5

Kelangsungan Hidup (%)

Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup udang vaname diakhir


pemeliharaan dapat dihitung menggunakan rumus (Effendie, 1979) sebagai
berikut:

Nt
SR= x 100 %
No

Ket :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah udang pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah tebar (ekor)

Hasil dan Pembahasan

Parameter pH Air

Derajat keasaman/pH yaitu logaritma kepekatan ion-ion H (Hidrogen)


yang terlepas dalam suatu cairan dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen.
Data hasil pengukuran pH pada pagi dan sore hari di tambak, disajikan pada
Gambar 1.

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), pH air tambak pada sore hari lebih
tinggi daripada pagi hari, penyebab pH air tambak pada sore hari lebih tinggi yaitu
adanya kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti fitoplankton yang menyerap
CO2. Sebaliknya pada pagi hari CO2 melimpah sebagai hasil pernapasan udang
vaname pada malam hari.
6

Pagi Sore
9.5

9 8.78.8 8.8 8.7


8.6 8.5 8.6
Hasil Pengukuran pH
8.5 8.4 8.5 8.5
8.5 8.4 8.2 8.3 8.4
8.2 8.2
8.4 8.3 8.3 8.2
8.5 8.4 8.1
8 8 8 8 8 8 7.9 7.8
8 8.1 7.7 7.8
7.97.9 8 8 7.8 7.87.7 7.8 7.8 7.77.8
7.5 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.6
7.5 7.6 7.5
7

6.5
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81

Umur Pemeliharaan (hari)

Gambar 1. Hasil pengukuran pH air

Hasil pengukuran pH yang diperoleh di tambak selama pemeliharaan yaitu


7,5-8,8 sedangkan standar pH untuk pertumbuhan udang di PT. Manakara Sakti
Abadi yaitu 7,5-8,4 dan SNI 01-7246-2006 yaitu 7,5-8,5. Dari gambar diatas
menunjukan adanya pH yang berada pada diatas kisaran pH ideal untuk
pertumbuhan udang. Meskipun demikian, kondisi pH tersebut masih berada pada
kisaran yang tidak membahayakan bagi kehidupan udang vaname. Perubahaan pH
air yang tinggi juga dipengaruhi oleh imputan bahan orgaranik dan fluktuatif
plankton yang tumbuh pada media budidaya, pH air yang tinggi akan berpengaruh
pada amonia, nitrit dan hidrogen sulfat. Pada sore hari pH biasanya lebih tinggi
dari pada pagi hari hal ini disebabkan karena pada siang hari aktifitas fotosistesis
meningkat.

Pengelolaan kualitas air yang dilakukan saat range pH meningkat yaitu ˃5


maka dapat dilakukan pergantian air sebanyak 20-25 cm dan apabila pH air
rendah maka dilakukan pengurangan plankton 300-500/ml dengan pergantian air.
pH air tinggi dapat diturunkan dengan cara melakukan apliakasi probiotik dengan
50 liter/kolam pada pukul 09.00 dengan tujuan untuk mengurangi imputan bahan
organik pada dasar tambak. Menurut Supono (2017), derajat keasaman (pH)
mempengaruhi toksisitas ammonia dan hidrogen sulfida. Keberadaan
karbondioksida merupakan faktor utama yang mempengaruhi nilai pH air. pH
tinggi dalam tambak budidaya sering dijumpai terutama pada tambak intensif
dengan input pakan dan kepadatan fitoplankton tinggi. Menurut WWF-Indonesia
(2014), bahwa penggunaan probiotik dapat menstimulasi pertumbuhan plankton,
mendegradasi bahan organik dan sisa kotoran udang serta menekan populais
bakteri negatif di tambak.

Pertumbuhan Udang Vaname


7

Udang vaname pada saat melakukan kegiatan Prakerin dipelihara selama


82 hari serta dilakukan pengukuran bobot rata-rata dengan periode 7 hari sekali
Petak E4 jumlah tebar (blind feeding) telah
tepatnya pada saat program pakan berdasarkan
berakhir25yaitu diumur 40 hari. Pertumbuhan (pertambahan bobot) udang vaname
Bobot Rata-rata (gram/ekor)
setiap tambak pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2. 19.3
20
16.2
15 13.45
11.4
9.38
10 7.32
4.4
5

0
40 47 54 61 68 75 82
Umur Pemeliharaan (hari)

Gambar 2. Pertumbuhan udang vaname

Udang vaname mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama


pemeliharaan berlangsung hingga umur 82 hari, dengan padat tebar 202 ekor/m 2
yang mencapai bobot rata-rata 19,3 gr/ekor. Hasil ini menunjukan bahwa bobot
rata-rata udang sangat baik pertambahan bobot rata-rata perminggu diatas
1 gram/minggu. Supono (2006) menyatakan bahwa udang vaname dapat tumbuh
dengan baik dengan tingkat pertubuhan 1-1,5 gr/minggu.

Kelangsungan Hidup (%)

Tingkat kelangsungan hidup setiap kolam pemeliharaan sangat baik yaitu


berada pada angka 80-99% seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Populasi Sampling Populasi Awal SR


120% 600000
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

99% 96% 95%


100% 93% 92% 89% 500000
Populasi Udang (ekor)

80%
80% 400000

60% 300000
541008 541008 541008 541008 541008 541008 541008
40% 200000

20% 100000
537549 521032 513615 505125 497117 483871 430588
0% 0
40 47 54 61 68 75 82
Umur Pemeliharaan (hari)

Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup udang vaname


8

Berdasarkan Gambar diatas diketahui bahwa kelangsungan hidup tersebut


terbilang sangat baik karena sudah melebihi kondisi optimal yaitu SR 80-90%
(Fegan, 2003). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
kualitas air khususnya nilai pH, karena pengelolaan kualitas air yang baik dapat
meningkatkan rasio tingkat kelangsungan hidup (SR) udang vaname. Selain
kualitas air faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup udang vaname
adalah pemberian pakan secara teratur dilengkapi dengan kandungan nutrisi pakan
yang tinggi.

Kesimpulan

Pelaksanaan Prakerin yang telah dilakukan di PT. Manakara Sakti Abadi


Pasangkayu Sulawesi Barat, yaitu dengan mengamati 1 petak tambak
(petak E4) pemeliharaan dengan luas kolam 2.674 m² dan padat tebar
202 ekor/m², dapat disimpulkan bahwa petak E4 memiliki pH yang paling baik
untuk pertumbuhan udang yaitu dengan range (7,5-8,8). Selain itu pertumbuhan
dan tingkat kelangsungan hidup juga sangat baik yaitu secara berurutan adalah
19,3 gram/ekor dan 80% pada umur 82 hari pemeliharaan.

Ucapan terima kasih

Penulisan artikel ini dapat terselesaikan dengan baik dengan melalui strudi
literatur dan pengolahan data secara deskriktif. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Institusi tercinta Politeknik Pertanian Negeri
Pangkejene Kepulauan, pihak-pihak di Jurusan Teknologi Budidaya Perikanan
dan pihak-pihak di Industri PT. Manakara Sakti Abadi, Pasangkayu, Sulawesi
Barat, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan Prakerin.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketua Program Studi Budidaya
Perikanan dan dosen/tenaga pendidik Budidaya Perikanan yang telah memberikan
kepercayaan, dorongan dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ini. Terima
kasih pula kepada rekan-rekan mahasiwa, teman-teman serta semua pihak yang
telah terlibat dan berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan karya tulis ini.

Kontribusi Penulis

Artikel ini disusun oleh beberapa penulis yang memiliki peran dan fungsi
masing-masing. Penulis Satu melakukan pengumpulan data tambak dan
menyiapkan serta menyelesaikan naskah (manuskrip); Penulis Dua melakukan
pengumpulan data tambak dan melakukan pengolahan data; Penulis Tiga dan
Empat melakukan pengumpulan pustaka yang relevan dengan kegiatan
pengukuran kualitas air pada petak tambak serta mengumpulkan dan melaporkan
data yang diperoleh.
9

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z., Andrat, K dan Subiyanto. 2007. Teknik Produksi Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) yang Sederhana. BBPBAP Jepara, Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jepara. 56 hlm.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Statistik Produksi Perikanan Budidaya.


Jakarta.

Badan Standar Nasional. 2006. Produksi Udang Vaname (Litopenaeus


vannamei) di Tambak dengan Teknologi Intensif. SNI 7311-2009.

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Fegan, D., F. 2003. Budidaya Udang Vaname (Litopenause vannamei). Asia Gold
Coin Indonesia Specialities. Jakarta.

Haliman, R.W dan Adijaya, D. 2005. Udang Vannamei. Klasfikasi Penebar


Swadaya. Jakarta.

Kementrian dan Kelautan Perikanan (KKP). 2020. Statistik Produksi Perikanan


Budidaya. Jakarta.

Mangampa, M., Burhanuddin, H.S. Suwoyo, E.A.Hendradjat, S.Tahe. 2014.


Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pola
Ekstensif Plus Melalui Aplikasi Probiotik dan Pergiliran Pakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Budidaya. Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Payau. 37 Hal.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Produksi Udang Vaname (Litopenaeus


vannamei) di Tambak dengan Teknologi Intensif. (SNI 017246:2006)

Supono. 2006. Produktivitas Udang Putih Pada Tambak Intensif Di Tulang


Bawang Lampung. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 2 No. 1 Hal : 48–53.
Universitas Lampung. Lampung.

Supono. 2017. Teknologi produksi Udang Vaname. Plantaxia. Yogyakarta.

WWF-Indonesia. 2014. Better Management Paractices. Budidaya Udang


Vannamei, Tambak Intensif Dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Jakarta.
10

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping

Biodata Ketua
11

Biodata Anggota 1
12

Biodata Anggota 2
13

Biodata Dosen pendamping

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Luqman Saleh, S.Pi.,M.Si


2 Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan
3 Program Studi
4 NIP/NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Alamat E-mail
7 Nomor Telepon/HP
B. Riwayat Pendidikan

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT

Pendidikan/Pengajaran

No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS


1
2
Penelitian

No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun


1
2
Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Pengabdian kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun


1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.

Pangkajene, 16-03-2021
Dosen Pendamping

Tanda tangan

(asli TT basah*)

(Nama Lengkap)
14

Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis Termasuk Dosen Pendamping

Bidang
No Nama Posisi Penulis Kontribusi
Ilmu

1 Muh. Aby Rafdy Penulis Perikanan Melakukan pengumpulan data,


pertama pengolahan data, pustaka dan
menyiapkan draft manuskrip
2 Muhammad Akas Penulis ke-2 Perikanan Melakukan pengumpulan data
tambak dan ikut serta dalam
pengolahan data

4 Ade Pertiwi Penulis ke-3 Perikanan Melakukan pengumpulan data


tambak dan mengumpulkan
pustaka yang relevan dengan
kegiatan
7 Luqman Saleh, Penulis Perikanan Pengarah dan desain kegiatan
S.Pi.,M.Si korespondensi serta penyelaras akhir
Manuskrip
15

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


16

Lampiran 4. Pernyataan Sumber Tulisan


17

Lampiran 5. Formulir Penilaian Artikel

Judul Kegiatan : ........................................................................

Bidang kegiatan : PKM-AI

Bidang Ilmu : ........................................................................

Kelompok : 3-5 Mahasiswa

NIM / Nama Ketua : ........................................................................

NIM / Nama Anggota 1 : ........................................................................

NIM / Nama Anggota 2 : ........................................................................

Dosen pendamping : ........................................................................

Perguruan Tinggi : ........................................................................

Fakultas/Program Studi : .......................................................................

No Kriteria Bobot Skor Nilai


1 JUDUL: Kesesuaian isi dan judul artikel 5
ABSTRAK: Latar belakang, Tujuan, Metode, Hasil,
2 10
Kesimpulan, Kata kunci
PENDAHULUAN: Persoalan yang mendasari pelaksanaan
3 Uraian dasar-dasar keilmuan yang mendukung 10
Kemutakhiran substansi pekerjaan
TUJUAN: Menemukan teknik/konsep/metode sebagai
4 5
jawaban atas persoalan
METODE: Kesesuaian dengan persoalan yang akan
5 diselesaikan, Pengembangan metode baru, Penggunaan 25
metode yang sudah ada
HASIL DAN PEMBAHASAN: Kumpulan dan kejelasan
penampilan data Proses/teknik pengolahan data, Ketajaman
6
analisis dan sintesis data, Perbandingan hasil dengan 30
hipotesis atau hasil sejenis sebelumnya
7 KESIMPULAN: Tingkat ketercapaian hasil dengan tujuan 10
DAFTAR PUSTAKA: Ditulis dengan sistem Harvard
8 (nama, tahun), Sesuai dengan uraian sitasi, Kemutakhiran 5
pustaka
Total 100
Keterangan:
18

Nilai=Bobot x Skor; Skor (1=Buruk; 2=Sangat kurang; 3=Kurang; 5=Cukup;


6=Baik; 7=Sangat baik);

Komentar: ..........................................................................

Pangkajene, 16-03-2021

Penilai,

Tandatangan

(Nama Lengkap)

Anda mungkin juga menyukai