YULIN
YULIN
YULIN
PENDAHULUAN
Dermatitis adalah penyakit kulit yang menyerang permukaan tubuh manusia dan
disebabkan oleh berbagai faktor dan penyebabnya. Kondisi kulit ini dapat menyerang
siapa saja dari segala usia. Sebagian besar perawatan untuk kondisi kulit ini
membutuhkan waktu yang lama untuk melihat efek atau reaksinya di dalam tubuh. Ada
sedikit informasi perawatan yang tepat untuk kondisi ini, namun biasanya sekitar 10-20
persen pasien memerlukan saran profesional medis untuk merawat kondisi kulit ini
(Anintyas, 2021). Dermatitis adalah infeksi kulit yang dapat terjadi pada semua kelompok
usia, termasuk lansia. Dermatitis pada lansia seringkali disebabkan oleh perubahan kulit
akibat penuaan, paparan bahan kimia, infeksi, dan faktor risiko lainnya. Keadaan ini dapat
memengaruhi kualitas hidup lansia karena gejala yang menyakitkan dan mengganggu
aktivitas sehari-hari dengan begitu, asuhan keperawatan yang baik dan tepat diperlukan
untuk membantu mengurangi gejala dermatitis pada lansia (Anintyas, 2021). Pada lansia,
kulit mengalami penurunan ketebalan dan elastisitas serta penurunan fungsi perlindungan.
Selain itu, lansia juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi dan kekeringan
kulit. Hal ini membuat dermatitis pada lansia menjadi lebih sulit untuk dikelola dan lebih
rentan terhadap komplikasi seperti infeksi sekunder dan ulkus kulit (Sanders, M. G. H. et
al. 2018).
Asuhan keperawatan yang tepat dapat membantu mencegah dan mengatasi gejala
dermatitis pada lansia, termasuk dengan melakukan pengkajian yang komprehensif,
memilih terapi yang tepat, dan memberikan edukasi pada pasien. Oleh karena itu, peran
perawat dalam merawat lansia dengan dermatitis secara efektif sangat penting untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (Anintyas, 2021). Data yang ditemukan di Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang selama 3 hari di ruang Cempaka terdapat
hampir 85% lansia yang mengalami masalah dermatitis, maka dari itu diharapkan kita
sebagai perawat harus lebih peduli bagi penderita dermatitis dikalangan lansia.
Berdasarkan hal tersebut maka saya tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan Masalah Dermatitis Di Bangsal Cempaka
Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang”.
2.1. Rumusan penulisan
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Definisi Penyakit Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,likenifikasi) dan
keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Dermatitis adalah
peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan
pembentukan sisi (Patel, V. M., & Green, J. B. 2020).
2.2. Klasifikasia.
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansiyang
menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebabalergi)
tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat ataudetergen.Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami
bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontaklangsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnyasabun cuci/detergen, sabun mandi
atau pembersih lantai.Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.
b. Neuro DermatitisTimbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datardan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saatsejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.Iritasi
ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanyamuncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c. Seborrheic DermatitisKulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari
hidung, antarakedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
seringkalidiakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan
stresatau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Dermatitis StasisMerupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensivena) tungkai bawah.(Adhi Djuanda,2005).Yang muncul dengan adanya
varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketikaadanya akumulasi
cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronislain pada kaki juga menjadi
penyebab.
e. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yangumumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungandengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluargaatau penderita
(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,distribusinya dilipatan (fleksural).
2.3. Etilogi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga
bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik(sinar
matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopikSejumlah kondisi kesehatan, alergi,
faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapatmenjadi penyebab eksim.Masing-masing
jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-
pecah dan meradangyang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merahseperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yangterlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuhdan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
2.4.Manifestasi klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya padamuka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosidan
eksudasi sehingga tampak basah.
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitissejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
2.5. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi
pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen inidi tangkap
dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,kemudian memacu reaksi
limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui
saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar
getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor
yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke
dalam sirkulasi,sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh
tubuh,menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.Pada
faseelisitasi, terjadi kontak ulang dengan hakten yang sam atau serupa.sel efektor yang
telah tersensesitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi terjadi gejala klinis.
2.6. Patway
2.7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument
yaitu :
a. Biopsi kulit Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih
jaringan darikulit yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah adakeganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus,
bakteri, dan jamur pada kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganismetersebut resisten pada obat obat tertentu.Cara pengambilan bahan
untuk ujikultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus Pemeriksaan kulit perlu
mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.Faktor pencahayaan
memegangeranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis,
untukmengidentifikasi respon alergi.Uji ini menggunakan bahan kimia
yangditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang
ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
2.8. Penatalaksanaan Medisa.
a. Dermatitis kontak1)
1. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
2. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin intermiten.
3. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
2. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolikurea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasikurang dari 5%.
3. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosdan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi padaanak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroiddiaplikasikan intermiten, umumnya dua
kali seminggu. Kortikosteroid oralhanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakandalam waktu
singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkansecara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan
efeksamping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul riebound
phenomen.
4. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuatmenimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sinsitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
5. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatankolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi
eritromesin,asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus
dapat diberi asiklovir 3x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200
mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal,
pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk
daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla danwajah), pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu
pada kulit.
2. Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya
3. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikalataupun oral
d. Dermatitis numularis
1. Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien.
2. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
3. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
4. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat
danrefrakter, dalam jangka pendek.
e. Dermatitis statis
1. Diuretik
2. ImunosupresaN
3. Istarahat
4. Kortikosteroid
5. Pelembap
6. Terapi kompresi
2.9. Komplikasi
Penyakit dermatitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, tergantung pada jenis dan
tingkat keparahannya. Berikut beberapa komplikasi yang dialami penderita dermatitis,
seperti yang dijelaskan dalam jurnal yang diterbitkan di American Journal of Clinical
Dermatology pada tahun 2020:
1. Infeksi sekunder:
Kulit yang teriritasi dan terinfeksi dapat menyebabkan infeksi sekunder dari
bakteri, virus, atau jamur. 11 Infeksi sekunder dapat memperparah gejala
dermatitis dan memerlukan pengobatan khusus.
2. Hiperpigmentasi: Setelah dermatitis sembuh, beberapa penderita dapat
mengalami hiperpigmentasi atau peningkatan warna kulit pada area yang terkena.
3. Scarring: Pada kasus dermatitis yang parah atau berulang-ulang, terutama pada
jenis dermatitis kontak alergi atau toksik, dapat menyebabkan terbentuknya bekas
luka atau scarring.
4. Gangguan psikologis: Dermatitis yang parah dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita, termasuk menimbulkan stres, depresi, atau kecemasan (Sidbury, R.,
Davis, D. M., & Cohen, D. E. 2020).
BAB III
Contoh Kasus
Seorang pasien Tn S berumur 48 tahun bekerja sebagai petani dengan tamatan terakhir SMA
dengan agama katolik datang dari nekang keklinik dengan keluhan gatal-gatal dan kering
pada telapak tangan kanan dan kiri. Pasien menyatakan merasa gatal-gatal muncul sejak 2
hari yang lalu dan semakin parah.
Pasein juga menyatakan merasa gatal-gatal dan merasa perih pada kedua tangnnya,disertai
perubahan waktu kulit menjadi merah dibandingkan dengan kulit sekitarnya dan berbentuk
lenting-lenting berisi air. Gatal dan perih semakin terasa jika pasien mencuci pakiaan
menggunakan deterjen. Gatal dan perih terasa pada kedua telapak tangan dengan sekala nyeri
5. Nyeri yang dirasakan sering terjadi ketika sesudah mencuci tangan lalu keluarga
membawah pasien ke RS. Kemeudian Dokter menganjurkan agar pasien dirawat di RS untuk
mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Pada tanggal 7 oktober 2023 pasien dipindahkan
keruang rawat inap atas permintaan pasien. Pada saat pengkajian terlihat pasien sering
menggaruk bagian tangan yang gatal dan pasien merasa malu untuk keluar rumah karena
konsdisi kulit tangannya yang seperti sekarang sehingga selalu menutupinya dengan baju
panjang. Selain itu keluarga menyatakan pasien mencuci pakiaan tanpa menggunakan
deterjen,pada status kulit dibagian kedua telapak tangan dan jari tangan terlihat gelap dari
kulit yang normal,serta terdapat skuma putih diatasnya.
A. Pengkajian
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 48 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : katolik
5. Pekerjaan : petani
6. Pendidikan : SMA
B. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Keadaaan sebelum sakit :
Kajia apakah ada penyakit lain selain dermatitis atau tidak
2. Riwayat penyakit saat ini :
Keluhan utama :
Klien mengeluh dengan gatal-gatal dan kering pada telapak tangan
kanan dan kiri. Pasien menyatakan merasa gatal-gatal muncul sejak 2
hari yang lalu dan semakin parah.
Riwayat keluhan utama :
Tidak terkaji
3. Riwayat penyakit yang dialami :
Klien merasa gatal dan perih pada kedua tangannya disertai adanya perubahan
waktu kulit menjadi lebih merah dibandingkan dengan kulit sekitarnya.
4. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum :
penampilan umum : tampak sakit ringan
kesadaran : composmentis
klien tanpa : lemah
2) kulit :
o inspeksi : warna kulit tidak merata pada telapak tangan,terdapat
lesi pada kulit,terdapat pruritus pada berwarmna
merah,ekskoriasi,krusta,terdapat pustule,serta hiperpigmentasi.
o Palpasi : adanya nyeri tekan, edema atau pembengkan,dan area
sekitarnya gatal dan teraba panas.
3) Kepala/rambut
o Inspeksi : bersih,tidak ada ketombe,rambut lurus,,distribusi
rambut merata,bentuk kepala simsretis.
o Palpasi : tidak ada masalah dikepala,rambut halus, tidak
berminyak,tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada kerontokan.
4) Mata
o Inspeksi : bentuk mata dan posisi simetris,conjungtiva
anemis,screla putih,dapat menggerakan bola mata
keatas,bawa,kanan,dan kiri,terdapat kantong mata, dan pupil
mengecil saat terkena cahaya
o Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema
5) Telinga
o Inspeksi : bentuk,ukuran,dan posisi simetris,tidak ada serumen
lubang telingfa bersih,fungsi pendengaran baik,membran
timpany putih keabu-abuan
o Palpasi : tidak terkaji
6) Huding
o Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada lesi,toidak ada sekret,tidak
terjadi polip,fungsi penciuman baik
o Palpasi : tidak terkaji
7) Mulut :
o Inspeksi : bentutk,ukuran,dan posis bibir simetris,bibir tanpak
pucat,mukosa bibir kering,lidah berwarna putih,tridak ada
dahak,keadaan gigi lengkap,caries dentis ada,gigi palsu tidak
ada.
o Palpasi : tidak terkaji
8) Leher :
o Inspeksi : bentuk dan ukuran simetris,gerakan leher normal,otot
leher dapat berekstensi dan fleksi
o Palpasi : tidak terkaji
9) Dada :
o